Oleh Slamet Purwanto SDN Setono 5 Kec. Ngrambe

dokumen-dokumen yang mirip
2013 PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK DIDIK

Oleh: ENUNG KARNENGSIH NIP

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan untuk meningkatkan dan menyempurnakan proses pembelajaran.

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan jenis penelitian tindakan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK

Imam Hanafi, Muh. Hasbi, dan Akina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

Drs. H. Nawawi, M. Si

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Di Kelas III SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

BAB I PENDAHULUAN. terkenal dengan kehebatan sains dan teknologinya. 1. meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

Oleh: Katriani SD Negeri 3 Margomulyo Trenggalek

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS SEGITIGA MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BENDA RIIL

1130 ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan model pembelajaran

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut;

BAB III METODE PENELITIAN

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw Pada Siswa Kelas VI SDN Babadan 1 Kabupaten Ngawi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Linda Yuliana 1, Ani Nur Aeni 2, Atep Sujana 3. Jl. Mayor Abdurachman No.211 Sumedang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri secara kolaboratif dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Tindakan Kelas ( PTK ) atau classroom action reseaech, penelitian tindakan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

BAB III METODE PENELITIAN. evaluasi dan refleksi (Aqip, 2006) seperti gambar berikut.

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN PUZZLES PICTURE GAME PADA MATERI AJAR FUNGSI ALAT TUBUH MANUSIA UDIN ZAENUDIN SDN SUKARESMI ABSTRAK

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research.

Ani Wantini SMP N 10 Semarang. Abstrak

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA MELALUI METODE BERMAIN KARTU SOAL. Nurkhikmatun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri (SDN)

Jurnal Biologi & Pembelajarannya, Vol.4, No.2, Oktober 2017, pp e-issn:

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjaya (2009: 26) mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan proses

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MTs AISYIYAH

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CBSA PADA PESERTA DIDIK KELAS V.A SDN 18 LEMBAH MELINTANG Arjuni 1)

BAB III METODE PENELITIAN. Wetan Kabupaten Karawang. SDN Cilamaya I merupakan sekolah tempat penulis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Retno Giyanti

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Hasil Belajar, Pembelajaran PKn.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM-BASED LEARNING

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK KERJA KELOMPOK SISWA KELAS V SDN NGOMPRO 2 KECAMATAN PANGKUR KABUPATEN NGAWI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV SDN Santigi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

Transkripsi:

Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan Dan Mengurangi Pecahan Dengan Menggunakan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) Siswa Kelas IV SDN Setono 5 Kec. Ngrambe Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh Slamet Purwanto SDN Setono 5 Kec. Ngrambe Email: purwantoslamet15@yahoo.co.id Abstrak. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa kelas IV SDN Setono 5 pada tahap mencari kelipatan bilangan? (b) Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa kelas IV SDN Setono 5 pada tahap mencari kesamaan kelipatan bilangan? (c) Bagaimanakah peningkatan kemampuan menjumlahkan dan mengurangi pecahan siswa kelas IV SDN Setono 5 dengan menyamakan penyebutnya menggunakan KPK? Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN Setono 5 pada tahap mencari kelipatan bilangan (b) Meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN Setono 5 pada tahap mencari kesamaan kelipatan bilangan (c) Meningkatkan kemampuan menjumlahkan dan mengurangi pecahan siswa kelas IV SDN Setono 5 dengan menyamakan penyebutnya menggunakan KPK. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Setono 5. Dari data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai III Dari hasil analisis didapatkan bahwa siklus I sampai dengan III hasilnya ketuntasan belajarnya, siklus I (60%), siklus II (70%), siklus III (90%). Simpulan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan KPK dalam menyamakan penyebut dalam menjumlahkan dan mengurangi pecahan dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa kelas IV SDN Setono 5 serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Matematika khususnya penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kata Kunci: menjumlahkan, mengurangi pecahan, KPK A. PENDAHULUAN Matematika secara umum adalah hal yang abstrak bagi siswa. Oleh sebab itu visualisasi dari konsep-konsep matematika dalam penyajiannya kepada siswa mutlak diperlukan, sehingga penggunaan alat bantu belajar merupakan sesuatu yang perlu disediakan. Karena matematika pada umumnya merupakan konsep yang masih abstrak bagi siswa, terutama di SD. Urutan penyajian materi dari mudah ke sukar, dari sederhana ke kompleks perlu mendapatkan perhatian pendidik secara bijaksana. Karena siswa dalam belajar matematika diharapkan terampil dan mampu berfikir logis dan reflektif, maka tugas guru adalah (1) jeli menggunakan methode mengajar yang tepat sesuai dengan tingkat kelas dan tingkat perkembangan intelegensi siswa, (2) JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 53

