BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011:

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berkembang,yang memiliki ciri ciri negara

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

pendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. (Pemekaran setelah Undang-Undang Otonomi Khusus) yang secara resmi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah modal manusia. Teori modal manusia pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Income Perkapita terhadap Human Development antar. Hasil pengujian pada variabel Income Per Kapita menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah pembangunan Indonesia seutuhnya. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Abstrak :

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

ANALISIS DETERMINAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. bergantung terhadap besar kecilnya hambatan dari kriminalitas. Peran aktif dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. mengkait antara satu faktor dengan faktor lainnya. pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan. Sejak tahun 1960-an

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Ketimpangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Hasil dari pembangunan ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, kesulitan dan kekurangan diberbagai keadaan hidup. Sebagian orang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan yang rendah.

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2006), ketimpangan dan memberantas kemiskinan untuk mencapai kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Perkapita Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Provinsi Riau. Vol. II, No. 02, (Oktober, 2015), 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya pengentasan kemiskinan dalam masyarakat. kesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk miskinnya. Semakin banyak jumlah penduduk miskin, maka negara itu disebut negara miskin. Sebaliknya semakin kecil jumlah penduduk miskinnya, maka negara itu adalah negara maju. Kemiskinan merupakan problematika yang dari zaman dahulu sudah ada, dirasakan oleh masyarakat dari tingkat desa sampai di perkotaan. Masalah kemiskinan menjadi masalah internasional, sehingga dibentuk Millenium Development Goals (MDGs) yang salah satu tujuannya adalah mengurangi separuh jumlah orang yang hidup dengan penghasilan $1 per hari dan mengurangi separuh jumlah orang yang menderita kelaparan. Menurut para ahli, kemiskinan itu bersifat multidimensional. Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik, serta pengetahuan dan keterampilan, juga aspek sekunder berupa miskin akan jaringan sosial, sumbersumber keuangan, dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik dan tingkat pendidikan yang rendah (Arsyad, 2010: 299). Menurut Sugiyanto (2010: 243), ada 2 kondisi yang menyebabkan kemiskinan terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Apabila suatu 1

kondisi kemiskian disebabkan antara lain oleh sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, dan bencana alam, hal tersebut dinamakan kemiskinan alamiah. Adapun kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Masalah kemiskinan sangatlah kompleks dan pemecahannya pun tidak mudah. Bagi yang memperlihatkan konsep masalah-masalah kebijakan sosial secara lebih luas biasanya lebih memperhatikan konsep tingkat hidup, yaitu tidak hanya menekankan pada tingkat pendapatan saja, namun juga masalah pendidikan, perumahan, kesehatan, dan kondisi-kondisi sosial lainnya dari suatu masyarakat. Selanjutnya permasalahan standar hidup yang rendah berkaitan pula dengan jumlah pendapatan yang sedikit, perumahan yang kurang layak, kesehatan yang buruk, dan tingkat pendidikan yang rendah hingga berakibat pada rendahnya sumber daya manusia (Arsyad, 2010: 299). Dilatarbelakangi hal tersebut, dibutuhkan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan dan ketimpangan itu sendiri. Menurut Todaro dan Smith (2006: 28) tujuan inti dari pembangunan adalah sebagai berikut. 1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan perlindungan keamanan. 2

2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan pekerjaan, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan yang kesemuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki kesenjangan materiil, melainkan juga menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa bersangkutan. 3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan, yakni membebaskan mereka dari belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap orang atau negaranegara lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan, diantaranya program IDT (Inpres Desa Tertinggal) berupa bantuan dana bergulir sebesar Rp20.000.000,00 dalam jangka 3 tahun. Program P3DT berupa bantuan modal digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant). Program PPK berupa bantuan dengan nilai sebesar Rp250.000.000,00 sampai dengan Rp750.000.000,00 diberikan per kecamatan dan sifatnya bergulir. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yaitu bantuan yang sasarannya dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan. Program PDMKE yaitu bantuan modal yang digunakan untuk membiaya kegiatan yang bersifat padat karya (Kuncoro, 2004: 161 162). Bantuan pemerintah yang lain untuk mengentaskan kemiskinan adalah dengan menggandeng perbankan untuk menyalurkan kredit mikro yang bernama Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada 3

