Perkembangan Uang Elektronik di Indonesia Tahun : Kajian Regulasi, Pertumbuhan Volume dan Nilai Transaksi

dokumen-dokumen yang mirip
METADATA.

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu

Menuju Less Cash Society Finansial Inclusion & Digital Divide

No.18/27/DSta Jakarta, 22 November 2016 S U R A T E D A R A N

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan

No.17/52/DKSP Jakarta, 30 Desember 2015 S U R A T E D A R A N

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. keadaan nasabah perbankan saat ini. Nasabah perbankan ibarat putri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

ANALISA Bank dan Lembaga Keuangan II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lagi, karena saat ini banyak sekali perusahaan yang ingin berkembang. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Mandiri e-cash merupakan salah satu alternatif alat pembayaran secara

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran. Evolusi sistem pembayaran berawal dari sistem barter. Dahulu,

No.15/13/DASP Jakarta, 12 April 2013 S U R A T E D A R A N

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETA PERSAINGAN JASA KEUANGAN VS FINTECH DI ERA DIGITAL. Finansial Inclusion & Financial Technology. Widya T Harjono

BAB I PENDAHULUAN. (non cash), yang diawali dengan alat pembayaran menggunakan kertas (paper

BAB I PENDAHULUAN. belum secanggih saat ini. Awalnya masyarakat memunuhi kebutuhannya. logam dan sampai lah ke tahap penetapan uang kertas.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 12 /PBI/2012 TENTANG LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Analisis Struktur Industri Bisnis Uang Elektronik (Electronic Money) di Indonesia

PENJELASAN UMUM 1.1. A. Tujuan Pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran yang baru dilahirkan pada tahun 1995 sudah merupakan hal yang tidak

TUGAS REVIEW KULIAH UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

STIE DEWANTARA Manajemen Kartu Plastik

BAB I PENDAHULUAN. Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mencegah kelemahan dari penggunaan uang tunai tersebut, kini

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tranformasi sistem pembayaranpun juga semakin berkembang. Salah

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Bab 1 KETERANGAN UMUM CARA PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 18/33/DKSP Jakarta, 2 Desember 2016 S U R A T E D A R A N

No.18/26/DSta Jakarta, 22 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk diproduktifitaskan pada sektor-sektor yang

BAB I PENGANTAR. sependapat dalam buku Bunga Rampai Hukum Ekonomi Dan Hukum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai lender of

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan dan perekonomian. Uang dapat digunakan sebagai alat

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam perekonomian terdapat dua jenis transaksi, yaitu transaksi tunai dan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi memberikan peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan atau

BAB I PENDAHULUAN. Melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak peningkatan harga

BAB I PENDAHULUAN. uang dari suatu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan

2017, No payment gateway) merupakan pemenuhan atas kebutuhan masyarakat dalam bertransaksi secara nontunai dengan menggunakan instrumen pembaya

No. 16/25/DKSP Jakarta, 31 Desember 2014 S U R A T E D A R A N

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 23 /PBI/2012 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/52/PBI/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran merupakan hal penting bagi manusia dalam menunjang

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

Hukum Surat Berharga Pasar Uang

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum. 1 Salah satu dampak

- 3 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan tidak dengan menggunakan uang cash sebagai alat pembayaran,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank Indonesia.

PRODUK-PRODUK BANK. Disusun Oleh : Tyas Krisnawati Anita Satriana Dewi Dina Martiningsih

I. PENDAHULUAN. Berkembang pesatnya dunia perekonomian dan perdagangan pada masa sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah populasi

No. 14/ 17 /DASP Jakarta, 7 Juni 2012 S U R A T E D A R A N

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kemajuan teknologi semakin canggih dan semakin membaik

BAB I LATAR BELAKANG

2 d. bahwa melalui layanan keuangan tanpa kantor (branchless banking) tersedia produk-produk keuangan yang dapat dijangkau, sederhana, mudah dipahami,

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam sistem

SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

No.17/21/DPM Jakarta, 28 Agustus Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 3 /PBI/2008 TENTANG LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran.