memilih dan menyiapkan materi yang akan disajikan, serta (3) menyiapkan alatalat yang akan digunakan, (Depdikbud, 1995:129). Oleh karena itu guru mampu menggunakan berbagai cara dan methode serta pendekatan mengajar untuk memperkecil kesulitan siswa dalam mempelajari matematika tersebut. Menurut Mas ud (2000:41) menyatakan ciri-ciri pembelajaran matematika adalah (1) menggunakan konteks nyata sebagai awal belajar, (2) Menggunakan model sebagai jembatan antara real dan abstrak, (3) belajar dalam suasana demokratif dan interaktif, dan (4) menghargai jawaban informal siswa sebelum mereka mencapai bentuk formal siswa. Dalam matematika bukan saja siswa paham dan mengerti konsep-konsep yang telah diajarkan, tetapi harus terampil dan mahir. Ada beberapa bagian dari konsep matematika harus dihafalkan sebagai pengetahuan siap. Untuk itu latihan-latihan dan mencongak perlu juga mendapatkan perhatian. Dengan uraian di atas maka dalam mengajar matematika terutama menjumlahkan dan mengurangi pecahan bagi siswa SD kelas IV termasuk pokok bahasan yang sulit, maka seorang guru harus mampu memilih metode yang tepat untuk mengajarnya. Secara umum, siswa kelas IV SDN Setono 5 Kecamatan Ngrambe masih banyak siswa yang belum terampil menjumlahkan dan mengurangi pecahan. Dapat dikatakan karena kelas IV SDN Setono 5 Kecamatan Ngrambe belum memiliki teknik yang tepat untuk menjumlahkan dan mengurangi pecahan. Bagi siswa yang belum memiliki teknik yang tepat untuk menjumlahkan dan mengurangi pecahan akan merasa kesulitan mencari hasilnya, maka untuk terampil dan mudah menjumlahkan dan mengurangi pecahan yaitu dengan menyamakan penyebutnya dengan teknik menggunakan KPK. Dengan menjumlahkan dan mengurangi pecahan dengan menyamakan penyebutnya menggunakan KPK merupakan teknik yang memungkinkan siswa dapat mengalami suatu proses pembelajaran yang mudah dan menyenangkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa dipandu mulai dari tahap mencari kelipatan bilangan, mencari kesamaan kelipatan, sampai pada menjumlahkan dan mengurangi pecahan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan menggunakan KPK untuk menyamakan penyebut dalam pembelajaran menjumlahkan dan mengurangi pecahan. Penerapan itu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan dan mengurangi pecahan siswa kelas IV SDN Setono 5 Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi. Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan proses dan produk pembelajaran menjumlahkan dan mengurangi pecahan siswa kelas IV SDN Setono 5 Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi dengan menyamakan penyebutnya menggunakan KPK. Dengan demikian, masalah umum penelitian ini adalah Bagaimanakah peningkatan kemampuan menjumlahkan dan mengurangi pecahan siswa kelas IV SDN Setono 5 Kecamatan Ngrambe dengan menyamakan penyebutnya menggunakan KPK? Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, siswa, JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 54

dan penelitian selanjutnya. Manfaat bagi guru adalah memberikan masukan dan pertimbangan untuk memilih strategi alternatif dalam pembelajaran matematika sebagai upaya peningkatan kemampuan menjumlahkan dan mengurangi pecahan. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dan pengalaman yang menyenangkan untuk menjumlahkan dan mengurangi pecahan. Di samping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi penelitian sejenis sebagai bahan bandingan dan pertimbangan dalam menentukan topik, fokus, atau latar penelitian yang akan dilakukan. B. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Penjumlahan Penjumlahan berasal dari kata dasar jumlah yang berarti bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu. Menjumlahkan berarti menghitung berapa banyaknya sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu. Dari pengertian-pengertian itu dapat disimpulkan bahwa penjumlahan adalah suatu proses, perbuatan atau cara menghitung berapa banyaknya sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu. Pengertian Pengurangan Pengurangan berasal dari kata kurang berarti tidak atau belum cukup lengkap. Sedangkan pengurang berarti bilangan yang dipakai untuk mengurangan. Apabila bilangan yang digunakan untuk mengurangi bilangan lebih kecil maka hasilnya positif, kalau bilangan yang digunakan untuk mengurangi lebih besar, maka hasilnya negatif. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengurangan adalah suatu proses, perbuatan atau cara mengurangan suatu bilangan, apabila bilangan yang digunakan untuk mengurangi bilangan lebih kecil maka hasilnya positif, kalau bilangan yang digunakan untuk mengurangi lebih besar, maka hasilnya negatif. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah pola umum pembelajaran subjek didik yang tersusun secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, psikologi, didaktik dan komunikasi dengan mengintegrasikan struktur/langkahlangkah pembelajaran, metode, media/alat peraga, pengelolaan kelas, evaluasi dan waktu yang digunakan agar subjek didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Depdikbu:2003) Dalam Model Pembelajaran Matematika SD (2000:19) dalam setiap pembelajaran, termasuk pembelajaran matematika, harus memenuhi empat pilar pendidikan yaitu (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together in peace and harmony. Pembelajaran matematika harus dapat mengantarkan anak didik untuk memiliki kompetensi matematika. Profil kompetensi matematika mencakup (1) pemahaman konsep, (2) keterampilan menjalankan prosedur, (3) kemampuan berfikir logis dan reflektif, (4) kemampuan merumuskan, menyajikan, dan menyelesaikan masalah matematika, dan (5) memiliki sikap atau merasakan bahwa matematika itu berguna dan akhirnya memiliki kepercayaan diri. Karena siswa dalam belajar matematika diharapkan terampil dan JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 55