pelaku usaha dengan suku bunga yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan bentuk kredit yang lain, dan tanpa agunan. Bantuan perahu untuk nelayan di pesisir pantai, bantuan pupuk bersubsidi untuk petani, dan beras raskin yang menjangkau sampai ke pelosok-pelosok tanah air. Laporan BPS menunjukkan penurunan jumlah penduduk miskin nasional dari tahun 2005 sampai dengan 2013. Jumlah penduduk miskin nasional berturutturut dari tahun 2005 sebesar 39.300,00 (ribu jiwa); tahun 2006 sebesar 39.300,00 (ribu jiwa), tahun 2007 sebesar 37.168,30 (ribu jiwa) ada penurunan 2.131,70 (ribu jiwa); pada tahun 2008 sebesar 34.963,30 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 2.205,00 (ribu jiwa); pada tahun 2009 sebesar 32.530,00 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 2.433,30 (ribu jiwa); pada tahun 2010 sebesar 31.023,40 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 1.506,60 (ribu jiwa); pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin sebesar 30.018,93 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 1.004,47 (ribu jiwa); pada tahun 2012 sebesar 29.132,40 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 886,53 (ribu jiwa) dan pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 28.070,00 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 1.062,40 (ribu jiwa). Jumlah penduduk miskin Provinsi Sulawesi Barat dari tahun 2005 sampai dengan 2013 berturut-turut dari tahun 2005 sebesar 245,60 (ribu jiwa); tahun 2006 sebesar 205,20 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 40,4 (ribu jiwa); tahun 2007 sebesar 189,90 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 15,3 (ribu jiwa); pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin sebesar 156,80 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 33,10 (ribu jiwa); pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin sebesar 155,31 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 1,49 (ribu jiwa); pada tahun 2010 jumlah penduduk 4

miskin sebesar 171,00 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 15,69 (ribu jiwa); pada tahun 2011 sebesar 163,10 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 7,90 (ribu jiwa); pada tahun 2012 sebesar 160,60 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 2,5 (ribu jiwa) dan tahun 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 151,69 (ribu jiwa) ada penurunan sebesar 8,91 (ribu jiwa). Secara keseluruhan terjadi penurunan penduduk miskin Provinsi Sulawesi Barat dari tahun 2005 sampai dengan 2013 sebesar 93,91 (ribu jiwa). Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Nasional dan Penduduk Miskin Provinsi Sulawesi Barat serta Garis Kemiskinan Provinsi Sulawesi Barat, 2005 2013 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Penduduk Miskin Nasional (ribu) 35.100,00 39.300,00 37.168,30 34.963,30 32.530,00 31.023,40 30.018,93 29.132,40 28.070,00 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Sulawesi Barat (ribu) 245,60 205,20 189,90 156,80 155,31 171,00 163,10 160,60 151,69 Sumber: BPS, 2006 2014 dan www.bps.go.id Persentase Penduduk Miskin Nasional 15,97 17,75 16,58 15,42 14,15 13,33 12,49 11,96 11,37 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Sulawesi Barat 25,33 20,74 19,03 16,73 15,29 13,58 13,89 13,24 12,30 Garis Kemiskinan Provinsi Sulawesi Barat (Rp/kapita/bulan) - 130.480 135.242 146.492 163.224 171.356 186.041 198.792 213.403 Persentase penduduk miskin nasional tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 berturut turut pada tahun 2005 sebesar 15,97 persen; tahun 2006 sebesar 17,75 persen; pada tahun 2007 sebesar 16,58 persen; tahun 2008 sebesar 15,42 persen; tahun 2009 sebesar 14,15 persen; tahun 2010 sebesar 13,33 persen; tahun 2011 sebesar 12,49 persen; tahun 2012 sebesar 11,96 persen, dan pada tahun 2013 sebesar 11,37 persen. Terjadi penurunan persentase penduduk miskin nasional dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 sebesar 4,6 persen. 5

Persentase penduduk miskin Provinsi Sulawesi Barat dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penduduk miskin nasional. Berturut turut, pada tahun 2005 penduduk miskin di Sulawesi Barat sebesar 25,33 persen; tahun 2006 sebesar 20,74 persen; tahun 2007 sebesar 19,03 persen; tahun 2008 sebesar 16,73 persen; tahun 2009 sebesar 15,29 persen; tahun 2010 sebesar 13,58 persen; tahun 2011 sebesar 13,89 persen; tahun 2012 sebesar 13,24 persen, dan pada tahun 2013 sebesar 12,30 persen. Tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat menurun. Masalah yang dihadapi sekarang oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Barat adalah tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan Nasional. 1.2 Keaslian Penelitian Berbagai literatur penelitian mengenai tingkat kemiskinan dan beberapa faktor yang mempengaruhinya telah dilakukan dibeberapa wilayah yang berbedabeda, juga waktu dan alat analisisnya pun berbeda-beda. Adapun penelitian terdahulu adalah sebagai mana ditunjukkan Tabel 1.2 berikut. Tabel 1.2 Hasil Penelitian Terdahulu Terkait dengan Kemiskinan No Peneliti/ Tahun 1. Mehmood dan Sadiq (2010) 2. Apergis dkk. (2011) Lokasi Periode Pakistan 1976 2010 Amerika Serikat 1980 2004 Alat Analisis ECM Model and Johnson Test Respectively Regresi Hasil Hasil menunjukkan hubungan negatif antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan. Adanya hubungan dua arah antara kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan pada jangka pendek maupun jangka panjang. Kesenjangan dan tingkat pengangguran 6

