KEPEMIMPINAN TRANSFORMASI : GAYA KEPEMIMPINAN MASA DEPAN. Oleh: Maryanto*

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

INTERPERSONAL SKILLS UNTUK MERAIH SUKSES Oleh: Maryanto Widyaiswara Utama Balai Diklat Kepemimpinan

PROFESSIONAL IMAGE. Budaya Kerja Humas yang Efektif. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan perubahan organisasi. Alat secanggih apapun yang dimiliki suatu

Masih dari hasil penelitian Al-Ababneh (2010), tidak ada gaya kepemimpinan

DIKLATPIM POLA BARU: HARAPAN DAN TANTANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek

Profesionalisme di Tempat Kerja

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEADERSHIP DI SUSUN OLEH : HARRY SATRIA PUTRA ERPEN JUANDA

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari

ORGANISASI BERKINERJA TINGGI

Kepemimpinan Dalam Perilaku Organisasi

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya kelak.

HOW TO LEAD? Pelatihan KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Bagi Para Kepala Sekolah SD. Yogyakarta, Juli 2009

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. bawahannya untuk senantiasa produktif sebab semangat keberadaan seorang

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

Tantangan Dasar Desain Organisasi

Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan

MAKALAH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari suatu perusahaan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

Sinergi dan Organisasi Kuantum

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA SKRIPSI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI MATERI KE-3

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena

MODUL KELIMA KEPEMIMPINAN. Di Susun Oleh: Erna Multahada, M.Si

BAB V MODEL STRATEGI PENINGKATAN MANAJEMEN MUTU DIKLAT. Sistem manajemen pada organisasi yang unggul harus mampu melakukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

PEMBANGUNAN SOSIAL:TANTANGAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaanperusahaan

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA ORGANISASI

IMPLEMENTASI MODEL KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Yohanes Hendro Pranyoto 1

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Deskriptif mengenai Gaya Kepemimpinan di Balai Besar Pelatihan Pertanian. Lembang. LARISSA GINA SARI, AZHAR EL HAMI, S.Psi, M.

NILAI-NILAI KEJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM LINTAS BUDAYA

KEPEMIMPINAN DAN KERJASAMA TIM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. a. Kinerja pimpinan meliputi integritas kepribadian, proaktif, kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu ketat, menuntut perusahaan untuk terus membenahi diri melalui pengembangan

HUKUM Integritas. Oleh: Agung Budilaksono Widyaiswara Pusdiklat Bea dancukai

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sebagai tempat menyimpan uang, Bank juga menjadi sarana kredit bagi usaha yang

KEWIRAUSAHAAN II MENENTUKAN HAL-HAL YANG PERLU DI PERSIAPAN KETIKA MULAI BERBISNIS. Saepudin. Modul ke: Fakultas FEB

Pentingnya gy kepemimpinan p bagi seorang wirausaha. Teori kepemimpinan awal Teori kepemimpinan kontemporer

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi

ETIKA KERJA KARYAWAN purwati

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan organiasi mengalami perubahan, Perubahan

I. PENDAHULUAN. Turbulensi yang terjadi di lingkungan bisnis, semakin memperbesar tantangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebab tanpa memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas, mustahil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pulau Umang Resort & Spa berada pada kategori kuat, artinya bahwa budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana,

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi merupakan sarana bersama dalam menyalurkan pikiran serta

BAB II LANDASAN TEORI

Leadership Karakteristik, Kompetensi, Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh: ANIK SETYANINGRUM B

Paningkat Siburian adalah dosen jurusan Teknik Elektro FT Universitas Negeri Medan

TEORI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA MEMBANTU PEMIMPIN TRANSAKSIONAL MEMIMPIN SUMBERDAYA MANUSIA MELALUI PROSES PERTUKARAN

perilaku, keterampilan pemimpinnya dan aspek situasi. Atribusi adalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu berperilaku tertentu.

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

Kepemimpinan PRESENTED BY: M ANANG FIRMANSYAH

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ERA GLOBALISASI. Paningkat Siburian. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, kenyataannya, banyak rintangan yang dilalui. menjawab dalam menghadapi perubahan-perubahan ini.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan organisasi, karena manusia dalam melakukan aktivitas di

Tata Saji. 1. Dasar Hukum 2. Kompetensi Yang akan Dibangun 3. Cara Membangun Kompetensi 4. Indikator Keberhasilan 5. Dll

BAB I PENDAHULUAN. perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Pengembangan organisasi (organizational development) adalah respon

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Robert Bolton,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan pada saat

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

PENGANTAR PERANCANGAN PERILAKU ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ataupun di dalam organisasi. Dibalik kemajuan jaman yang pesat saat

KEPEMIMPINAN. Kepemimpinan Kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran.

