BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

dokumen-dokumen yang mirip
Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. istilah karies botol atau nursing caries yang digunakan sebelumnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, psikis dan sosial.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu ,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi (pit, fissures,

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) Early childhood caries merupakan suatu bentuk karies rampan pada gigi desidui yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti sari buah, susu, dan soda dalam jangka waktu yang panjang, yang disebut juga dengan karies botol susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas. Gigi depan di rahang bawah jarang ditemukan karies karena dilindungi oleh pergerakan lidah. Lesi karies ini terjadi pada bayi, balita dan anak-anak prasekolah. 1,7-10 Penelitian cross sectional yang dilakukan di Anguilla melaporkan prevalensi ECC dan S-ECC masing-masing 50% dan 17%. Prevalensi ini lebih rendah daripada di Quchan, yaitu 59% dan 28%. 1 Tetapi prevalensi ECC ini lebih tinggi daripada klinik daerah Harris, yaitu 5% sampai 8%. 11 Gambar 1. Early Childhood Caries pada gigi anterior rahang atas 8 2.2 Penyebab dan Gejala ECC Menurut Hallett & Rourke (2002), ECC adalah penyakit multifaktorial akibat interaksi beberapa faktor termasuk mikroorganisme kariogenik, karbohidrat, kesalahan pemberian

makanan, dan faktor sosial ekonomi. 12 Secara umum proses terjadinya karies pada gigi dipengaruhi oleh 4 faktor penyebab utama, yaitu : gigi, bakteri, substrat dan waktu. 3,8,12,16-18 Faktor gigi berupa morfologi dan anatomi gigi berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Dengan bentuk lengkung gigi yang tidak teratur dengan adanya gigi yang berjejal maupun yang berlapis kadangkadang sulit dibersihkan secara sempurna dan dapat mempercepat proses terjadinya karies. 3,16,18 Aliran saliva berperan dalam penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Saliva mempertahankan ph rongga mulut. Saliva dapat memperlambat proses karies dengan menghasilkan kalsium dan fosfat untuk proses remineralisasi. Tetapi jika aliran saliva berkurang maka akan mempercepat proses karies. 3,16 Gambar 2. Celah/fisur pada gigi yang bisa menjadi lokasi karies 16 Faktor bakteri, rongga mulut merupakan tempat pertumbuhan banyak bakteri. Secara normal bakteri diperlukan di rongga mulut, tetapi apabila terdapat sisa makanan yang melekat terus di gigi maka akan bertumpuk menjadi plak. Pada plak akan hidup Streptococcus mutans dan Lactobacilli yang menjadi penyebab karies. 3,16,18

Gambar 3. Streptococcuss mutans 16 Faktor substrat, sisa makanan terutama golongan karbohidrat apabila melekat terus pada gigi dapat diubah oleh bakteri menjadi asam melalui proses glikolisis, bila suasana di sekitar gigi menjadi asam maka mineral kalsium dan fosfor akan lepas dari gigi sehingga gigi menjadi rapuh dan akhirnya terbentuk karies. 6,16,17 Kebiasaan minum susu dari botol, air susu ibu (ASI) atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan ECC. ECC dapat menimbulkan masalah gigi dan mulut anak. Masalah gigi dan mulut anak dapat mempengaruhi perkembangan anak, karena rasa sakit dari karies menyebabkan anak malas makan, hal ini mengganggu kesehatan anak sehingga anak rentan terserang penyakit. 13 Gardner, Norwood, dan Eisenson melaporkan 4 kasus dimana setiap anak mengalami karies akibat kebiasaan minum ASI sejak lahir, saat meminum ASI setiap anak akan tertidur. Oleh karena itu ibu harus membiasakan menyikat gigi anak sejak gigi sudah erupsi. 23 Gambar 4. Kebiasaan minum susu dengan botol 19

Faktor waktu merupakan faktor pokok yang mempengaruhi perkembangan karies dan akan memperparah karies apabila pemberian susu dilakukan pada waktu malam hari. Ketiga faktor di atas saling berinteraksi dalam beberapa waktu yang bersamaan menyebabkan terjadinya demineralisasi (biasanya terjadi setelah 2 jam) sehingga terbentuk karies. 14,17 Untuk terjadinya kavitas karies pada permukaan licin gigi yang dapat terlihat secara klinis dibutuhkan waktu 18 bulan ± 6 bulan. 25 Gejala yang dapat dilihat pada Early Childhood Caries adalah pada permukaan gigi anterior di rahang atas terlihat berkapur (white spot) yang kemudian berubah menjadi warna kecoklatan sampai hitam dan dapat meluas sampai ke gigi posterior. 1,14 Epidemiologi menunjukkan bahwa ECC mudah menyerang bayi. ECC pada bayi dan balita berisiko tinggi mempengaruhi perkembangan gigi anak berupa karies yang berkelanjutan. 15 K A R I E S Gambar 5. Diagram lingkaran faktor yang mempengaruhi karies gigi 18

