PERSPEKTIF IKLIM INVESTASI DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

Analisis Perkembangan Industri

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

S e p t e m b e r

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

S e p t e m b e r

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

SURVEI PERSEPSI PASAR. Triwulan IV

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

Kondisi Perekonomian Indonesia

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

ANALISIS KEBIJAKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA Rabu, 19 Oktober 2011

SURVEI PERSEPSI PASAR

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

Herdiansyah Eka Putra B

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. material maupun secara spiritual. Dengan demikian, pembangunan. lain meliputi aspek sosial dan politik (Todaro, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

SURVEI PERSEPSI PASAR

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di mana di dalam pembangunan ini tidak bisa terlepas. penggerak pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan.

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. naik secara signifikan melainkan return saham pun ikut naik secara signifikan.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

Perkiraan Kondisi Ekonomi Makro Triwulan IV Perkiraan Tw. I Perkiraan Kondisi Ekonomi Realisasi

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA

Transkripsi:

KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERSPEKTIF IKLIM INVESTASI DI INDONESIA Oleh Dr. Marzuki Alie Makalah Disampaikan Pada Acara Seminar Tentang Investasi dan Risk Manajemen diadakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Indo Global Mandiri, Kota Palembang, Indonesia. PENDAHULUAN Dalam pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia pada awal 2012, ada beberapa catatan penting tentang perekonomian Indonesia selama tahun 2011 lalu. Dalam sambutan Presiden pada acara peresmian galeri Bursa Efek Indonesia, menyampaikan keberhasilan Indonesia lolos dari krisis ekonomi pada tahun 2008. Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 tetap positif, dan terus bertumbuh hingga 2011. Dalam pidato tersebut disampaikan bahwa, perekonomian Indonesia tahun 2011 lalu tumbuh mencapai 6,5%. Dan untuk ukuran ekonomi Indonesia, ketika dunia sedang mengalami krisis, pertumbuhan 6,5 % tentu patut disyukuri. Jumlah nominal GDP 2011 diperkirakan akan mencapai sekitar US$820 miliar. Mudah-mudahan, tahun 2012 mendatang GDP bisa menembus US$1 triliun. Dan itu akan mengubah jalannya sejarah Indonesia. Income per capita kita sekarang telah tembus sekitar US$3.400 per orang per tahun, tumbuh dibandingkan tahun 2010 dan tahun 2009 yang hanya sebesar US$ 2.590,1 dan US$ 2.030 perorang Kalau kita lihat pergerakan income per capita kita dari masa ke masa, hal ini juga patut disyukuri. Perkembangan Pasar Modal juga meningkat cukup positif tahun 2011 mengikuti situasi perekonomian. Dari sisi kapitalisasi, menurut laporan Bursa Efek Indonesia (BEI) ada kenaikan dari Rp. 3.247,1 Triliun menjadi Rp. 3.518,6 Triliun, atau sekitar Rp. 300 Triliun. Jumlah perusahaan (company) yang masuk ke dalam pasar modal juga bertambah, yang semula 515, naik menjadi 534. Jumlah perusahaan yang mengeluarkan obligasi juga meningkat, dari 188 menjadi 197 perusahaan. Bila kondisi seperti ini terus terjaga, Pasar Modal Indonesia sebagai instrumen investasi portofolio makin 1

kuat, terus tumbuh, makin kredibel, memberikan proteksi dan pelayanan terbaik kepada para investor, dan akhirnya akan mengalir untuk pembiayaan pembangunan dalam negeri. Dengan melihat kondisi tersebut tentunya, perlu masyrakat memberikan penghargaan kepada para regulator dan para pelaku di Pasar Modal. Kondisi yang kondusif tersebut tentunya perlu dijaga dan selanjutnya adalah peningkatkan kinerja dan prestasi ekonomi Indonesia, termasuk kinerja dan prestasi Pasar Modal. Janganlah kita sia-siakan momentum dan peluang baik di tahun ini, termasuk yang kita syukuri peluang yang tercipta di negeri kita dengan telah dinaikkannya, credit rating kita menjadi investment grade, sebagaimana yang telah dipublikasikan beberapa saat yang lalu. Penghargaan dari lembaga pemeringkat Internasional Fitch Ratings terhadap Indonesia dengan investment grade, atau layak investasi seperti hadiah tutup tahun 2011 yang patut disyukuri. Dengan gelar investment grade tersebut, Indonesia kembali naik kelas, setelah 14 tahun sejak krisis 1997/1998 absen dari kelompok negara yang dinyatakan sebagai tujuan investasi yang aman, berisiko relatif rendah, dan mampu memberikan keuntungan yang optimal. Hasil penghargaan Peringkat Investasi Indonesia tersebut, diraih tidak terlepas berkat pengelolaan moneter dan kebijakan fiskal yang disiplin dan berhati-hati. Kebijakan moneter berhasil mengendalikan laju inflasi beberapa tahun terakhir, bahkan tahun lalu di bawah 5% dan tahun 2012 diperkirakan sekitar 5,3% (APBN 2012). Merupakan sebuah pencapaian ekonomi yang sigifikan di tengah krisis global yang memukul perekonomian Amerika Serikat dan Eropa, serta sejumlah negara mitra dagangnya. Neraca perdagangan Indonesia juga terus membaik setelah ekspor mendekati US$200 miliar tahun 2011, didukung cadangan devisa yang sudah melampaui US$120 miliar. Tentu, kekuatan ekonomi Indonesia juga ditopang oleh kekuatan konsumen domestik yang besar dan menyumbang pertumbuhan PDB. Dengan pendapatan perkapita (GDP/kapita) saat ini yang mencapai US$3.700, berarti rata-rata pendapatan per penduduk Indonesia saat ini adalah lebih dari Rp. 3 juta per bulan. Di balik data itu, tergambar kekuatan daya beli (konsumsi) penyumbang terhadap pertumbuhan PDB yang relatif besar, mengingat lebih dari 50% penduduk Indonesia berusia di bawah 29 tahun, dan lebih dari 40% penduduk Indonesia adalah kelas menengah (middle class). Inilah yang disebut sebagai bonus demografi, yang akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan daya tarik investasi, hingga setidaknya 50 tahun ke depan. Gambaran demografi dan pencapaian fundamental ekonomi tersebut menjadi modal dasar bagi perekonomian Indonesia ke depan. Maka dari itu, modal dasar yang sudah kita miliki saat ini bakal menjadi 2

