Deteksi dan Klasifikasi Citra Berdasarkan Warna Kulit Menggunakan HSV

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK

APLIKASI PENGHITUNG JUMLAH WAJAH DALAM SEBUAH CITRA DIGITAL BERDASARKAN SEGMENTASI WARNA KULIT

DETEKSI CITRA PORNOGRAFI MENGGUNAKAN TSL COLOR SPACE DAN NUDITY DETECTION ALGORITHM

Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2)

Gambar 3.1 Contoh Citra yang digunakan

Aplikasi Pengolahan Citra DETEKSI WARNA. Achmad Basuki PENS-ITS, 26 Des 2006

BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM

PENERAPAN HAND MOTION TRACKING PENGENDALI POINTER PADA VIRTUAL MOUSE DENGAN METODE OPTICAL FLOW

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

Deteksi Warna. Resty Wulanningrum,S.Kom Universitas Nusantara PGRI Kediri

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang

BAB 4 PEMROSESAN CITRA DAN IMPLEMENTASI Pemrosesan Citra dan Rancangan Eksperimen untuk Fusi Citra

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Histogram Warna Pada Image

BAB III ANALISIS METODA

SEGMENTASI WARNA CITRA DENGAN DETEKSI WARNA HSV UNTUK MENDETEKSI OBJEK

BAB III METODE PENELITIAN. tracking obyek. Pada penelitian tugas akhir ini, terdapat obyek berupa bola. Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

IV. RANCANG BANGUN SISTEM. Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI

PENCARIAN CITRA BERDASARKAN BENTUK DASAR TEPI OBJEK DAN KONTEN HISTOGRAM WARNA LOKAL

oleh: M BAHARUDIN GHANIY NRP

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI ALGORITMA CONNECTED-LABELLING UNTUK MENDETEKSI OBJEK BINTANG PADA CITRA DIGITAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Grafik Komputer dan Pengolahan Citra. Pengolahan Citra : Representasi Citra. Universitas Gunadarma Pengolahan Citra : Representasi Citra 1/16

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

UJI COBA PERBEDAAN INTENSITAS PIKSEL TIAP PENGAMBILAN GAMBAR. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Dielektrika, ISSN Vol. 3, No. 1 : 53-59, Pebruari 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Perkembangan robot dari zaman ke zaman terus

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM)

ANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI

UJI COBA THRESHOLDING PADA CHANNEL RGB UNTUK BINARISASI CITRA PUPIL ABSTRAK

Mengubah Citra Berwarna Menjadi Gray Scale dan Citra biner

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

PENINGKATAN KUALITAS CITRA DENGAN METODE FUZZY POSSIBILITY DISTRIBUTION

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

PENGEMBANGAN APLIKASI PEMILIHAN BUAH TOMAT UNTUK BIBIT UNGGUL BERDASARKAN WARNA DAN UKURAN MENGGUNAKAN HSV DAN THRESHOLDING

SAMPLING DAN KUANTISASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FERY ANDRIYANTO

Pengolahan Citra - Pertemuan 1 Nana Ramadijanti Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB II LANDASAN TEORI

Pengolahan Citra Berwarna

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

PENDETEKSIAN HALANGAN PADA ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN KAMERA DENGAN INTEGRAL PROYEKSI

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI

IMAGE COLOR FEATURE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 4 Pengolahan Titik (2) Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

Indarto 1, Murinto 2, I. PENDAHULUAN. Kampus III UAD Jl.Dr.Soepomo, Janturan, Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

Pengolahan citra. Materi 3

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

SISTEM INFERENSI FUZZY UNTUK MENENTUKAN SENSASI CITRA WARNA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

Scientific Journal of Informatics Vol. 2, No. 1, Mei 2015

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

Transkripsi:

Jati Sasongko Wibowo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : jatisw@gmail.com Abstrak Dalam model HSV (Hue Saturation Value) ini digunakan untuk segmentasi warna kulit manusia dan digunakan untuk mengklasifikasi citra khususnya dalam hal klasifikasi gambar pornografi. Pengelompokan warna kulit manusia ditunjukkan dalam ruang lingkup HSV. Dengan menggunakan sample warna kulit campuran warna kulit Eropa dan Asia, sehingga dapat menunjukkan bahwa model prototipe ini dapat digunakan untuk mendeteksi gambar pornografi. Kata kunci : Klasifikasi, HSV, PENDAHULUAN Dalam beberapa tahun terakhir gambargambar pornografi banyak sekali beredar tertutama di internet dimana pertukaran dan penyalahgunaannya terus meningkat. Mengingat keseriusan dan besarnya masalah, diperlukan penyediaan teknologi yang dapat mendeteksi warna kulit manusia yang dominan pada semua gambar pornografi. Membedakan antara deskripsi dan akurasi warna kulit manusia, teknologi harus dapat memisahkan píxel warna kulit dari warna latar belakang lain dan menyediakan pengukuran berapa banyak konten warna kulit dalam gambar dan berapa banyak yang harus dianggap sebagai pornografi. Teknologi deteksi warna kulit manusia sebagian besar telah digunakan untuk pengolahan gambar dan salah satu pendekatan yang paling banyak digunakan menggunakan model histogram warna dan Hue Saturation. Model HSV Dasar model warna RGB (Red Green Blue) tidak hanya mewakili warna tetapi juga intensitas cahaya. Pencahayaan yang berbedabeda pada warna kulit orang karena pencahayaan yang ada disekitarnya. Oleh karena itu perwakilan langsung dari warna kulit manusia dengan komponen RGB sangat efisien. Namun, model warna HSV transformasi nonlinear dari ruang lingkup warna RGB berorientasi pada pengguna dan didasarkan pada pengertian tint, shade dan thone. Ini memiliki nilai nilai independen untuk Hue, Saturation, dan Value, masingmasing sesuai untuk panjang gelombang, eksitasi, dan kecerahan. Gambar 1. Sistem koordinat HSV Pada gambar 1 menunjukkan sistem koordinat HSV sebagai hexacone. Dasar hexacone berwarna hitam dengan HSV = (0, 0, 0). Jadi apabila menggunakan Model HSV warna kulit orang Afrika maka di sekitar dasar hexacone inilah koordinatnya. Meskipun di seluruh benua Afrika terjadi variasi warna tetapi tidak terlalu menyimpang jauh dari nilai koordinat tersebut. Kebanyakan gambar warna dicatat sebagai (R, G, B). Warna didefinisikan oleh (R, G, B) di mana R, G, dan B dinormalisasi dari 0.0 sampai dengan 1.0, dan setara dengan warna (H, S, V) yang ditentukan oleh suatu set formula. MAX merupakan nilai maksimum dari (R, G, B), dan MIN merupakan nilai minimum dari model tersebut. 118

