Urgensi Pendekatan Berbasis Masyarakat dalam Pengendalian Flu Burung dan Rabies

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia

Peran Studi CIVAS dengan pendekatan Ecohealth dalam Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Bali

ROAD MAP NASIONAL PEMBERANTASAN RABIES DI INDONESIA

Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS)

KEBIJAKAN NASIONAL DAN STRATEGI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT RABIES

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

Dokumentasi dan Karakterisasi Penggunaan Antimikroba Pada Ternak di Sektor Peternakan dan Prauji Material Komunikasi dan Advokasi

Kegiatan Intervensi ( Intervention Program )

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

Australia Awards Indonesia. Paket Informasi Studi Singkat

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN. 8 Mei 2018

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PETA KEMAMPUAN KEUANGAN PROVINSI DALAM ERA OTONOMI DAERAH:

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN PENGAWASAN TERNAK RUMINANSIA BESAR BAB I PENDAHULUAN

MENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

REPLIKASI isikhnas DAN SISTEM INFORMASI LABORATORIUM (INFOLAB) TERINTEGRASI isikhnas DI WILAYAH KERJA BALAI BESAR VETERINER DENPASAR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

Adanya Kegiatan Usaha

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DALAM OTONOMI DAERAH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

Membangun pasar kopi inklusif

Australia Awards Indonesia. Paket Aplikasi Studi Singkat

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

LAPORAN PERTEMUAN JEJARING LABORATORIOUM DAN PUSKESWAN

PELAPORAN DATA STOCK GABAH DAN BERAS DI PENGGILINGAN. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Jakarta, 7 April 2016

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

Peran FAO sebagai Badan Internasional dalam Mendukung Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Indonesia (Bali dan Flores)

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi

Australia Awards Indonesia. Paket Aplikasi Studi Singkat

Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

Australia Awards Indonesia. Paket Aplikasi Studi Singkat

PELAYANAN PUBLIK DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi. adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGANTAR. Ir. Suprapti

Analisis kesenjangan sebagai dasar untuk rekomendasi intervensi. Program Penelitian Regional China, Indonesia, Lao PDR, Thailand and Vietnam

ANALISA POTENSI LAYANAN KESEHATAN INDONESIA

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

Transkripsi:

Urgensi Pendekatan Berbasis Masyarakat dalam Pengendalian Flu Burung dan Rabies Albert Teguh Mulyono, Andri Jatikusumah, Chairul Basri, Erianto Nugroho, M.D. Winda Widyastuti, Sunandar dan Tri Satya Putri Naipospos

Pelayanan kesehatan hewan Kendala ekonomi dan kebijakan penyesuaian struktural di tiga dekade terakhir mengakibatkan terjadinya penurunan nyata investasi sektor publik Rendahnya kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan hewan primer yang harus disediakan bagi para pemilik ternak, terutama di pedesaan dan wilayah-wilayah terpencil di luar Pulau Jawa

Kendala pelayanan kesehatan hewan Efektivitas pelayanan kesehatan hewan pemerintah terkendala oleh karena: terbatasnya jumlah dokter hewan miskin infrastruktur dana tidak memadai sistem pemerintahan yang birokratis dan tidak efisien otonomi daerah yang kurang kondusif dan belum ideal

Perbandingan dokter hewan pemerintah negara-negara di dunia (2011) Negara Jumlah Per m2 Urutan Per 100.000 Unit Ternak Urutan Amerika Serikat 1.874 0,0002 116 0,1512 111 Australia 454 0,0001 137 0,1265 119 Brazil 3.210 0,0004 106 0,1188 121 China 100.800 0,0105 18 T.a.d. T.a.d. Filipina 1.310 0,0044 33 0,0043 147 India 56.402 0,0172 12 1,3389 48 Indonesia 1.375 0,0007 84 0,3301 84 Singapura 34 0,0491 3 9,7590 9 Thailand 3.376 0,0066 26 T.a.d. T.a.d. Vietnam 3.200 0,0097 19 2,0896 33 Sumber data: Office Internationale des Epizooties (OIE) website (diakses tanggal 20 Februari 2013)