INSTRUMEN PEMBAYARAN. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Biro Pengembangan Sistem Pembayaran Nasional

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi muncul banyak nya usaha jasa baru.

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

RINGKASAN INFORMASI PRODUK TABUNGAN D-SAVE

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif Pusat Program Transformasi Bank Indonesia 2015

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PEMBAHASAN KASUS SUMBER DANA BANK

S U R A T E D A R A N

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu alternatif pembayaran yang digunakan dalam proses

S U R A T E D A R A N

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

2 Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran

No. 4/12/DASP Jakarta, 24 September 2002 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

Agen Kerjasama Kode Pos Longitudinal Kota (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/17/PBI/2008 TENTANG PRODUK BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. membuat dunia seolah tanpa batas dan berdampak juga dengan kegiatan. yang dibutuhkannya dan pemasar juga memiliki berbagai

Transkripsi:

Perkembangan Uang Elektronik di Indonesia Tahun 2009-2011: Kajian Regulasi, Pertumbuhan Volume dan Nilai Transaksi Noversyah Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma nover@staff.gunadarma.ac.id Abstrak Uang elektronik dibedakan dari Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dilihat keterkaitannya dengan rekening di bank serta batasan transaksi dari kedua jenis alat pembayaran berbasis elektronik tersebut. Kepemilikan APMIK yang terdiri dari kartu kredit dan kartu ATM/Debit harus dikaitkan dengan kepemilikan rekening dari pemilik/pengguna APMK tersebut, sedangkan pengguna uang elektronik tidak perlu mempunyai rekening di penerbit uang elektronik. Perbedaan karakteristik dan batasan nilai transaksi uang elektronik sudah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI 2009 tentang uang elektronik serta Surat Edaran (SE) No. 11/11/DASP tanggal 13 April 2009. Regulasi tersebut membatasi nilai transaksi melalui uang elektronik yang relatif sangat kecil dibandingkan dengan APMK. Meskipun ada pembatasan transaksi tersebut, pertumbuhan uang elektronik di Indonesia dalam kurun waktu 2009 sampai 2011 meningkat sebesar 2381 persen dengan pertumbuhan nilai transaksinya mencapai 475%. Kata Kunci: Uang Elektronik, APMK, Bank Indonesia PENDAHULUAN Perbankan termasuk sektor perekonomian yang relatif lebih maju dalam penerapan teknologi informasi, mulai dari core banking system sampai aplikasi di front-end yang berhubungan langsung dengan nasabah seperti e-banking, Alat Pembayaran Menggunakan Kartu, dan uang elektronik. Tiga yang terakhir berhubungan sistem pembayaran yang menjadi tugas pokok dari Bank Indonesia. Uang elektronik merupakan alat pembayaran yang relatif baru dibandingkan dengan APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) yang terdiri dari kartu kredit, kartu ATM atau kartu debit. Jumlah APMK dan uang elektronik tercatat sebanyak 25% jumlah penduduk di Indonesia. Regulasi uang elektronik di Indonesia relatif baru, dan pada awalnya masih disatukan dengan regulasi APMK yang secara teknologi juga sarat dengan penerapan teknologi informasi dan komunikasi. Akhirnya pada tahun 2009 Uang Elektronik dibedakan dari APMK dan diatur tersendiri melalui Peraturan Bank Indonesia. Regulasi uang elektronik tersebut relatif tidak seketat APMK karena sifat dasar uang elektroniknya masih dibatasi nilai tersimpan dan

