TINDAK TUTUR EKSPRESIF MENOLAK BAHASA JAWA DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR SINE, KECAMATAN SINE, KABUPATEN NGAWI (Suatu Kajian Pragmatik)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS 7 (Suatu Tinjauan Pragmatik)

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM ADEGAN GARA-GARA WAYANG ORANG SRIWEDARI DI KOTA SURAKARTA (Suatu Analisis Sosiolinguistik)

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

TINDAK TUTUR DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM JUAL BELI ONLINE DI FACEBOOK

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PERNYATAAN - PERNYATAAN JOKOWI SELAKU KEPALA PEMERINTAH DKI JAKARTA DALAM SURAT KABAR DETIK.COM : Tinjauan Pragmatik

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik)

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA

SKRIPSI. Diajukan untuk. Oleh: AH A

INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK)

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM DIALOG BERITA BEDAH EDITORIAL MEDIA INDONESIA DI METRO TV

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINDAK TUTUR PADA UNGKAPAN BAK TRUK DI SEPANJANG JALAN RINGROAD SOLO-SRAGEN TINJAUAN: PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN PRODUK MINUMAN DI TELEVISI SKRIPSI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SEBAGAI BENTUK KETELADANAN KESANTUNAN BERBAHASA SISWA DI SEKOLAH: PERSPEKTIF GENDER

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, ataupun alat pendapat. Alat

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

TINDAK SKRIPSI A Persyaratan

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM IKLAN RADIO DI JEMBER

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat S-1. Program Studi Pedidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah.

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR INDUK MODERN PUSPA AGRO SIDOARJO SKRIPSI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR DEPOK JAYA KOTA DEPOK (Suatu Tinjauan Pragmatik)

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

REGISTER PERDAGANGAN DI BETENG TRADE CENTER SOLO : SEBUAH KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

KAJIAN PRAGMATIK PADA WACANA POJOK HARIAN BALI POST : Sebuah Tinjauan Pragmatik

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS. DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik)

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

ANALISIS KALIMAT PERINTAH DAN KALIMAT TANYA PADA TERJEMAHAN AL QUR AN SURAT YUSUF SKRIPSI

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA WACANA HUMOR AH TENANE DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER 2012

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL NGAWI: KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI

PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH DALAM KITAB HADITS BUKHARI-MUSLIM SKRIPSI. Oleh Indra Hardiyansyah NIM

KETIDAKPATUHAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR DALAM TALK SHOW SUDUT PANDANG DI METRO TV (Sebuah Pendekatan Pragmatik)

TINDAK TUTUR BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI TERAPIS-PASIEN PADA KOLOM KONSULTASI TABLOID MANTRA EDISI FEBRUARI 2014

TINDAK TUTUR KOMISIF BAHASA JAWA DALAM ANTOLOGI CERKAK TREM KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

ANALISIS PERAN: STUDI KASUS PERAN INSTRUMEN DALAM KLAUSA BAHASA INDONESIA

TINDAK TUTUR REMAJA KOMPLEK PERUMAHAN UNAND. Sucy Kurnia Wati

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik

KAJIAN TINDAK TUTUR PADA WACANA RUBRIK SURAT PEMBACA KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2014 SKRIPSI

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR EKSPRESIF MENOLAK BAHASA JAWA DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR SINE, KECAMATAN SINE, KABUPATEN NGAWI (Suatu Kajian Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh Ika Yuniati C0107026 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i

digilib.uns.ac.id ii

digilib.uns.ac.id iii

digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Nama NIM : Ika Yuniati : C0107026 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Tindak Tutur Ekspresif Menolak Bahasa Jawa dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Sine, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi (Suatu Kajian Pragmatik) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuat oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukan pada daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta... Yang membuat pernyataan Ika Yuniati iv

digilib.uns.ac.id MOTTO Jika saja kita terlahir sempurna, maka hidup tak kan lagi mengajari kita apapun (Elly Lizzya). Tak peduli seberapa sulitnya keadaan, atau sulitnya impian yang kau kejar. Jika kau tak menyerah, pasti akan ada jalan keluar (Kawasaki-San) v

digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Ibuku tersayang yang sangat luarbiasa, dengan ikhlas memberikan seluruh kasih sayangnya padaku. 2. Adikku Ria Ferry Anto yang telah membuatku menjadi lebih dewasa. 3. Ayah, seluruh keluarga, dan semua orang yang selalu memberikan kasih sayangnya padaku. 4. Almamaterku. vi

digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ataskehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmad dan hidayah-nya sehingga penyusunan skripsi ini bisa diselesaikan dengan lancar. Skripsi yang berjudul Tindak Tutur Ekspresif Menolak Berbahasa Jawa dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Sine, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi (Suatu Kajian Pragmatik), merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Proses penyusunan skripsi ini terselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Drs. Sudarno, M.A., selaku Dekan beserta staf Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakartayang telah memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi. 2. Drs. Imam Sutarjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah telah membimbing dan memberi kemudahan bagi penulis. 3. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani kuliah di Jurusan Sastra Daerah. 4. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku koordinator bidang linguistik sekaligus sekretaris Jurusan Sastra Daerah yang selalu memberikan semangat, bimbingan, ilmu dan kemudahan bagi penulis. vii

digilib.uns.ac.id 5. Prof. Dr. Paina Partana, M.Hum,selaku pembimbing pertama yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan penuh perhatian dan kesabaran. 6. Dra. Sri Mulyati, M.Hum., selaku pembimbing kedua yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak dan ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti. 8. Kepala dan staf perpustakaanpusat serta Fakultas Sastra dan Seni Rupa, yang telah memberi kemudahan kepada penulis. 9. Kepala, dan staf di kantor Pasar Sine yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian, sertamemberikan data. 10. Ibu, Adikku tersayang dan seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, semangat, kasih sayangdan perhatian yang luar biasa kepada penulis. 11. Ayah dan keluarga barunya, terimakasih. 12. Seluruh Kawan di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Kalpadruma, kos PB. 4 atas, serta Jurusan Sastra Daerah angkatan 2007. Terimakasih telah menjadi keluarga keduaku. Menemaniku dalam menjajaki banyak hal di kota ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya. Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadikan pahala dan mendapat balasan dari Allah SWT. viii

digilib.uns.ac.id Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi diri penulis dan semua pembaca. Surakarta, April 2011 Penulis ix

digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI JUDUL... i PERSETUJUAN... ii PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR SINGKATAN... xv DAFTAR TANDA... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii ABSTRAK... xviii BAB. I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Pembatasan Masalah... 7 C. Rumusan Masalah... 7 D. Tujuan Penelitian... 8 E. Manfaat Penelitian... 8 1. Manfaat Teoretis... 8 2. Manfaat Praktis... 8 F. Sistematika Penulisan... 9 BAB II. LANDASAN TEORI... 10 A. Pragmatik... 10 x

digilib.uns.ac.id B. Tindak Tutur... 11 1. Berdasarkan Perwujudan Si Penutur... 12 2. Berdasarkan Isi Kalimat atau Tuturannya... 14 3. Berdasarkan Modus dan Keliterannya... 15 4. Berdasarkan Fungsi Tindak Tutur... 17 C. Tindak Tutur Ekspresif... 20 D. Tindak Tutur Ekspresif Menolak... 21 E. Kalimat Menolak dari sudut Pandang Komunikatif... 24 F. Prinsip Kesopanan... 28 G. Prinsip Kerjasama... 31 H. Peristiwa Tutur... 32 BAB III. METODE PENELITIAN... 37 A. Jenis Penelitian... 37 B. Lokasi Penelitian... 38 C. Data dan Sumber Data... 40 D. Populasi dan Sampel... 40 E. Metode Pengumpulan Data... 41 F. Metode Analisis Data... 42 1. Metode Kontekstual... 43 2. Metode Padan... 44 G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data... 46 BAB IV. ANALISIS DATA... 48 A. Bentuk Penolakan... 48 1. Penolakan dengan Kalimat Perintah (Imperatif) Tidak Langsung xi

digilib.uns.ac.id Penanda Konteks... 48 2. Penolakan dengan Kalimat Berita (Deklaratif)... 53 a. Penolakan dengan Kalimat Deklaratif Langsung... 54 1) Penolakan dengan Kalimat Deklaratif Langsung Penanda Frase Negasi... 53 2) Penolakan dengan Kalimat Deklaratif Langsung Penanda Konteks Negasi... 56 3) Penolakan dengan Kalimat Deklaratif Langsung Penanda Kalimat Negasi... 58 b. Penolakan dengan Kalimat Deklaratif Tidak Langsung... 60 1) Penolakan dengan kalimat deklaratif tidak langsung penanda kalimat... 60 3. Penolakan dengan kalimat pertanyaan (interogatif)... 66 a. Penolakan dengan Kalimat Interogatif Langsung... 67 1) Penolakan dengan Kalimat Interogatif Langsung Penanda Kalimat... 67 2) Penolakan dengan Kalimat Interogatif Langsung Penanda Frase... 73 b. Penolakan dengan Kalimat Interogatif Tidak Langsung... 75 1) Penolakan dengan kalimat Interogatif Tidak Langsung Penanda Kalimat... 75 2) Penolakan dengan Kalimat Interogatif Tidak Langsung Penanda Wacana... 83 B. Tipe Penolakan... 86 xii

digilib.uns.ac.id 1. Penolakan dengan Negasi... 86 a. Negasi secara langsung dengan memberi informasi... 86 b. Negasi dengan Alasan... 87 c. Negasi Secara Langsung dan Tegas... 88 d. Negasi dengan Interogatif... 89 e. Negasi dengan Interogatif dan Alternatif harga lain... 90 f. Negasi yang diawali dengan Kalimat Deklaratif kemudian Dilanjutkan dengan interogatif... 90 g. Negasi yang disertai dengan keterangan... 91 h. Negasi yang disertai dengan informasi fungsi barang... 92 i. Negasi dengan kalimat interogatif secara langsung... 93 j. Negasi dengan mengedepankan keegoisan... 94 2. Penolakan Tanpa Negasi...... 95 a. Penolakan dengan menggunakan makna konotasi dan informasi... 96 b. Penolakan kalimat interogatif yang lugas... 97 c. Penolakan dengan merayu dan memerintah... 98 d. Penolakan dengan negosiasi yang datar... 99 e. Penolakan dengan menjelaskan kualitas barang... 100 f. Penolakan dengan langsung menyebutkan harga barang... 101 g. Penolakan dengan interogatif... 102 h. Penolakan dengan nada tinggi dan membandingkan... 103 i. Penolakan dengan konotasi yang halus... 104 j. Penolakan dengan mengejek... 106 k. Penolakan dengan menyatakan permintaan maaf dan memberikan alternatif barang lain... 106 l. Penolakan dengan menyindir dan menggunakan kalimat interogatif... 108 m. Penolakan dengan merayu dan menambah kuota barang... 108 n. Penolakan dengan mengeluh dan menggunakan kalimat Interogatif... 109 o. Penolakan dengan nada kaget... 111 p. Penolakan dengan commit lelucon to... user 112 xiii

digilib.uns.ac.id q. Penolakan dengan ejekan... 113 r. Penolakan dengan keluhan dan penyesalan...... 114 s. Penolakan dengan alasan ketidakcocokan... 115 C. Daya Pragmatik... 117 1. Penerimaan Daya Pragmatik... 117 2. Penolakan Daya Pragmatik... 135 BAB V. PENUTUP...... 152 A. Simpulan...... 152 B. Saran...... 154 DAFTAR PUSTAKA...... 155 LAMPIRAN...... 158 xiv

digilib.uns.ac.id DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA A. Daftar Singkatan APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. FSSR MCK : Fakultas Sastra dan Seni Rupa. : Mandi Cuci Kakus. N- : Penawaran dengan penolakan. O1 O2 P MT R : Orang Pertama. : Orang kedua. : Penutur. : Mitra tutur. : Daya Pragmatik menerima. R 1 : Penerimaan oleh O1. R 2 : Penerimaan oleh O2. SBLC SLC SPEAKING : Simak Bebas Libat Cakap. : Simak Libat Cakap. : Setting, Participant, End, Action, Key, Instrument, Norm, Genre. SWT : Subhanahu Wa Taala. T 1 - : Tuturan penolakan O1. T 2 - : Tuturan penolakan O2. T UNS : Daya Pragmatik menolak. : Universitas Sebelas Maret. W- :Tanggapan tawaran dengan penolakan. xv

digilib.uns.ac.id Ø : Zero ialah tanda bahwa tidak terdapat respon sebuah Tuturan. B. Daftar Tanda Cetak miring : Menandakan data tidak menggunakan bahasa nasional Cetak tebal. : Menandakan data yang dianalisis : Menandakan ungkapan langsung dari penutur Maupun mitra tutur... : Menandakan terjemahan : Siklus peristiwa tutur antara O1 dan O2 : Dalam Bentuk penolakan, ini mewakili Simbol tuturan timbal balik antara O1 dan O2. Dalam daya Pragmatik, simbol ini Menandakan penggunaan prinsip Kerjasama antara O1 dan O2 : Menandakan bahwa penutur meminimalkan Prinsip kesopanan : Menandakan bahwa penutur Memaksimalkan prinsip kesopanan xvi

digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tuturan dalam transaksi jual beli di Pasar Sine... 158 Lampiran 3. Foto aktivitas jual beli di Pasar Sine... 162 xvii

digilib.uns.ac.id ABSTRAK Ika Yuniati. C0107026. 2011. Tindak Tutur Eksprresif Menolak dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Sine, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini menelaah tentang tindak tutur ekspresif menolak berbahasa Jawa dalam transaksi jual beli di Pasar Sine. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai bentuk, tipe serta daya pragmatik tindak tutur ekspresif menolak berbahasa Jawa dalam transaksi jual beli di Pasar Sine. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk, tipe dan daya Pragmatik tindak tutur ekspresif menolak dalam transaksi jual beli di Pasar Sine, kecamatan Sine, kabupaten Ngawi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan data lisan berupa tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari informan. Wujudnya ialah tuturan informan yang mengandung tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa. Populasi penelitian ini adalah seluruh tuturan bahasa Jawa yang mengandung tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa. Sampel penelitian ini adalahtuturan tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa dalam transaksi jual beli di Pasar Sine, data diambil mulai minggu ketiga bulan Januari 2011 hingga akhir bulan Februari 2011. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak. Teknik dasar yang dipakai ialah teknik sadap. Sedangkan teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), rekam dan catat. Analisisnya menggunakan metode kontekstual dan metode padan. Metode penyajian menggunakan metode informal dan metode penyajian formal. Hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) terdapat 20 bentuk tindak tutur ekspresif menolak yang terjadi dalam transaksi jualbeli di Pasar Sine, 20 bentuk tersebut terbagi atas beberapa kategori, yaitu penolakan dengan kalimat imperatif tidak langsung penanda konteks, penolakan dengan kalimat deklaratif langsung penanda frase negasi dan konteks negasi, penolakan dengan kalimat deklaratif tidak langsung penanda kalimat, penolakan dengan kalimat interogatif secara langsung penanda kalimat dan frase, penolakan dengan kalimat interogatif tidak langsung penanda kalimat dan wacana; (2) Tipe penolakan dalam transaksi jual beli di Pasar Sine terdapat 2 macam, yaitu 9 penolakan dengan negasi dan 19 penolakan tanpa negasi.(3) Daya pragmatik yang ditimbulkan dari tindak tutur ekdpresif menolak tersebut ialah adanya penerimaan dan ketidakterimaan transaksi. Penerimaan dan ketidakterimaan tersebut dipengaruhi oleh penggunaan prinsip kesopanan dan kerjasama. xviii

digilib.uns.ac.id ABSTRAK Ika Yuniati. C0107026. 2011. Tindak Tutur Eksprresif Menolak dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Sine, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini menelaah tentang tindak tutur ekspresif menolak berbahasa Jawa dalam transaksi jual beli di Pasar Sine. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai bentuk, tipe serta daya pragmatik tindak tutur ekspresif menolak berbahasa Jawa dalam transaksi jual beli di Pasar Sine. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk, tipe dan daya Pragmatik tindak tutur ekspresif menolak dalam transaksi jual beli di Pasar Sine, kecamatan Sine, kabupaten Ngawi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan data lisan berupa tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari informan. Wujudnya ialah tuturan informan yang mengandung tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa. Populasi penelitian ini adalah seluruh tuturan bahasa Jawa yang mengandung tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa. Sampel penelitian ini adalah tuturan tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa dalam transaksi jual beli di Pasar Sine, data diambil mulai minggu ketiga bulan Januari 2011 hingga akhir bulan Februari 2011. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak. Teknik dasar yang dipakai ialah teknik sadap. Sedangkan teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), rekam dan catat. Analisisnya menggunakan metode kontekstual dan metode padan. Metode penyajian menggunakan metode informal dan metode penyajian formal. Hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) terdapat 20 bentuk tindak tutur ekspresif menolak yang terjadi dalam transaksi jualbeli di Pasar Sine, 20 bentuk tersebut terbagi atas beberapa kategori, yaitu penolakan dengan kalimat imperatif tidak langsung penanda konteks, penolakan dengan kalimat deklaratif langsung penanda frase negasi dan konteks negasi, penolakan dengan kalimat deklaratif tidak langsung penanda kalimat, penolakan dengan kalimat interogatif secara langsung penanda kalimat dan frase, penolakan dengan kalimat interogatif tidak langsung penanda kalimat dan wacana; (2) Tipe penolakan dalam transaksi jual beli di Pasar Sine terdapat 2 macam, yaitu 9 penolakan dengan negasi dan 19 penolakan tanpa negasi.(3) Daya pragmatik yang ditimbulkan dari tindak tutur ekdpresif menolak tersebut ialah adanya penerimaan dan ketidakterimaan transaksi. Penerimaan dan ketidakterimaan tersebut dipengaruhi oleh penggunaan prinsip kesopanan dan kerjasama. i

digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang terikat konteks. Menurut George Yule (2006: 5) pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakaian bentuk-bentuk itu. Belajar pragmatik, berarti belajar maksud tuturan orang lain. Hubungan antara bahasa dengan konteks merupakan hal yang mendasar dalam pragmatik. Pragmatik mengkaji maksud tuturan yang terikat konteks, konteks tersebut ialah konteks dalam semua aspek fisik atau latar belakang sosial dari tuturan yang bersangkutan. Konteks dalam pragmatik adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur (Rohmadi, 2004:24). Jadi pragmatik memerlukan sebuah konteks untuk dapat menafsirkan maksud tindak tutur yang diujarkan dan dapat membantu mitra tutur menafsirkan maksud tuturan. Tanpa diketahuinya suatu konteks, maka maksud yang ditafsirkan akan menjadi samar atau tidak jelas. Tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pragmatik. Tindak tutur dalam pragmatik merupakan pengujaran kalimat untuk menyatakan sesuatu agar suatu maksud dari pembicara diketahui oleh pendengar. Tindak tutur terbagi menjadi delapan jenis (Wijana, 1996:36), ialah tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Sedangkan secara formal, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita, tanya, dan perintah.

