BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh segi kehidupan manusia misalnya mudah menimbulkan emosi

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN HUKUM TENTANG HADLANAH (HAK ASUH ANAK) AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta )

BAB IV. Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum. Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH

P U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2010/PA Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

P U T U S A N Nomor 0290/Pdt.G/2015/PA. Pas

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial yang harus diakui keberadaanya, dalam membentuk keluarga, masyarakat dan negara. Anak juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. tua dapat setelah adanya pernikahan.keinginan mempunyai anak bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. dari masalah-masalah kecil dan sepele sampai kepada hal yang dianggap serius dan

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan nikah yang mengandung banyak kemashlahatan yang. dianjurkan, maka perceraian hukumnya makruh. 1

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan berkeluarga terjadi melalui perkawinan yang sah, baik menurut

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

PUTUSAN Nomor: 467/Pdt.G/2011/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kalimat hadhana ath-thaairu baidhahu burung itu menggempit telur

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

PUTUSAN Nomor : 0254/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. Agama yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Berdasarkan hasil. 1. Menurut Hukum Islam, Pengertian Itsbat Nikah ini berasal dari bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

PUTUSAN. Nomor : 0571/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. suatu dinamakan perkawinan yang diharapkan dapat berlangsung selama-lamanya,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

EVITAWATI KUSUMANINGTYAS C

BAB I PENDAHULUAN. Menikah adalah salah satu sunnah Rasulullah yang mengandung banyak

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB IV. Hakim dalam memutuskan suatu perkara yang ditanganinya, selain. memuat alasan dan dasar dalam putusannya, juga harus memuat pasal atau

RINGKASAN SKRIPSI. Sumber Hukum Acara di lingkungan Peradilan Agama juga menjelaskan tentang

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN TERGUGAT SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI

P U T U S A N Nomor : 773/Pdt.G/2011/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasal 1917 BW dijelaskan bahwa pada dasarnya suatu putusan itu

PUTUSAN Nomor 53/Pdt.G/2015/PTA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BAB V PEMBAHASAN. penelitian, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu fokus penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

Salinan P U T U S A N

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diuraikan pada laporan penelitian, deskripsi, dan pembahasan penelitian maka

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

P U T U S A N. Nomor : 87/Pdt.G/2009/PA.Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

BAB V PENUTUP. 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut:

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM PEWARISAN MENURUT HUKUM ADAT BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

P U T U S A N. Nomor 0649/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membayar zakat pulalah baru diakui komitmen ke-islaman seseorang. Hal ini

P U T U S A N 37/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tidak memungkinkan lagi untuk mewujudkan perdamaian, maka hukum Islam

BAB I PENDAHULUAN. hartanya kepada para ahli warisnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri atau diingkari oleh

P U T U S A Nomor 34/Pdt.G/2014/MS-Aceh

P U T U S A N. Nomor: 0087/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

PUTUSAN Nomor : 0140/Pdt.G/2013/PA.PKP. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 0014/Pdt.G/2016/PTA.Pdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2011/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV HUKUM KELUARGA

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia terus berupaya meningkatkan dan melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

P U T U S A N. Nomor: 0072/Pdt.G/2010/PA.Spn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

Nomor: 0153/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 36/Pdt.G/2012/PA. Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia secara bersih dan terhormat.

SALINAN P U T U S A N NOMOR 55/Pdt.G/2011/PA.Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor : 65/Pdt.P/2014/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III KEWENANGAN PERADILAN AGAMA

antara pihak-pihak :

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR : 3051/ PDT.G/ 2011/ PA. SBY TENTANG H{AD{A>NAH DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

P U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2010/PA.Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan perbuatan yang paling penting didalam kehidupan manusia,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan pernikahan adalah persoalan manusia yang banyak seginya mencakup seluruh segi kehidupan manusia misalnya mudah menimbulkan emosi dan perselisihan, karena itu adanya kepastian hukum bahwa telah terjadinya suatu perkawinan sangat diperlukan. Oleh sebab itu, syariat Islam mengadakan beberapa peraturan untuk menjaga keselamatan pernikahan ini antara lain syarat dan rukun pernikahan serta hak dan kewajiban suami istri. Dari sebuah pernikahan terlahir anak sebagai ahli waris atas harta kekayaan orang tuanya. Keinginan untuk mempunyai anak bagi setiap pasangan suami istri merupakan naluri insani dan secara fitrah anak anak tersebut merupakan amanat Allah SWT kepada pasangan suami istri tersebut. Bagi orang tua anak tersebut diharapkan dapat mengangkat derajat martabat orang tua kelak apabila ia dewasa menjadi anak yang shaleh serta shalehah yang selalu mendoakan dan mentaati kedua orang tuanya. Berangkat dari pemikiran inilah baik ayah maupun ibu sama-sama berkeinginan keras untuk dapat lebih dekat dengan anak-anaknya agar dapat membimbing langsung dan mendidiknya agar kelak apabila anak sudah dewasa dapat tercapai semua cita-citanya. Anak juga masih sangat membutuhkan perlindungan serta asuhan dari orang tuanya hingga kelak ia dewasa dan mampu melindungi serta mengurus dirinya sendiri. Pengasuhan anak atau memelihara anak disebut dengan 1