Dalam literatur disebutkan ada 4 tahap perkembangan ECC : Tahap pertama dikarakteristikkan seperti lesi terlihat pucat, lesi demineralisasi opak pada permukaan yang halus pada insisivus satu rahang atas ketika anak berusia diantara 10-20 bulan atau kadang-kadang lebih muda. Suatu garis putih yang khas dapat terlihat pada regio servikal dari vestibular dan permukaan palatal dari insisivus rahang atas. Pada tahap ini, lesi dapat bersifat reversibel namun orangtua atau dokter gigi pertama yang memeriksa mulut anak sering mengabaikannya. Lebih lanjut, gigi dapat didiagnosa setelah dikeringkan. 20 Tahap kedua terjadi ketika anak berusia antara 16-24 bulan. Dentin dipengaruhi oleh email yang rusak akibat dari lesi putih pada insisivus yang terbentuk secara cepat. Dentin yang terbuka dan kelihatan lunak juga berwarna kuning. Molar desidui rahang atas dengan lesi awal pada regio servikal, proksimal, dan oklusal. Pada tahap ini, anak mulai mengeluh terhadap rangsangan dingin. 20 Tahap ketiga, terjadi ketika anak berusia 20-36 bulan, yang dikarakteristikkan dengan lesi yang besar dan dalam pada insisivus rahang atas, serta iritasi pulpa. Anak mengeluh sakit ketika mengunyah atau menggosok giginya dan sakit spontan pada malam hari. Pada keadaan ini, molar desidui rahang atas berada pada tahap 2, sementara tahap satu dapat didiagnosa pada molar desidui rahang bawah dan kaninus rahang atas. 20 Tahap keempat, terjadi antara usia 30-48 bulan, ciri-cirinya fraktur mahkota pada rahang atas anterior akibat kerusakan email dan dentin. Pada tahap ini, insisivus rahang atas biasanya nekrosis sedangkan molar desidui didiagnosa pada tahap 3. Molar dua, kaninus rahang atas dan molar satu rahang bawah pada tahap 2. Beberapa anak-anak kecil menderita tapi tidak dapat menunujukkan keluhan sakit gigi mereka. Mereka susah tidur dan susah makan. 20

2.3 Hubungan Kebersihan Rongga Mulut dengan Kejadian Karies Pengalaman karies anak menunjukkan sejarah singkat dari pemaparan faktor-faktor risiko, sedangkan pada karies orang dewasa menunjukkan hal yang sebaliknya. Kondisi gingiva ibu lebih memperlihatkan pemeliharaan kesehatan giginya pada saat sekarang, serta kemampuan membentuk kebiasaan kesehatan mulut (khususnya menyikat gigi) dibanding pengalaman karies. Beberapa penelitian telah memfokuskan pentingnya hubungan tingkah laku kesehatan mulut ibu dengan kondisi gigi anak mereka. Lebih lanjut ada beberapa penelitian mengenai hubungan kondisi gingiva ibu (sebagai ukuran dari tingkah laku kesehatan mulut) dan pengalaman karies anak. 5 Ibu harus membiasakan pada anak mereka untuk mengubah kepribadian yang dibutuhkan untuk kebersihan dan kesehatan rongga mulut. 24 Pendidikan dasar tentang prosedur kesehatan mulut penting dilakukan pada anak sejak tahun pertama kelahiran (0-12 bulan). Kegiatan membersihkan plak dari rongga mulut harus dimulai saat gigi pertama erupsi. 24 Beberapa dokter gigi merekomendasikan untuk membersihkan dan memijat gusi sebelum membersihkan plak untuk kesehatan rongga mulut dan gigi. Kegiatan ini sepenuhnya dilakukan oleh ibu. Bisa menggunakan kapas yang dililitkan pada jari kemudian memijat gusi dengan lembut dan membersihkan gigi, dilakukan satu kali sehari. Bisa juga dengan menggunakan sikat gigi anak-anak bila orang tua merasa nyaman dengan sikat gigi. Pada anak usia 1-3 tahun memiliki tingkah laku suka meniru ibunya dan anak mulai berlatih menyikat gigi tetapi anak tidak dapat melakukannya sendiri. Selain itu ibu dapat menggunakan dental floss pada gigi anak di daerah kontak interproksimal yang rapat. 24 Pada anak usia 3-6 tahun sudah dapat menyikat gigi sendiri namun masih perlu supervisi dari orang tua, pada periode usia ini anak sudah bisa diberikan pasta gigi yang mengandung fluor