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Transkripsi:

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASI : GAYA KEPEMIMPINAN MASA DEPAN Oleh: Maryanto* Abstrak Kepemimpinan transformasi merupakan gaya kepemimpinan yang menginspirasi dan memberdayakan individu, kelompok dan organisasi dengan cara mentransformasi paradigma dan nilai-nilai organisasi menuju kemandirian. Untuk mentransformasi paradigma dan nilai-nilai tersebut diperlukan pemimpin yang teladan dan mampu membangun optimisme dan percaya diri para pengikutnya. Kata kunci: kepemimpinan, transformasi, inspirasi, dan pemberdayaan Pencapaian tujuan merupakan fokus utama dalam berorganisasi. Namun pada praktiknya, tidak selamanya tujuan tersebut dapat dicapai dengan mulus, bahkan banyak organisasi bisnis yang gulung tikar akibat berbagai kesulitan yang dihadapi, seperti kesulitan keuangan, pemasaran, pertumbuhan, persaingan, dan kesulitan penting lainnya. Masalah tesebut akan menjadi semakin kompleks manakala tidak segera diatasi. Begitu pula terjadi pada organisasi pemerintah yang sering dijumpai kegagalan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang selanjutnya memicu masyarakat untuk menyampaikan ketidak puasannya dengan cara-cara yang tidak elegan. Berbagai gaya kepemimpina telah diterapkan namun oleh karena perubahan lingkungan yang cepat seperti perubahan teknologi komunikasi dan berkembangnya paradigma masyarakat, menuntut diterapkannya gaya kepemimpinan yang sesuai dengan perubahan tersebut. Salah satu pilihan untuk menyelesaikan masalah kompleks tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan kepemimpinan transformasi. Kepemimpinan transformasi merupakan kemampuan kepemimpinan yang komprehensif dan terpadu yang diperlukan bagi individu, kelompok, maupun organisasi untuk menghasilkan transformasi yang ditandai dengan perubahan pada setiap tahapan kegiatan (Hacker & Robberts: 2004). Sedangkan esensi kepemimpinan transformasi tampak pada proses menginspirasi, mengembangkan, dan memberdayakan pengikutnya. (Yulk: 2010). Dengan demikian kepemimpinan transformasinal merupakan proses menginspirasi dan memberdayakan individu, kelompok dan organisasi. Akhir-akhir ini, kepemimpinan transformasi dikembangkan untuk menghadapi perubahan pada masa yang akan datang dengan cara mentransformasi paradigma dan nilai-nilai individu dalam organisasi untuk

mendukung tercapainya tujuan dan visi organisasi. Istilah kepemimpinan transformasi semula dimunculkan oleh Downton pada tahun 1973 dan dikembangkan oleh seorang sosiolog di bidang politik, MacGregor Burns pada tahun 1978 (Northouse: 2010). Dalam penelitiannya Burn menghubungkan antara peran kepemimpinan dengan peran kepengikutan. Burn menyatakan bahwa tugas pemimpin adalah mendorong semangat pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama. Bernard M, & Ronald E: 2006 menyatakan bahwa Kepemimpinan transformasi diperlukan, mungkin karena kepemimpinan transformasi menekankan pada motivasi intrinsik dan juga menekankan pengembangan para pengikut. Pernyataan ini, walaupun terdapat kata mungkin dapat menguatkan bahwa memberikan motivasi kepada para pengikutnya merupakan salah satu ciri kepemimpinan transfomasional. Sedangkan aspek-aspek kepemimpinan transformasi lainnya adalah: 1. Kepemimpinan transformasi muncul pada waktu orang-orang dalam organisasi (pemimpin dan pengikutnya) menginginkan untuk meningkatkan motivasi dan moralitas yang tinggi. Kondisi ini dapat muncul pada organisasi bisnis manakala organisasi tersebut sedang menghadapi pesaing atau banyaknya ketidak puasan pelanggan. Dalam organisasi pemerintah dapat muncul pada saat kritik dari masyarakat meningkat. 2. Kepemimpinan transformasi berusaha untuk memotivasi dan menginspirasi orangorang sekitarnya dengan cara menjelaskan bahwa pekerjaan mereka penting dan penuh tantangan. Cara memotivasi dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan misalnya dengan pendekatan teori kebutuhan, yaiu memenuhi kebutuhan utama para pengikutnya seperti kebutuhan fisik, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Atau dengan cara menciptakan keadilan yang dituangkan dalam sistem permanen, dan memberikan kesempatan untuk memberikan kontribusinya dalam memajukan organisasi. Sedangkan untuk membangkitkan inspirasi dapat dilakukan dengan mengevaluasi atas kegagalan dan keberhasilan yang telah dicapai, mendorong terjadinya proses pembelajaran seperti diskusi, membaca, studi banding dan sebagainya. 3. Kepemimpinan transformasi mampu mengurangi ketergantungan para pengikut terhadap pemimpinnya, dengan cara mendelegasikan kewenangan, mengembangkan kemampuan, dan meningkatkan rasa percaya diri para pengikutnya, mendorong untuk mengatur sendiri kerja tim, melengkapi akses langsung utuk memperoleh informasi, menghilangkan fungsi kontrol yang tidak