transaksi. Regulasi uang elektronik di Indonesia yang relatif belum ketat seperti regulasi di Amerika Serikat yang juga tidak seketat dengan regulasi di Uni Eropa (Krueger, 2002). Berdasarkan data statistik pembayaran dari Bank Indonesia, jumlah dan nilai transaksi APMK dan uang elektronik sampai November 2011 tercatat sebanyak 58146288 kartu/uang elektronik atau meningkat pesat dibandingkan tahun 2007 yang baru tercatat sebanyak 35197014 buah. Khusus untuk ATM/Debet, volume transaksinya tercatat sebanyak 1.103.226.020 transaksi dengan nilai mencapai Rp 1679,4 Triliun. Untuk kartu kredit tercatat 129,292.524 Transaksi dengan nilai Rp 72,6 Triliun pada tahun 2007, dan meningkat pesat pada November 2011 sebesar 190634305 transaksi dengan nilai sebesar Rp 165,6 Triliun (Statistik Sistem Pembayaran Bank Indonesia, 2012). Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang makin pesat dan terbentuknya masyarakat informasi yang mulai melek teknologi informasi, termasuk dalam alat pembayaran elektronik, penggunaan kartu elektronik di Indonesia akan makin meningkat. Artikel ini membahas aspek regulasi dari uang elektronik yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia yang dititikberatkan pada perbedaannya dengan APMK. Perkembangan uang elektronik setelah penerbitan regulasi tersebut dianalisis laju pertumbuhannya termasuk perbandingannya dengan alat pembayaran konvensional yang berupa uang kartal dan uang giral. REGULASI UANG ELEKTRONIK DI INDONESIA Alat pembayaran berbasis non-tunai di Indinesia terdiri dari dua jenis yaitu Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) dan Uang Elektronik atau electronic money. APMK terdiri dari tiga jenis atau tipe yaitu Kartu ATM, Kartu Debet, dan Kartu Kredit. Kartu ATM dan kartu Debet disebut juga kartu yang berbasis rekening. Bank Indonesia membedakan APMK dengan uang elektronik pada tahun 2008 yaitu dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/12/PBI/2009 tanggal 13 April 2009 tentang Uang Elektronik. PBI tersebut dikatakan bahwa per tanggal 13 April 2009 pengaturan mengenai Uang Elektronik terpisah dengan pengaturan mengenai Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK). APMK merupakan alat pembayaran yang berupa kartu kredit, kartu Automated Teller Machine (ATM) dan/atau kartu debet, yang sudah dikenal lebih lama dibandingkan uang elektronik.

Regulasi tentang APMK itu sendiri sudah berupa rangkaian PBI yang sudah direvis atau diadendum. Perubahan regulasi yang terakhir adalah melalui PBI Nomor: 14/2/PBI/ 2012 tentang Perubahan Atas PBI Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan APMK. Ada 10 pasal baru, 15 pasal yang diubah, dan 15 pasal yang dihapus. Secara tertulis BI menyebutkan bahwa PBI No.11/11/PBI/2009 diubah dengan dasar pertimbangan untuk meningkatkan penerapan aspek kehati-hatian, aspek perlindungan konsumen, dan manajemen risiko pemberian kredit dalam penyelenggaraan APMK. Aspek kehati-hatian dan pengamanan transaksi kartu kredit tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan keamanan uang elektronik yang memang masih dibatasi nilai penyimpanannya dalam kartu uang elektronik yaitu sebesar satu juta rupiah. Regulasi Uang elektronik baru diterbitkan belakangan atau sebelum regulasi APMK. Bank Indonesia menerbitkan regulasi uang elektrojik melalui PBI No. 11/12/PBI 2009 yang dilengkapi dengan Surat Edaran (SE) No. 11/11/DASP tanggal 13 April 2009. Berdasarkan regulasi tersebut, definisi uang elektronik berbeda dengan definisi APMK yang mencakup kartu ATM, kartu debet, kartu kredit. Pengertian uang elektronik menurut PBI tersebut adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur: (a) diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit; (b) nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip; (c) digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut; dan (d) nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan. Nilai Uang Elektronik adalah nilai uang yang disimpan secara elektronik pada suatu media yang dapat dipindahkan untuk kepentingan transaksi pembayaran dan/atau transfer dana. Pada Pasal 14 Ayat (1) disebutkan bahwa: Bank Indonesia menetapkan batas paling banyak Nilai Uang Elektronik yang disimpan pada media elektronik dan batas paling banyak total nilai transaksi Uang Elektronik dalam periode tertentu. Nilai uang elektronik yang tersimpan tersebut tidak akan hilang jika penerbit menetapkan masa berlaku uang elektronik dan masa berlakunya sudah habis, seperti tercantum pada Pasal 15 yang berbunyi: Dalam hal media Uang Elektronik mempunyai masa berlaku (expiry date) maka Penerbit dilarang untuk menghapus atau menghilangkan Nilai Uang Elektronik ketika masa berlaku media Uang Elektronik tersebut berakhir.