digilib.uns.ac.id 2 Menurut Searle dalam (Wijana, 1996: 17), dalam sebuah peristiwa tutur terdapat tiga tindak tutur, yaitu tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak lokusi ialah tindak tutur yang menyatakan sesuatu, atau disebut dengan the act of saying something. Tindak ilokusi ialah sebuah tuturan yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, sekaligus untuk melakukan sesuatu, atau biasa disebut the act of doing something. Tindak perlokusi ialah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur, atau disebut the act of affecting someone. Searle dalam (Tarigan 2009: 42) mengklasifikasikan tindak ilokusi antara lain, asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklaratif. Sedangkan Searle dalam (Rohmadi 2004:32) mengkategorikan tindak tutur menjadi lima jenis, yaitu representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. George Yule (2006:92) menyatakan bahwa tindak tutur dapat diklasifikasikan sebanyak lima jenis, yaitu deklaratif, representatif, ekspresif, direktif dan komisif. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli serta melihat fungsi umum yang ditunjukan tindak tutur, maka dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu deklaratif, representatif/asertif, ekspresif, direktif dan komisif. Tindak tutur ekspresif ialah jenis tindak tutur dengan menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur (George Yule 2006:93). Verba yang menandai tindak tutur ekspresif misalnya, mengucapkan terimakasih, mengucapkan selamat, mengucapkan belasungkawa, menolak, dst. Sedangkan menolak berarti tidak menerima (memberi, meluluskan, mengabulkan), menampik, tidak membenarkan, mengurangi, dan menghalau. Pada intinya menolak merupakan tindakan ekspresi penutur terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan pendapat atau keinginan penutur. Tindak tutur menolak dalam bahasa Jawa banyak terjadi dalam transaksi perdagangan di pasar tradisional, salah satunya ialah di Pasar Sine. Pasar Sine memiliki

digilib.uns.ac.id 3 beragam bentuk penolakan dalam proses tawar menawar. Budaya Jawa yang melekat dalam keseharian masyarakatnya sangat mempengaruhi ragam penolakan tersebut. Salah satu contoh tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa yang terjadi di Pasar Sine Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut: (1) O1 : Iki pira? Ini berapa? O2 : Anting kuwi pat belas ewu wae. Anting (tas) itu empat belas ribu saja. O1 : Rolas ewu. Dua belas ribu. O2 : Mbok diingerke sik! iki ka nggone telulas ewu, percaya karepmu ra percaya karepmu. Digeser (harganya dinaikan) dulu! Ini dari pemiliknya tiga belas ribu, percaya atau tidak terserah kamu. Harga (tawarannya) dinaikan dulu! Ini dari penjual asalnya tiga belas ribu, percaya atau tidak terserah kamu. Konteks: Peristiwa tutur terjadi antara O1 selaku pembeli dengan O2 selaku penjual. Warna emosi biasa saja, cenderung santai. Maksud tuturan ialah penawaran harga. Tidak ada keikutsertaan orang ketiga. Urutan tutur dimulai dari O1 menggunakan ragam ngoko, kemudian dilanjutkan oleh O2 dengan menggunakan ragam ngoko pula. Bab yang dibicarakan ialah tawar-menawar mengenai harga tas anting. Instrumen yang digunakan ialah bahasa Jawa. Citarasa tuturan bersifat santai dan non formal. Adegan tutur terjadi di Pasar Sine sekitar pukul 06.00 WIB di kios penjual gerabah. Register ialah wacana lisan secara langsung. Menggunakan ragam bahasa ngoko. Percakapan di atas mengandung tuturan menolak yang dilakukan oleh O2, ditandai dengan kalimat imperatif Mbok diingerke sik! iki ka nggone telulas ewu, percaya karepmu ra percaya karepmu Dinaikkan dulu harganya! Ini dari penjual aslinya tiga belas ribu, percaya atau tidak terserah kamu. Secara teks, kalimat di atas berarti meminta seseorang untuk menggeser sesuatu dan menginformasikan harga suatu barang dari pedagang aslinya. Namun secara pragmatik kalimat di atas berarti commit sebuah to penolakan user yang ditandai dengan kalimat

digilib.uns.ac.id 4 imperatif dan dilakukan dengan kalimat panjang. Kalimat di atas memiliki arti bahwa O2 (pembeli) diminta untuk mengganti harga tawarannya, kalimat permintaan tersebut ditegaskan dengan argumen bahwa harga pokok barang tersebut seharga tiga belas ribu. Kalimat imperatif tersebut merupakan penanda penolakan tidak langsung yang dilakukan oleh O2. Percakapan di atas menggunakan penolakan impositif secara tidak langsung. Ketidaklangsungan penolakan ditandai dengan panjangnya kalimat yang intinya menyiratkan maksud menolak. Daya pragmatik/tindak perlokusi dari tuturan tersebut ialah bahwa pada akhirnya O2 menerima tawaran O1, yaitu menjual tas antingnya seharga Rp 12.000,- Data (1) hanya sebagian kecil dari penolakan yang terjadi dalam transaksi perdagangan di Pasar Sine. Selain penolakan masih banyak lagi transaksi yang terjadi dan perlu diteliti di Pasar Sine. Namun akhirnya penulis memilih tindak tutur menolak di Pasar Sine dalam penelitian ini dikarenakan : 1. Berdasarkan penggunaan bahasa di dalam masyarakat terdapat dua kemungkinan yaitu pemakaian bahasa sebagai sarana penyampaian informasi dan pemakaian bahasa sebagai sarana untuk maksud-maksud tertentu. Artinya, dalam suatu tuturan terdapat maksud tersirat yang dikaitkan dengan konteks. 2. Penelitian ini memfokuskan pada tindak tutur ekspresif menolak dalam transaksi jual beli di Pasar Sine. Hal ini dilakukan untuk mengetahui cirikhas, tipe penolakan beserta penanda tindak-tutur menolak yang dilakukan penjual dan pembeli di pasar tradisional tersebut. 3. Masyarakat desa Sine merupakan bagian dari wilayah Jawa timur yang berada di perbatasan Jawa Tengah. Sehingga komunikasi yang dipakai masih sedikit halus dan