G B x 60, ifr = Max Max Min B R H = 120 + x 60, ifg = Max..(1) Max Min R G 240 + x 60, ifb = Max Max Min Max Min S = ; V = Max...(2) Max Di mana H bervariasi dari 0 sampai dengan 360, yang menunjukkan sudut dalam derajat, S dan V bervariasi dari 0.0 sampai dengan 1.0 Segmentasi dan Clustering Warna Kulit Dari sebuah gambar, latar belakang sering menjadi yang dominan dibandingkan warna kulit. Untuk meningkatkan peluang warna kulit normal yang dideteksi, sebagian besar nilai nilai dominan (R, G, B) di latar belakang harus dapat ditentukan, sehingga dapat dihilangkan. Demikian pula warna hitam dan putih langsung dihilangkan dari latar belakang gambar. Hal ini terjadi ketika perbedaan yang dominan dan paling dominan (R, G, B) ditetapkan sama dengan nol. Untuk kasus ini, Hue dan Saturation keduanya diatur ke nol. Bagi mereka yang non hitam dan non warna putih, nilai nilai H dan S adalah dihitung. Saturation (S) diperoleh dengan membagi perbedaan antara dominan (maks) dan yang paling dominan (min) dari nilai r, g, b dengan nilai dominant (persamaan 2). Demikian pula, Value (V) = warna dominan (persamaan 2). Untuk memudahkan pemahaman tentang metode ini dengan menggambarkan bagaimana Hue dihitung. Tingkat dari Hue ditentukan dengan terlebih dahulu mencari nilai dominan di antara (R, G, B) dan menghitung nilai Hue berdasarkan langkahlangkah berikut. Jika warna dominan adalah merah, maka: G B Hue = x 60... (3) RGB RGB max min Jika warna dominan adalah hijau kemudian Hue dihitung sebagai: B R Hue = 120 + x 60.(4) RGB RGB max min Demikian pula, jika warna dominan Biru: R G Hue = 240 + x 60 (5) RGB RGB max min Pertimbangan ini merupakan ringkasan dari persamaan (1). Diketahui bahwa pola distribusi warna kulit terletak pada daerah yang berbeda dalam Euclidean space ketika dianalisis dalam Hue, Saturation dan Value. Informasi ini diubah dan ditingkatkan untuk memfasilitasi pendeteksian kulit. Sehingga memaksakan kondisi pada batas ruang. Sebagai contoh, membatasi nilai Hue kurang dari atau sama dengan 34 dan mengatur Saturation ke rentang 11 S 95. Untuk hasil yang ditunjukkan dalam hal ini nilai H dan S yang diterima mewakili warna kulit manusia. Batas bawah diwakili dengan S = 11. Dua batas yang ditentukan oleh nilai H, batas kiri ditentukan oleh H = 5 dan batas kanan oleh H = 30. Umumnya 5 < H < 30, sehingga Hue untuk rentang warna kulit manusia yang diamati terletak dalam jarak nilai 35. Saturation terletak di sisi kiri dalam kisaran 11 sampai sekitar 25,713 (yang penyebaran 37) dan dalam batas kanan 11 sampai dengan 84,89. Perangkat lunak sistem pengenalan mengembalikan sebuah nilai benar dikatakan benar ketika kondisi ini terpenuhi dan salah jika kondisi tidak terpenuhi. Hasil hasil ini diuji dengan gambar yang diperoleh dengan kondisi tidak standar. Perangkat lunak telah mampu membedakan antara latar belakang dan warna kulit. Deteksi Gambar Menggunakan HSV Suatu program yang ditulis di Delphi untuk hal ini hanya dapat menerima format gambar dalam bentuk BMP. HSV melakukan segmentasi dengan menggunakan algoritma yang telah dijelaskan dalam bagian sebelumnya. Software menghitung persentase warna kulit manusia dalam gambar dan menghasilkan suatu penilaian yang menunjukkan bahwa warna kulit (pornografi) 119

