ANALISIS POPULASI PERTUMBUHAN ALLOMETRI DAN INDEKS KONDISI Harpiosquilla Raphidea WAKTU TANGKAPAN SIANG HARI DI PERAIRAN JUATA KOTA TARAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

MODEL POPULASI PENDEKATAN PERTUMBUHAN DAN INDEKS KONDISI Harpiosquilla raphidea WAKTU TANGKAPAN PADA PAGI HARI DI PERAIRAN UTARA PULAU TARAKAN

PERBANDINGAN RASIO KELAMIN, MORTALITAS DAN PERTUMBUHAN IKAN NOMEI (Harpadon nehereus) YANG BERASAL DARI HASIL PENANGKAPAN NELAYAN JUATA KOTA TARAKAN

ANALISIS PERTUMBUHAN ALLOMETRI DAN INDEKS KONDISI CAESIO CUNNING DIDAPATKAN DARI HASIL TANGKAPAN NELAYAN KOTA TARAKAN.

HUBUNGAN PERTUMBUHAN DENGAN FEKUNDITAS HARPODON NEHEREUS YANG BERASAL DARI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

NILAI INDEKS KONDISI DARI IKAN SIGANUS JAVUS BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PERAIRAN JUATA KOTA TARAKAN. Gazali Salim

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

ANALISIS MODEL PERTUMBUHAN IKAN BERONANG TULIS (SIGANUS JAVUS) DARI HASIL TANGKAPAN NELAYAN KOTA TARAKAN ABSTRACT

Jurnal Harpodon Borneo Vol.6. No.2. Oktober ISSN : X

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Jurnal Harpodon Borneo Vol.10. No.1. April ISSN : X

UJI VARIABEL POTENSI DAN PERTUMBUHAN DARI KOMUNITAS KEPITING WARNA WARNI GENUS FIDDLER (Uca Spp) DI KKMB KOTA TARAKAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

UJI VARIABEL INDEKS KONDISI GELOINA COAXANS YANG BERASAL DARI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN (KKMB) KOTA TARAKAN

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

2. METODOLOGI PENELITIAN

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: ISSN:

PENGUKURAN MORFOMETRI KERANG KAPAH (Meretrix lyrata) DI PANTAI AMAL LAMA KOTA TARAKAN ABSTRAK

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

3. METODE PENELITIAN

POTENSI SUMBERDAYA KEPITING BAKAU (Scylla sp.) YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA TARAKAN, PROPINSI KALIMANTAN UTARA. Natanael 1), Dhimas Wiharyanto 2)

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN:

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

3. METODE PENELITIAN

UJI VARIABEL FEKUNDITAS, VARIABEL TKG DAN IKG DALAM SKALA RASIO KELAMIN PADA IKAN NOMEI (HARPODON NEHEREUS)

Dhimas Wiharyanto, Gazali Salim, Muhammad Firdaus, dan M. Yusuf Awaluddin

PERTUMBUHAN IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis Bleeker) DI PERAIRAN SUNGAI AEK ALIAN KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR SUMATERA UTARA

3. METODE PENELITIAN

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK

Randy Aditya, Paulus Taru dan Adnan

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN DI PESISIR PANTAI KECAMATAN SINGKIL UTARA KABUPATEN ACEH SINGKIL. Tesis. Oleh: NOMI NOVIANI SIREGAR

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Jenis dan Sumber Data

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

POLA PERTUMBUHAN DAN KORELASI UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL KOTA PADANG SUMATERA BARAT PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

3. METODE PENELITIAN

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN SELAR KUNING

OmniAkuatika, 12 (2): 38 46, 2016 ISSN: print / online. Research Article

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

UKURAN MORFOMETRIK KEKERANGAN DI TEMPAT PENDARATAN IKAN

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR UMUR IKAN NOMEI (Harpadon nehereus) DI PERAIRAN JUATA KOTA TARAKAN

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

RASIO PANJANG BERAT CUMI-CUMI Loligo sp. JANTAN DAN BETINA ASAL TPI RAJAWALI MAKASSAR

3. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SEBARAN POPULASI DAN POTENSI KERBAU MOA DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PANJANG BERAT LORJUK (Solen spp) DI PERAIRAN PESISIR PANTAI SELATAN PULAU MADURA