digilib.uns.ac.id 5 bercampur dengan beberapa dialek Jawa Timur. Penelitian ini ingin dijadikan sebagai parameter tingkat kesopanan terhadap daya pragmatik suatu tuturan. 4. Berdasarkan penelitian terdahulu tentang tindak tutur, penelitian tindak tutur ekspresif menolak dalam transaksi jual beli khususnya di Pasar Sine belum pernah dilakukan. Berikut penelitian-penelitian terdahulu tentang tindak tutur ekspresif ; Tindak Tutur Ekspresif Bahasa Jawa di Kodya Surakarta oleh Sabtutik Handayani, 1995. Skripsi ini membicarakan bentuk, makna, fungsi, serta derajat kesopansantunan yang meliputi tujuh domain sosial yang ada di Kodya Surakarta. Dalam penelitian ini tindak tutur ekspresif digunakan dalam kalimat seru, pernyataan dan tanya. Fungsi tindak tuturnya adalah untuk mengungkapkan sikap sebagai reaksi terhadap tuturan atau tindakan seseorang. Dalam penelitian ini bentuk dan fungsi sangat dipengaruhi oleh komponen tutur, konteks dan norma-norma budaya Jawa, seperti sopan, kerja sama dan hormat. Tindak Tutur Ekspresif dalam Adegan Gara-Gara pada Pertunjukan Wayang Kulit oleh Dalang Ki. H. Anom Suroto oleh Farida Rachmawati, 2005. Skripsi ini membahas tentang bentuk, dan maksud tuturan dalam adegan Gara-Gara pada pertunjukan Wayang Kulit. Di dalam penelitian ini ditemukan empat kategori sintaksis sebagai penanda lingual yang menandai bentuk tindak tutur ekspresif, yaitu berupa 7 kata, 11 frasa, 15 klausa, dan 10 kalimat. Bentuk kata, frasa, klausa, dan kalimat tersebut berfungsi sebagai penanda lingual dari 21 bentuk tindak tutur ekspresif dalam adegan gara-gara tersebut. Penelitian yang berjudul Tindak Tutur Ekspresif Menolak Bahasa Jawa dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Sine, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi (Suatu Tinjauan Pragmatik) ini dilakukan untuk mengetahui bentuk, tipe, serta daya pragmatik dalam tindak tutur menolak di Pasar Sine Ngawi.

digilib.uns.ac.id 6 B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan mempermudah penulis dalam menentukan langkah penelitian. Dalam sebuah penelitian pembatasan masalah sangat penting dilakukan, karena akan mempengaruhi ketepatan sasaran. Oleh karena itu, hal-hal yang tidak relevan dapat dihindarkan. Adapun penelitian ini penulis fokuskan pada masalah bentuk tindak tutur ekspresif menolak, tipe tindak tutur ekspresif menolak, Serta daya pragmatik dari tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa dalam transaksi jual beli di Pasar Sine. C. Rumusan Masalah Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah bentuk tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa dalam transaksi jual beli di Pasar Sine Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi? 2. Bagaimanakah tipe tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa dalam transaksi jual beli di Pasar Sine Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi? 3. Bagaimana daya pragmatik tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa dalam ranah jual beli di Pasar Sine Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut: 1. Bentuk tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa dalam transaksi jual beli di Pasar Sine Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi. 2. Tipe tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa dalam transaksi jual beli di Pasar Sine Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi.

digilib.uns.ac.id 7 3. Daya pragmatik tindak tutur ekspresif menolak bahasa Jawa dalam ranah jual beli di Pasar Sine Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi. E. Manfaat Penelitian Suatu penelitian tentunya harus membawa manfaat baik dari segi teoretis maupun praktis. Begitu juga dalam penelitian ini, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoretis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dalam bidang kebahasaan mengenai model analisis tindak tutur ekspresif menolak berbahasa Jawa secara pragmatik. Selain itu juga penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya mengenai penelitian tindak tutur ekspresif menolak dalam ilmu pragmatik. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya, materi pengajaran bahasa Jawa, dan sumbangan terhadap pengembangan dan pembinaan bahasa Jawa. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan diperlukan untuk mempermudah penguraian masalah dalam suatu penelitian dan agar cara kerja penelitian pun lebih terarah, runtut, dan jelas. Penelitian yang sistematis banyak membantu pembaca dalam memahami hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelima bab tersebut adalah sebagai berikut:

digilib.uns.ac.id 8 Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ke dua adalah landasan teori. Bab ini terdiri atas kajian pustaka, berisi sejumlah teori yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai landasan atau acuan dalam penelitian ini. Antara lain pengertian Pragmatik, tindak tutur, tindak tutur Ekspresif, Tindak tutur ekspresif menolak, maksim kesantunan, prinsip kerjasama, dan peristiwa tutur. Bab ke tiga adalah metodologi penelitian. Bab ini berisi jenis penelitian, lokasi penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis data, metode penyajian hasil analisis. Bab ke empat adalah analisis data. Bab ini berisi analisis dari data yang telah tersedia. Dari analisis data yang didapatkan hasil penelitian yang menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah bab pertama. Bab ke lima adalah penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran.

digilib.uns.ac.id 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa, memiliki berbagai cabang. Cabangcabang tersebut adalah Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Semantik, dan Pragmatik. Fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang bunyi. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk morfem dan polimorfemik. Sintaksis adalah ilmu bahasa yang mengkaji penggabungan satuan lingual berupa kata untuk membentuk satuan kebahasaan yang lebih besar. Semantik adalah disiplin ilmu yang menelaah makna satuan lingual baik leksikal maupun gramatikal. Sedangkan pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna bahasa secara eksternal, ataupun untuk mengetahui maksud sebuah tuturan. (Putu Wijana, 1996: 1) Menurut Putu Wijana (1996:2), Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi. Sehingga makna yang dikaji dalam pragmatik adalah makna yang terikat konteks atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur. Pragmatik dapat dimanfaatkan seorang penutur Telaah umum mengenai bagaimana cara konteks mempengaruhi cara kita menafsirkan kalimat disebut pragmatik. Tindak ujar adalah bagian dari pragmatik, dan pragmatik merupakan bagian dari performansi linguistik. Pengetahuan mengenai dunia adalah bagian dari konteks, dan pragmatik mencakup bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk menginterpretasikan ucapan-ucapan (Tarigan, 2009: 31).

digilib.uns.ac.id 10 George Yule (2006:5) mengungkapkan bahwa pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Diantara tiga bagian perbedaan ini hanya pragmatik sajalah yang memungkinkan orang ke dalam suatu analisis. Manfaat belajar bahasa melaui Pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka dan jenis-jenis tindakan yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang bicara. Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari tentang maksud sebuah tuturan. Sedangkan maksud dari tuturan tersebut bisa dilihat berdasarkan konteks pembicaraan penutur dan mitra tutur. B. Tindak Tutur Bahasa adalah performance manusia, maksudnya bahasa merupakan realisasi kode yang berupa bunyi ujar. Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari proses komunikasi sebagai sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, maksud, dan sebagainya (Paina, 2009:42). Tindak tutur (speech act) merupakan suatu tindakan yang diungkapkan melalui bahasa dengan disertai gerak atau sikap anggota badan untuk mendukung penyampaian maksud. Dalam mengungkapkan perasaannya, seorang penutur dapat memilih tuturan yang di dalamnya terkandung praanggapan (presupposition) dan implikatur yang sifatnya khusus (Paina, 2009:42). Sebagai tindakan yang diungkapkan melalui bahasa oleh penutur kepada lawan tutur, tindak tutur berfungsi untuk menyatakan maksud penutur agar diterima oleh lawan tuturnya. Dalam mengatakan commit sesuatu, to user seseorang juga melakukan tindakan.

