PERENCANAAN PELAT BANGUNAN GEDUNG DENGAN METODE MARCUS

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

BAB V PEMBAHASAN. bahan yang dipakai pada penulisan Tugas Akhir ini, untuk beton dipakai f c = 30

PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA GEDUNG SEKOLAH DASAR IT AN NAWI KOTA METRO MENGACU PADA STANDAR NASIONAL INDONESIA

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Perhitungan Struktur Bab IV

BAB III ANALISA STRKTUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Perencanaan Atap

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

STUDI PENGGUNAAN BALOK ANAK PADA STRUKTUR PELAT BETON BERTULANG

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Latar Belakang Sering terjadinya kesalahan didalam pemasangan tulangan pelat lantai. Pelat yang kuat didasarkan pada suatu perhitungan yang cermat. Pe

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

ANALISA PLAT LANTAI PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN KANTOR SEKOLAH KEBERBAKATAN OLAH RAGA (SKO) KOTA METRO

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB II STUDI PUSTAKA

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL INNA MUARA TOWER 3 (Tiga) DI PADANG

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG

Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D)

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

Re-Desain Teknis & Biaya Struktur Portal Beton (Kasus: Gedung 3 Lantai SMP GIKI 3 Surabaya) Julistyana Tistogondo

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

TEKNIK PEMBESIAN PELAT BETON

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

DOKUMEN GAMBAR UNTUK TUGAS PEMBESIAN Hotma Prawoto - DTS SV UGM 1

E. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER 3. PERENCANAAN TRAP TRIBUN DIMENSI

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR

ABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang

BAB IV ANALISA STRUKTUR

ANALISA MOMEN PELAT DAN BALOK TEPI DENGAN POLA PEMBEBANAN HIDUP TERHADAP PBI-1971

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN BALOK BETON PRATEKAN PADA LANTAI 15 SEBAGAI RUANG PERTEMUAN

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA

BAB V PERANCANGAN STRUKTUR. Perhitungan tulangan lentur diambil dari momen 3-3 B15 pada lantai 5. Momen tumpuan positif = 0,5. 266,624 = 133,312 KNm

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG GRAHA PENA SURABAYA DENGAN METODE FLAT SLAB

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN DI KOTA PADANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN STRUKTUR ATAS GEDUNG BATAM CENTER PARK PROPINSI KEPULAUAN RIAU

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN 4 LANTAI (+ BASEMENT) DI WILAYAH SURAKARTA DENGAN DAKTAIL PARSIAL (R=6,4) (dengan mutu f c=25 MPa;f y=350 MPa)

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

PERENCANAAN PLAT LANTAI PADA KEGIATAN PEMBANGUNAN GEDUNG ISLAMIC CENTER KOTA METRO

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO

Gambar Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping. Ukuran antrede = 2 optrede + 1antrede = 65 A = 65-2(17,5)

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

STRUKTUR PELAT. 1. Definisi

PERBANDINGAN STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN STRUKTUR BAJA DARI ELEMEN BALOK KOLOM DITINJAU DARI SEGI BIAYA PADA BANGUNAN RUMAH TOKO 3 LANTAI

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAHSAKIT TELUK BAYUR KOTA PADANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERUSAHAAN DAERAH PASAR SURYA SURABAYA DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

T I N J A U A N P U S T A K A

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN. beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun

BAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB IV ESTIMASI STRUKTUR

STUDI PERBANDINGAN PELAT BERUSUK DUA ARAH (WAFFLE SLAB) DAN PELAT KONVENSIONAL

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH. Trinov Aryanto NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN GEDUNG PERHOTELAN EMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI PACITAN DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya.

