PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2014 SEBESAR 4,24 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2014 Ekonomi Gorontalo Tahun 2014 Tumbuh 7,29 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2015 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2015 TUMBUH 5,07 PERSEN, MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014


PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN IV-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI SEMESTER I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

BPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI SEMESTER I 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2015


PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

Transkripsi:

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015 TUMBUH 4,9 PERSEN SEDIKIT MELAMBAT DIBANDING TAHUN 2014 (5,2 PERSEN) Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diukur dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2015 mencapai Rp. 101,4 trilyun, sehingga PDRB perkapita tercatat sebesar Rp.27,56 juta. Perekonomian DIY tahun 2015 (c-to-c) tumbuh 4,94 persen dan sedikit melambat dibandingkan dengan tahun 2014 yang tumbuh 5,2 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh peningkatan nilai tambah pada semua lapangan usaha selain listrik, gas. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan komponen konsumsi rumah tangga, pengeluaran lembaga nirlaba nonprofit, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori, ekspor dan impor luar negeri. Perekonomian DIY Triwulan IV- 2015 mengalami kontraksi sebesar 0,2 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, penurunan ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan terutama sub kategori tanaman pangan yang tumbuh negatif 34 persen. Pertumbuhan minus tersebut juga disebabkan oleh pertumbuhan negatif yang besar pada lapangan usaha yang mempunyai kontribusi besar dalam PDRB, yaitu perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil, serta penyediaan akomodasi dan makan minum. A. PDRB DIY MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 (c-to-c) Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2015 yang diukur dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2010 mencapai 4,9 persen. Pertumbuhan ini terjadi hampir di semua lapangan usaha, kecuali pengadaan listrik dan gas yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 1,3 persen. Lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah jasa keuangan dengan pertumbuhan sebesar sebesar 8,3 persen diikuti oleh jasa lainnya sebesar 8,0 persen, jasa perusahaan dan jasa pendidikan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 7,3 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016 1

Grafik 1. Pertumbuhan dan Pangsa Distribusi Beberapa Lapangan Usaha 2015 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 Jasa Keuangan 8,27 3,97 Jasa lainnya 8,00 7,31 2,55 Pertumbuhan (%) Pangsa Distribusi (%) Jasa Perusahaan 1,03 8,48 7,28 7,15 Jasa Pendidikan 2,52 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,23 7,05 6,45 6,19 Real Estate Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00-0,20-0,40 Struktur perekonomian DIY tahun 2015 yang diukur dari distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan tidak ada lapangan usaha yang secara mencolok mendominasi perekonomian. Kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB DIY tahun 2015 berada di bawah 14 persen. Tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar adalah industri pengolahan (13,05 persen); pertanian, kehutanan dan perikanan (10,70 persen); dan penyediaan akomodasi dan makan minum (10,24 persen). Sementara, tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terendah adalah pengadaan listrik dan gas (0,09 persen), pengadaan air (0,11 persen); serta pertambangan dan penggalian (0,57 persen). Semua lapangan usaha memberikan andil yang bervariasi terhadap level pertumbuhan ekonomi DIY 2015. Lapangan usaha yang memberi andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi 2015 adalah keuangan, dan asuransi dengan Grafik 2. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha, 2013-2015 1,25 0,27 Pendidikan 0,92 0,63 0,57 0,76 0,64 0,57 0,61 0,45 0,36 0,35 Akom & Makan Minum 2013 2014 2015 0,39 0,83 Konstruksi -0,11 0,53 0,42 0,41 0,24 0,25 Pertanian -0,21 andil 0,62 persen. Berikutnya secara berturut-turut adalah lapangan usaha administrasi pemerintaha serta lapangan usaha industri pengolahan dengan andil masing-masing 0,61 persen dan 0,58 persen. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2015 Terhadap Triwulan IV-2014 (y-on-y) Perekonomian DIY selama Triwulan IV-2015 mengalami pertumbuhan sebesar 5,5 persen jika dibandingkan dengan triwulan IV-2014 (y-on-y). Laju pertumbuhan tertinggi triwulan IV-2015 secara y-on-y terjadi pada lapangan usaha konstruksi yang tumbuh sebesar 9,2 persen. Pertumbuhan tertinggi berikutnya secara berturut-turut dicapai oleh lapangan usaha administrasi pemerintahan serta lapangan usaha jasa lainnya masing-masing sebesar 8,97 persen dan 8,28 persen. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif adalah pengadaan listrik yaitu sebesar -2,42 persen. 2 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016

