ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB 4 METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Input-Output (I-O)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

APLIKASI INPUT OUTPUT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

II. TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI. pertemuan kedua (matrikulasi) 1

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

III. METODE PENELITIAN

.BAB IV METODE PENELITIAN. relatif dekat dari pusat kota Bogor dan kampus IPB Darmaga, letaknya persis di tepi

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

ANALISIS SEKTOR INDUSTRI ANDALAN (LEADING SECTOR) BERBASIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PADA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

Pertumbuhan ekonomi wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

PROSPEK AGRIBISNIS INDONESIA DAN PELUANG PERBANKAN 1 )

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB 4 ANALISA. Pada bab ini akan dilakukan analisa berdasarkan hasil dari pengolahan data pada bab sebelumnya.

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

Pengertian Produk Domestik Bruto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

Transkripsi:

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi kinerja perekonomian NTT lebih rendah dibandingkan awal tahun 2007 lalu. Dari sisi permintaan, konsumsi yang selama ini menjadi tulang punggung utama mengalami tekanan sehingga tumbuh relatif lebih rendah dibandingkan periode-periode sebelumnya. Sementara dari sisi investasi yang diharapkan mampu memberikan multiplier effect yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi justru mengalami kontraksi pada awal tahun 2008. Kemudian neraca perdagangan Provinsi NTT yang direfleksikan melalui angka PDRB ekspor impor terus mengalami defisit. Hal ini menunjukkan bagaimana relatif tingginya tingkat dependensi Provinsi NTT terhadap daerah lain dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya. Jika melihat struktur PDRB Provinsi NTT secara sektoral, kondisinya relatif belum berubah. Sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan (prime mover) dalam menggerakkan perekonomian, secara lebih khusus subsektor tanaman pangan. Namun demikian, akselerasi kinerja sektor pertanian cenderung belum optimal. Kondisi pertanian NTT yang masih sangat bergantung pada curah hujan mengakibatkan perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lambat. Selain itu, tingkat fertilitas lahan pertanian di NTT umumnya masih tergolong marginal. Kemampuan sumber daya manusia NTT (khususnya petani) dalam mengelola sektor pertanian juga masih relatif belum berkembang. Sebagian dari petani masih menggunakan sistem tradisional dalam menjalankan usaha tani, seperti : pengolahan lahan dengan sistem tebas bakar (ladang berpindah), masih menggunakan bibit lokal, dan umumnya jarang atau bahkan tidak menggunakan pupuk/pestisida. Kemudian sektor jasa dan perdagangan sebagai sektor sekunder dan tersier, mengalami perkembangan yang relatif lebih baik dibandingkan sektor pertanian. Pertumbuhan kedua sektor tersebut dalam beberapa periode terakhir relatif lebih tinggi. Hal ini tercermin dari tren share PDRB sektor jasa dan perdagangan yang cenderung meningkat. Tingkat konsumsi masyarakat (propensity to consume) yang relatif tinggi membuat kedua sektor ini berkembang cukup baik. Dari sisi pendanaan sektor jasa dan 43

perdagangan memiliki kemampuan yang tidak sebanding (padat modal) dengan kapasitas sektor pertanian yang merupakan usaha padat karya. Pergerakkan struktur perekonomian NTT relatif berkorelasi dengan komposisi sisi ketenagakerjaannya. Perkembangan sektor pertanian yang belum optimal, tercermin dari kemampuannya yang relatif menurun dalam melakukan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja sektor sekunder dan tersier dengan dukungan dana yang lebih kuat mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja dengan lebih cepat. Dengan kondisi tersebut, peran pemerintah daerah untuk mendorong kinerja sektor ekonomi unggulan di masing-masing daerah menjadi salah satu kunci keberhasilan yang utama. Melalui programprogram dan langkah-langkah yang strategis, didukung dengan alokasi anggaran yang memadai, rencana pembangunan pemerintah daerah diarahkan pada sasaran yang lebih fokus. Pada tahun 2008, pemerintah Provinsi NTT telah menetapkan beberapa komoditi untuk dikembangkan secara terpadu. Melalui perluasan lahan, bantuan-bantuan fisik (sarana dan prasarana), maupun dengan pendampingan langsung diharapkan mampu memacu sektor pertanian secara umum ke arah yang lebih baik. Dalam mengambil keputusan terhadap pengembangan suatu sektor ekonomi di suatu wilayah tertentu, akan lebih efektif dan efisien jika didasari oleh pertimbangan mengenai hubungan atau keterkaitan seluruh sektor ekonomi dalam menggerakkan perekonomian secara menyeluruh. Sehingga dengan demikian kita bisa melihat bagaimana multiplier effect yang dihasilkan oleh suatu sektor terhadap sektor lainnya. Untuk menganalisa pergerakkan tersebut dapat dilakukan dengan bantuan tabel Input Output (IO) dari setiap daerah, dalam hal ini Provinsi NTT. Dengan melakukan analisis tabel input output, dapat dilihat keterkaitan antar sektor ekonomi dalam suatu wilayah tertentu secara komprehensif. Analisis input output didasarkan pada situasi perekonomian yang nyata bukan dengan pendekatan teori semata. Tabel input output memberikan dapat mendeskripsikan arus transaksi antar pelaku perekonomian. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Untuk menggambarkan ilustrasi diatas dapat dilihat pada tabel berikut. 44