sebesar kacang polong pada sikat gigi anak. Sebagai tambahan, dental floss sudah dapat digunakan oleh anak. Jika daerah kontak interproksimal terlalu rapat maka ibu yang harus melakukannya. Daerah yang paling memerlukan penggunaan dental floss adalah daerah kontak posterior. Pada usia 6-12 tahun, anak sudah dapat menyikat gigi dengan lebih baik namun masih dibutuhkan perhatian ibu. Pada periode usia ini, anak sudah dapat menggunakan obat kumur seperti chlorhexidine atau listerin. 24 Kebersihan mulut yang buruk dapat menimbulkan karies pada anak yaitu menyebabkan terjadinya penumpukan plak pada supragingival dan subgingival. Dimana pada tumpukan plak terdapat mikroorganisme yang dapat merusak ekologi rongga mulut yang menyebabkan iritasi dan pembengkakan jaringan gusi. 21,22 Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. 18 Bakteri kariogenik juga dapat ditularkan dari ibu ke anak secara pasti contohnya mencicipi makanan bayi dengan sendok yang sama atau merasai suhu dari dot. Disamping itu, buruknya kebersihan rongga mulut ibu dapat dihubungkan dengan tingginya konsentrasi mikroorganisme dalam mulut anak mereka. 6 Berbicara tentang karies tentu hal ini tidak bisa dilepas dari peran plak gigi (dental plaque) dan mikroorganisme yang dominan terdapat di dalamnya yaitu Streptococcus mutans yang dianggap sebagai bakteri utama penyebab terjadinya karies. Karena pada prinsipnya karies terjadi akibat adanya interaksi dari pejamu (permukaan gigi, saliva, pelikel), diet, dan plak gigi. Dari hasil pertemuan para pakar mikrobiologi ekologi pada konferensi yang diadakan oleh The National Institute for Dental and Craniofacial Research disepakati bahwa plak merupakan biofilm yang terbentuk di dalam rongga mulut. Hasil kesepakatan ini juga disetujui oleh para pakar kedokteran gigi. 32

Menurut AAPD, rongga mulut ibu yang buruk mempunyai risiko tinggi dalam menjangkiti anak dengan bakteri penyebab lubang dan menambah risiko terjadinya karies dini. Maka AAPD menganjurkan kepada para ibu agar selalu menjaga kebersihan rongga mulutnya dan rongga mulut anak dengan cara diet, menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor, dan menggunakan obat kumur untuk mencegah penumpukan plak yang dapat mempercepat pembentukan karies. 26 Marinela Pasareanu, Dana Rotaru, dan Adriana Balan menyatakan bahwa frekuensi menyikat gigi pada anak bergantung pada frekuensi menyikat gigi pada ibu. Ibu dengan keadaan rongga mulut yang buruk mempunyai kemungkinan yang besar tidak memperhatikan kebersihan rongga mulut anaknya. 27 Kebersihan rongga mulut memegang peranan yang penting dalam menciptakan pola hidup sehat. Jika kebersihan rongga mulut tidak terpelihara maka akan menimbulkan berbagai penyakit di rongga mulut. Kebersihan rongga mulut dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan ras. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sogi GM dkk (2002) dan Peres MA dkk (2003), karies gigi dan status kesehatan rongga mulut anak-anak usia 13-14 tahun sangat berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi anak-anak tersebut. Namun menurut penelitian Mustahsen dkk (2008), status kesehatan rongga mulut tidak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi. Pada penelitian Mustahsen dkk, keadaan sosial ekonomi menengah memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada keadaan sosial ekonomi rendah atau tinggi. 28 Menurut Tirthankar (2002), tingkat pendidikan merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kebersihan rongga mulut. Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup sehat. Seseorang dengan

tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. 29 Sedangkan pada faktor usia dan jenis kelamin, anak-anak yang berusia 11-14 tahun dan jenis kelamin perempuan memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk (WHO). Jika dihubungkan dengan ras, orang Asia dan Afrika memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada orang Eropa dan Amerika. 30 AAPD menyarankan anak-anak mulai datang ke dokter gigi pada saat gigi pertama erupsi, selambatnya usia 12 bulan mengunjungi dokter gigi apabila anak membutuhkan perawatan gigi, seperti masalah kesehatan atau trauma, kunjungan dapat dilakukan lebih awal. Kunjungan pertama ke dokter gigi dapat membuat anak lebih mengenal perawat gigi dan dokter gigi sehingga di masa yang akan datang, anak tidak merasa gelisah ketika dilakukan perawatan gigi. 24 Gambar 6. Menggunakan kapas untuk membersihkan lidah, gusi, dan jaringan di sekitar mulut bayi 31

2.4 Kerangka Teori Early Childhood Caries Penyebab Gigi Plak bakteri Substrat Waktu Kebersihan rongga mulut anak yang buruk Risiko karies Faktor Risiko : - Praktek kebersihan rongga mulut ibu - Status sosial ekonomi - Usia - Jenis kelamin