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Pengambilan Data

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Jl. Raya Jakarta Serang Km. 04 Pakupatan, Serang, Banten * ) Korespondensi: ABSTRAK

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

MODEL PREDIKSI GELOMBANG TERBANGKIT ANGIN DI PERAIRAN SEBELAH BARAT KOTA TARAKAN BERDASARKAN DATA VEKTOR ANGIN. Muhamad Roem, Ibrahim, Nur Alamsyah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Pertumbuhan Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) Di perairan Sungai Aek Alian Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udang Mantis Harpiosquilla raphidea Klasifikasi

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI

HUBUNGAN PANJANG BERAT LORJUK (Solen spp) DI PERAIRAN PESISIR PANTAI SELATAN PULAU MADURA

3.3 Pengumpulan Data Primer

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

TINGKAT KERAMAHAN LINGKUNGAN BUBU LIPAT YANG BERBASIS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA KARANGANTU KOTA SERANG PROVINSI BANTEN

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

MORFOMETRIK KERANG BULU Anadara antiquata, L.1758 DARI PASAR RAKYAT MAKASSAR, SULAWESI SELATAN. Witri Yuliana*, Eddy Soekendarsi a, Ambeng b

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

Polymorphism of GH, GHRH and Pit-1 Genes of Buffalo

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI UDANG KELONG (Penaeus merguiensis) DI PERAIRAN KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

PENGUKURAN INDEKS KONDISI KERANG KAPAH (Meretrix lyrata) DI PANTAI AMAL LAMA PULAU TARAKAN

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

MORFOMETRI DAN KOMPOSISI ISI LAMBUNG IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) YANG DIDARATKAN DI PANTAI PRIGI JAWA TIMUR

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

J. Aquawarman. Vol. 3 (1) : April ISSN : AQUAWARMAN

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

Studi Morfometri dan Tingkat Kematangan Telur Kepiting Bakau (Scylla sp.) di Kawasan Perairan Demak

Transkripsi:

Analisis Populasi Pertumbuhan Allometri (Alfretse Kalalo,dkk) ANALISIS POPULASI PERTUMBUHAN ALLOMETRI DAN INDEKS KONDISI Harpiosquilla Raphidea WAKTU TANGKAPAN SIANG HARI DI PERAIRAN JUATA KOTA TARAKAN 1) Alfretse Kalalo, 2) Gazali Salim, 3) Dhimas Wiharyanto 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan 2,3) Staf Pengajar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Borneo Tarakan Jl. Amal Lama No.1, Tarakan. Kalimantan Utara. 77123. 2) E-mail: axza_oke@yahoo.com ABSTRACT The research method uses descriptive method. H.raphidea shrimp sampling using a sampling method in area waters by fishermen catch jauta juata Tarakan city. Sampling using purposive sampling method performed 12 times with the consideration that the sampling of 12 times expected to represent the population of shrimp Harpiosquilla raphidea in the waters Juata Tarakan City. The main variables were measured in this study is the morphological Harpiosquilla raphidea shrimp is the carapace (carapace length), shrimp body length (total length) and the shrimp body weight (total weight and the weight of meat), and gender. The result showed a growth model based on relationship the total length with the total weight for shrimp gender Male and Female are allometri negative correlation value is very strong. A growth model based on carapace length relationship with the weight of meat to shrimp gender Male and Female are allometri negative correlation value is very strong and powerful. The percentage of the value of the condition index model based on the total length relationship with the total weight for the male sex Harpiosquilla raphidea obtained is the dominant body shape is shape flat whereas female sex condition index obtained is the dominant body shape is fat. The percentage of the value of the condition index model based on relationship carapace length with the weight of meat to Harpiosquilla raphidea male and female found is the dominant body shape body shape Slim. Sex ratio were obtained from a total of about 326 samples get the number of shrimp tails 203 are male and female pairs mantis shrimp as much as 123 birds. Sex ratio between males and females did not happen equilibrium which is 1.7: 1. The percentage obtained for shrimp ie by 62.3% male and 37.7% female shrimp. Keywords : population; growth; condition index; H.raphidea; Juata; Tarakan PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Tarakan merupakan wilayah tropis yang berada dalam posisi di kelilingi oleh lautan sehingga memiliki potensi yang sangat besar salah satunya mengenai kegiatan perikanan mengenai kegiatan pengolahan dan penangkapan baik sektor ikan dan udang. Salah satu sumberdaya hayati bernilai ekonomis tinggi dari hasil tangkapan nelayan berupa jenis spesies udang yang dijadikan nelayan sebagai hasil tangkap Discard yaitu jenis udang Harpiosquilla raphidea (Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan Juata kota Tarakan). Namun demikian, udang ini bernilai ekonomis dari segi protein. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian yang telah 78 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.2. Oktober. 2015 ISSN : 2087-121X dilakukan oleh Salim dan Firdaus (2013) yang mengatakan bahwa kandungan uji protein dari jenis spesies udang Harpiosquilla raphidea yaitu sebesar 16,49%. Perumusan masalah Kurangnya informasi mengenai udang mantis di Kota Tarakan menyebabkan kurangnya pengetahuan dan manfaat udang mantis oleh masyarakat nelayan Juata Laut dan nilai ekonomis yang terkandung di dalamnya. Beberapa literatur mengenai udang mantis dari hasil penelitian adalah mengenai Uji Pertumbuhan Populasi dan Indeks Kondisi Udang Mantis/ Ronggeng (Harpiosquilla raphidea) berdasarkan waktu tangkapan pada pagi hari di Pesisir Utara Kota Tarakan (Chandra, 2015) Analisis Populasi Dari Jenis Crustacea Endemik Udang Nenek/ Pengko (Harpiosquilla raphidea) Yang Berasal Dari Perairan Juata Kota Tarakan (Salim dan Wiharyanto, 2015); Uji Pertumbuhan Udang Nenek Di Perairan Juata Laut Kota Tarakan (Chandra, Kalalo, Abdul, 2013); Analisis Potensi dengan Uji Protein Spesies Udang Nenek (Harpiosquilla raphidea), hasil tangkapan (Discard) nelayan kota Tarakan (Salim, 2013); Population Dynamics of the Indonesia Mantis Shrimp, Harpiosquilla raphidea (Fabricus 1798) (Crustacea; Stomatopoda) Collected from a Mud Flat in Kuala Tungkal, Jambi Province, Sumatera Island (Waridiatno & Manshar, 2011); (Wardiatno, Y & A Mashar, 2010) mengenai Biological information on the mantis shrimp, Harpiosquilla raphidea (Fabricius 1798). Jarang dilakukan penelitian mengenai udang H.raphidea di Kota Tarakan menyebabkan kurangnya informasi, ilmu dan pengetahuan mengenai potensi dari udang ini dalam pemanfaatan dan pengelolaan terhadap udang tersebut secara lestari dan berkelanjutan. Penelitian mengenai pertumbuhan dari udang H.raphidea hasil tangkapan nelayan di kota Tarakan belum pernah dilakukan sehingga dijadikan salah satu tujuan dalam penelitian. Tujuan penelitian Tujuan penelitan adalah untuk mengetahui pertumbuhan populasi menggunakan metode hubungan panjang berat dan indek kondisi udang H.raphidea di perairan Juata Kota Tarakan (hubungan korelasi antara karapas dengan berat tubuh dan hubungan korelasi antara panjang tubuh dan berat tubuh) serta untuk mengetahui komparasi jenis kelamin udang Harpiosquilla raphidea. Manfaat penelitian Penelitian yang dilakukan mengenai Pertumbuhan allometri dan indeks kondisi udang H.raphidea diharapkan dapat mampu memberikan manfaat serta informasi, ilmu dan pengetahuan mengenai sumberdaya hayati dalam pengelolaan populasi secara komprehensif dan secara individu dari spesies udang mantis/ketek di perairan Juata Kota Tarakan agar tetap lestari dan berkelanjutan berdasarkan waktu penangkapan di siang hari. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan bulan Januari 2015 - bulan mei 2015, pengambilan sampel sebanyak (12) kali di daerah perairan Juata Kota Tarakan. Pengambilan sampel ini dilakukan pada saat air pasang kecil sedangkan pengambilan data sampel dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Borneo Tarakan. Metode Penelitian Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Pengambilan sampel udang H.raphidea menggunakan cara sampling di daerah perairan juata berdasarkan hasil tangkapan nelayan juata Kota Tarakan. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dilakukan sebanyak 12 kali dengan pertimbangan bahwa dalam pengambilan sampel sebanyak 12 kali diharapkan dapat Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 79