Tiga lapangan usaha yang menjadi sumber utama pertumbuhan y-on-y triwulan IV-2015 adalah penyedian akomodasi dan makan minum sebesar 0,77 persen, kemudian diikuti oleh jasa pendidikan, informasi dan komunikasi masing-masing sebesar 0,63 persen dan 0,59 persen. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2015 Terhadap Triwulan III-2015 (q-to-q) Perekonomian DIY pada Triwulan IV-2015 mengalami kontraksi sebesar 0,22 persen jika dibandingkan dengan Triwulan III-2015. Kontraksi atau pertumbuhan negatif ini didorong oleh pertumbuhan negatif beberapa lapangan usaha, yakni pertanian, kehutanan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil; dan penyediaan akomodasi dan makan minum. Kontraksi tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yaitu sebesar -33,96 persen. Kontraksi yang cukup tinggi lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan disebabkan antara lain oleh pengaruh siklus musim pada kelompok komoditas tanaman pangan, hortikultura tahunan dan lainnya, perkebunan tahunan, peternakan, dan jasa pertanian dan perburuan. Produksi beberapa komoditas tanaman pangan dan hortikultura selama triwulan IV (Oktober-Desember) mencapai level terendah dalam setahun akibat pengaruh musim dan juga adanya anomali cuaca. Dampak El Nino yang memicu terjadinya kekeringan akibat musim kemarau yang lebih panjang menjadi indikasi berpotensinya penurunan hasil panen. Faktor lain adalah adaanya penyusutan luas tanam padi pada periode April-September 2015 mencapai 1.400 ha. Oleh karena mundurnya musim hujan mayoritas petani baru masuk masa tanam atau memulai mengusahakan tanaman mereka, sehingga produksi selama triwulan ini menjadi jauh menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Selain itu, serangan hama yang terjadi pada lahan pertanian bawang dan cabai sebagai dampak perubahan cuaca juga mempengaruhi penurunan yang tajam produksi hortikultura triwulan ini. Kontraksi pertumbuhan juga terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar -1,59 persen. Kontraksi ini berhubungan dengan penurunan produksi usaha penggalian akibat stok bahan galian yang semakin menipis dan pengaruh cuaca yang kurang mendukung dalam penggalian pasir dan batu. Pengaruh yang paling besar menurunnya pertumbuhan lapangan usaha pertambangan dan penggalian adalah diberlakukannya Perda tentang penggalian pasir di sungai sehingga banyak yang kehilangan pekerjaan karena sebagian besar mereka tidak memiliki ijin penggalian. Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil mengalami pertumbuhan minus yaitu sebesar -2,01 persen. Lesunya aktivitas perdagangan mempunyai dampak keterkaitan dengan transaksi perdagangan di pasar baik produk primer pertanian maupun barang-barang hasil olahan pertanian. Pelemahan permintaan domestik dan perlambatan ekonomi nasional berdampak pada kunjungan wisatawan dan belanja wisatawan mengingat karakteristik wisatawan DIY yang didominasi oleh wisatawan domestik. Oleh karenanya lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum juga tumbuh -2,23 persen. Lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi secara q-to-q pada triwulan IV-2015 adalah konstruksi yaitu sebesar 11,26 persen, kemudian diikuti oleh jasa pendidikan yang tumbuh sebesar 10,37 persen. Konstruksi tumbuh melejit berkait erat dengan realisasi pembangunan fisik yang bersumber dari dana APBN maupun APBD yang biasanya terjadi di triwulan IV. Pertumbuhan yang tinggi berikutnya adalah lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang tumbuh sebesar 9,35 persen. Pertumbuhan jasa pendidikan lebih didorong oleh jadwalnya pembayaran semester ganjil di tahun ajaran baru,baik untuk siswa di pendidikan dasar dan menengah maupun mahasiswa di perguruan tinggi. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016 3