perlu, dan menciptakan budaya kerja yang kuat untuk pemberdayaan. Tentunya dalam mengurangi ketergantungan perlu diperhatikan pula kematangan dari para pengikut. Pengikut yang telah matang dan dewasa dalam arti telah memiliki kemampuan kerja yang memadai dan perilaku yang baik akan lebih tepat untuk diberikan delegasi wewenang dan kesempatan mengembangkan diri secara luas. Pendelegasian wewenang dapat mendorong inisiatif para pengikut untuk menciptakan perubahan. Kesalahan-kesalahan kecil dan tidak signifikan bukan merupakan kesengajaan, tetapi merupakan semangat untuk berani mencoba, misalnya mencoba cara-cara kerja baru. 4. Kepemimpinan transformasi mengembangkan pemikiran visioner, seperti dalam pengembangan organisasi dan dalam mengatasi permasalahan yang tidak dapat diselesaikan secara terstruktur, seperti dalam keadaan krisis. Dalam keadaan krisis diperlukan pemikiran out of the box, oleh karena pada umumnya sistem yang diciptakan dirancang untuk mengatur hal-hal yang rutin. 5. Kepemimpinan transformasi lebih mengembangkan cara kerja kolaboratif ketimbang cara kerja hierarkis, dengan melalui pembelajaran individual maupun pembelajaran organisasi. Kerja kolaboratif akan memperoleh hasil yang sinergis, yaitu hasil yang lebih besar dari pada penjumlahan hasil kerja individu. Sedangkan cara kerja hierarkis terkadang harus melalui proses yang cukup panjang dan memakan waktu lama, dan kadang kala hanya untuk memenuhi kepentingan formal dan kurang memperhatikan pertanggung jawaban substansi dan rasional. 6. Kepemimpinan transformasi meningkatkan pemberdayaan pengikut sehingga cocok untuk menghadapi perkembangan situasi dan lingkungan yang berpengaruh terhadap organisasi. Pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa aspek kepemimpinan transformasi meliputi memotivasi, menginspirasi, mendorong inisiatif, mengurangi ketergantungan/meningkatkan kemandirian, mendorong berfikir organisatoris dan kolaboratif, mempromosikan pemberdayaan. Untuk dapat menciptakan kondisi tersebut berikut ditawarkan kiat-kiat dalam kepemimpinan transformasi. 1. Mengkomunikasikan visi dengan jelas. Pemimpin transformasi harus menyampaikan visi organisasi secara jelas dan terbuka, dan meyakinkan setiap anggota organisasi bahwa bekerja dengan berorientasi pada pencapaian visi organisasi akan membawa sukses. Dalam