Pembatasan nilai dan nominal transaksi uang elektronik disebutkan dalam SE nomor 11/11/DASP tanggal 13 April 2009 pada bagian VII.B.1 yang berbunyi: Batas Nilai Uang Elektronik untuk jenis registered dan unregistered diatur sebagai berikut: (a) Batas Nilai Uang Elektronik untuk jenis unregistered paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan (b) Batas Nilai Uang Elektronik untuk jenis registered paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). Jadi jika uang elektronik sebesar 1 Juta Rupiah tidak perlu melakukan regristasi nama pemilik atau penggunanya, sedangkan uang elektronik dengan isi maksimal sebesar lima juta rupiah harus diregristasi ke penerbitnya. PERKEMBANGAN JUMLAH DAN NILAI TRANSAKSI UANG ELEKTRONIK Jumlah Uang Elektronik yang beredar lima tahun lalu baru 165193 kartu. Volume transaksinya hanya 586046 senilai Rp 5,3 Milyar saja. Dalam lima tahun, jumlah uang elektronik bertambah 7667% menjadi 12831293. Volume uang elektronik meningkat pesat menjadi 4120120 transaksi dengan nilai traksaksi sebesar Rp 77,2 Milyar per November 2011. Jumlah tersebut relatif masih sedikit dibandingkan dengan volumen dan nilai transaksi APMK. Perkembangan volume dan nilai transaki uang elektronik dalam kurun waktu mulai dari Januari 2009 sampai Desember 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Perkembangan nilai, volumem dan jumlah uang elektronik Januari 2009-2012 Nilai Volume Jumlah Periode (Satuan) Nilai Volume Jumlah (satuan) Periode Desember 2011 124.640 4.669.233 14.299.726 Juni 2010 60.725 2.230.367 4.860.142 November 2011 77.238 4.120.120 12.831.293 Mei 2010 51.386 2.126.067 4.024.801 Oktober 2011 78.311 3.937.939 12.130.185 April 2010 48.985 2.065.037 3.757.335 September 2011 84.094 3.472.472 11.708.064 Maret 2010 64.640 1.993.607 3.503.356 Agustus 2011 102.308 3.399.868 11.295.213 Februari 2010 55.148 1.914.662 3.335.234 Juli 2011 116.734 3.703.291 10.853.193 Desember 2009 64.971 2.037.268 3.016.272 Juni 2011 95.056 3.085.833 10.715.036 November 2009 57.642 1.737.553 2.878.604 Mei 2011 67.076 3.162.917 10.196.197 Oktober 2009 55.257 1.785.942 2.558.329 April 2011 59.243 3.108.815 9.809.494 September 2009 68.424 2.047.470 2.313.068 Maret 2011 60.762 3.216.170 9.400.205 Agustus 2009 42.865 1.366.804 2.032.859 Februari 2011 51.670 2.339.473 8.767.341 Juli 2009 42.193 1.449.281 1.857.743 Januari 2011 64.164 2.844.018 8.428.687 Juni 2009 41.019 1.427.700 1.861.955 Desember 2010 63.900 2.898.167 7.914.018 Mei 2009 39.493 1.664.352 1.753.950 November 2010 54.301 2.326.155 7.314.991 April 2009 32.526 1.431.314 1.532.272 Oktober 2010 64.234 2.446.354 6.727.843 Maret 2009 29.776 1.235.384 1.423.515 September 2010 57.276 1.999.368 6.444.619 Februari 2009 23.389 760.746 1.151.832 Agustus 2010 56.917 2.243.698 6.049.007 Januari 2009 21.658 492.818 576.264 Juli 2010 58.542 2.279.353 5.365.412