mampu berfikir logis dan reflektif, maka tugas guru adalah (1) jeli menggunakan methode mengajar yang tepat sesuai dengan tingkat kelas dan tingkat perkembangan intelegensi siswa, (2) memilih dan menyiapkan materi yang akan disajikan, serta (3) menyiapkan alatalat yang akan digunakan, (Depdikbud, 1995:129). Oleh karena itu guru mampu menggunakan berbagai cara dan methode serta pendekatan mengajar untuk memperkecil kesulitan siswa dalam mempelajari matematika tersebut. Menurut Mas ud (2000:41) menyatakan ciri-ciri pembelajaran matematika adalah (1) menggunakan konteks nyata sebagai awal belajar, (2) Menggunakan model sebagai jembatan antara real dan abstrak, (3) belajar dalam suasana demokratif dan interaktif, dan (4) menghargai jawaban informal siswa sebelum mereka mencapai bentuk formal siswa. Dalam matematika bukan saja siswa paham dan mengerti konsep-konsep yang telah diajarkan, tetapi harus terampil dan mahir. Ada beberapa bagian dari konsep matematika harus dihafalkan sebagai pengetahuan siap. Untuk itu latihan-latihan dan mencongak perlu juga mendapatkan perhatian. Berdasarkan urain di atas maka salah satu cara yang harus dipenuhi agar pembelajaran matematika dapat menumbuh-kembangkan kompetensi siswa adalah pembelajaran harus mampu membantu siswa membangun konsepkonsep dan prisnip-prinsip yang sesuai dengan kemampuan siswa sendiri melalui proses internalisasi, sehingga konsep dan prinsip dapat terbentuk kembali sebagai konsep dan prinsip baru. Kelipatan Persekutuan Kecil (KPK) Kelipatan adalah bilangan hasil perbanyakan bilangan yang lain. Persekutuan adalah bilangan-bilangan yang menjadi kelipatan dari dua atau lebih bilangan. Persekutuan terkecil adalah bilangan terkecil atau terendah, yang merupakan kelipatan dari suatu kumpulan dari bilangan-bilangan yang diberikan. Kelipatan persekutuan kecil (KPK) adalah bilangan bukan nol yang merupakan anggota terkecil dari himpunan kelipatan persekutuan dua atau lebih bilangan itu. Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) adalah bilangan yang nilainya terkecil pada kelipatan persekutuan dari dua bilangan yang diketahui (Sumilih:2003:2). Kemudian dalam Khasanah Pengetahuan Bagi Aank, disebutkan bahwa kalau sebuah bilangan dikalikan dengan bilangan lain, maka akan kita peroleh kelipatan bilangan tadi. Bilangan yang merupakan kelipatan dua bilangan yang berbeda disebut persekutuan dua bilangan itu. Bilangan terkecil di antara kelipatan persekutuan kedua bilangan disebut kelipatan persekutuan terkecil (Depdiknas:1996) Langkah-langkah Penggunaan KPK dalam Menyamakan Penyebut Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan. Penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan menyamakan penyebut menggunakan KPK dilaksanakan dengan tiga langkah. Langkah pertama yang kita tempuh dalam pembelajaran ini adalah mecari kelipatan suatu bilangan, misalnya mencari kelipatan bilangan 3 dan bilangan 5. Kelipatan bilangan 3 adalah: 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 56