digilib.uns.ac.id 11 dalam pragmatik, tuturan merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur. Ada tiga klasifikasi tindak tutur : 1. Berdasarkan Perwujudan Si Penutur Menurut Searle dalam Putu Wijana (1996:17) dan Austin dalam Henry Guntur Tarigan (2009:100), ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindakan lokusi, ilokusi dan perlokusi. a. Tindak lokusi Menurut Tarigan (2009:100), tindak ilokusi adalah melakukan tindakan untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai the act of saying something. Lebih jauh tindak lokusi ialah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur (Putu Wijana, 1996: 18). Jadi, dari perspektif pragmatik tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting peranannya untuk memahami tindak tutur (Parker dalam Wijana, 1996:18). b. Tindak Ilokusi Tindak Ilokusi adalah melakukan suatu tindakan dengan mengatakan sesuatu (Tarigan, 2009: 35). Sebagian verba yang digunakan untuk melabel tindak ilokusi bisa digunakan secara performatif. Menurut Putu Wijana (1996:18), tindak ilokusi disebut juga dengan the act of doing something. Bahwa kalimat tidak hanya digunakan untuk menginformasikan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya juga dipertimbangkan secara seksama. Tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tutur. Untuk memahami tindak tutur ilokusi,

digilib.uns.ac.id 12 maka harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, serta kapan dan bagaimana tuturan itu terjadi. Berdasarkan hubungannnya dengan tujuan sosial dalam menentukan dan memelihara serta mempertahankan rasa dan sikap hormat, maka fungsifungsi ilokusi diklasifikasikan menjadi empat jenis (Tarigan, 2009: 40) ; 1. Kompetitif : tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan sosial 2. Konvivial : tujuan ilokusi bersamaan atau bertepatan dengan tujuan sosial 3. Kolaboratif : tujuan ilokusi tidak mengacuhkan atau biasa-biasa terhadap tujuan sosial 4. Konfliktif : tujuan ilokusi bertabrakan atau bertentangan dengan tujuan sosial. c. Perlokusi Tindak perlokusi adalah melakukan suatu tindakan dengan menyatakan sesuatu (Tarigan, 2009: 35). Tindak perlokusi menimbulkan efek tertentu pada pendengar dengan persuasi. Menurut Putu Wijana, tindak tutur yang pengutaraannnya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi. Tindak tutur ini disebut dengan the act of affecting someone. 2. Berdasarkan Isi Kalimat atau Tuturannya. Berdasarkan isi kalimat atau tuturannya, kalimat dapat dibedakan menjadi tiga jenis : a. Kalimat berita (Deklaratif) Kalimat berita atau deklaratif ialah kalimat yang isinya memberitakan sesuatu commit kepada to user pembaca atau pendengar, kalimat berita

digilib.uns.ac.id 13 dapat berbentuk aktif maupun pasif, namun semunya bermaksud untuk memberitakan sesuatu (Nadar, 2009: 72). b. Kalimat tanya (interogatif) Kalimat tanya atau interogatif ialah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Berdasarkan nilai komunikatifnya kalimat tanya dibedakan menjadi kalimat interogatif informatif dan kalimat interogatif konfirmatoris. Kalimat interogatif informatif menuntut pendengar memberikan informasi pemboicara, sedangkan kalimat interogatif konfirmatoris menuntut pendengar supaya menyatakan setuju atau tidak setuju mengenai hal yang akan diungkapkan oleh pembicara (Lapoliwa dalam Nadar, 2009:72) c. Kalimat perintah (Imperatif) Kalimat perintah ialah kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Mengenai wujud pragmatik imperatif dalam bahasa indonesia dapat berupa tuturan macam-macam dengan menggunakan konstruksi imperatif maupun bukan imperatif (Rahardi dalam Nadar, 2009: 73). 3. Berdasarkan Modus dan Keliterannya Menurut Putu Wijana (1996: 29-36) secara keseluruhan tindak tutur dibedakan menjadi delapan macam : a. Tindak tutur langsung Tindak tutur langsung ialah Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat Tanya, dan kalimat perintah. Bila secara konvensional, kalimat berita digunakan untuk mengatakan sesuatu, kalimat commit Tanya to untuk user bertanya, kalimat perintah untuk

digilib.uns.ac.id 14 menyuruh, mengajak, memohon dsb. Maka tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung. b. Tindak tutur tidak langsung Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung, biasanya tidak dapat dijawab secara langsung, tetapi harus segera dilaksanakan maksud yang terimplikasi didalamnya. c. Tindak tutur literal Tindak tutur literal ialah tuturan yang sesuai dengan maksud dan modusnya. Tindak tutur literal (literal speech act)adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menysuusnnya (Putu Wijana, 1996:32) d. Tindak tutur tidak literal Tindak tutur tidak literal ialah tuturan yang tidak sesuai dengan maksud dalam tulisan/tuturan. Tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Putu Wijana, 1996: 32) e. Tindak tutur langsung literal Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. f. Tindak tutur tidak langsung literal

digilib.uns.ac.id 15 Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. g. Tindak tutur langsung tidak literal Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Maksud memerintah diungkapkan dengan kalimat perintah, dan maksud menginformasikan dengan kalimat. Kalimat Tanya tidak dapat digunakan untuk tindak tutur jenis ini. h. Tindak tutur tidak langsung tidak literal Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. 4. Berdasarkan Fungsi Tindak Tutur Berdasarkan klasifikasi umum, ada lima jenis fungsi umum yang ditunjukan tindak tutur, yaitu tindak tutur deklarasi, representatif, ekspresif, direktif dan komisif (George Yule, 2006: 92). Sedangkan menurut Searle (1979) dalam Tarigan (2009: 42) dan Rohmadi (2004:32) mengklasifikasikan tindak ilokusi antara lain, asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklaratif. a. Deklaratif adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan (George Yule, 2006:92). Salah satu verba tindak tutur ini adalah menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membaptis, menamai dll (Henry Guntur, 2009:43)