Transkripsi:

PERENCANAAN PELAT ANGUNAN GEDUNG DENGAN METODE MARCUS Shyama Maricar * * Abstract This paper explained more circumstantial of planning lisp at a building by using Method of Marcus, load and bone volume of the lisp were calculated by using method Marcus. In this method, the flatten load is calculated using tables and the point load is calculated with formula and table. The result shows that by using formula 1,2 MD + 1,6 ML of combination load, the maximum encumbering values were obtained for Mlx, Mly,Mtx, Mty. From the reinforcement calculation, the reinforcement of field in x direction use Ø 12 150 mm and for the fulcrum use Ø 12 150 mm. In y direction, reinforcement of the field and the fulcrum use Ø 14 150 mm. For the convenience, The reinforcement with Ø 14 150 mm is used for x and y direction. Keyword: urden, Momen And one 1. Pendahuluan Dalam merencanakan sebuah pelat, ada tiga metode yang dapat digunakan yaitu metode Marcus, metode perencanaan langsung dan metode portal ekivalen. Metode marcus didasarkan pada pendekatan momen dengan menggunakan koefisien-koefisien yang disederhanakan dimana koefisien ini telah dicantumkan dalam sebuah tabel sesuai dengan kondisi perletakan ujung-ujung pelat. Metode perencanaan langsung yaitu metode dimana yang diperoleh adalah pendekatan momen dengan menggunakan koefisien-koefisien yang telah disederhanakan. Sedangkan metode portal ekivalen digunakan untuk memperoleh variasi longitudinal dari momen dan geser, maka kekakuan relatif dari kolom-kolom berikut sistem lantai dimisalkan dalam analisis pendekatan dan kemudian diperiksa. Dalam kaitannya dengan penyusunan jurnal ini, maka penulis termotifasi untuk mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana cara merencanakan sebuah pelat dengan metode marcus. Atas dasar motivasi tersebut diatas maka penulis mencoba untuk merencanakan sebuah pelat bangunan gedung dengan Metode Marcus. Dalam penulisan jurnal ini, yang menjadi pokok bahasan adalah Perencanaan Pelat angunan Gedung Metode Marcus, dengan batasan masalah sebagai berikut : a. Cara perhitungan perencanaan pelat bangunan gedung dengan menggunakan metode Marcus. b. Cara perhitungan pembebanan pelat bangunan gedung dengan menggunakan rumus dan tabel itner yang terdapat dalam buku Konstruksi eton Indonesia karangan Ir. Sutami, dimana pembebanan yang ditinjau adalah beban hidup berupa beban merata serta beban mati yaitu beban akibat berat sendiri pelat. c. Perhitungan Volume tulangan yang digunakan. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Penentuan tebal pelat erdasarkan SKSNI-T-15-1991-03 tebal pelat lantai tanpa balok interior disyaratkan memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut : Tebal minimum pelat yang menghubungkan tumpuan-tumpuannya harus memenuhi tebal dalam tabel 1. Untuk fy diantara 300 dan 400 Mpa, digunakan interpolasi linier dan tebal minimum pelat tanpa balok interior tidak boleh kurang dari nilai berikut : a. Pelat tanpa penebalan. 120 mm. b. Pelat dengan penebalan 100 mm. * Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu

Tebal pelat dengan balok yang menghubungkan tumpuan pada sisinya harus : perencanaan tulangan dan penggambaran hasil perancangan. h = Ln (0,8 + fy /1500) 36 + 5β + [ αm 0.12 (1 1/ β )] ; (1) G Tetapi tidak boleh kurang dari : h = Ln (0,8 + fy /1500 ) ;.(2) 36 + 9β G dan tidak perlu lebih dari : h = Ln ( 0,8 + fy /1500 ) 36...(3) Gambar 1. Sistem Pelat satu arah 2.2 eban-beban yang bekerja pada gedung eban hidup eban hidup yang bekerja pada lantai gedung terbagi menjadi dua bagian yaitu beban terbagi rata dan beban terpusat, dimana pada beban terpusat yang ditinjau adalah beban kolom, sedangkan untuk beban merata umumnya diambil 2.000 Kg/m 2 4.000 Kg/m 2. Untuk perhitungan beban terpusat nilai-nilai Momen Maximum Lapangan dan Momen Jepit yang mungkin ada akibat beban terpusat W, dengan bentuk pembebanan suatu bentuk persegi panjang dimana mempunyai ukuran b x dan b y adalah : a 1.bx + L x M = bx Lx + a 2. by + a 3 Ly by + a 4 Ly x W....(4) esar koefisien koefisien a 1, a 2, a 3, dan a 4 tergantung dari Ly/Lx dan derajat jepit dari masingmasing sisi. eban mati eban mati yang ditinjau pada perencanaan pelat lantai bangunan adalah beban/berat sendiri dari pelat lantai bangunan 2.3 Perencanaan Pelat Dengan Metode Marcus Menurut SK SNI T-15 Tahun 1991 perancangan dan analisis sistem pelat lantai satu arah dan dua arah meliputi penentuan persyaratanpersyaratan, penentuan gaya-gaya dalam, Gambar 2. Sistem Pelat dua arah Jika perbandingan panjang terhadap lebar dari pelat 2, maka hampir semua beban lantai menuju balok-balok dan hanya sebagian kecil yang akan disalurkan secara langsung Jika perbandingan dari bentang panjang terhadap bentang pendek 2 kondisi pelat ini dapat direncanakan sebagai Pelat dua Arah dimana beban pelat disalurkan pada keempat sisi pelat atau balok pendukung, akibatnya tulangan utama pelat diperlukan pada kedua arah sisi pelat. Dalam perencanaan pelat dengan menggunakan metode Marcus ada beberapa tipe ujung tepi pelat yang harus diperhatikan yaitu tepi pelat yang terjepit penuh, terjepit elastis dan terjepit bebas. Di sudut-sudut pelat dimana bertemu tepitepi yang terletak bebas, harus dipasang tulangan atas dan bawah dalam kedua arah untuk memikul momen-momen puntir disitu. Jumlah tulangan ini untuk kedua jurusan harus diambil sama dengan jumlah tulangan lapangan yang terbesar. Jaring tulangan ini untuk kedua jurusan harus meliputi dearah tidak kurang dari 1/5 bentang pelat diarah tegak lurus tepi yang ditinjau. 186

Perencanaan Pelat angunan Gedung Dengan Metode Marcus Pada pelat-pelat dengan Ly/Lx > 2.5 harus diperhitungkan adanya momen lapangan positif searah bentang yang panjang sebesar Mly = + 0.2 Mlx, kecuali pada tepi yang pendek harus diperhitungkan adanya momen tumpuan negatif sebesar Mty = -0.6 Mlx apabila pada tumpuan tersebut pelat terjepit elastis atau menerus, dan sebesar Mty = -0.3 Mlx apabila pada tumpuan tersebut pelat terletak bebas. Dalam hal ini pada tepi yang pendek tersebut juga harus diperhitungkan adanya momen tumpuan positif sebesar Mty = +0.3 Mlx. Tulangan untuk memikul momen tumpuan negative tersebut harus diteruskan sepanjang minimum 1/5 Lx, sedangkan tulangan untuk memikul momen tumpuan positif tersebut harus diteruskan sepanjang minimum ½ Lx. 1/5Lx 1/5Lx Lx 1/2Lx Ly > 2,5 Lx Gambar 3. Sketsa tulangan pelat untuk memikul momen tumpuan ½.q.Lx ½.Lx Ly -.La ½.Lx ½.q.Lx Lx Ly Gambar 4. Sketsa beban-beban yang bekerja pada balok pemikul dari pelat 187 MEKTEK TAHUN VII NO. 3, SEPTEMER 2005

3. Diagram alir perhitungan tulangan pelat Setelah nilai-nilai momen maksimum diperoleh yaitu nilai momen maksimum tumpuan dan nilai momen maksimum lapangan maka perencanaan tulangan pelat lantai dapat dihitung. Diagram perhitungan tulangan pelat mengikuti diagram alir pada gambar 5 dan gambar 6.. Mulai Data data : - Mutu beton (f C) - Mutu baja (fy) - Lebar pelat (b) - Tebal efektif pelat (d) Hitung nilai ρ min. ρ min = 1,4 fy ρ b = Hitung nilai ρ b. f ' C 600 0.85. β fy 600 + fy Hitung nilai ρ max. ρ max = 0,75. ρ b. Hitung nilai ρ Mu 2 = ρ. ф.fy ( 1 0,588. ρ bd fy f ' c ) 10 3 Apakah : ρ min < ρ < ρ max Ya Hitung luas tulangan (AS). AS = ρ. b. d A tidak Gambar 5. Diagram alir perhitungan tulangan pelat 188

