BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP KEKUATAN MEKANIK SAMBUNGAN LAS ALUMUNIUM 1XXX KETEBALAN 2 MM DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( )

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

PENGARUH PUTARAN TOOL TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS SAMBUNGAN PADA ALUMINIUM 5051 DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALLUMUNIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

BAB I PENDAHULUAN. cukup berat. Peningkatan akan kualitas dan kuantitas serta persaingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya

PENGARUH KECEPATAN SPINDLE DAN FEED RATE TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS TIPE FRICTION STIR WELDING UNTUK ALUMINIUM SERI 1100 DENGAN TEBAL 2 MM

PENGARUH PENGUNAAN PIN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALMUNIUM (Al)

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV DATA DAN ANALISA

ANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu cabang ilmu yang dipelajari pada Teknik Mesin adalah teknik

BAB I PENDAHULUAN. penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya. diantara material yang disambungkan. Ini biasanya dilakukan

ANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110

I. PENDAHULUAN. atau lebih dengan memanfaatkan energi panas. luas, seperti pada kontruksi bangunan baja dan kontruksi mesin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADAKAPAL KATAMARAN

PERNYATAAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Prasetyo Agung Nugroho NIM :

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

PENGARUH PENGELASAN ALUMINIUM 5083

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

Analisis Sifat Mekanik dan Struktur Mikro pada Pengelasan AA 5083 dengan Proses Friction Stir Welding pada Arah Sejajar dan Tegak Lurus Rol

Studi Komparasi Sambungan Las Dissimilar AA5083- AA6061-T6 Antara TIG dan FSW

PENGARUH PROFIL PIN DAN JARAK PREHEATING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN MATERIAL AA5052-H32 FRICTION STIR WELDING JUDUL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

PENGARUH PROFIL PIN DAN TEMPERATUR PREHEATING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN MATERIAL AA5052-H32 FRICTION STIR WELDING

ANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN

PENGARUH FEED RATE TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM SERI 6110

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

PENGARUH FEED RATE TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA FRICTION STIR WELDING ALUMUNIUM

Pengaruh Variasi Putaran Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Sambungan Las Tak Sejenis Paduan Aluminium 5083 dan 6061-T6 Pada Proses Las FSW

PENGARUH BENTUK PROBE PADA TOOL SHOULDER TERHADAP METALURGI ALUMINIUM SERI 5083 DENGAN PROSES FRICTION STIR WELDING

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Komparatif Hasil Friction Stir Welding (FSW) dan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) pada Sambungan Las Luminium Seri 5083

Kajian Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro Hasil Pengelasan Shield Metal Arc Welding dan Friction Stir Welding Baja Karbon St 37

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

PENGARUH KECEPATAN SPINDLE DAN FEED RATE TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS TIPE FRICTION STIR WELDING UNTUK ALUMINIUM SERI 1100 DENGAN TEBAL 2 MM

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode baru untuk mengatasi

ANALISIS PENGARUH BACKING PLATE MATERIAL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING TERHADAP SIFAT MEKANIK ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

2.5. Heat Treatment Metalurgi Las Aluminium Klasifikasi Aluminium Sifat Mampu Las Aluminium...

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KEDALAMAN PIN (DEPTH PLUNGE) TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN GESEK AL.5083

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada

STUDI PERBANDINGAN SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN SATU SISI DAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 KAPAL KATAMARAN

PENGARUH KECEPATAN PUTARAN TOOL DAN PEMANAS TAMBAHAN TERHADAP KEKUATAN MEKANIK POLYPROPYLENE HASIL LAS FRICTION STIR WELDING

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh : SUPRIYADI NIM. I

Hasil Radiography. Isolated Slag Inclusion (ISI)

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN ALUMINIUM AA 1100 DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING (FSW) Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

PERUBAHAN NILAI KEKUATAN TARIK PADA HASIL PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM T3 YANG MENGGUNAKAN PERLAKUAN TRANSIENT THERMAL

ANALISA PENGARUH PENGELASAN FCAW PADA SAMBUNGAN MATERIAL GRADE A DENGAN MATERIAL GRADE DH 36. Oleh :