digilib.uns.ac.id 16 b. Asertif, adalah tindak tutur yang melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan, misalnya menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh menuntut, melaporkan (Henry Guntur, 2009:42) c. Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu (George Yule, 2006: 92). Verba dari tindak tutur ini adalah memesan, memerintah, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasihati (Henry Guntur, 2009:43). d. Komisif ialah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksud oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa; janji, ancaman, penolakan, ikrar, dan dapat ditampilkan sendiri oleh penutur atau penutur sebagai anggota kelompok (George Yule, 2006:94). Menurut Paina (2009:47) tindak tutur Komisif adalah tuturan yang menyatakan bahwa penutur akan melakukan suatu tindakan yang belum dilakukan. Tindak tutur komisif memiliki fungsi tertentu dan dapat diberi nama berdasarkan tujuan komunikasi. Yang dimaksud fungsi tertentu adalah fungsi tuturan untuk menyatakan tindakan yang akan dilaksanakan penutur dan belum terlaksana seperti berniat, berjanji, bersumpah, dan bernadar. e. Ekspresif adalah tindak tutur yang mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi (Henri Guntur, 2009:42). Bentuk kata kerja tindak tutur selalu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa

digilib.uns.ac.id 17 pernyataan gembira, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan dan kesengsaraan (George Yule, 2006:93). Contoh verba tindak tutur ini adalah berterimakasih, mengucapkan selamat, kata sambutan dll (Nadar, 2009:16). Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa Tindak tutur (speech act) merupakan tindakan yang diungkapkan melalui bahasa dengan disertai dengan gerak anggota badan untuk mendukung penyampaian maksud. Tindak tutur memiliki beberapa jenis, berdasarkan perwujudan si penutur, berdasarkan isi kalimat, berdasarkan modus, dan berdasarkan fungsi. C. Tindak Tutur Ekspresif Menurut Austin, tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur behatitif (behatitives utterance). Tindak tutur behatitif adalah reaksi-reaksi terhadap kebiasaan dan keberuntungan orang lain dan merupakan sikap serta ekspresi seseorang terhadap kebiasaan orang lain. Verba ekspresif biasanya muncul dalam konstruksi S verba (prep) (O) (prep) Xn (dimana (prep) adalah preposisi fakultatif; dan Xn adalah frase nomina abstrak atau frase gerundif), contoh meminta maaf, menaruh simpati, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, mengucapkan terima kasih ( Henry Guntur Tarigan, 1990: 117). Tindak tutur Ekspresif memiliki fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologi sang pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi. Misalkan ; mengucapkan terimakasih, memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa dan sebagainya (Henry Guntur Tarigan, 2009:43). Menurut George Yule (2006:93) tindak tutur ekspresif mencerminkan pernyataanpernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. commit to Nadar user (2009:16) menyatakan bahwa kata

digilib.uns.ac.id 18 kerja tindak tutur ini ialah seperti kata berterimakasih, mengucapkan selamat, dan menyambut. Dalam klasifikasi yang dibuat oleh Ibrahim (1993:17), tindak ilokusi komunikatif dibagi menjadi 4 yaitu constatives, direktives, comissives, dan anknowledgments. Tindak tutur ekpresif diartikan sebagai anknowledgements yang berarti mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur, baik yang berupa rutinitas maupun yang murni. Perasaan dan mengekspresikannya cocok untuk jenis situasi tertentu. Misalnya menyampaikan salam, berterimakasih, meminta maaf, bela sungkawa, mengucapkan selamat, dan menolak. Anknowledgement diharapakan pada situasi tertentu, anknowledgement itu seringkali disampaikan bukan karena perasaan yang benar-benar murni tetapi karena ingin memenuhi harapan sosial sehingga perasaan itu perlu diekspresikan (Ibrahim, 1993:24). Dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak tutur ekspresif ialah tindakan yang diungkapkan penutur berdasarkan ekspresi perasaan yang diungkapkan oleh penutur. Tindak tutur ini mencerminkan sikap psikologi si penutur. Sehingga tindak tutur ekspresif masuk dalam tinsak tutur yang Anknowledgement atau tidak ada parameter ilmiah yang bisa digunakan untuk mengukur tindak tutur ekpresif. D. Tindak Tutur Ekspresif Menolak Menolak berarti mendorong, menyorongkan, mendesak, mencegah, tidak menerima (memberi, meluluskan, mengabulkan) menampik, tidak membenarkan, mengusir, menghalaukan, mengurangi, memotong (KBBI Edisi Kedua, 1996: 1065). Tindak tutur ekspresif menolak adalah ungkapan perasaan penutur kepada mitra tutur untuk tidak menerima sebuah tawaran atau ajakan dari mitra tutur. Dalam bahasa

digilib.uns.ac.id 19 Jawa terdapat beberapa penanda negasi, penanda tersebut ialah kata ora, ndak, nggak, dudu, tanpa, tan, tuna, dan lir (Roni, 2001:75). Menolak merupakan salah satu tindak tutur (Vander Veken, dalam Nadar dkk. Volume 17:167), sehingga memahami penolakan akan menjadi lebih mudah apabila didahului dengan pemahaman mengenai konteks tuturan. Selain itu untuk memahami penolakan yang terkait dengan interaksi penutur dan lawan tutur serta keperluan untuk berperilaku sopan dalam mengutarakan kesopanan berbahasa, perlu dikaji teori lain terkait dengan teori kerjasama, strategi kesopanan berbahasa dan teori tentang kalimat dari sudut pandang komunikatif. Turnbul dan Saxton dalam Nadar dkk. (Volume 17: 167), menjelaskan bahwa penolakan terhadap suatu permintaan dalam bahasa Inggris seringkali dinyatakan dengan tuturan sebagai berikut: sorry, I d love to, but I m working then so I don t think I can make it. I could do it next week. Dengan kata lain dalam suatu penolakan terdapat serangkaian tindak tutur seperti minta maaf, mengucapkan simpati, mengungkapkan alasan, mengungkapkan ketidakmampuan, dan membuat penawaran. Nadar dkk. (volume 17: 167) mengatakan bahwa penolakan yang panjang dan berteletele dimaksudkan agar pihak lawan tutur tidak sakit hati atau merasa kurang senang terhadap penolakan yang ditujukan kepada dirinya. Tuturan penolakan mengandung pesan yang ingin dikomunikasikan oleh penutur kepada lawan tutur bahwa penutur tidak mampu mengikuti atau tidak dapat menyetujui kehendak, perintah, tawaran, permintaan, usulan, ajakan, atau keinginan lawan tutur. Dengan demikian, karena secara mendasar penolakan bersifat menentang atau bertentangan dengan keinginan lawan tutur, penyusunannya tentulah menggunakan strategi kesopanan tertentu. Mungkin penyusunan ungkapan yang bersangkut paut dengan strategi kesopanan berbahasa itu menjadi penyebab mengapa