Perencanaan Pelat angunan Gedung Dengan Metode Marcus A Ya Apakah : ρ < ρ min tidak Apakah : ρ > ρ max Ya Rubah dimensi tidak Hitung luas tulangan (AS). AS = ρ min. b. d Selesai Gambar 6. Diagram alir perhitungan tulangan pelat 6.0 m 6.0 m 6.0 m Gambar 7. Sketsa pelat gedung rencana 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Data perencanaan pelat bangunan gedung Diketahui data-data perencanaan adalah Panjang angunan 100 m, Lebar banguan 20 m, Mutu beton (f c) 35 Mpa, Mutu baja (fy) 400 189 MEKTEK TAHUN VII NO. 3, SEPTEMER 2005

Mpa, eban merata 3 ton/m l, Ukuran panel 6 x 4 m 2. 4.2 Hasil perhitungan Dari hasil perhitungan diperoleh h min = 129.293 mm dan h max = 177.778 mm. Maka diambil nilai h = 150 mm = 15 cm, dimana h min < h < h max = 129.293 mm < 150.00 mm <177.778 mm. 4.3 Perencanaan Pelat angunan Gedung Dengan Metode Marcus Sketsa/ denah pelat bangunan rencana diperlihatkan pada gambar 7. Perhitungan beban-beban yang bekerja pada pelat bangunan Untuk perhitungan perencanaan pelat lantai bangunan, dianggap terjepit pada keempat sisinya, (gambar 8) maka perhitungan momen-momen di dalam pelat dapat dihitung dan kombinasi pembebanannya ditabelkan pada tabel 1. ly = 6.0 m Lx = Untuk ly/lx = 6.0/4.0 = 1.5 diperoleh : XLx = 36, XLy = 17 Xtx = 76, Xty = 57 Gambar 8. Sketsa Pelat lantai yang terjepit pada keempat sisinya Tabel 1. Kombinasi pembebanan yang digunakan Momen Sendiri Merata Menentukan Mlx 0,2362 1,7280 3.0482 Mly 0,1115 0,8160 1,4394 Mtx -0,4986-3,6480-6,4351 Mty -0,3739-2,7360-4,8263 Tabel 2. Hasil perhitungan tulangan lapangan dan tulangan tumpuan pelat Tulangan lapangan Tulangan tumpuan Arah X Arah Y Arah X Arah Y Ф12 150 = 7.540 cm 2 Ф12 150 = 7.540 cm 2 Ф12 150= 7.540 cm 2 Ф12 150 = 7.540 cm 2 Tabel 3. Hasil perhitungan volume tulangan Diameter Luas Panjang Jumlah erat Volume erat No entuk tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Total (mm) (m²) (m) (uah) (Kg/m) (m³) (Kg) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (4) x (5) x (6) (5) x (6) x (7 ) 1 Φ 14-300 0.0005131 4.4511 5250 1.209 11.9902619 28252.24448 2 Φ 14-300 0.0005131 4.14 5250 1.209 11.1522285 26277.615 3 Φ 14-300 0.0005131 2.28 5250 1.209 6.141807 14471.73 4 Φ 14-300 0.0005131 6.4511 3583 1.209 11.85994287 27945.17818 5 Φ 14-300 0.0005131 6.14 3583 1.209 11.28800502 26597.54058 6 Φ 14-300 0.0005131 3.28 3583 1.209 6.030074344 14208.45816 7 Total 58.46231963 137752.7664 190