mengkomunikasikan visi hendaknya dijelaskan manfaat yang akan diperoleh bagi organsasi maupun individu, misalnya akan diperoleh kemampuan organisasi dalam menghadapi persaingan sehingga menjadi organisasi yang maju (leading organization), menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja pegawai. Pernyataan visi mengandung unsur kualitas yang akan dicapai, sehingga apabila seorang pemimpin berhasil dalam mengkomunikasikan dan menginternalisasi visi organisasi kepada semua tingkatan, dari pegawai terendah sampai pejabat tertinggi, maka mereka akan bekerja dengan mengutamakan kualitas. Misalnya seorang cleaning service akan membersihkan kantor dan peralatannya dengan standar kualitas yang tinggi, begitu pula para pemimpin puncak dalam melaksanakan tugas konseptualnya seperti dalam pengambilan keputusan. Sukses tidaknya dalam penyampaian visi ini merupakan tanggung jawab pemimpin. Oleh karena itu pemimpin transformasi haruslah terlebih dahulu dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa visi organisasi yang telah ditetapkan merupakan visi yang baik dan benar sehingga akan membawa organisasi menjadi organisasi yang berhasil. Keyakinan terhadap visi tersebut merupakan modal utama bagi seorang pemimpin yang akan menyampaikan visi organisasi kepada pengikutnya. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika seorang pemimpin yang mengkomunikasikan visi tidak yakin terhadap visi yang sedang dikomunikasikan. Jika hal ini terjadi maka proses dalam mengkomunikasikan visi dipastikan tidak akan berhasil. Para pengikut akan membaca ketidak yakinan pemimpin tersebut melalui ekspresi dan cara-cara menyampaikannya. Disamping itu pemimpin transformasi juga harus mempunyai kredibilitas yang tinggi, dalam arti mempunyai hard competency dan soft competency yang memadai. Kedua kompetensi ini merupakan kekuatan untuk mempengarui para pengikut dalam proses internalisasi visi organisasi. Hard competency ditunjukkan dengan kemampuan kerja yang memadai, seperti dalam mengidentifikasi dan menganalisis masalah dalam rangka pengambilan keputusan. Sedangkan soft competency ditunjukkan dengan kemampuan dalam pengembangan jejaring kerja (networking). Keberhasilan internalisasi visi juga ditentukan oleh bagaimana cara berkomunikasi. Visi hendaknya dikomunikasikan dengan berbagai cara pada setiap kesempatan. Komunikasi interaktif dengan disediakan sesi tanya jawab yang cukup akan lebih

berhasil dari pada komunikasi satu arah. Untuk membantu dalam menjelaskan visi dapat digunakan gambar, slogan, cerita, simbol dan analogi. Pemimpin transformasi harus meyakinkan pengikutnya bahwa visi yang telah ditetapkan merupakan visi yang layak (visible) untuk dicapai, dan juga harus menjelaskan secara rasional hubungan antara strategi-strategi organisasi dengan visi yang telah ditetapkan. Selanjutnya strategi-strartegi tersebut dijabarkan sampai tingkat kegiatan. Untuk menguji tingkat rasionalitas hubungan dari visi sampai dengan kegiatan dapat dilakukan dengan menggunakan sebab akibat atau dengan jika maka. 2. Melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) Pemimpin transformasi harus berkata secara jujur dan tidak diperkenankan untuk berpura-pura mengetahui semua permasalahan dan menjawab semua pertanyaan tentang strategi-straegi yang telah disusun untuk mewujudkan visi. Karena keterbatasan tersebut, strategi organisasi hendaknya disusun dengan melibatkan para pemangku kepentingan/pengikut agar diperoleh strategi yang mengakomodasi berbagai aspek. Dengan demikian para pengikut harus didorong untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran kreatif dan komprehensif. Masukan ini sangat penting terutama pada waktu terjadi masalah yang kompleks seperti kondisi krisis yang tidak dapat diselesaikan secara struktural. 3. Menanamkan nilai-nilai organisasi Pemimpin transformasi juga harus mampu menanamkan nilai-nilai yang dianut oleh organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan bekerja dalam rangka mewujudkan tujuan dan visi organisasi. Nilai-nilai organisasi dapat ditetapkan oleh pendiri organisasi (Robbins: 2001) atau disusun bersama oleh pemegang kepentingan. Nilai merupakan pernyatan normatif sebagi pedoman untuk berkerja, seperti nilai pengembangan diri, kejujuran, kebersamaan, dan nilai keadilan. Pemimpin trnsformasional harus mampu mengawal implementasi nilai-nilai tersebut agar secara terus menerus dapat dijadikan pedoman dalam bekerja, misalnya dengan cara memberikan reward seperti promosi jabatan yang diprioritaskan kepada mereka yang mematuhi nilai-nilai dalam bekerja. Misalnya dalam hal mengawal implementasi nilai pengembangan diri, maka kepada mereka yang selalu belajar akan diprioritaskan dalam promosi jabatan. Dan juga dalam rekruitment telah diutamakan mereka yang telah mempunyai minat untuk mengembangkan diri.