digilib.uns.ac.id 20 penolakan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Inggris dan Indonesia tidak selalu tegas dan jelas mengungkapkan penolakan (Nadar, 2005:4). Menurut George Yule (2006: 94), penolakan masuk dalam kategori tindak tutur komisif. Namun, berdasarkan analisis pengertian serta fungsi komisif dan ekspresif, bisa dipastikan bahwa menolak merupakan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan dalam tuturannya itu. Penutur dituntut dalam kondisi ketulusan untuk melaksanakan apa yang telah dituturkannya itu (Paina, 2009:33). Sedangkan menolak bukan salah satu tindakan yang beracu pada masa yang akan datang. Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur ekspresif menolak ialah ekspresi psikologi yang diungkapkan oleh penutur dengan maksud menolak suatu tuturan yang diungkapkan oleh mitra tutur. Penolakan tersebut bisa secara langsung dan secara tidak langsung. Penolakan secara langsung bahasa Jawa ditandai dengan adanya penanda negasi. sedangkan penolakan tidak secara langsung bisa dengan menggunakan kalimat imperatif, interogatif maupun deklaratif. Penolakan secara tidak langsung bisa dilihat dari konteks tuturan. E. Kalimat Menolak dari Sudut Pandang Komunikatif Dalam KBBI, kalimat ialah perkataan; ujaran utuh yang mengungkapkan konsep pikiran dan perasaan (KBBI, Edisi ketiga, 2005: 414). Dalam mengungkapkan perasaannya, penutur dipengaruhi oleh tujuan tuturan, termasuk tujuan menolak. Kalimat menolak dalam berbahasa Jawa bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu menolak dengan negasi dan menolak tanpa penanda negasi. Dalam bahasa Jawa terdapat beberapa penanda negasi, penanda tersebut ialah kata ora, ndak, nggak, dudu, tanpa, tan, dan tuna (Roni, 2001:75). Kata Ora, tan dan tanpa berarti ora atau tidak,

digilib.uns.ac.id 21 dan tuna berarti rugi. Kata ndak dan nggak, berarti tidak, namun dua kata tersebut ialah kata dalam bahasa Indonesia. Selain itu, kata mboten, ora, wegah, emoh, nyuwun ngapunten, mboten kersa juga sering digunakan sebagai cara menolak suatu permintaan dalam bahasa Jawa. Sedangkan kalimat penolakan tanpa negasi, ialah kalimat yang mengisyaratkan sebuah penolakan meskipun tanpa disertai negasi. Berdasarkan modusnya, tindak tutur dibedakan menjadi dua yaitu secara langsung dan tak langsung. Dalam tindak tutur secara langsung, kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberitakan sesuatu, kalimat tanya (interogatif) berfungsi untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah (imperatif) berfungsi untuk menyampaikan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Namun, karena adanya berbagai pertimbangan, misalnya pertimbangan kesopanan berbahasa, kalimat berita dapat dipergunakan untuk memerintah, atau kalimat tanya dipergunakan untuk menyuruh. Dengan demikian tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur secara tidak langsung (Nadar, 2005:100). Tindak tutur tidak langsung cukup dominan digunakan dalam rangka mengungkapkan maksud penutur kepada lawan tutur, termasuk dalam mengungkapkan penolakan. Sangat perlu kiranya mempelajari secara mendalam mengenai kalimat berita, tanya, maupun perintah. Meski sudah jelas perbedaan kalimat dari sudut pandang komunikatif dan kalimat dari sudut pandang formal, namun suatu kalimat yang digunakan dalam berkomunikasi tidak pernah lepas dari sudut pandang komunikatif maupun sudut pandang formal (Nadar, 2005:100). Nadar (2005, 102) mengungkapkan bahwa kalimat menurut nilai komunikatifnya sama halnya dengan kalimat menurut makna serta mengacu pada pola-pola kalimat yang lazim digunakan dalam berkomunikasi dan relevan dengan pragmatik tentang realisasi strategi commit kesopanan to user berbahasa. Menurut Quirk dan

digilib.uns.ac.id 22 Greenbaum dalam Nadar (2005, 101) kalimat dalam bahasa inggris menurut nilai komunikatif dibedakan menjadi empat, yaitu kalimat tanya, kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat seru. Kalimat menolak dengan negasi maupun tanpa negasi memiliki beberapa tipe penolakan. Searle (1975) mengajukan hipotesis bahwa pada hakikatnya semua tuturan mengandung arti tindakan, dan unsur terkecil dalam komunikasi adalah tindak tutur seperti menyatakan, menanyakan, memerintah, meminta maaf, mengucapkan terimakasih dll (Nadar dkk. Volume 7:167). Hal tersebut sekaligus mengatakan bahwa tindak tutur dalam kalimat menolak juga mengandung arti menyatakan, menanyakan, memerintah, meminta maaf, mengucapkan terimakasih dll. Contoh penolakan berbahasa Jawa berdasarkan modusnya ialah pada penggunaan kalimat sebagai berikut: (1) O1 : Mbakone pintenan buk? Tembakaunya berapa buk? O2 : Sekawan ewu mbak. Empat ribu mbak. O1 : Tigangewu buk. Mboten angsal tigangewu? Tiga ribu buk. Tiga ribu tidak boleh? O2 : Ngaturaken lepat mbak, nek niki malah angsal kalih setengah mbak. Mohon maaf mbak, kalo yang ini malah boleh duaribu limaratus mbak. O1 : O, geh mpun. O, ya sudah. Konteks: Terjadi peristiwa tutur antara O1 dan O2. Warna emosi yang ditimbulkan ialah biasa saja. Maksud tuturan adalah O1 ingin membeli tembakau, namun didalamnya ada proses tawar menawar yang menyiratkan penolakan. Tidak ada orang ketiga. Urutan tutur dimulai dari O1 kemudian dilanjutkan oleh O2. Bab yang dibicarakan ialah mengenai harga tembakau. Instumen yang digunakann ialah bahasa Jawa ragam krama. Citarasa tuturan biasa saja bersifat informal. Adegan tutur terjadi di Pasar Sine di penjual tembakau. Menggunakan register wacana lisan. Menggunakan Bahasa Jawa krama.