penggerak penting bagi kemajuan ekonomi Indonesia tahun-tahun mendatang. Namun bukan berarti semua itu mudah dicapai dan gampang diperoleh. Harus ada kerja keras dan usaha yang sungguh-sungguh. Indonesia akan semakin berperan dalam kancah perekonomian dunia dengan kerja keras semua pemangku kepentingan, tidak hanya masyarakat, dunia usaha, tetapi juga jajaran pemerintahan baik eksekutif, legislatif dan lembaga penegak hukum. Masyarakat dan usahawan tentu mengharapkan pemerintah semakin bersungguhsungguh untuk menuntaskan pekerjaan rumahnya, termasuk mengurai kemandegan berbagai program ekonomi terutama di sektor infrastruktur utama alias debottlenecking, menyingkirkan semua sumbatan yang menghalangi laju perekonomian dan kegiatan usaha. Terutama setelah Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui Undang-Undang Pembebasan Lahan untuk kepentingan publik dan Undang-Undang Otoritas Jasa keuangan. Dengan lahirnya UU baru itu, semestinya program dan proyek infrastruktur, yang bakal menjadi urat nadi penting laju perekonomian sebagai daya tarik utama investasi, akan segera terwujud. Tentunya permasalahan implementasi kebijakan sudah menjadi permasalahan klasik dalam pelaksanaan suatu UU. Pemerintah sering terlambat membuat peraturan pelaksana sebagai standar atau pedoman dalam teknis pelaksanaannya. Selain itu permasalahan birokrasi sudah sering menjadi keluhan para investor. Hal semacam inilah yang seharusnya tidak luput dari perhatian pemerintah. Ekonomi biaya tinggi merupakan permasalahn serius dalam menghadapai persaingan global. Bila saja permasalahan tersebut dapat diatasi, maka bisa jadi perekonomian Indonesia akan cepat lebih maju. PERKEMBANGAN INVESTASI ASING Arus masuk FDI tahun 2010 meningkat tajam 161 persen, dari USD 4,9 miliar tahun 2009 menjadi USD 12,7 miliar. Besarnya aliran masuk FDI tahun 2010 terutama merupakan kontribusi dari besarnya equity capital & reinvested earnings yang mencapai USD 1,2 miliar atau meningkat 134,1 persen dari tahun 2009. Besarnya aliran masuk FDI ke Indonesia, meningkatkan surplus aliran direct investment menjadi sebesar USD 9,8 miliar atau meningkat sebesar 274,2 persen dibandingkan tahun 2009 yang hanya mencapai USD 2,6 miliar. 3

GAMBAR KINERJA ALIRAN INVESTASI ASING LANGSUNG DI INDONESIA Sumber: Bank Indonesia (diolah oleh Bappenas). GRAFIK REALISASI PENANAMAN MODAL ASING (FOREIGN DIRECT INVESTMENT) PROSPEK INVESTASI Pulihnya perekonomian dunia dari krisis ekonomi global, berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 dan 2011. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) pada tahun 2010 tumbuh dan mencapai mencapai 8,5 persen, jauh melampaui pertumbuhan tahun 4