Analisis Populasi Pertumbuhan Allometri (Alfretse Kalalo,dkk) mewakili populasi udang Harpiosquilla raphidea di perairan Juata Kota Tarakan. Gambar 1. H. raphidea (Kalalo, 2015) Metode purposive sampling menurut (Sugiyono, 2011). Teknik ini paling cocok digunakan untuk penelitian kuantitatif yang tidak melakukan generalisasi. Pengambilan sampel dilakukan pada saat keadaan surut terendah karena habitat udang Harpiosquilla raphidea berada di dasar perairan Juata Kota Tarakan. Nelayan menjadikan penangkapan udang jenis Harpiosquilla raphidea sebagai Discard dimana hasil tangkapan yang dilakukan nelayan dikembalikan ke habitat alam (perairan Juata) dikarenakan jenis udang Harpiosquilla raphidea tidak memiliki nilai ekonomis (segi harga), hasil tangkapan utama adalah ikan nomei (Harpodon nehereus). Variabel Penelitian Variabel utama yang di ukur dalam penelitian ini adalah morfologi udang Harpiosquilla raphidea adalah karapas (panjang karapas), panjang tubuh udang (panjang total) dan berat tubuh udang (berat total dan berat daging) serta jenis kelamin. Analisis Data Pengukuran morfometri udang (Harpiosquilla raphidea menggunakan penggaris dengan indeks ketelitian 0,0 mm. Morfometri berhubungan dengan sifat pertumbuhan menggunakan rumus. Analisa dan pengambilan data dilakukan dengan cara memasukkan data karapas (panjang karapas) dan panjang tubuh udang (panjang total) serta berat tubuh udang (berat total dan berat daging) yang sudah diubah dalam bentuk Logaritma kemudian diolah dengan menggunakan software Excel dengan metode regresi linier (Santoso, 2001). Hubungan panjang total udang Harpiosquilla raphidea dengan berat total dan hubungan panjang karapas dan berat tubuh udang, sehingga dapat diperoleh data nilai panjang total, panjang kaparas, berat total dan berat daging yang kemudian dilakukan analisa data. Untuk mengetahui hubungan panjang total dengan berat total dan hubungan panjang karapas dan berat daging tubuh udang Harpiosquilla raphidea untuk mendapatkan sifat pertumbuhan. Hubungan panjang dan berat menggunakan metode Effendie (1979) yang dirumuskan sebagai berikut : Y = a + X b atau Log Y = Log a + b Log X Keterangan : Y = Berat tubuh (berat total dan berat daging) (gram) X = Panjang karapas dan panjang total (mm) a+b = Konstanta (intercep) Kemudian untuk mengetahui hubungan/korelasi antara panjang (total dan karapas) udang Harpiosquilla raphidea dengan berat (total dan daging) dilakukan perhitungan menggunakan koefisien korelasi Menurut Effendie (1979). Santoso (2001), menyatakan bahwa untuk mengetahui berbeda atau tidak nilai b dengan 3, dimana nilai b ini menggambarkan sifat pertumbuhan udang. Nilai b juga merupakan koefisien allometrik yang merefleksikan pertumbuhan relatif. Apabila nilai b = 3 maka pertumbuhan udang Harpiosquilla raphidea disebut isometri yaitu kecepatan pertumbuhan panjang (total dan karapas) sama dengan pertumbuhan berat (total dan daging) dari udang Harpiosquilla raphidea. 80 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.2. Oktober. 