Pertumbuhan pesat uang elektronik relatif lebih cepat dibandingkan APMK dengan perkembangan untuk ketiga jenis APMK (Kartu Kredit, Kartu ATM, dan Kartu ATM+Debet) untuk tahun terakhir sampai bulan September 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Jumlah APMK periode Januari September 2012 (Sumber: Statistik Sistem Pembayaran BI di dalam Hermana (2013)) Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan kartu kredit lebih banyak dibandingkan kartu ATM dengan penambangan kartu kredit sebanyak lebih dari satu juta kartu dalam waktu setahun, sedangkan pertambahan kartu ATM kurang dari 600 ribu kartu. Penambahan jumlah kartu kredit dari tahun 2007 sampai kuartal ketiga tahun 2012 sebanyak 9,148,104 kartu atau dengan laju pertumbuhan mencapai 70,42 persen. Pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan uang elektronik untuk periode 2009 sampai 2011 yang mencapai 2381 persen. Untuk APMK jenis kartu kredit, per September 2012 nilai transaksi kartu kredit tercatat sebesar 16,16 Triliun Rupiah dengan volume transaksi sebanyak 17,306,708 yang sebagian besar berasal dari transaksi belanja sebesar 15,8 Triliun Rupiah dan sisanya transaksi tunai. Persentase pertumbuhan uang elektronik dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2009-2011) jauh lebih tinggi dari pertumbuhan APMK. Selama tiga tahun terebut nilai transaksi uang elektronik hampir lima kali lipat atau tumbuh sebesar 475 persen. Perkembangan uang elektronik selama 2 tahun tersebut menunjukkan bahwa uang elektronik berkembang pesat dengan tingkat pertumbuhan yang jauh di atas APMK, meskipun total nilai transakasinya masih relatif rendah. Nilai transaksi yang lebih rendah tersebut lebih disebabkan karena adanya pembatasn nilai uang elektronik yang tersimpan dalam medianya. Dengan menggunakan kecenderungan pertumbuhan dalam dua tahun tersebut, penggunaan uang elektronik di Indonesia akan semakin meningkat pesat dalam lima tahun ke depan, apalagi jika penerbit uang elektroniknya semakin banyak, termasuk yang berbasis server yang dapat dikelola oleh penyedia jasa telekomunikasi.

KESIMPULAN Di masa datang uang ini diperkirakan akan meningkat pesat meskipun nilai yang terkandung dalam uang elektronik tersebut terbatas yaitu hanya sebesar maksimal satu juta rupiah. Penerbit uang elektronik yang tidak hanya sebatas pihak bank dapat meningkatkan peredaran uang elektonik di Indonesia. Penyedia jasa telekomunikasi diperbolehkan menjadi penerbit uang elektronik dengan bekerjasama dengan sektor perbankan. Penetrasi seluler atau HP di Indonesia yang tinggi juga akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan kartu kredit di Indonesia yaitu melalui uang elektronik untuk jenis online atau berbasis server. Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian adalah aspek keamanan dan kehandalan daya dukung peralatan elektronik pendukung seperti EDC dan koneksi jaringan telekomunikasi. Namun dengan masih dibatasinya nilai transaksi uang elektronik, aspek keamanan relatif masih rendah risikonya dibandingkan dengan transaksi melalui APMK. Daftar Pustaka Bank Indonesia. 2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI tahun 2009 tentang Uang Elektronik. Bank Indonesia. 2009. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP tanggal 13 April 2009 Bank Indonesia. 2012. Statistik Sistem Pembayaran. Diakses di website Bank Indonesia (www.bi.go.id) pada tanggal 4 Maret 2013. Hermana, Budi. 2012. Perbankan Indonesia: Geliat dan Siasat Pasca Krisis Finansial Global. Penerbit Leutikaprio, Yogyakarta. Hermana, Budi. 2013. Kebijakan dan Regulasi Perbankan Indonesia. Penerbit Leutikaprio, Yogyakarta. Hermana, Budi. 2013. Uang Elektronik dan kemiskinan ( nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/bhermana/2012/01/28/uang-elektronik-dan-kemiskinan) pada tanggal 3 Maret 2013. Krueger, Malte. 2002. E-Money and Payment System Review. In Robert Pringle and Matthew Robinson (eds.). E-Money and Payment System Review, London, Central Banking, 239-251.