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS ALUMINIUM 6061 HASIL FRICTION WELDING ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

ANALISIS SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN ALUMINIUM AA 1100 DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING (FSW) ABSTRACT

PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN PELAT AA5083 PADA PROSES FRICTION STIR WELDING

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Pengaruh Kecepatan Putar Indentor Las Gesek Puntir (Friction Stir Welding) Terhadap Kualitas Hasil Pengelasan Alumunium 1100-H18

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING (FSW) ALUMINIUM 2024

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO ALUMINIUM AA1100 HASIL PENGELASAN FRICTION STIR WELDING DENGAN VARIASI FEED RATE

Kolbi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Program Studi S-1 Teknik Mesin Fakultas Teknik, Yogyakarta 55183, Indonesia

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

THE EFFECT OF PIN DESIGN ON MECHANICAL PROPERTIES OF ALUMINIUM H112 AS A RESULT OF FRICTION STIR WELDING PROCESS

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Hasil pengelasan menggunakan metode friction stir welding ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan dengan metode FSW merupakan pengelasan yang terjadi pada kondisi padat (solid state joining) dengan memanfaatkan gesekan dari benda kerja yang berputar dengan benda kerja lain yang diam sehingga mampu melelehkan benda kerja yang diam tersebut dan akhirnya tersambung menjadi satu. Pada Gambar 4.1 (a) hasil pengelasan dengan metode FSW dengan Feed rate 20 mm/menit dengan kecepatan putar tool 980 rpm permukaan lasannya terlihat kasar hal tersebut disebab kan oleh kecepatan putar tool terlalu pelan sehingga menghasilkkan panas yang kurang untuk melelehkan aluminium yang akan disambung atau dilas. (b) menunjukan hasil pengelasan dengan kecepatan putar tool 2300 rpm dengan feed rate 20 mm/menit sambungan las menyatu dengan baik dan tidak terdapat ripples. Hal tersebut disebaban panas yang dihasilan pada saat proses pengelasan cukup dan konstan hingga akhir pengelasan dan (c) sambungan las menyatu dengan baik. walaupun masih terdapat ripples yang disebabkan oleh tool terlalu menempel pada plat saat proses pengelasan dan tidak halusnya permukaan tool yang bergesekan antara tool dengan benda kerja yang menyebabkan hasil las tidak begitu halus dan rapi.

A Arah pergeseran meja Advancing Side Arah Putaran Tool A Arah pergeseran meja Advancing Side Retreating Side Retreating Side B Arah pergeseran meja Advancing Side Arah Putaran Tool B Arah pergeseran meja Advancing Side Retreating Side Retreating Side C Arah pergeseran meja Advancing Side Arah Putaran Tool Ripples Retriating Side C Arah pergeseran meja Advancing Side Retriating Side Gambar 4.1 (a). Hasil pengelasan dan tampak belang dengan metode FSW kecepatan putar tool 980 rpm (b). 2300 rpm. (c). 2700 rpm. 4.2 Hasil Foto Makro dan Mikro a. Hasil Foto Makro Berdasarkan hasil foto struktur makro untuk tiap spesimen memiliki perbedaan yang sangat signifikan baik dari segi bentuk ataupun dari sifat mekaniknya. Hal ini dikarenakan panas yang dihasilkan dari tiap kecepatan putar Tool tidak sama sehingga menyebabkan proses pelunakan material tidak seluruhnya melunak. Proses pelunakan sangat berperan penting dalam pengelasan ini karena jika material tidak meleleh pin yang berfungsi sebagai

pengaduk dan penyambung material tidak akan bisa mengaduk dengan sempurna. A TMAZ Wormholes HAZ WN TMAZ BM BM B Wormholes TMAZ WN TMAZ BM HAZ BM C Wormholes TMAZ WN TMAZ BM HAZ BM Gambar 4.2. Strutur makro sambungan las FSW dengan variasi putaran tool (a) 980 rpm, (b) 2300 rpm, dan (c) 2700 rpm.