4. Mengembangkan optimisme Kiat berikutnya adalah bahwa pemimpin transformasi harus optimis dan percaya diri dalam bertindak. Rasa percaya diri seorang pemimpin secara otomatis menular, mengalir dan meningkatkan keteguhan hati para pengikut untuk bertindak sehingga akan diperoleh kinerja yang lebih baik. Keteguhan hati dapat membangun rasa optimisme para pengikutnya dan selanjutnya optimisme dapat membuka peluang yang besar untuk mengembangkan potensi diri, sehingga dapat menjadi modal dalam menghadapi situasi yang sulit, sedangkan perasaan pesimisme merupakan penyakit yang dapat membatasi dan menutup diri untuk bertindak, oleh karena pesimisme membelenggu pikiran kita dengan kelemahan dan kesulitan dalam menghadapi masalah. Memang tidak mudah untuk membangun optimisme para pengikut, namun seorang pemimpin transformasi harus mampu untuk berbuat agar para pengikut menjadi optimis. Optimisme dapat dibangun dengan sloganslogan seperti saya pasti bisa. 5. Memberdayakan pengikut Pemimpin transformasi juga harus mampu memberdayakan para pengikutnya agar mampu bekerja secara kelompok untuk memperoleh hasil yang sinergis. Bukankah pekerjaan pada organisasi merupakan pekerjaan yang sulit (complicate) dan harus diselesaikan secara bersama-sama dengan menggunakan kemampuan dan keterampilan yang berbeda? Untuk itu pemimpin transformasi harus mampu mempromosikan rasa saling menghargai dan menghormati perbedaan, baik perbedaan-perbedaan yang bersifat individual maupun perbedaan tugas dan tanggung jawab dalam organisasi. Perbedaan harus dipandang sebagai suatu kekuatan dan peluang untuk saling melengkapi sehingga menjadi kekuatan yang sinergis. Rasa kebersamaan ini memang harus ditanamkan kepada setiap pegawai pada setiap kesempatan bahkan dalam rekruitmen pegawai harus telah diprioritaskan bagi pegawai yang telah mempunyai kesanggupan kuat untuk bekerja dalam kelompok. 6. Mengembangkan organisasi Kepemimpinan transformasi juga harus mengadakan transformasi organisasi untuk menghadapi perubahan lingkungan, baik perubahan dalam proses bisnis maupun perubahan struktur organisasi. Perubahan tersebut lazim disebut pengembangan organisasi (organizational development). Dalam proses bisnis perlu ditetapkan standar baik standar waktu, kualitas, dan jumlah yang diperlukan untuk

menghasilkan suatu produk. Standar-standar tersebut perlu dikomunikasikan kepada seluruh pegawai sebagi pedoman kerja. Sedangkan pengembangan organisasi dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kapabilitas organisasi dalam mencapai visinya. Pengembangan organisasi tidak terbatas pada pengembangan dan memperbesar struktur organisasi, tetapi juga dapat berupa penggabungan unit-unit kerja, penajaman fungsi, dan modernisasi. 7. Menunjukkan keteladanan Kiat terakhir kepemimpinan transformasi adalah keteladanan. Keteladanan merupakan kiat yang ampuh dalam organisasi. Action speaks loudly than word (Robbins; 2001). Keteladanan dalam perilaku seperti kejujuran, semangat kerja, keberanian, keterbukaan, kebersamaan, dsb. hanya dimiliki oleh pemimpin sejati (the real leader), yaitu pemimpin yang memiliki integritas yang kuat, membela kebanaran, dan menjaga keselarasan atara pikiran, perkataan, dan tindakan berdasarkan kebenaran dan fakta walaupun beresiko, dan tidak takut diberhentikan dari jabatannya. Sebagai penutup dari tulisan ini penulis berharap agar para pemimpin berusaha mengembangkan diri agar mampu menginspirasi dan memberdayakan pengikutnya untuk merespon perubahan. SEMOGA BERMANFAAT DAFTAR PUSTAKA Bass, Bernard M, & Riggio, Ronald E, 2006, Transformational Leadership, New Jersey: Lawrence Erlbraum Associatie Inc. Daft, Richard L, 2008, The Leadeship Experience, Ohio: South-Western. Hacker, Stephen & Robberts, Tammy, 2004,Transformational Leadership (Creating organization of meaning), Wisconsin: Quality Press. Northouse, Peter G, 2010, Leadership (Theory and Practice, California: SAGE Publication Inc Robbins, Stephen P, 2001, Organizational Behavior, New Jersey: Prentice Hall International, Inc Yukl, Gary, 2010, Leadership in Organizations, New Jersey: Pearson Education Inc. *Maryanto Widyaiswara Utama Balai Diklat Kepemimpinan Pusdiklat Pengembangan SDM