2 Hadhanah. Merupakan hal yang wajib dilaksanakan oleh kedua orang tua terhadap anak yang masih kecil atau belum mumayyiz tanpa ada pengecualian, karena tanpa adanya Hadhanah maka akan mengakibatkan anak menjadi terlantar dan tersia- sia hidupnya. 1 Allah SWT berfirman pada Q.S. an-nissa ayat 9, sebagai berikut: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hend aklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. Sedang fakta kehidupan menunjukkan bahwa tidak sedikit perkawinan yang dibangun dengan susah payah pada akhirnya bubar karena kemelut rumah tangga yang tidak dapat diselesaikan. Akibat dari bubarnya perkawinan itu tidak sedikit pula anak yang dilahirkan dari perkawinan itu, menanggung derita yang berkepanjangan terhadap adanya perbedaan-perbedaan keinginan dari orang tua anak tersebut, timbul berbagai masalah hukum dalam penguasaan anak jika telah bercerai. Misalnya siapa yang harus memelihara anak-anak mereka, hak-hak apa saja yang harus diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Apabila masalah Hadhanah yang tidak dapat diselesaikan secara kekeluargaan maka penyelesaiannya adalah melalui Pengadilan. Berdasarkan kepada Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2006, dimana sebagai salah satu lembaga pelaku kehakiman bagi pencari keadilan yang beragama Islam adalah 1 Melyana Ilmi Amanda, Tinjauan Hukum Tentang hadhanah (Hak Asuh Anak) Akibat Perceraian, Skripsi, (Surakarta:Perpustakaan Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2010), h. 1-4

3 Pengadilan Agama. Lembaga tersebut mempunyai tugas dan wewenang untuk memberikan pelayanan hukum dan keadilan dalam bidang perkara tertentu dikalangan orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Dalam hal ini hakim merupakan unsur yang sangat penting bahkan menentukan dalam menjalankan tugasnya. Hakim mempunyai kebebasan untuk membentuk keputusan terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh lainnya. Hakim menjadi tumpuan harapan bagi para pencari keadilan, karena posisi dan peranannya yang penting itulah maka hakim dituntut untuk berlaku seadil-adilnya dalam memutuskan perkara sesuai dengan sumpah jabatannya. Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat begitu juga dalam hukum acara di Pengadilan Agama. Berdasarkan Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa : Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat. Dengan demikian maka putusan hakim akan memberikan rasa keadilan yang memuaskan para pencari keadilan yang beragama Islam. Tuntutan moral agar hakim berlaku adil dalam memutuskan perkara adalah berkaitan erat dengan ideal hukum bahwa setiap produk Pengadilan termasuk Pengadilan Agama harus memenuhi rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang ada akhirnya bisa menciptakan suasana kehidupan yang tenang dan tenteram.

4 Di sinilah inti permasalahannya dalam menetapkan atau memutuskan perkara Hadhanah akibat perceraian. Seorang Hakim tidak hanya dihadapkan pada suatu kenyataan harfiah hukum formil melainkan juga mempertimbangkan faktor lain yang terikat baik hukum secara umum maupun secara Islam. Berdasarkan dari observasi awal dengan menggunakan metode wawancara bahwa hakim terkadang dalam pengambilan putusan yang berkaitan dengan sengketa hadhanah melihat dari tiga faktor, yaitu : 1. Siapa yang lebih berhak menurut Undang-Undang. 2. Fakta yang ditemukan hakim ketika persidangan berlangsung. 3. Bukti-bukti yang diajukan oleh kedua belah pihak. Selain itu juga hakim terkadang mengambil putusan dengan meninjau beberapa aspek, pertama dari psikologis anak, kedua dari indikasi-indikasi salah satu pihak, seperti prilaku ibu yang tidak serius, ketiga dari aqidah (agama) kedua belah pihak, karena mengasuh anak merupakan pertimbangan dari sudut syar i yang mengedepankan maqhasiduy syari iyyah (tujuan syariat Islam) yaitu menjaga keutuhan agama Islam, keempat dari persangkaan Hakim, bahwa anak bisa saja dipengaruhi oleh salah satu pihak. 2 Dengan berdasarkan ini penulis menganggap perlu ada penelitian dengan judul Pertimbangan Hakim Dalam Pengambilan Putusan Berkaitan Dengan Sengketa Hadhanah 2 Syarifudin, hakim Pengadilan Agama Banjarmasin, wawancara pribadi, Banjarmasin, Selasa, 28 Desember 2010.