b. Hasil Foto Mikro Hasil pengamatan struktur mikro dilakukan untuk mengetahui perubahan struktur mikro yang terjadi akibat adanya proses pengelasan dengan metode FSW, yaitu didaerah strir zone, HAZ, dan base metal. Pada pengelasan FSW dengan penggunaan aluminium 1XXX hanya terjadi penghalusan partikel-pertikel pada daerah stir zone dan tidak terjadi perubahan fase karena pada pengelasan ini tidak menggunakan logam pengisi. Ketiga daerah (stir zone, HAZ, dan base metal) itu mendapatkan perlakuan yang berbeda pada saat proses pengelasan berlangsung, dengan adanya perlakuan yang berbeda maka ketiganya memiliki struktur mikro yang berbeda. Al 10µm Gambar 4.3 Struktur mikro base metal Aluminium 1xxx setelah pengujian mikrostruktur dengan pembesaran Pada gambar 4.3 daerah base metal bentuk butir hitam memiliki ukuran partikel yang lebih lebar karena pada daerah bese metal tidak terpengaruh efek panas yang dapat merubah struktur mikronya.

A B 10µm 10µm C 10µm Gambar 4.4 (a) Struktur Mikro daerah HAZ pada kecepatan tool 980 rpm (b) 2300 rpm dan (c) 2700 rpm pengujian mikrostruktur dengan pembesaran 100x Pada Gambar 4.4 terlihat bentuk butir hitam memiliki perbedaan ukuran partikel yang tidak signifikat dari masing-masing varisasi kecepatan putar tool dikarenakan efek panas yang dihasilkan dari gesekan pin dengan spesimen pada saat proses pengelasan mudah menyebar dengan cepat pada cekam yang digunakan. Hal ini disebabkan spesimen yang digunakan menggunakan plat aluminium yang tipis dengan ketebalan 2mm.

A B 10µm 10µm C 10µm Gambar 4.5 Struktur mikro daerah stir zone variasi putar tool (a) 980 rpm, (b) 2300 rpm, dan (c) 2700 rpm dengan pembesaran 100x Pada Gambar 8(a) Stuktur mikro pada daerah stir zone terlihat bentuk partikel terlihat kasar dan terlihat mengikuti alur dari putaran pin tersebut, hal ini diakibatkan kurangnya efek panas dan tidak stabilnya panas yang dihasilkan pada proses pengelasan, efek panas yang dihasilkan pada putaran 980 rpm sebesar 65 140 o C. Gambar 8(b) dan (c) pada derah ini partikel mengalami pertumbuhan dan partikel terlihat lebih lembut terjadi akibat adanya rekristalisasi yang disebabkan oleh proses puntiran pada saat pengelasan, panas yang dihasilkan cukup stabil sebesar 68 210 o C. 4. 3 Hasil Uji kekerasan Pengujian kekerasan dilakukan pada tiap spesimen hasil pengelasan dengan variasi kecepatan putar tool. Table 4.1 Menunjukan data hasil pengujian kekerasan

dengan menggunakan Vickers, kemudian pada gambar menunjukkan grafik perbandingan kekerasan pada tiap variasi pengelasan. Tabel 4.1 Hasil pengujian kekerasan Posisi titik Nilai kekerasan VHN No uji 980 2300 2700 Raw Material 1 8 mm 41.0 33.6 30.9 38.1 2 6 mm 40.7 31.7 30.9 38.1 3 4 mm 39.8 31.7 33.0 37.8 4 39.5 31.7 32.5 37.8 5 0 mm 59.1 33.4 33.9 40.1 6 38.1 30.7 31. 3 40.1 7 4 mm 40.7 31. 3 31. 3 39.2 8 6 mm 41.9 30.9 31.3 39.2 9 8 mm 40.1 32.5 31. 3 39.2 Proses pengelasan aluminium dengan friction stir welding menggunakan variasi putaran tool 980, 2300, 2700 rpm hasil pada pusat las lebih kecil dari raw material, kecuali pada putaran tool 980 rpm dapat dilihat pada table 4.1. Pada putaran tool 980 rpm memiliki kekerasan paling tinggi dipusat las sebesar 59,1 VHN sedangkan Kekerasan yang rendah di pusat las pada putaran tool 2300 rpm sebesar 33,4 VHN. ini dapat terjadi karena heat input yang besar dapat menghasilkan bentuk grain yang kecil.