2015 ISSN : 2087-121X Sedangkan apabila nilai b < 3 (sifat pertumbuhan allometrik negatif) atau b > 3 (sifat pertumbuhan allometrik positif) maka pertumbuhan panjang (total dan karapas) tidak pada proporsi yang sama dengan pertumbuhan berat (total dan daging) dari udang Harpiosquilla raphidea. Indeks Kondisi Untuk mencari nilai KTI (Faktor Kondisi) jika sifat pertumbuhannya isometrik yaitu dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979) sebagai berikut : W K(TI) = 10 5 x ---------- L 3 Dimana : K(TI) = Faktor kondisi W = Berat udang yang sebenarnya (gram) L = panjang udang (mm) Harga 10 5 dari rumus diambil sedemikian rupa sehingga K(TI) mendekati nilai 1. Menurut Weatherley (1972) untuk dapat mengetahui faktor kondisi udang dengan sifat pertumbuhannya allometrik yaitu dengan metode sebagai berikut : W Kn = ----------- Ŵ Dimana : W = berat udang total (gram) Ŵ = berat udang dugaan (gram) Ŵ = ( W = a L b berasal dari persamaan regresi dari hubungan panjang berat). Menurut modifikasi Effendi dalam Salim (2013) menunjukkan bahwa kisaran angka dari nilai indeks kondisi di bagi menjadi 5 (lima) bagian yaitu : 1. Apabila nilai KTI berkisar antara 0,01 0,49 menunjukkan bahwa bentuk tubuh sangat pipih. 2. Apabila nilai KTI berkisar antara 0,50 0,99 menunjukkan bahwah bentuk tubuh pipih. 3. Apabila nilai KTI berkisar antara 1,00 menunjukkan bahwa bentuk tubuh proporsional. 4. Apabila nilai KTI berkisar antara 1,01 1,50 menunjukkan bahwa bentuk tubuh gemuk. 5. Apabila nilai KTI berkisar antara 1,51 2,00 menunjukkan bahwa bentuk tubuh sangat gemuk. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan di daerah Juata Kota Tarakan dilakuan sebanyak 12 kali pengambilan sampel udang Harpiosquilla raphidea dengan jarak pengambilan sampel setiap dua minggu sekali berdasarkan air pasang kecil (mati/rendah). Penelitian di mulai dari tanggal 28 Februari 2015 sampai tanggal 12 Mei 2015. Penelitian mengenai udang Harpiosquilla raphidea didapatkan sebanyak 326 sampel udang Harpiosquilla raphidea dari jumlah keseluruhan, dimana terdapat 203 ekor berjenis kelamin jantan, 123 ekor berjenis kelamin betina. Pertumbuhan Allometri H.raphidea Pendekatan model regresi linear antara panjang total dan berat total Jantan Pengambilan data panjang dan berat memiliki kisaran panjang dari udang mantis jantan antara 98 mm 380 mm dan beratnya berkisar antara 4,36 gram 214,9 gram. Jumlah H.raphidea jantan sebanyak 203 ekor, rata-rata logaritma panjang = 2,140 dan rata-rata logaritma berat udang yaitu 1,086 : nilai a = -4,635 ; nilai b = 2,674 ; nilai koefisien korelasi (r) 0,958. Hasil analisa data panjang dan berat H.raphidea dengan didapatkan nilai korelasi, r = 0,958. Menurut Hadi (1979) dalam Salim (2006), jika nilai korelasi berkisar antara 0,8 < r < 1, maka menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kecepatan pertambahan dari pertumbuhan panjang lebih cepat Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 81