Tabel 1.2 lanjutan 3. Singh (2012) 15 negara bagian di India dan beberapa negara di Asia yang dipilih 4. Tukoboya Maluku (2012) Utara 5. Susiati (2012) Provinsi DIY 6. Rusdarti dan Sebayang (2013) 7. Akwara, dkk. (2013) Provinsi Jawa Tengah Nigeria 8. Samarta (2014) Provinsi Kepulauan Riau berpengaruh positif terhadap kemiskinan, berpengaruh negatif terhadap pendapatan perkapita riil di 50 negara di Amerika Serikat. 2011 Regresi Human Development Index (HDI) dan Per Capita Income (CPI) memiliki pengaruh yang signifikan dalam penurunan kemiskinan. 2006 2011 2004 2010 2006 2007 2008 2012 Analysis Regresi Data Panel dengan teknik estimasi fixed effect model Regresi Data Panel Ordinary Least Square (OLS) Sejarah dan Analisis statistik deskriptif Regresi Linear Berganda, Laju pertumbuhan ekonomi dan realisasi pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan dan kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variabel angka partisipasi sekolah memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Variabel jumlah pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), belanja publik dan akses terhadap air bersih berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan sedangkan variabel PDRB per kapita tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan Penurunan tingkat pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan, PDRB dan variabel lainnya seperti pengeluaran publik berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Pengangguran menciptakan kemiskinan, dan kemiskinan mendorong ke arah kegelisahan Secara Simultan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan dapat 7

Tabel 1.2 lanjutan 9. Pervez (2014) Pakistan 1972 2006 10. Sitorus (2014) Provinsi Jawa Tengah 2005 2012 REM mengurangi tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau dengan probabilitas signifikan. Secara parsial kenaikan angka pengangguran akan dapat menambah tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau dengan probabilitas signifikan. Pertumbuhan ekonomi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan Augmented Dickey- Fuller, causality and Johansen co integaration Regresi Fixed Effect Cross Section Weights di Provinsi Kepulauan Riau Tingkat pendidikan dan penerimaan kotor memiliki hubungan negatif dan signifikan pada efek kemiskinan jangka panjang tetapi harapan hidup memiliki dampak positif terhadap kemiskinan Variabel yang mempengaruhi persentase penduduk miskin adalah variabel PDRB per kapita harga konstan 2000, variabel angka melek huruf, dan variabel angka harapan hidup berpengaruh secara signifikan sedangkan pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan tidak signifikan. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaan dari penelitian ini adalah variabel independen yang digunakan seperti PDRB riil per kapita, angka melek huruf dan alat analisis yang digunakan, yaitu regresi data panel. Perbedaan pada penelitian ini adalah penggunaan variabel independen yaitu angka penyerapan angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan upah minimum kabupaten, serta periode penelitian yaitu dari tahun 2005 sampai dengan 8

tahun 2013. Perbedaan lain adalah lokasi penelitian yaitu di Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari 5 kabupaten, yaitu Kabupaten Majene, Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Mamuju, dan Kabupaten Mamuju Utara. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dibuat rumusan masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusan masalah, disusun pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian ini adalah: faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat, 2005 2013? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat, 2005 2013. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Majene, Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Utara, dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dalam mengambil kebijakan. 9

2. Sebagai bahan masukan untuk pihak yang memerlukan kajian lebih dalam tentang kemiskinan di masa akan datang. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini terdiri dari 5 bab, yang disajikan dengan sistematika berikut. Bab I Pendahuluan berisi uraian tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori berisi uraian tentang teori, kajian terhadap peneliti terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. Bab III Metode Penelitian berisi uraian tentang desain penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional, instrument penelitian, dan metode analisis data. Bab IV Analisis Data berisi uraian tentang deskripsi data yang telah dikumpulkan, deskripsi perkembangan variabel-variabel yang di amati, hubungan antarvariabel dan analisis data yang telah dikumpulkan untuk menjawab tujuan penelitian. Bab V Simpulan dan Saran berisi simpulan yang didapat dari hasil analisis penelitian, implikasi, keterbatasan penelitian, dan saran. 10