Perbandingan dokter hewan swasta negara-negara di dunia (2011) Negara Jumlah drh swasta Rasio drh pemerintah vs swasta Jumlah Paramedis Jumlah tenaga berbasis masyarakat Amerika Serikat 73.940 1 : 40 54.300 - Australia 8.929 1 : 20 297 - Brazil 5.230 1 : 1,6 9.196 4.054 China 10.300 10 : 1 264.000 5.000 Filipina 620 2 : 1 2.100 T.a.d. India 2970 10 : 1 T.a.d. T.a.d. Indonesia T.a.d. T.a.d. 1.340 T.a.d. Singapura 221 1 : 6,5 110 - Thailand 2.478 1,4 : 1 1.045 1.920 Vietnam 1.000 3,2 : 1 24.000 26.000 Sumber data: Office Internationale des Epizooties (OIE) website (diakses tanggal 20 Februari 2013)

Presentase dokter hewan, SNAKMA, SPP sejumlah Provinsi di P. Jawa dan luar P. Jawa T.a.d. 3% SMU 4% SMP 2% drh/s2 1% SNAKMA 3% S1 9% SMU 12% SNAKMA 25% S1 15% T.a.d. 1% SPP 5% DIY Diploma 18% drh 47% Diploma 22% Lampung drh 33% T.a.d. 1% S1 20% S1 48% SMU 9% S2 SMU SNAKMA 1% SMP 7% 4% 1% Diploma 14% Banten drh 56% Diploma 10% Bengkulu drh 27% drh/s2 2% SNAKMA 17% SMU 9% S2 3% SNAKMA 15% SMU 24% SMP 1% SPP 8% SPP 12% S1 12% Diploma 8% NTB S1 20% S2 0% Diploma 17% Sumbar drh 17% drh 30% SMP 1% drh/s2 1% T.a.d. 6% S2 1% SD 1% S2 3% SMU 30% SPP 5% SNAKMA 10% SMU 11% Diploma 5% Sulut SPP 2% drh 11% S1 45% Diploma 10% Kaltim drh 22% drh/s2 1% Sumber data: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013) S1 32% drh/s2 9% T.a.d. 1%

Rantai komando dalam Sistem Kesehatan Hewan Nasional Kewenangan langsung (line authority) Kementerian Pertanian Kewenangan desentralisasi (decentralised authority) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kabupaten/Kota Kebijakan Teknis Garis manajemen Pembiayaan Kementerian Pertanian Garis manajemen Pembiayaan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kebijakan Teknis Provinsi Kementerian Dalam Negeri Garis manajemen Pembiayaan Kabupaten/Kota Kecamatan Setelah tahun 2000-an Kecamatan Desa Desa

Mereka yang harus dilayani Mayoritas produsen ternak (sekitar 85-90%) adalah skala kecil Disamping sebagai kekayaan nasional, produksi ternak juga merupakan fungsi penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan dan modal sosial bagi sebagian besar penduduk Investasi pengendalian penyakit hewan harus ditargetkan pada titik-titik kritis yang bakal menciptakan keuntungan paling besar bagi peningkatan kesejahteraan pihak-pihak terkait yang hidupnya bergantung pada ternak

Karakteristik Peternak Kecil Menurut Bank Dunia, dinamika kehidupan rumahtangga miskin dapat diilustrasikan dalam bentuk Aset segilima (pentagon asset) yaitu: 1) modal manusia/sdm (H) 2) modal sumberdaya alam (N) 3) modal finansial (F) 4) modal fisik (P) dan 5) modal sosial (S) Pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk mengubah masing-masing aset yang dimiliki atau yang ada dalam jangkauan peternak skala kecil

Belajar dari flu burung dan rabies Deteksi dini (early detection) lemah banyak kasus tidak terdeteksi tepat waktu Informasi dari tingkat bawah (bottom-up information) tidak memadai pelaporan dini seringkali gagal Respon di lapangan (early response) terlambat Masyarakat lebih meningkat kesadarannya, tapi kurang mengetahui apa yang harus diperbuat Sulit menjalankan tindakan pengendalian (seperti vaksinasi, pemusnahan, biosekuriti dll) tanpa kerjasama masyarakat