kekerasan VHN VHN -10-5 0 5 10 posisi titik uji 70 60 50 40 30 20 10 0 980 rpm 2300 rpm 2700 rpm Raw material Gabar 4.6 Grafik distribusi kekerasan dari pusat las 70 60 59,1 50 40 30 20 10 40,1 33,4 33,9 0 Raw material 980 2300 2700 Putaran tool (rpm) Gambar 4.7 Grafik pengaruh putaran tool terhadap kekerasan pada daerah sambungan las (titik 0) Pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa kekerasan dari sambungan FSW variasi putaran tool 980, 2300, 2700 rpm hasilnya adalah 59,1, 33,4, 33,9 VHN. Kekerasan sambungan las FSW mencapai 148 % dimana hasil kekerasan tertinggi terjadi pada putaran 980 rpm sebesar 59.1 VHN lebih tinggi dari nilai kekerasan raw material sebesar 40.1VHN. Dari gambar grafik 4.7 menunjukkan bahwa ketiga variasi putaran tool diketahui bahwa semakin besar putaran tool maka tingkat kekerasannya semakin kecil. Hal ini dikarenakan semakin tinggi putaran maka heat input yang dihasilkan

akan semakin besar. Dan semakin besar heat input maka akan menyebabkan butir semakin berkembang sehingga menyebabkan ukuran butir semakin besar, semakin besar ukuran butir maka jumlah butir perluasan akan semakin berkurang sehingga menyebabkan tingkat kekerasannya menurun. 4.4 Hasil Uji Tarik Pengujian uji tarik dilakukan pada material aluminium 1xxx pada logam hasil pengelasan. Dimensi spesimen uji tarik untuk material pengelasan menggunakan standar ASTM E8. Hasil yang diperoleh dari proses pengujian tarik berupa nilai tegangan dan regangan dari hasil pengelasan yang akan dibandingkan dengan nilai tegangan dan regangan raw material,

(N) 980 rpm Raw material 2700 rpm 2300 rpm (mm) Gambar 4.8 Grafik Uji Tarik hasil FSW pada variasi putar tool Gambar 4.8 menunjukkan bahwa antara logam induk aluminium 1xxx dengan logam yang sudah dilas memiliki perbedaan tegangan tarik yang sangat signifikan, yang hampir mencapai 76% dari kekuatan raw materialnya. Hal ini dikarenakan pada daerah las mengalami perubahan struktur mikro, akibat dari penempaan pada saat pengelasan.

Kekuatan Tarik (MPa) 120 100 80 [VALUE] [VALUE] 80,779,4 78,33 67,36 68,73 64,5 60 40 UTS Ys 20 0 Raw material 980 2300 2700 Putaran tool (rpm) Gambar 4.9 Grafik Tensile Strenght dan Yield Strenght pada sambungan las FSW dengan variasi putaran tool Pada Gambar 4.9 menunjukkan bahwa kekuatan tarik dari sambungan FSW variasi putaran tool 980, 2300, 2700 rpm hasilnya adalah 80.7, 78.33, 68.73 MPa. Kekuatan tarik dan tegangan luluh terendah pada putaran tool 2700 rpm sebesar 68.73 dan 64.5 MPa. Hal ini disebabkan terdapat cacat Incomplete Penetration (IP) dikarenakan panas yang terlalu tinggi pada variasi tersebut menyebabkan material menjadi lebih mudah retak sehingga kekuatan tariknya menurun. Sedangkan hasil kekuatan Tarik dan tegangan tertinggi diperoleh pada putaran tool 980 rpm sebesar 80.7 dan 79.4 MPa. Hal ini diduga tidak terdeteksi adanya retak didaerah las, dan mempunyai kekerasan cukup tinggi. Kekuatan tarik dari sambungan tersebut mencapai 76% dari kekuatan tarik raw material. Nilai yeld strength pada sambungan FSW variasi putar tool 980, 2300, 2700 rpm masing-masing adalah 101.53, 79.4, dan 64.5 MPa. Tegangan luluh pada putaran tool 2700 rpm diperoleh hasil yang rendah disebabkan terdapat rongga dan retak pada sambungan las FSW. Kekuatan tegangan luluh sambungan mencapai 78% dari tegangan luluh raw material.