Kelipatan bilangan 5 adalah: 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, Langkah kedua yang kita tempuh adalah mencari kelipatan persekutuan. Dari hasil kelipatan persekutuan dari dua bilangan pada langkah pertama hasilnya adalah bilangan 15 dan 30. Langkah ketiga adalah mencari kelipatan persekutuan terkecil. Dari hasil kelipatan persekutuan pada langkah kedua, kelipatan persekutuannya adalah bilangan 15 dan 30, maka dari kedua bilangan kelipatan persekutuan tersebut yang merupakan kelipatan persekutuan terkecilnya adalah 15. Dari hasil tersebut, maka apabila penyebut suatu bilangan pecahan tersebut, berpenyebut 3 dan 5, maka persamaan penyebutnya adalah bilangan 15. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Ran-cangan penelitian tindakan kelas dipilih karena (1) penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang ada di kelas tersebut, (2) penelitian dilakukan untuk mengubah keadaan, kenyataan, dan harapan mengenai pembelajaran di kelas menjadi lebih baik dan bermutu dengan cara melakukan sejumlah tindakan yang dipandang tepat, (3) bentuk kajian yang dilakukan di kelas yang bersifat reflektif oleh guru untuk meningkatkan, memperdalam, dan memperbaiki praktikpraktik pembelajaran, maka penelitian dilakukan pada kontek alamiah, ialah untuk mengkaji permasalahan faktual dalam pembelajaran, dan (4) dalam pelaksanaannya, penelitian ini membutuhkan keterlibatan guru secara kolaburatif yaitu guru kelas III SDN Setono 5 selama penelitian berlangsung. Menurut Kemmis dan Taggrart (dalam Wiriaatmadja, 2005:66-67) yang menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan yang dimulai dari (1) menyusun perencanaan (plan), (2) melaksanakan tindakan (act), (3) pengamatan (observe), dan (4) refleksi (reflect). Dengan demikian penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memiliki siklus yang bersifat spiral, mulai dari perencanaan, melakukan tindakan, dan penemuan faktafakta untuk melakukan refleksi. Yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Setono 5 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Semester I tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 10 siswa Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan November 2013. Penelitian ini dilakukan di SDN Setono 5 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Alasan pemilihan SD tersebut sebagai tempat penelitian karena (1) tindakan kelas tentang upaya peningkatan pembelajaran perlu diadakan dan (2) penelitian tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan menyamakan penyebut mengguanakan KPK di sekolah ini belum pernah dilaksanakan, sehingga hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang berharga bagi peningkatan pembelajaran matematika di sekolah ini. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Berdasarkan dari teknik pengumpulan data yang digunakan dalam JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 57

penelitian ini, maka yang bertindak sebagai instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Dan dibantu oleh seorang guru yaitu guru kelas III bertindak sebagai kolaburator. Pelaksanaan pembelajarannya dilaksankan oleh kolaburator sedangkan peneliti bertindak sebagai observer. Dalam mengumpulkan dan menganalisis data penelitian, peneliti menggunakan alat bantu yang berupa, pedoman observasi, penugasan, dan catatan data lapangan. Sedangkan instrumen pendamping untuk memperlancar penelitian adalah (1) silabus, (2) rencana pembelajaran, dan (3) lembar evaluasi. Hasil selanjutnya ditranskripkan dalam bentuk paparan bahasa. Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta yang sesuai dengan data yang diperoleh, yaitu dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa, kecuali itu juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap akhir siklus dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis. Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan belajar dapat diketahui dengan dua kategori yaitu ketuntasan belajar secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan pedoman ketuntasan belajar, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar apabila telah mencapai skor 65% atau nilai 6,5 dan kelas dikatakan tuntas belajar apabila dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Prosedur Penelitian Pada bagian ini disajikan tentang prosedur pelaksanaan penelitian dalam penelitian tindakan kelas penelitian dilakukan dengan tahapan-tahapan tahapan tersebut adalah tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Hal tersebut disajikan sebagai berikut. Perencanaan Tindakan Siklus I, Siklus II, Siklus III Perencanaan Tahap perencanaan ini peneliti mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan dalam pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan, serta konsep mencari KPK. Kemudian merumuskan permasalahan secara operasional. Pada tahap ini peneliti merumuskan permasalahan yang muncul dalam pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan. Setelah konsep tersebut dipahami langkah berikutnya adalah menyusun perencanaan tindakan. Perencanaan yang dilakukan adalah (1). Menentukan Pokok Bahasan yang akan dijarkan yaitu penjumlahan dan pengurangan memakai metode penyamaan penyebut dengan KPK. (2) Menyusun persiapan pelajaran dan (3) Peneliti menyusun alat pengumpul data berupa : lembar pengamatan, catatan lapangan JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 58

tentang proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi (lembar penilaian) Pelaksanaan Tindakan. Pada pelaksanaan peneliti melakukan langkah-langkah penelitian dan sekaligus membuat satuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran di kelas yang akan dilaksanakan oleh kolaburator, langkah pembelajaran tersebut adalah (1). Pendahuluan, dengan apersepsi sesuai pokok pabahasan yang diajarkan yaitu penjumlahan dan pengurangan pecahan ( 2).Inti Pembelajaran dengan langkahlangkah. Guru melakukan pre test tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan, setelah hasilnya dibahas, kegiatan selanjutnya adalah Siswa dikelompokkan dengan masing-masing kelompok 4 anak. Guru menjelaskan cara mencari penyebut yang sama dengan memakai KPK kemudian guru mencoba memberikan soal dan jawab bersama-sama. Setelah dianggap mengerti kemudian setiap kelompok diberi tugas yang sama, yaitu menjawab pertanyaan tersebut dengan cara menjumlahkan dan mengurangi dengan menggunakan KPK Kegiatan selanjutnya yaitu mempresentasikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain menanggapinya. Pada saat diskusi kelas ini guru bertindak sebagai moderaton/fasilitator dengan memberi arahan secukupnya. Kegiatan berikutnya adalah Guru memberi soal serupa dalam bentuk sederhana kepada setiap siswa Jawaban siswa dikumpulkan dan diperiksa, kemudian memberi masukan pada siswa yang membuat kesalahan. (3) Penutup kegiatan akhir pembelajaran siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan siswa diberi soal yang serupa untuk didalami dan dikerjakan di rumah. Pengamatan. Penelitian ini yang bertindak sebagai pengamatan adalah peneliti sendiri sedangkan kolaborator melakukan proses pembelajaran Pengumpulan data penelitian ini dengan wawancara, analisis dokumen guru, yang mana untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa, dengan membandingkan nilai awal sebelum pemberian tindakan, dengan perkembangan nilai evaluasi setiap siklus atau setelah pemberian perlakuan tindakan. Refleksi. Peneliti bersama kolaborator mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas prestasi atau dampak dari tindakan yang sudah dilakukan, kemudian merevisi perbaikan untuk digunakan pada siklus kedua, siklus ketiga. D. HASIL PENELITIHAN Hasil Penelitian Siklus I Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan tindakan berupa (1) menyusun rencana pembelajaran, (2) menyiapkan lembar kerja siswa, (3) menyiapkan format observasi, dan (4) menyiapkan soal-evaluasi. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan tindakan berupa (1) menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) membentuk kelompok, (3) membagi LKS pada masing-masing kelompok, (4) JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 59