Grafik 3. Pertumbuhan PDRB q-to-q menurut Lapangan Usaha 80,0 60,0 Pertanian PDRB Pendidikan 40,0 20,0 0,0-20,0-40,0-60,0 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 III-2014 IV-2014 B. PDRB DIY MENURUT PENGELUARAN Pertumbuhan Kumulatif Triwulan IV Tahun 2015 (c-to-c) Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DIY sebesar 4,9 persen di tahun 2015 didorong oleh pertumbuhan semua komponen permintaan akhir, kecuali net ekspor antardaerah dan net ekspor luar negeri. Komponen net ekspor antardaerah mengalami kontraksi sebesar 4,4 persen. Sementara, pertumbuhan impor luar negeri yang masih tinggi (15,5 persen) belum mampu dikompensasi oleh ekspor luar negeri yang hanya mampu tumbuh sebesar 3,2 persen. Hal inilah yang memengaruhi pertumbuhan komponen net ekspor luar negeri sehingga mengalami kontraksi. Sementara itu pertumbuhan tertinggi dalam komponen permintaan akhir terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah yang tumbuh sebesar 5,3 persen dan diikuti oleh komponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,9 persen. Grafik 4. Pertumbuhan dan Distribusi Beberapa Komponen Pengeluaran 2015 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0-10,0-20,0-30,0 67,66 16,71 30,51 15,46 4,87 2,90 3,13 5,32 4,34 4,73 1,16 3,15 6,17 5,00 Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Konsumsi Pemerintah Pertumbuhan (%) Pangsa Distribusi (%) Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri -4,45-20,36 Net Ekspor Antar Daerah Struktur permintaan akhir dalam perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 masih didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga pangsa distribusi sebesar 67,7 persen. Komponen terbesar berikutnya dalam struktur perekonomian DIY 2014 adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 30,5 persen dan diikuti oleh konsumsi pemerintah sebesar 16,7 persen. Pada tahun 2015 komponen konsumsi pemerintah mampu tumbuh sebesar 5,3 persen, tertinggi kedua setelah komponen impor luar negeri yang tumbuh 15,5 persen. Komponen ekspor antardaerah memiliki pangsa yang cukup besar, tetapi karena nilai impor antardaerah lebih besar 4 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016