2009 yang besarnya 3,3 persen. Tingginya kenaikan PMTB ditunjukkan dengan besarnya realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sektor Non-Migas yang masing-masing mencapai Rp. 60,6 Triliun dan USD16,2 miliar. Sementara pada tahun 2009 masing-masing hanya sebesar Rp. 37,8 triliun dan USD10,8 miliar (lihat Tabel Realisasi Penanaman Modal Sektor Non-Migas). Realisasi PMDN dan PMA tahun 2010 melampaui target RKP 2010 yang telah ditetapkan masing-masing sekitar Rp. 37,4 triliun dan USD 13,1 miliar. TABEL REALISASI PENANAMAN MODAL SEKTOR NON MIGAS 2004-2010 TAHUN PMDN PMA (Rp. Miliar) (USD juta) 2004 15.409,4 4.571,9 2005 30.724,2 8.911,0 2006 20.649,0 5.991,7 2007 34.878,7 10.341,4 2008 20.363,4 14.871,4 2009 37.799,8 10.815,2 2010* 60.626,3 16.214,8 Sumber: BKPM Catatan : *) Perubahan pencatatan realisasi penanaman modal dari Ijin Usaha Tetap (IUT) ke Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM). Sampai dengan posisi tahun 2010, realisasi penyebaran investasi khususnya sektor nonmigas masih terkonsentrasi di Pulau Jawa terutama di Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten. Di luar propinsi-propinsi tersebut, Propinsi Kalimantan Timur menjadi tujuan investor berikutnya. 5

TABEL REALISASI PENANAMAN MODAL SEKTOR NON MIGAS BERDASARKAN LOKASI PROPINSI Rp. (miliar) Prosentase Terhadap Total PMA PROPINSI USD(juta) Prosentase Terhadap Total Jawa Barat 15.799,8 26,1 DKI Jakarta 6.429,3 39,7 Jawa Timur 8.084,1 13,3 Jawa Timur 1.769,2 10,9 Kalimantan Timur 7.881,3 13,0 Jawa Barat 1.692,0 10,4 Banten 5.852,5 9,7 Banten 1.544,2 9,5 DKI Jakarta 4.598,5 7,6 Kalimantan Timur 1.092,2 6,7 Propinsi lain 18.410,1 30,4 Propinsi lain 3.687,9 22,7 TOTAL 60.626,3 100,0 16.214,8 100,0 Sumber: BKPM (diolah oleh Bappenas). Potensi sumberdaya yang kita miliki dan faktor tenaga kerja, masih menjadi daya tarik bagi investor, khususnya investor asing. Namun, ketika investasi asing sudah menguasai sebagian perekonomian masyarakat, maka instrumen kebijakan fiskal pemerintah menjadi stabilisator perekonomian nasional. Disinilah peran dan tanggungjawab negara (Pemerintah) dalam menyeleksi investasi yang mendatangkan keuntungan bagi masyarakat luas dan investasi yang merugikan perekonomian. Artinya, kebijakan ekonomi yang diambil negara (Pemerintah) harus prudent namun tidak mengurangi niat investor untuk menanamkan modalnya terutama investasi yang bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, negara (Pemerintah) harus lebih smart membaca dan mengikuti kondisi pasar dengan dukungan desain kebijakan fiskal yang positif. Negara (Pemerintah) harus juga mampu mengantisipasi dan mengambil sebagian resiko investor (risk taking), apabila sistem politik kurang mendukung dan kontra-produktif terhadap iklim investasi positif yang sudah dibangun. Dalam kaitan ini, sistem politik yang dibangun sepenuhnya menjadi urusan dan tanggungjawab negara dan jangan sampai menjadi batu sandungan dalam mendorong investasi, karena pada akhirnya, akan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB). Selain sistem politik dlam negeri, kondisi politik luar negeri juga harus terus memperoleh perhatian. Perkembangan situasi politik di kawasan Timur Tengah (Middle East) dan Afrika Utara (North African Region) diperkirakan akan berprengaruh terhadap keputusan yang diambil oleh para investor, terutama dalam menentukan fokus dan lokus investasi mereka. 6

PENUTUP Prospek investasi, khususnya investasi asing ke Indonesia di masa datang akan dipengaruhi oleh Faktor Eksternal dan Faktor Internal. Faktor Eksternal antara lain seperti: pertama, Semakin pulihnya perekonomian global dari krisis finansial di AS dan Eropa (Uni Eropa), dengan membangun kerja sama finansial, baik multi-lateral dan global. Kedua, semakin berkurangnya konflik politik dan geopolitik di beberapa wilayah di dunia. Sedangkan Faktor Internal antara lain adalah: pertama, terpeliharanya stabilitas makro-ekonomi yang didukung dengan ketahanan fiskal dan moneter dalam negeri serta kecenderungan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, Kedua, berkurangnya hambatanhambatan birokrasi yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, Ketiga, tingkat inflasi yang relatif rendah, Keempat, stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap dolar, dan Kelima, situasi dan kondisi politik serta keamanan yang stabil dan kondusif di dalam negeri akan mendorong pengusaha berinvestasi. Prospek sektor investasi setidaknya akan dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Sebab disamping untuk mengerakkan perekonomian dan memberikan nilai tam,bah pada perekonomian secara keseluruhan, investasi juga akan membuka lapangan kerja baru dan mengurangi angka pengangguran, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.* *** 7