menjelaskan secara umum tentang penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama, (5) menjelaskan cara menyamakan penyebutnya dengan KPK, (6) diskusi kelompok, (7) melaporkan hasil diskusi, dan (8) melaksanakan evaluasi pembelajaran. Kegiatan menyampaikan tujuan, kegiatan ini guru menjelaskan tujuantujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar yang akan berlangsung. Kemudian memberikan motivasi agar siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat mengikuti dengan baik. Kegiatan membagi LKS, setelah kelompok terbagi, guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. Kemudian guru menanyakan kepada setiap kelompok tentang hal-hal yang kurang dari LKS tersebut. Kegiatan menjelaskan cara menyamakan penyebutnya dengan KPK. Kegiatan ini guru memberikan contoh soal penjumlahan dua bilangan pecahan tidak sejenis atau pecahan yang penyebutnya tidak sama. Keterampilan proses yang diterapkan kepada siswa sudah cukup jelas, yaitu mengamati, menafsirkan, mengklarifikasikan, mengkomunikasikan, dan menyimpulkan. Tabel 1 : Hasil Evaluasi pada Siklus I Kegiatan diskusi kelompok, setelah siswa sudah mengerti tentang penjumlahan pecahan yang penyebutnya berbeda maka siswa mengadakan diskusi tentang soal-soal yang ada pada LKS yang telah dibagikan. Pada waktu diskusi pembelajaran sudah berlangsung dengan baik. Pembelajaran sudah berorientasi pada keaktifan siswa dalam bentuk diskusi kelompok. Kegiatan melaporkan hasil diskusi. Kegiatan melaporkan hasil diskusi diwakili salah satu anggota kelompok untuk mengerjakan di depan kelas. Setiap kelompok dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama. Kegiatan melaporkan hasil diskusi masih ada anggota kelompok yang belum dapat menyelesaikan hasil dengan baik, manun juga ada kelompok yang sudah dapat mengerjakan dengan baik. Melihat kenyataan demikian kemudian guru menjelaskan lagi tentang penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama dengan beberapa contoh soal. Kegiatan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan hasilnya adalah sebagai berikut. No Urut Skor Nilai Keterangan 1 14 4.67 Tidak Tuntas 2 18 6.00 Tidak Tuntas 3 24 8.00 Tuntas 4 20 6.67 Tuntas 5 20 6,67 Tuntas 6 14 4.67 Tidak Tuntas 7 16 5.33 Tidak Tuntas 8 20 6.67 Tuntas 9 20 6.67 Tuntas 10 22 7.33 Tuntas JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 60