atau yang memiliki tingkat yang dapat diterima konten warna kulit. Dari semua pisahan tiap pixel baik itu nilai H S V dibuat menjadi satu kolom untuk di hitung covariance matriks dan standard deviasi matriks serta mean dari tiap tiap nilai H S V pada satu kolom matriks sample image dan satu kolom matriks image pembanding. Ketiga unsur unsur yang dihitung tersebut digunakan untuk mencari probabilitas kedekatan di kedua image terutama bagian bagian image pembanding dengan sample image nya. Perhitungan probabilitasnya per pixelnya adalah sebagai berikut : 1 1 T 1 P ( x ) = exp ( x x ) C ( x x )..(6) 3 ( 2 Π ) C 2 Keterangan : P ( x ) = Probabilitas dari x C = Covarian dari skin / background X = H S V dari pixel X = Mean dari skin / background Penggunaan rumus di atas dihitung dengan kemungkinan range 0 1 perhitungan mendekati nilai 1 akan diasumsikan akan diberi warna putih sedangkan perhitungan yang menjauhi nilai 1 akan diasumsikan akan diberi warna hitam Persentase dari pixel konten warna kulit digunakan sebagai kriteria untuk menilai apakah gambar berisi piksel warna kulit manusia untuk dinilai sebagai sebuah gambar pornografi atau bukan. Jika warna kulit piksel mendominasi gambar maka gambar tersebut digolongkan sebagai gambar pornografi. Jika pixel warna kulit sampai tingkat antara 5% sampai dengan 20% itu menunjukkan gambar tersebut bukan pornografi. Jika persentase pixel warna kulit lebih dari 20% sampai dengan 50%, itu menunjukkan bahwa gambar tersebut semi pornografi. Jika persentase pixel warna kulit lebih dari 50% itu menunjukkan bahwa gambar tersebut gambar pornografi. Bagan Alur Sistem Klasifikasi Bagan alur sistem klasifikasi dimulai dari membuat image sample untuk warna kulit, dalam hal ini menggunakan warna kulit orang eropa dan asia. Berikutnya image sample warna kulit dan image yang akan diklasifikasikan di convert dalam bentuk HSV. Setelah kedua image di convert ke dalam bentuk HSV kemudian dibandingkan, warna image yang mirip dengan warna kulit akan dibuat putih dan sebaliknya akan dibuat hitam. Dari warna putih dan hitam yang terbentuk kemudian dibandingkan, dan hasil perbandingannya akan menunjukkan prosentase dari klasifikasi. Gambar 2 menunjukkan alur sistem untuk klasifikasinya. Image dan Sample Warna Kulit Convert ke HSV Bandingkan Image dengan Sample Warna Kulit Warna yang mirip warna kulit = putih, sebaliknya = hitam Bandingkan jumlah pixel warna putih dengan hitam <20% bukan pornografi, 20 50% semi pornografi, >50% pornografi Gambar 2. Bagan alur sistem klasifikasi Nilai HSV Image Sample Warna Kulit Pada bagan alur sistem klasifikasi ada proses tentang mengambil sample warna kulit yang kemudian dari sample tersebut kemudian diconvert ke dalam bentuk format HSV. Sample warna kulit diambil dalam format RGB dengan bentuk file BMP. Pada tabel 1 dibawah ini memperlihatkan dari sample warna kulit dalam format RGB dan hasil convert sample warna kulit dalam bentuk HSV. 120

Tabel 1. Sample warna kulit dalam format RGB dan HSV RGB Nilai ( H )ue Nilai ( S )aturation Nilai ( V )alue Image sample warna kulit dalam model warna RGB dengan format bmp Nilai yang memiliki nilai terang dilakukan penggelapan nilai sehingga terlihat perbedaan yang mencolok Pengecekan bagian mana yang memiliki kemurnian warna yang cukup tinggi Nilai asli pada sample image yang dimiliki Nilai HSV Image Yang Akan Dideteksi Seperti halnya pada pengambilan sample warna kulit sebagai pembanding dalam deteksi. Untuk citra yang akan dideteksipun dilakukan hal yang sama dengan merubah format citra dari RGB ke dalam bentuk HSV. Berikut tabel 2 memperlihatkan citra yang akan diteksi dalam format RGB dan hasil citra yang telah diconvert dalam format HSV. Tabel 2. Citra yang akan dideteksi dalam format RGB dan HSV RGB Nilai ( H )ue Image yang akan dideteksi dalam model warna RGB dengan format bmp Nilai yang memiliki nilai terang dilakukan penggelapan nilai sehingga terlihat perbedaan yang mencolok Nilai ( S )aturation Nilai ( V )alue Implementasi Program Pengecekan bagian mana yang memiliki kemurnian warna yang cukup tinggi Nilai asli pada sample image yang dimiliki Dari alur sistem klasifikasi pada gambar 2 ketika diterjemahkan dalam bentuk program maka akan terlihat seperti pada gambar 3. Secara umum dapat dijelaskan sebagari berikut pertama memasukkan sample warna kulit yang letaknya pada sudut kiri atas, kemudian memasukan citra yang akan dideteksi yang letaknya pada sebelah kiri di bawah sample warna kulit. Dari sample warna kulit dan citra yang akan dideteksi setelah dimasukkan dilakukan convert ke dalam bentuk HSV yang hasilnya pada bagian tengah program. Untuk sample warna kulit bagian atas, dan untuk citra yang akan dideteksi bagian bawah. Dalam format HSV sample warna kulit dan citra yang akan dideteksi dilakukan pembandingan yang hasilnya dibagian sebelah kanan bawah. Dari hasil pembandingan dilakukan pembandingan lagi antara warna hitam dan putih ke dalam bentuk matriks yang hasilnya pada bagian kanan atas. Dari matriks tersebut kemudian dihitung prosentase untuk klasifikasi citra. Gambar 3. Implementasi program Salah satu prosedur program untuk menghitung matriks dari citra yang dideteksi: for j:=0 to gambar.height 1 do begin temp := gambar.scanline[j]; i:=0; writeln(m,' '); 121