dari ekspor antardaerah maka pangsa dari komponen net ekspor antardaerah menjadi pengurang (bertanda negatif). Hal yang sama juga terjadi pada komponen impor luar negeri yang menjadi pengurang. Sumber pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2015 (4,9 persen) dari sisi permintaan disumbang oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar dengan andil pertumbuhan sebesar 2,9 persen. Andil pertumbuhan terbesar berikutnya disumbang oleh komponen PMTB dengan andil 1,2 persen dan komponen pengeluaran pemerintah dengan andil 0,8 persen. Grafik 5. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Pengeluaran 2013 2015 4,0 3,0 3,31 3,12 2,94 2,0 1,0 0,0-1,0 1,41 1,33 1,17 0,81 0,74 0,81 0,63 0,15 0,26 0,11 0,15 0,26 0,34 0,05 0,08 0,060,17-0,13-0,17-0,43-0,30 2013 2014 2015 KRT LNPRT Pemerintah PMTB Inventor i Ekspor LN Impor LN Net Ekspor AD Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2015 Terhadap Triwulan IV-2014 (y-on-y) Secara y-o-y, perekonomian DIY triwulan IV-2015 tumbuh 5,5 persen dibandingkan dengan triwulan IV-2014. Laju pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada komponen perubahan inventori sebesar 61,5 persen, diikuti oleh komponen impor luar negeri sebesar 41,6 persen. Struktur perekonomian dari sisi permintaan pada triwulan IV-2015 tidak berbeda jauh dengan struktur perekonomian tahunan. Komponen yang memiliki kontribusi terbesar dalam struktur perekonomian triwulan IV-2015 adalah komponen konsumsi rumah tangga sebesar 67,8 persen. Kontribusi terbesar berikutnya adalah komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 35,7 persen. Sementara, kontribusi terendah terhadap perekonomian DIY adalah komponen net ekspor antardaerah sebesar minus 27,3 persen. Komponen permintaan akhir yang menjadi sumber utama pertumbuhan DIY y-on-y triwulan IV-2015 adalah komponen konsumsi rumah tangga dengan andil sebesar 3,1 persen. Berikutnya adalah komponen PMTB dengan andil sebesar 3,0 persen, serta komponen konsumsi pemerintah dengan andil sebesar 1,9 persen. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2015 Terhadap Triwulan III-2015 (q-to-q) Secara q-to-q, perekonomian DIY triwulan IV-2015 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 0,2 persen dibandingkan dengan triwulan III-2015. Dari sisi permintaan akhir, kontraksi ini disebabkan terjadinya penurunan yang cukup besar pada komponen konsumsi rumah tangga sebesar 1 persen dan ekspor antardaerah di satu sisi dan di sisi lain impor antardaerah meningkat sehingga net ekspor semakin minus. Pertumbuhan minus komponen konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar Dolar AS yang berarti melemahnya nilai rupiah mendorong tingginya harga barang-barang impor seperti elektronik. Pelemahan ekonomi domestik nasional mempengaruhi sektor rumah tangga sehingga cenderung menahan konsumsi barang tahan Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016 5

lama. Penurunan produksi domestik dan kenaikan konsumsi dan investasi menyebabkan defisit neraca perdagangan DIY semakin besar. Grafik 6. Pertumbuhan PDRB DIY q-to-q menurut Pengeluaran, 2013-2015 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0-5,0-10,0-15,0-20,0-25,0 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 III-2014 IV-2014 I-2015 II-2015 III-2015 IV-2015 KRT P D R B PMTB Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010 Tahun 2015 (Persen) Harga Berlaku Harga Konstan 2010 2015 Lapangan Usaha (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) 2014 2015 2014 2015 Laju Pertubuhan Distribusi SoG -1-2 -3-4 -5-6 -7-8 A. Pertanian, Kehutanan, Perikanan 9.769.112 10.848.369 7.508.980 7.703.978 2,60 10,70 0,25 B. Pertambangan dan Penggalian 537.599 573.133 470.735 471.323 0,13 0,57 0,00 C. Industri Pengolahan 12.614.921 13.236.292 10.469.637 10.652.525 1,75 13,05 0,41 D. Pengadaan Listrik dan Gas 89.669 92.610 121.268 119.663 (1,32) 0,09 0,00 E. Pengadaan Air, Pengeloolaan Sampah, Limbah 102.670 109.697 82.855 85.260 2,90 0,11 0,00 F. Konstruksi 8.722.682 9.499.917 7.508.543 7.826.701 4,24 9,37 0,83 G. Perdag. Besar&Eceran, Reparasi Mobil&Spd.Motor 7.681.035 8.342.646 6.540.108 6.944.903 6,19 8,23 0,33 H. Transportasi dan Pergudangan 5.313.233 5.755.748 4.377.850 4.541.309 3,73 5,68 0,22 I. Akomodasi dan Makan Minum 9.323.242 10.383.391 7.414.021 7.842.132 5,77 10,24 0,36 J. Informasi dan Komunikasi 7.897.507 8.244.242 8.458.713 8.891.145 5,11 8,13 0,45 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 3.602.561 4.028.358 2.826.934 3.060.733 8,27 3,97 0,25 L. Real Estate 6.497.271 7.143.655 5.735.457 6.105.126 6,45 7,05 0,35 M,N. Jasa Perusahaan 956.391 1.048.359 924.042 991.564 7,31 1,03 0,08 O. Adm. Pemerintahan, Pertahanan,Jaminan Sosial 7.492.246 8.348.234 5.971.986 6.281.580 5,18 8,23 0,63 P. Jasa Pendidikan 7.600.855 8.598.744 6.938.845 7.444.277 7,28 8,48 0,57 Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 2.276.361 2.553.551 2.062.979 2.210.406 7,15 2,52 0,16 R,S,T,U. Jasa Lainnya 2.351.975 2.589.171 2.119.326 2.288.950 8,00 2,55 0,21 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 92.829.330 101.396.117 79.532.277 83.461.574 4,94 100,00 4,94 6 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016