Jumlah 62,68 Rata-rata 6.27 Dari tabel di atas maka siswa yang tuntas 6 siswa dari 10 siswa, apabila diprosentase ketuntasan belajar adalah 60%. Jadi berdasarkan standar ketuntasan belajar maka pelaksanaan pembelajaran pada siklus I adalah belum tuntas. Hasil Penelitian Siklus II Tahap Perencanaan Pada siklus II tahap perencanaan masih sama dengan siklus I yaitu melakukan tindakan berupa (1) menyusun rencana pembelajaran, (2) menyiapkan lembar kerja siswa, (3) menyiapkan format observasi, dan (4) menyiapkan soal-evaluasi. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan tindakan berupa (1) menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) membentuk kelompok, (3) membagi LKS pada masing-masing kelompok, (4) menjelaskan secara umum tentang penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama, (5) menjelaskan cara menyamakan penyebutnya dengan KPK, (6) diskusi kelompok, (7) melaporkan hasil diskusi, dan (8) melaksanakan evaluasi pembelajaran. Kegiatan menyampaikan tujuan, kegiatan ini guru menjelaskan secara singkat tujuan-tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar yang akan berlangsung. Kemudian memberikan motivasi agar siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat mengikuti dengan baik. Kegiatan membentuk kelompok, pada kegiatan ini guru memilih siswa yang pandai disendirikan dan dijadikan ketua kelompoknya, kemudian siswa yang memilih ketua kelompoknya masingmasing. Setelah terbentuk kelompok, setiap kelompok kumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kegiatan membagi LKS, setelah kelompok terbagi, guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. Kemudian guru menanyakan kepada setiap kelompok tentang hal-hal yang kurang dari LKS tersebut dan guru sedikit memberi penjelasan, agar dalam mengerjakan siswa lebih mengerti konsep yang harus dilakukan dalam mengerjakan LKS tersebut. Kegiatan menjelaskan secara umum tentang penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama. Kegiatan ini guru menjelaskan tentang konsep-konsep menjumlahkan yang digunakan dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan yang penyebutnya tidak sama. Hal ini dilakukan guru dengan memberikan beberapa contoh. Dari beberapa contoh, agar siswa lebih mengerti dan jelas. Kegiatan menjelaskan cara menyamakan penyebutnya dengan KPK. Kegiatan ini guru memberikan beberapa contoh soal penjumlahan dua bilangan pecahan tidak sejenis atau pecahan yang penyebutnya tidak sama. Pada kegiatan ini guru juga mencoba setiap kelompok untuk maju mengerjakan soal yang dibuat oleh guru. Kegiatan ini dilakukan agar siswa lebih terampil dan mengerti. Kegiatan diskusi kelompok, setelah siswa sudah mengerti tentang penjumlahan pecahan yang penyebutnya JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 61

berbeda maka siswa mengadakan diskusi tentang soal-soal yang ada pada LKS yang telah dibagikan. Pada waktu diskusi pembelajaran sudah berlangsung dengan baik. Pembelajaran sudah berorientasi pada keaktifan siswa dalam bentuk diskusi kelompok dan siswa sudah kelihatan berkeja sama sesame anggota kelompoknya. Kegiatan melaporkan hasil diskusi. Kegiatan melaporkan hasil diskusi diwakili salah satu anggota kelompok untuk mengerjakan di depan kelas. Setiap Tabel 2 : Hasil Evaluasi pada Siklus II kelompok dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama. Kegiatan melaporkan hasil diskusi berjalan dengan baik, manun juga ada satu kelompok yang masih salh mengerjakannya. Melihat kenyataan demikian kemudian guru menjelaskan lagi tentang penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama dengan beberapa contoh soal. Kegiatan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan hasilnya adalah sebagai berikut. No Urut Skor Nilai Keterangan 1 18 6.00 Tidak Tuntas 2 20 6.67 Tuntas 3 24 8.00 Tuntas 4 22 7.33 Tuntas 5 20 6.67 Tuntas 6 16 5.33 Tidak Tuntas 7 16 5.33 Tidak Tuntas 8 22 7.33 Tuntas 9 20 6.67 Tuntas 10 24 8.00 Tuntas Jumlah 67,33 Rata-rata 6.73 Dari tabel di atas maka siswa yang tuntas 7 siswa dari 10 siswa, apabila diprosentase ketuntasan belajar adalah 70%. Jadi berdasarkan standar ketuntasan belajar maka pelaksanaan pembelajaran pada siklus II adalah sudah berhasil, namun melihat hasilnya belum dikatakan memuaskan. Tahap Observasi Pada tahap observasi ini tindakan yang dilakukan berupa (1) mengamati kerjasama dalam kelompok dan (2) mencatat hasil kerja dari masing-masing kelompok. Dari hasil kegiatan mengamati kerjasama dalam kelompok, tiap kelompok anggota kelompoknya sudah dapat kerja sama dengan anggota yang lain. Maka kegiatan kelompok sudah dapat dikatakan baik dibanding dengan siklus I, anggota sudah mengerti apa yang harus dikerjakan Kerja sama masing-masing kelompok sudah menunjukkan kekompakan dalam mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru, sehingga guru dalam membimbing setiap kelompok mengalami kemudahan. Walupun dari hasil pengamatan, ada beberapa siswa masih menemui kesulitan dalam JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 62