Dokter hewan dan paramedis Peran dokter hewan yang kompeten dan profesional esensial bagi sistem kesehatan hewan nasional (SISKESWANNAS), tetapi Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) mengakui peran terkait lainnya seperti tenaga paramedis veteriner ( veterinary paraprofessionals ) termasuk kader/juru kesehatan hewan di tingkat desa Untuk banyak negara di Afrika dan Asia, perbaikan SISKESWANNAS (termasuk surveilans penyakit) tidak bisa dicapai tanpa melakukan: Peningkatan kuantitas dan kualitas dokter hewan di pusat dan daerah Peningkatan kuantitas dan kualitas paramedis veteriner (pemerintah dan swasta) Peningkatan keterkaitan antara keduanya

Adopsi konsep KESEHATAN Pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) Kader kesehatan adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela Kader kesehatan sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat Jumlah posyandu di Indonesia = 266.827 Rata-rata 1 posyandu ada 4-5 kader kesehatan

PEMBENTUKAN KADER KESWAN BERBASIS MASYARAKAT DI INDONESIA - SEJAK 1996

Juru keswan di Sulsel dan Sulut Salah satu komponen dari pilot proyek di Provinsi Sulsel dan Sulut dengan bantuan pemerintah Inggris (DFID) Pilot proyek ini dinamakan The Decentralized Livestock Services in Eastern Indonesia (DELIVERI) yang berlangsung selama 5 tahun (1996-2001) 53 juru keswan di Kabupaten Minahasa (ada 1 poskeswan melayani 32 kecamatan 502 desa) 17 juru keswan di Kabupaten Barru (ada 1 poskeswan melayani 5 kecamatan 71 desa)

Sukakeswan di 4 provinsi Heifer Indonesia menginisiasi program pelatihan kader kesehatan hewan berbasis masyarakat (Sukakeswan) 2001-2008: lebih dari 350 petani dari 200 desa di 4 provinsi (Sumsel, Lampung, Sumut dan Nangroe Aceh Darussalam) Dari jumlah tersebut, 70% masih aktif memberikan pelayanan di tingkat kelompok dan masyarakat sekitarnya

Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Pilot dan Kegiatan Sosialisasi Rabies di Sekolah Dasar

Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Pilot: Membantu masyarakat untuk memahami penyakit rabies dan program pengendaliannya sehingga dapat berperan lebih aktif untuk membantu program pemerintah 2 desa pilot dengan 84 kader Program Sosialisasi Rabies di sekolah dasar: 35 desa tersebar di 3 kabupaten Jumlah 107 SDN dengan 21.865 siswa

Kader rabies desa Kader bekerja sebagai pribadi dengan dasar sukarela Pendampingan CIVAS sejak awal dan terus dilakukan sampai kader mampu bekerja sendiri

Motivasi Pembentukan Kader Ingin membantu sesama warga untuk menyampaikan informasi tentang Rabies dan bahayanya secara sukarela Ingin membantu masyarakat supaya sadar tentang rabies dan bagaimana bisa melindungi keluarganya dari bahaya rabies Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang rabies

Partisipasi kader dan masyarakat Kader berperan aktif menyebarkan informasi rabies melalui pertemuanpertemuan maupun percakapan pribadi/perorangan Melakukan tindakan respon cepat pelaporan dan penanganan kasus Melakukan pengawasan dan pelaporan terhadap keberadaan anjing liar Melakukan pengawasan masuk dan keluarnya anjing di desa (lalu lintas anjing) Melakukan pendataan anjing di masingmasing banjar

POKJA rabies desa Kader disatukan dalam Pokja supaya pekerjaannya lebih terarah dan saling mendukung Dasar pembentukan Pokja: SK Kepala Desa Sibetan Diresmikan oleh Kepala Desa dihadiri oleh Dinas Peternakan tingkat provinsi dan kabupaten Struktur Pokja melekat pada desa, sehingga dapat mengembangkan program dan mendapatkan dukungan pendanaan

Sistem kader keswan Jangkauan pelayanan Seleksi Jender Pelatihan Supervisi Regulasi Aktivitas Dokter hewan Tenaga paramedis Kader keswan Insentif *) Jejaring *) Tunai/natura dari peternak ; uang transpor/lumpsum dari kabupaten Keuntungan sosial dan respek dari masyarakat Diikut sertakan dalam program pemerintah (vaksinasi, biosekuriti dll)