Regangan (%) Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sudrajat, A., (2012), kekuatan tarik hasil las mencapai 50% dari base metal, diduga tidak teramati cacat wormholes dan penetrasi yang cukup kurang pada hasil pengelasan. Gambar 4.10 juga memperlihatkan bahwa nilai regangan mengalami perbedaan dibanding dengan regangan yang dimiliki oleh raw material. Hal ini dikarenakan patahan terjadi tepat pada daerah lasan, yang merupakan daerah yang paling banyak mengalami perlakuan teknik, sehingga pada daerah tersebut kekuatan materialnya mengalami perbedaan. Regangan 16 14 12 10 8 6 4 2 0 5,2 Raw material 14,1 6 2,9 980 2300 2700 Putaran tool (rpm) Regangan Gambar 4.10 Pengaruh putaran tool terhadap regangan hasil las FSW Pada gambar 4.10 hasil dari pengujian tarik untuk nilai regangan dengan variasi putaran tool 980 rpm sebesar 2.9%, putaran tool 2300 rpm sebesar 14.1%, putaran tool 2700 rpm sebesar 6% dan pada raw material sebesar 5.2%. Pada hasil pengujian tarik tersebut nilai regangan tertinggi pada putaran tool 2300 rpm disebabkan pada hasil las tidak terlihat retak maupun rongga membentuk butiran-butiran halus, dan nilai kekerasan juga cukup tinggi sehingga mengalami patahan ulet. Sedangkan nilai regangan terendah pada putaran tool 980 rpm yang disebabkan terdapat rongga, terlihat adanya retak, membentuk butiran-butiran kasar dikarenakan kurangnya panas

yang didapat pada saat proses pengelasan sehingga patahan terjadi tepat pada daerah las dan mengalami patahan getas. 4.5 Fraktografi Setelah dilakukan pengujian Tarik dilakukan pengujian fraktografi pada patahan benda uji, hasil fraktografi dapat dilihat pada gambar 4.12 A B C Gambar 4.12 Patahan spesimen uji tarik penampang patahan dengan putaran tool (a) 980 rpm, (b) 2300 rpm dan (c) 2700 rpm

Dari hasil yang telah dilakuan setelah uji tarik diperoleh bahwa spesimen gambar 4.12 (a) hasil pengelasan FSW mengalami patahan getas. Hal ini dikarenaan pada proses pengelasan kecepatan tersebut terlalu rendah yang tidak mengalami pemanasan yang optimal diduga pula terdapat lubang dan retak. Sedangkan gambar 4.12 (b) dan (c) mengalami patahan ulet, hal ini disebabkan hasil las menyatu dengan baik, tidak teramati retak, dan terdapat lubang kicil pada hasil las FSW. A B C Gambar 4.13 Patahan uji tarik tampak samping dengan kecepatan putar tool (a) 980 rpm (b) 2300 rpm dan (c) 2700 rpm. Pada patahan tampak samping sambungan las dapat dilihat pada gambar 4.13 Pada sambungan las gambar 4.13 (a) masih terdapat cacat las yang berupa lubang di jalur tool FSW dan tidak begitu menyatunya hasil las pada spesimen kecepatan tersebut. Sedangan pada gambar (b) dan (c) spesimen uji tarik mengalami penyusutan terlebih dahulu sebelum terjadi patahan, hal ini diarenakan proses sambungan las menyatu dengan baik. Sesuai dengan hasil uji dari foto makro, hal tersebut membuktikan bahwa nilai keuatan tarik sangat berhubunga dengan nilai kekerasan.