menerapkan konsep yang telah dijelaskan oleh guru, namun dengan penjelasan guru siswa sudah dapat mengerti apa yang dijelaskan guru tersebut. Tahap Refleksi Pada tahap refleksi kegiatan yang dilakukan berupa (1) menganalisa hasil observasi, (2) menganalisa hasil evaluasi pembelajaran, (3) mengidentifikasi permasalahan, (4) merumuskan permasalahan untuk perbaikan yang akan dilaksankan pada siklus berikutnya. Kegiatan menganalisa evaluasi belajar, berdasarkan hasil LKS maupun hasil evaluasi belajar bahwa tiap kelompok hasilnya sudah menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Rata-rata nilai pada hasil evaluasi Hasil Penelitian Siklus III Tahap Perencanaan Pada siklus III tahap perencanaan masih sama dengan siklus I dan siklus II yaitu melakukan tindakan berupa (1) menyusun rencana pembelajaran, (2) menyiapkan lembar kerja siswa, (3) menyiapkan format observasi, dan (4) menyiapkan soal-evaluasi. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan tindakan berupa (1) menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) membentuk kelompok, (3) membagi LKS pada masing-masing kelompok, (4) menjelaskan secara umum tentang penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama, (5) menjelaskan cara menyamakan penyebutnya dengan KPK, (6) diskusi kelompok, (7) melaporkan menunjukkan 6,73, sedangkan hasil ketuntasan belajar kelas yang dicapai adalah 70 % atau yang tuntas belajar adalah 7 siswa dari 10 siswa yang mengikuti evaluasi. Kegiatan mengidentifikasi permasalahan, dari analisa data yang telah diperoleh, maka dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah ada peningkatan dibandingkan dengan hasil siklus I. Peningkatan itu adalah (1) keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok lebih aktif, (2) Suasana pembelajaran lebih menyenangkan, (3) ada jalinan aktivitas antara guru dan siswa, (4) waktu yang diperlukan untuk memecahkan masalah lebih cepat dibandingkan dengan siklus I. hasil diskusi, dan (8) melaksanakan evaluasi pembelajaran. Kegiatan menyampaikan tujuan, kegiatan ini guru menjelaskan secara singkat tujuan-tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar yang akan berlangsung. Kemudian memberikan motivasi agar siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat mengikuti dengan baik. Kegiatan membentuk kelompok,kelompok sama dengan pelaksanaan siklus II. Hal ini dilakukan sama karena kelompok yang telah terbentuk pada siklus kedua sudah dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan membagi LKS, guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. Kemudian guru menanyakan kepada setiap kelompok tentang hal-hal yang kurang dari LKS tersebut dan guru sedikit memberi penjelasan, agar dalam JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 63

mengerjakan siswa lebih mengerti konsep yang harus dilakukan dalam mengerjakan LKS tersebut. Kegiatan menjelaskan cara menyamakan penyebutnya dengan KPK. Kegiatan ini guru memberikan beberapa contoh soal campuran antara penjumlahan dan pengurangan tiga bilangan pecahan tidak sejenis atau pecahan yang penyebutnya tidak sama. Pada kegiatan ini guru juga mencoba setiap kelompok untuk maju mengerjakan soal yang dibuat oleh guru. Kegiatan ini dilakukan agar siswa lebih terampil dan mengerti. Kegiatan diskusi kelompok, setelah siswa sudah mengerti tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan yang penyebutnya berbeda maka siswa mengadakan diskusi tentang soal-soal yang ada pada LKS yang telah dibagikan. Pada waktu diskusi pembelajaran sudah berlangsung dengan baik. Pembelajaran sudah berorientasi pada keaktifan siswa dalam bentuk diskusi kelompok dan siswa sudah kelihatan berkeja sama sesama anggota kelompoknya. Kegiatan melaporkan hasil diskusi. Kegiatan melaporkan hasil diskusi diwakili salah satu anggota kelompok untuk mengerjakan di depan kelas. Setiap kelompok dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama. Kegiatan melaporkan hasil diskusi berjalan dengan baik. Setiap kelompok sudah dapat mengerjakan sesuai dengan soalnya masing-masing. Melihat kenyataan demikian kemudian guru sudah tidak perlu menjelaskan lagi tentang penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama. Kegiatan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan hasilnya adalah sebagai berikut. Tabel 3 : Hasil Evaluasi pada Siklus III No Urut Skor Nilai Keterangan 1 21 7.00 Tuntas 2 24 8.00 Tuntas 3 26 8.67 Tuntas 4 24 8.00 Tuntas 5 22 7.33 Tuntas 6 20 6.67 Tuntas 7 18 6.00 Tidak Tuntas 8 24 8.00 Tuntas 9 22 7.33 Tuntas 10 26 8.67 Tuntas Jumlah 75,67 Rata-rata 7.57 Dari tabel di atas maka siswa yang tuntas 9 siswa dari 10 siswa, apabila diprosentase ketuntasan belajar adalah 90%. Jadi berdasarkan standar ketuntasan belajar maka pelaksanaan pembelajaran pada siklus I adalah sudah tuntas. Tahap Observasi JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 64