5 B. Rumusan Malasah Berdasarkan Latar Belakang masalah, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran pertimbangan Hakim dalam pengambilan putusan berkaitan dengan sengketa hadhanah? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan Hakim dalam pengambilan putusan berkaitan dengan sengketa hadhanah? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran pertimbangan Hakim dalam pengambilan putusan berkaitan dengan sengketa hadhanah 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan Hakim dalam pengambilan putusan berkaitan dengan sengketa hadhanah. D. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. Bahan informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam pertimbangan Hakim dalam pengambilan putusan berkaitan dengan sengketa hadhanah. 2. Bahan informasi bagi yang ingin meneliti dari segi dan sisi lain. 3. Sebagai bahan pertimbangan referensi dan literatur IAIN Antasari Banjarmasin.

6 E. Definisi operasional Agar terarahnya penelitian ini sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman dalam menginterprestasikan penelitian ini, maka diberikan batasan istilah sebagai arah penelitian, yaitu: 1. Pertimbangan adalah mencari dan memilih kesimpulan yang lebih baik sedangkan hakim adalah seseorang pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman, untuk itu pertimbangan hakim adalah seorang penjabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakimannya dengan mengambil keputusan dan mempertimbangkan akan segala sesuatunya agar bersifat adil. 3 Dalam hal ini di khususkan kepada hakim yang menangani 2 (dua) kasus sengketa hadhanah yang berada di Pengadilan Agama Kelas 1A Banjarmasin, sehingga tidak semua hakim menjadi responden. 2. Hakim yang dimaksud disini adalah hakim yang menangani sengketa hadhanah dipengadilan Agama Banjarmasin, sedangkan kasus yang diteliti sebanyak 4 kasus yang mana diambil dari tahun 2009 2010, dua kasus yang lainnya masih dalam keadaan banding, menyisakan dua kasus yang akan diteliti, adapun hakim yang menangi kasus ini ada dua majelis dan 6 orang hakim, akan tetapi setelah diteliti ternyata dua kasus tersebut masuk dalam satu majelis. h. 34 3 Darmansyah Hasyim, Praktik Peradilan Agama, Lambung Mangkurat University,1993.

7 3. Putusan di sebut vonis (belanda) atau Al-Qodo ( arab), merupakan produk pengadilan karena adanya dua pihak yang belawanan dalam perkara, yaitu yuridictio contentiosa. 4. Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu diucapkan dipersidangan dan bertujuan untuk mengakhiri sengketa antara para pihak. 4 5. Sengketa Hadhanah, Sengketa adalah sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat; pertengkaran; memperebutkan : perkara yang kecil bisa menjadi besar dan dapat diselesaikan dengan cara yang damai. Hadhanah adalah tugas menjaga dan mengasuh anak yang belum mumayyiz atau kehilangan kecerdasannya karena mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Jadi pengertian sengketa hadhanah adalah sesuatu yang terjadi perebutan dengan siapa yang lebih berhak untuk mengasuh anak yang disebabkan oleh sebab perceraian antara kedua orang tuanya. F. Kajian Pustaka Berdasarkan daftar judul skripsi di jurusan Ahwal Al-Syahsyyiah penulis banyak menemukan mahasiswa lain yang meneliti masalah ini, yaitu : 1. Praktek Hadhanah Terhadap Anak diluar Nikah (oleh ibunya) di Kecamatan Sungai Tabuk, oleh Rusida, jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah tahun 2006. 4 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, edisi kelima, (Yogyakarta: liberty, 1999), h. 176.

8 2. Praktek Pengambilan Hak Hadhanah Anak dibawah Umur di Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, oleh Herliyanti, jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah tahun 2007. 3. Studi Komparatif antara Hadhanah Menurut Hukum Islam dan Perwalian Menurut Hukum Perdata (BW), oleh Abdul Rahman, Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah tahun 2010. Akan tetapi dari segi pertimbangan hakim dalam pengambilan putusan berkaitan dengan sengketa hadhanah tidak ada dalam penelitian sebelumnya. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah memahami penelitian ini agar sesuai dengan yang diiniginkan, maka perlu dijabarkan melalui sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, definisi operasional, kajian pustaka dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori meliputi: Secara umum dalam bab ini berisi tentang Pengertian hadhanah dilihat dari hukum positif dan fikih, Dasar hukum hadhanah, Syarat-syarat hadhanah, orang yang berhak menangani hadhanah, pertimbangan-pertimbangan hak hadhanah, dalam bab ini juga memuat tentang Penemuan hukum oleh hakim meliputi: Pengertian penemuan hukum oleh hakim ditinjau dari hukum positif dan hukum Islam, sumber penemuan hukum dari berbagai sumber, metode penemuan hukum, penulis juga memuat berupa Pertimbangan Putusan oleh

9 Hakim, berserta macam-macam putusan, sampai dengan Susunan dan isi putusan. BAB III : Metodologi Penelitian meliputi, Jenis dan Lokasi Penelitian, Sifat Penelitian, Subyek dan Obyek Penelitian, Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisis Data BAB IV : Penyajian Data dan Analisis, meliputi ; Deskripsi Data/Fakta, Analisis Data. Bab V : Adalah bab terakhir yang merupakan penutup, terdiri dari simpulan dan saran