Peran dan tanggung jawab kader keswan Pelayanan kesehatan hewan dasar Kader keswan Pemeriksaan ternak + Vaksinasi ternak / hewan + *) Pengobatan ternak + *) Penjualan pakan dan obat ternak + *) Kesadaran masyarakat (information transfer) + Transfer teknologi peternakan + Pengumpulan data produksi ternak + Pelaporan hewan sakit dan surveilans + *) Dilakukan di Kamboja, Laos, Vietnam dan Myanmar, kecuali Thailand Sumber: FAO Regional Workshop on CAHWs in the Mekong region (2009)

Proses pelaporan penyakit Pusat Kesehatan Hewan +Unit Respon Cepat Dinas yang menangani fungsi keswan di Kabupaten Laporan tertulis Kepala desa Pokja keswan (jejaring) Dokter hewan pemerintah Dokter hewan swasta + PSDR + paramedis Kader/juru keswan Peternak / pemilik hewan Laporan lisan

Strategi pembentukan kader keswan Masukkan sistem kader keswan dalam kebijakan pemerintah (dan fasilitasi pembentukannya) Pastikan keterlibatan para pemangku kepentingan (stakeholder engagement) Kembangkan aspek bisnis dalam pelayanan kesehatan hewan (business approach) Ciptakan / perkuat hubungan kelembagaan Masukkan sistem kader keswan dalam peraturan perundangan (legislation) Sumber: FAO Regional Workshop on CAHWs in the Mekong region (2009)

Pengakuan sah Kader keswan dan hubungannya dengan dokter hewan Diotorisasi oleh BADAN STATUTA VETERINER yang dibentuk PDHI untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu (bergantung kepada kategorinya dalam veterinary para-professional) Lisensi / registrasi Standar pendidikan minimun Standar perilaku profesional Tenaga paramedis veteriner (Veterinary para-professional) dan delegasikan mereka di bawah tanggung jawab dan penyelia / pengarahan DOKTER HEWAN Sumber: OIE ad hoc Group on Veterinary Services

Faktor yang mempengaruhi keberlangsungan sistem kader keswan Kader yang sudah dilatih pindah tempat tinggal Motivasi kader tidak bertahan dalam jangka panjang Tidak adanya regulasi resmi yang mengakui peran kader Kader tidak diakui oleh masyarakat sekitarnya (tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kader rendah) Sejumlah peternak/rumah tangga desa tidak punya kapasitas untuk membayar => tidak ada pendapatan yang reguler untuk kader Sulit mewujudkan perannya di wilayah-wilayah terpencil Jumlah pelanggan tidak memadai Aktivitas dan pendapatan tidak reguler Dukungan pemerintah dan LSM rendah (insentif, tindak lanjut, monitoring, pelatihan dll) Tidak memadainya rantai suplai obat & pakan ternak sampai ke desa Sumber: FAO Regional Workshop on CAHWs in the Mekong region (2009)

Without these frontline communitybased animal health workers, there would be few, if any veterinary services at all in large parts of many developing countries Catley A. and Leyland T. (2002) Special issue <pla notes 45> Overview: Community-based animal health workers, policies, and institutions

Kesimpulan Kader keswan adalah anggota masyarakat yang memberikan pelayanan sesuai permintaan dan fleksibel Kader keswan adalah bagian dari sistem pelayanan kesehatan hewan menyeluruh (bantuan teknis, rantai suplai obat-obatan) Kader keswan menjadi penghubung antara masyarakat dengan Dinas pemerintah yang menjalankan fungsi kesehatan hewan Kader keswan bergantung kepada pelatihan teknis dan ketrampilan nonteknis seperti manajemen, bisnis dan komunikasi sederhana Kader keswan bergantung kepada input (finansial) dari luar untuk memulai pelayanannya Diperlukan kebijakan yang jelas mengenai pelayanan kesehatan hewan oleh sektor swasta Kepemilikan masyarakat diperlukan untuk menciptakan akuntabilitas dan mempertahankan kualitas pelayanan kader

It may be a long road ahead but dont despair you will get there! Terima kasih banyak atas perhatiannya