Pada tahap observasi ini tindakan yang dilakukan berupa (1) mengamati kerjasama dalam kelompok dan (2) mencatat hasil kerja dari masing-masing kelompok. Dari hasil kegiatan mengamati kerjasama dalam kelompok, tiap kelompok anggota kelompoknya sudah dapat kerja sama dengan anggota yang lain. Maka kegiatan kelompok sudah dapat dikatakan baik dibanding dengan siklus II, anggota sudah mengerti apa yang harus dikerjakan Kerja sama masing-masing kelompok sudah menunjukkan kekompakan dalam mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru, sehingga guru dalam membimbing setiap kelompok mengalami kemudahan. Keaktifan siswapun sudah terlihat dengan baik. Tahap Refleksi Pada tahap refleksi kegiatan yang dilakukan berupa (1) menganalisa hasil observasi, (2) menganalisa hasil evaluasi pembelajaran, (3) mengidentifikasi permasalahan, (4) merumuskan permasalahan untuk perbaikan yang akan dilaksankan pada siklus berikutnya. Kegiatan menganalisa hasil observasi, karena hasil pengamatan menunjukkan bahwa kerja sama siswa sudah dapat dilaksanakan dengan baik terhadap anggota kelompoknya, maka guru tinggal memberi dorongan dan bimbingan. Hal ini dilakukan agar dalam berdiskusi tiap kelompok dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan menganalisa evaluasi belajar, berdasarkan hasil LKS maupun hasil evaluasi belajar bahwa tiap kelompok hasilnya sudah menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan siklus II. Rata-rata nilai pada hasil evaluasi menunjukkan 7,57, sedangkan hasil ketuntasan belajar kelas yang dicapai adalah 90 % atau yang tuntas belajar adalah 9 siswa dari 10 siswa yang mengikuti evaluasi, maka pada pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus III sudah tuntas sesuai dengan standar ketuntasan belajar. Kegiatan mengidentifikasi permasalahan, dari analisa data yang telah diperoleh, maka dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus III sudah meningkat dibandingkan dengan hasil siklus II. Peningkatan itu adalah (1) keaktifan siswa dalam diskusi kelompok lebih aktif, (2) kegiatan sudah berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator, (3) siswa sudah dapat memanfaatkan pengalaman sebelumnya, (4) keterampilan siswa dalam memecahkan masalah meningkat, dan (5) tugas diselesaikan dengan lebih cepat daripada siklus II. Kegiatan yang terakhir, karena pada silus III ini dilihat dari hasil evaluasi pembelajaran sudah mengalami ketuntasan belajar, maka sudah tidak diperlukan lagi perencanaan untuk kegiatan siklus berikutnya. Pembahasan Berdasarkan standar kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika sebagaimana disebutkan dalam draf final kurikulum KTSP disebutkan bahwa (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 65

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancah model matematika, menyelesaikan masalah dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Merujuk dari standar kompetensi yang harus dikuasi dalam mempelajari matematika tersebut, maka setidaknya ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam materi pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan dengan penyebut tidak sama, yaitu (1) dapat memahami konsep dan (2) dapat memecahkan masalah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan kulaitas belajar siswa dapat ditingkatkan. Indikator mengenai peningkatan ini adalah kegairahan belajar, tugas-tugas kelompok untuk memecahkan masalah diselesaikan dengan baik dan dapat berhasil. Siswa lebih banyak belajar menemukan sendiri, dan belajar sesame teman dari padadari guru, sehingga dapat menguntungkan siswa itu sendiri. Hal ini apabila dilakukan akan dapat meningkatkan motivasinya untuk belajar dan meningkatkan hasil belajarnya. Keberhasilan ini dapat diindikatorkan dengan adanya ketuntasan belajar siswa dari evaluasi yang dilaksankan pada siklus III. E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Penggunaan KPK dalam mencari kesamaan penyebut dari bilangan pecahan yang penyebutnya tidak sama dapat mempermudah dalam menjumlahkan dan mengurangi bilangan pecahan yang penyebutnya tidak sama. Dengan menggunakan KPK dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menjumlahkan dan mengurangi bilangan pecahan yang penyebutnya tidak sama. Hal ini, terbukti pada penelitian ini yaitu siswa lebih cepat menyelesaikan dalam menjumlahkan dan mengurangi bilangan pecahan yang penyebutnya tidak sama. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, saran-saran yang berkaitan dengan penggunaan KPK dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan yang penyebutnya tidak sama adalah dikemukakan sebagai berikut. 1. Untuk melaksanakan pembelajaran yang aktif diperlukan ketekunan dan persiapan yang cukup matang, sehingga guru akan lebih mampu untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi. 2. Dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai contoh soal yang sesuai, sehingga siswa dapat terampil dan dapat menemukan JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 66

sendiri pengetahuan baru, konsep yang dimiliki dirinya sendiri sehingga siswa mampu dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Telaah penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan KPK dalam menyamakan penyebut bilangan pecahan yang penyebutnya tidak sama dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan. Untuk itu, perlu diadakan penelitian lain sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan kemampuan siswa SD di jenjang kelas lainnya. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas, 1992. Matematika dan Komputer, Khasanah Ilmu Pengetahuan Anakanak, Jakarta Depdiknas, 2003. Draf final Kurukulum 2004, Jakarta Mas ud, 2001. Matematika Jilid I SMP, Jakarta, Balai Pustaka Sukidin, dkk, 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Surabaya, Insan Cendikia Sumilih, Guntur, 2003. Konsultasi Pendidikan, Fasilitator edisi 3, Jakarta, Depdiknas JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-issn 2503-2542 e-issn 2503-2550 67