Jenis Pengeluaran Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2010 Tahun 2015 (Persen) Atas Dasar Atas Dasar Harga Berlaku Harga Konstan 2010 (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) 2014 2015 2014 2015 Laju Pertumbuhan Distribusi -1-2 -3-5 -6-7 -8-9 1. Konsumsi Rumah Tangga 62.805.013 68.608.884 47.991.757 50.329.799 4,87 67,66 2,94 2. Konsumsi LNPRT 2.948.427 3.171.193 2.317.123 2.384.374 2,90 3,13 0,08 3. Konsumsi Pemerintah 15.347.428 16.947.017 12.056.063 12.697.848 5,32 16,71 0,81 4. Pembentukan Modal tetap Bruto 27.744.794 30.935.037 21.358.622 22.286.615 4,34 30,51 1,17 5. Inventori 980.197 1.180.158 930.599 974.645 4,73 1,16 0,06 6. Ekspor Luar Negeri 5.465.423 6.259.714 4.278.248 4.413.223 3,15 6,17 0,17 7. Impor Luar Negeri 4.085.245 5.066.145 3.228.540 3.727.716 15,46 5,00 0,63 8. Net Ekspor Antar Daerah -18.376.708-20.639.740-6.171.595-5.897.213-4,45-20,36 0,34 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 92.829.330 101.396.117 79.532.277 83.461.574 4,94 100,00 4,94 2015 SoG Tabel 3. PDRB dan PDRB Perkapita D.I. Yogyakarta Tahun Dasar 2010 Tahun 2013 2015 Uraian 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) PDRB - Berlaku (Juta rupiah) 84.924.543 92.829.330 101.396.117 - Konstan (Juta rupiah) 75.627.450 79.532.277 83.461.574 PDRB Per kapita Atas Dasar Harga Berlaku - Nilai (Juta rupiah) 23.624 25.523 27.559 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016 7