Tabel 1. Bentuk Umum Transaksi Input-Output sektor produksi permintaan akhir total output 1 2 C I G E X sektor 1 z11 z12 C1 I1 G1 E1 X1 produksi 2 z21 z22 C2 I2 G2 E2 X2 nilai L L1 L2 L tambah N N1 N2 N impor M M1 M2 M total input X X1 X2 C I G E X Dari tabel diatas, kita asumsikan bahwa perekonomian suatu wilayah hanya memiliki dua sektor produksi, yaitu sektor 1 dan sektor 2. khusus untuk contoh ini, terdapat empat komponen pada permintaan akhir, yaitu : konsumsi rumah tangga (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor (E). Kemudian terdapat dua faktor produksi, yaitu labour dengan balas jasa upah (L) dan capital dengan balas jasa sewa (N). Selanjutnya, sektor-sektor produksi maupun pengguna akhir juga dapat membeli barang dari luar negeri dalam bentuk impor (M). Kesimpulan secara umum, bahwa jumlah total input akan sama dengan total outputnya. Sedangkan untuk komponen matrix yang paling kecil (z12) dapat diterjemahkan sebagai output sektor produksi 1 yang digunakan oleh sektor produksi 2 (sebagai input). Variabel terakhir secara langsung menunjukkan hubungan antar sektor produksi. Secara umum, karena sifatnya linier, maka dapat dituliskan dalam bentuk persamaan matematis : X1 + X2 + L + N + M = X (1) X1 + X2 + C + I + G + E = X (2) Dari substitusi persamaan (1) dan (2) didapatkan L + N = C + I + G + E M (3) Persamaan (3) diatas, sesuai teori makro ekonomi merupakan komponen pembentukan pertumbuhan ekonomi melalui pendekatan PDRB sisi permintaan. Maka secara tidak langsung kita bisa menghitung pertumbuhan ekonoi suatu wilayah dengan menggunakan tools tabel input-output. Selanjutnya untuk mengetahui sektor yang memiliki hubungan paling kuat terhadap suatu sektor lainnya, dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan secara aljabar tabel input output. Yang dimaksud 45

hubungan adalah tingkat multiplier effect yang mampu dihasilkan oleh suatu sektor terhadap sektor lainnya. Namun untuk mempermudah perhitungan dapat dilakukan operasi matematis dengan menggunakan kaidah matriks. Secara sederhana total output yang dihasilkan oleh setiap sektor produksi merupakan penjumlahan antara total permintaan (final demand) dan proporsinya untuk memenuhi kebutuhan sektor produksi lainnya. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : = A + F (4) Dimana : adalah total output sektor i A : matriks proporsi output sektor produksi i yang digunakan sektor industri lainnya F : final demand Variabel matriks A sering disebut pula sebagai koefisien input langsung (direct input coeffisient) yang dapat pula diterjemahkan sebagai a ij diterjemahkan sebagai jumlah input yang digunakan untuk memproduksi satu unit output sektor j yang berasal dari sektor i. Untuk mengetahui tingkat multiplier effect suatu sektor, dari persamaan (4) : (I A) = F = F / (I A) (5) Dimana I merupakan matriks identitas Didapatkan persamaan (5), matriks (I A) -1 merupakan multipler effect suatu sektor produksi terhadap sektor yang lain, atau biasa disebut matriks pengganda. Dengan menjumlahkan seluruh entitas dalam matriks pengganda suatu sektor akan diketahui multiplier effectnya terhadap sektor-sektor yang lain. Dengan cara perhitungan diatas, dilakukanlah penghitungan analisis keterkaitan antar sektor untuk Provinsi NTT (sumber data : IO 2005 Hasil Ekstrak Data Bappenas). Analisa keterkaitan dapat dilihat secara bacward linkage atapun forward linkage. Backward linkage merupakan keterkaitan sektor produksi hilir terhadap sektor-sektor hulunya. 46

Jadi perubahan permintaan (final demand) pada sektor produkdi hilir akan membuat sektor-sektor produksi hulunya ikut terpengaruh. Sedangkan untuk forward linkage kondisinya berkebalikan. Dari hasil perhitungan, untuk Provinsi NTT sektor produksi yang memiliki backward linkage cukup dominan adalah sektor industri (1,837), jasa (1,746) dan perbankan (1,869). Sedangkan untuk sektor produksi yang memiliki forward linkage relatif dominan adalah sektor industri (2,123), jasa (2,462) dan komunikasi (2,552). Dengan demikian, bisa kita lihat tingkat hubungan sektor-sektor produksi atau ekonomi terhadap sektor lain. Sektor pertanian sebagai prime mover perekonomian NTT justru memiliki keterkaitan yang lebih kecil, meskipun dari struktur PDRB kontribusinya sangat dominan. Bisa kita simpulkan bahwa sektor industri dan sektor jasa memiliki peran yang penting dalam memberikan multiplier effect terhadap kinerja perekonomian NTT. Untuk meningkatkan efektivitas dan efiensi, pemerintah daerah perlu memperhatikan fenomena diatas dalam menentukan arah kebijakannya, agar fokus pemerintah dalam mengembangkan komoditi-komoditi unggulan memberikan dampak yang optimal terhadap perekonomian NTT secara keseluruhan. Pengembangan sektor pertanian sebagian sektor primer dan sektor yang melakukan penyerapan tenaga kerja paling dominan pada dasarnya memang perlu. Namun, melihat tingkat keterkaitan antar sektor yang lebih didominasi oleh sektor industri dan jasa. Pemerintah hendaknya perlu mengembangkan sektor pertanian ke arah industri (agroindustri). Pengembangan agro industri akan memacu sektor pertanian untuk bekerja lebih optimal, selain tingkat penyerapan tenaga kerja akan meningkat signifikan baik dari sektor pertanian maupun industri yang notabene memiliki kapasitas relatif tinggi untuk menyerap. Dalam jangka panjang, dengan meningkatnya ketersediaan lapangan kerja maka tingkat kesejahteraan masyarakat NTT ke depan akan cenderung lebih baik. 47