Perencanaan Pelat angunan Gedung Dengan Metode Marcus Tabel 4. Perhitungan volume pelat Panjang pelat Lebar Pelat Tebal Pelat Volume Pelat No (m) (m) (m) (m³) 1 300 20 0.15 900 2 Volume tulangan 58.46231963 3 Total Volume Pelat (1-2) 841.5376804 Perhitungan tulangan Data-data perhitungan tulangan adalah f C = 35 Mpa., Fy = 600 Mpa, b = 600 cm, d = 13.0 cm dan hasilnya ditabelkan pada tabel 2. Dan Untuk keseragaman pemakaian tulangan, pada tulangan tumpuan dan lapangan arah x dan arah y digunakan tulangan Ф14 150 cm 2. Selanjutnya perhitungan volume tulangan dan volume pelat terdapat pada tabel 3 dan tabel 4. 5. Kesimpulan dan saran 5.1 Kesimpulan 1. Dalam melakukan perhitungan momen dengan menggunakan metode Marcus, tabel yang digunakan hanya berlaku untuk perhitungan beban merata saja sedangkan untuk beban terpusat seperti beban roda Truck dan beban Crane digunakan rumus dan tabel nilai-nilai koefisien a1, a2, a3 dan a4 yang terdapat dalam buku Konstruksi eton Indonesia karangan Ir. Sutami. 2. Dari hasil perhitungan kombinasi pembebanan dengan menggunakan rumus 1,2 MD + 1,6 ML, diperoleh nilai pembebanan maksimum yaitu akibat berat sendiri pelat sebesar : MLx (momen lapangan arah x) = 3.0482 ton. m MLy (momen lapangan arah y) = 1.4394 ton. m Mtx (momen tumpuan arah x) =- 6.4351ton. m Mty (momen tumpuan arah y) =- 4.8263ton. m 3. Dari hasil perhitungan tulangan diperoleh : - Untuk tulangan lapangan arah x digunakan tulangan Ф 12 150. - Untuk tulangan tumpuan arah x digunakan tulangan Ф 12 150. - Untuk tulangan lapangan arah y digunakan tulangan Ф 14 150. - Untuk tulangan tumpuan arah y digunakan tulangan Ф 14 150. - Namun, untuk keseragaman pemakaian tulangan digunakan tulangan Ф 14 150 pada tulangan tumpuan dan lapangan arah x,y. 5.2 Saran 1. Dalam melakukan perhitungan nilai-nilai momen, haruslah diperhatikan jenis perletakan 191 pada masing-masing sisi pelat apakah jenis perletakannya terjepit, terjepit bebas ataukah bebas pada keempat sisinya. 2. Dalam melakukan perhitungan perencanaan tulangan yang akan digunakan perlu diperhatikan kembali dan dikontrol secara seksama apakah jenis tulangan yang digunakan sudah memenuhi sesuai dengan hasil perhitungan yang telah diperoleh. 3. Dalam menggambar design tulangan yang nantinya akan dijadikan acuan dalam melaksanakan pemasangan tulangan perlu diperhatikan jenis tulangan, diameter tulangan serta jarak antar tulangan agar nantinya dalam pelaksanaan tidak terjadi kekeliruan. 6. Daftar Pustaka Anonymus, 1971. Peraturan eton ertulang Indonesia : Direktorat Penyelidikan Masalah angunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, andung Anonymus, 1987. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya : Yayasan adan Penerbit P.U, Jakarta Anonymus, 1991. Tata Cara Perhitungan Struktur eton Untuk angunan Gedung SKSNI-T- 15-1991-03 : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah angunan, andung Ferguson Phil M, Sutanto udianto, Setianti Kris. Dasar-dasar eton ertulang, Jakarta : Erlangga, 1986 Kramadibrata Soedjono. Perencanaan Pelabuhan, andung : Ganeca Exact andung, 1985 Sutami Ir. Konstruksi eton Indonesia, Jakarta : adan Penerbit P.U, 1971 Wang, Chu-Kia, Salmon Charles G, Hariandja insar. Disain eton ertulang, Jakarta : Erlangga, 1987 MEKTEK TAHUN VII NO. 3, SEPTEMER 2005