Tabel 4. Ringkasan PDRB Provinsi-Provinsi PROPINSI (1) ADHB ADHK Pertbh Pertbh Kontribusi y-on-y c-to-c Thd Thd 33 Pulau Prov (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sumatera 2.587.734.117,02 1.960.872.638,00 3,54 3,54 100,00 22,21 01. Aceh 129.200.559,72 112.672.440,90-0,72-0,72 4,99 1,11 02. Sumatra Utara 571.722.008,76 440.955.852,47 5,10 5,10 22,09 4,91 03. Sumatra Barat 178.810.456,68 140.529.151,11 5,41 5,41 6,91 1,53 04. Riau 652.386.422,52 448.936.595,38 0,22 0,22 25,21 5,60 05. Jambi 155.110.347,65 125.038.712,63 4,21 4,21 5,99 1,33 06. Sumatra Selatan 332.726.575,53 254.022.862,43 4,50 4,50 12,86 2,86 07. Bengkulu 50.341.717,69 38.067.501,98 5,14 5,14 1,95 0,43 08. Lampung 253.162.538,32 199.525.419,79 5,13 5,13 9,78 2,17 09. Kep. Bangka Belitung 60.992.088,32 45.961.462,46 4,08 4,08 2,36 0,52 10. Kepulauan Riau 203.281.401,84 155.162.638,85 6,02 6,02 7,86 1,74 Jawa 6.791.858.932,12 5.250.551.649,84 5,45 5,45 100,00 58,29 11. DKI Jakarta 1.983.420.526,26 1.454.102.107,17 5,88 5,88 29,20 17,02 12. Jawa Barat 1.525.149.162,72 1.207.001.487,11 5,03 5,03 22,46 13,09 13. Jawa Tengah 1.014.074.206,45 806.609.023,50 5,44 5,44 14,93 8,70 14. DI Yogyakarta 101.396.117,27 83.461.574,49 4,94 4,94 1,49 0,87 15. Jawa Timur 1.689.882.400,67 1.331.418.241,92 5,44 5,44 24,88 14,50 16. Banten 477.936.518,75 367.959.215,65 5,37 5,37 7,04 4,10 Bali dan Nusa Tenggara 356.397.048,16 274.824.756,90 10,29 10,29 100,00 3,06 17. Bali 177.173.015,67 129.137.912,34 6,04 6,04 49,71 1,52 18. Nusa Tenggara Barat 102.791.555,14 88.866.746,56 21,24 21,24 28,84 0,88 19. Nusa Tenggara Timur 76.432.477,35 56.820.098,00 5,02 5,02 21,45 0,66 Kalimantan 949.238.837,63 790.946.656,03 1,31 1,31 100,00 8,15 20. Kalimantan Barat 146.885.970,63 112.261.168,31 4,81 4,81 15,47 1,26 21. Kalimantan Tengah 100.148.195,33 78.889.998,35 7,01 7,01 10,55 0,86 22. Kalimantan Selatan 137.518.033,24 110.890.731,42 3,84 3,84 14,49 1,18 23. Kalimantan Timur 564.686.638,43 488.904.757,95-0,85-0,85 59,49 4,85 Sulawesi 689.912.300,10 525.019.726,09 8,18 8,18 100,00 5,92 24. Sulawesi Utara 91.275.262,44 70.418.811,20 6,12 6,12 13,23 0,78 25. Sulawesi Tengah 107.596.437,68 82.829.231,00 15,56 15,56 15,60 0,92 26. Sulawesi Selatan 341.745.270,34 250.729.557,17 7,15 7,15 49,53 2,93 27. Sulawesi Tenggara 87.740.818,55 72.988.298,96 6,88 6,88 12,72 0,75 28. Gorontalo 28.538.479,86 22.070.445,91 6,23 6,23 4,14 0,24 29. Sulawesi Barat 33.016.031,22 25.983.381,85 7,37 7,37 4,79 0,28 Maluku dan Papua 275.984.347,73 228.839.421,33 6,62 6,62 100,00 2,37 30. Maluku 34.344.586,61 24.843.650,18 5,44 5,44 12,44 0,29 31. Maluku Utara 26.631.781,78 20.377.474,21 6,10 6,10 9,65 0,23 32. Papua Barat 62.882.024,41 52.347.420,68 4,10 4,10 22,78 0,54 33. Papua 152.125.954,94 131.270.876,27 7,97 7,97 55,12 1,31 2015 8 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016

PENJELASAN TEKNIS Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah : a. Jumlah nilai tambah atas produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah; b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah; c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah; dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun). Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan: a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side c. Pendapatan Income side Penyajian PDRB: a. Atas dasar harga berlaku harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi 2000. Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi. Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi. Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth). Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth). Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (cumulative to cumulative economic growth). Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016 9

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya. 10 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016