repeat if temp[i] > 99 then write(m,inttostr(temp[i])+' '); if temp[i] >9 then if temp[i] <=99 then write(m,' '+'0' +inttostr(temp[i])); if temp[i] >=0 then if temp[i]<=9 then write(m,' '+'00' +inttostr(temp[i])); i:=i+1; if temp[i]=0 then nol:=nol+1 else dll:=dll+1; until i >= 3*gambar.Width 1; Prosedur untuk mencari nilai rata rata HSV : for i:= 0 to (skinhsv^.width 1) do begin for j:=0 to (skinhsv^.height 1) do begin iplgetpixel(skinhsv,i,j,buff); shmean := shmean + buff[1]; ssmean := ssmean + buff[2]; svmean := svmean + buff[3]; shmean := shmean / (skinhsv^.width * skinhsv^.height); ssmean := ssmean / (skinhsv^.width * skinhsv^.height); svmean := svmean / (skinhsv^.width * skinhsv^.height); n := 0.375; for i:= 0 to (mimagehsv^.width 1) do begin for j:=0 to (mimagehsv^.height 1) do begin iplgetpixel(mimagehsv,i,j,buff); if ( (( (Abs(buff[1] shmean) / shmean) + (Abs(buff[2] ssmean) / ssmean) + (Abs(buff[3] svmean) / svmean) ) /3) > n) then begin buff[1] := 0; buff[2] := 0; buff[3] := 0; iplputpixel(mimagehsv,i,j,buff); end else begin buff[1] := 255; buff[2] := 255; buff[3] := 255; iplputpixel(mimagehsv,i,j,buff); Hasil Test Deteksi Program Dari program yang telah dihasilkan maka dilakukan uji coba dengan menggunakan beberapa citra lain. Hasil uji coba tersebut dapat diketahui citra yang termasuk kategori bukan pornografi, semi pornografi dan pornografi. Berikut hasil uji coba yang dilakukan dalam tabel 3. Tabel 3. Hasil uji coba program dalam mendeteksi dan mengklasifikasi citra Input Image Output Image % Skin 6.812 13.96 14.06 12.48 16.77 8.080 39.17 Decision Semi 122

35.25 Semi 97.74 KEKURANGAN Latar belakang dengan warna yang mirip warna kulit berdampak pada deteksi. Latar belakang dengan mirip warna kulit cenderung meningkatkan jumlah piksel warna kulit. Kecerahan gambar juga cenderung meningkatkan jumlah piksel sebagai piksel warna kulit. KESIMPULAN Dalam hal ini cara mendeteksi gambar pornografi menggunakan model HSV (Hue Saturation Value). Pendekteksian dengan membandingkan pixel sample image warna kulit dengan image yang akan dideteksi sehingga diketahui jumlah pixel warna kulit pada tiap gambar. Rentang pixel yang digunakan 0% 20%, 21% 50% dan 51% 100%. Hasil deteksi dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu gambar bukan pornografi, gambar semi pornografi dan gambar pornografi. DAFTAR PUSTAKA Gonzales Rafael C and Woods Richard E, 1992, Digital Image Processing, Addison Wesley Publishing Company, USA Johnson I Agbinya, Bernard Lok, Yeuk Sze Wong and Sandro Da Silva, 2007, Automatic Online Porn Detection and Tracking, Faculty of Engineering, University of Technology, Sydney, 1 Broadway, Sydney Fadliansyah, 2007, Computer Vision dan Pengolahan Citra, Andi Offset, Yogyakarta 123