Analisis Populasi Pertumbuhan Allometri (Alfretse Kalalo,dkk) dibandingkan dengan pertumbuhan beratnya. Hasil teknik analisis model regesi linear antara panjang dan berat H.raphidea jantan didapatkan persamaan regresi y = a + bx yaitu : y = -4,635 + 2,674 x. Menurut Effendie (2002) jika nilai b kurang dari 3 ( b < 3), maka diartikan bahwa kecepatan pertumbuhan dari panjang H.raphidea Jantan lebih cepat dari pada pertambahan berat. 2.500 2.000 1.500 1.000 0.500 y = 2.6742x - 4.6353 R² = 0.9585 0.000 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 Gambar 2. Model hubungan panjang total dan berat total Harpiosquilla raphidea jantan Betina Teknik pengambilan data dengan variabel panjang dan berat Harpiosquilla raphidea betina memiliki kisaran dari panjang antara 100 mm 388 mm, sedangkan beratnya antara 2,7 gram 201,93 gram. Jumlah total Harpiosquilla raphidea betina didapatkan sebanyak 123 ekor, ratarata logaritma panjang dan berat Harpiosquilla raphidea yaitu 2,112 dan 1,019 : nilai a = -4,614 ; nilai b = 2,667 ; nilai koefisien korelasi (r) 0,834. Teknik analisa data didapatkan persamaan regresi y = a + bx yaitu : y = - 4,614 + 2,667x. Nilai b yang terdapat dalam persamaan regresi kurang dari 3 (b<3), hal ini menjelaskan bahwa kecepatan pertumbuhan dari pertambahan panjang dari Harpiosquilla raphidea betina lebih cepat dari kecepatan pertambahan berat atau bersifat allometri negatif. 2.500 2.000 1.500 1.000 0.500 y = 2.6679x - 4.614 R² = 0.834 0.000 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 Gambar 3. Model hubungan panjang total dan berat total H.raphidea betina Nilai korelasi sebesar r = 0,834. menurut Hadi (1979) dalam Salim (2006), jika nilai korelasi berkisar antara 0,8 < r < 1, maka menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kecepatan pertambahan dari pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingan pertambahan berat. Pendekatan model regresi linear antara panjang karapas dan berat daging Jantan Pengambilan data panjang dan berat memiliki kisaran panjang dari udang mantis jantan antara 14 mm 65 mm dan beratnya berkisar antara 0,5 gram 74,85 gram. Jumlah Harpiosquilla raphidea jantan sebanyak 203 ekor, rata-rata logaritma panjang = 1,393 dan rata-rata logaritma berat 82 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.2. Oktober. 2015 ISSN : 2087-121X udang yaitu 0,563 : nilai a = -3,306 ; nilai b = 2,778 ; nilai koefisien korelasi (r) 0,796. Hasil analisa data panjang dan berat Harpiosquilla raphidea didapatkan nilai korelasi, r = 0,796. Menurut Hadi (1979) dalam Salim (2006), jika nilai korelasi berkisar antara 0,8 < r < 1, maka menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kecepatan pertambahan dari pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan beratnya. Hasil teknik analisis model regesi linear antara panjang dan berat Harpiosquilla raphidea jantan didapatkan persamaan regresi y = a + bx yaitu : y = - 3,306 + 2,778x. Menurut Effendie (2002) jika nilai b kurang dari 3 ( b < 3), maka diartikan bahwa kecepatan pertumbuhan dari panjang Harpiosquilla raphidea Jantan lebih cepat daripada pertambahan berat. 2.000 1.500 1.000 0.500 y = 2.7785x - 3.3061 R² = 0.7968 0.000 0.000-0.500 0.500 1.000 1.500 2.000 Gambar 4. Model hubungan panjang karapas dan berat daging H. raphidea jantan Betina Teknik pengambilan data dengan variabel panjang dan berat Harpiosquilla raphidea betina memiliki kisaran dari panjang antara 15 mm 69 mm, sedangkan beratnya antara 1,35 gram 79,71 gram. Jumlah total Harpiosquilla raphidea betina didapatkan sebanyak 123 ekor, ratarata logaritma panjang dan berat Harpiosquilla raphidea yaitu 1,362 dan 0,474 : nilai a = -1,826 ; nilai b = 1,688 ; nilai koefisien korelasi (r) 0,467. Teknik analisa data didapatkan persamaan regresi y = a + bx yaitu: y = - 1,826 + 1,688 x. Nilai b yang terdapat dalam persamaan regresi kurang dari 3 (b<3), hal ini menjelaskan bahwa kecepatan pertumbuhan dari pertambahan panjang dari Harpiosquilla raphidea betina lebih cepat dari kecepatan pertambahan berat atau bersifat allometri negatif. 2.000 1.500 1.000 y = 1.6888x - 1.8261 R² = 0.4679 0.500 0.000 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 Gambar 5. Model hubungan panjang karapas dan berat daging H. raphidea betina Nilai korelasi sebesar r = 0,467. menurut Hadi (1979) dalam Salim (2006), jika nilai korelasi berkisar antara 0,8 < r < 1, maka menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kecepatan pertambahan dari pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingan pertambahan berat. Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 83

Analisis Populasi Pertumbuhan Allometri (Alfretse Kalalo,dkk) Indeks kondisi Harpiosquilla raphidea Indeks kondisi Hubungan Panjang Total dan Berat Total Jantan Menurut Salim (2012), menyatakan bahwa indeks kondisi adalah angka yang menunjukkan salah satu bagian pertumbuhan baik dari segi panjang ataupun dari segi berat (bentuk tubuh) yang tidak bisa di pisahkan dari model regresi linear antara pertumbuhan panjang dan berat (pertumbuhan allometri), dimana angka tersebut merujuk pada kisaran angka yang telah ditentukan. Menurut modifikasi Effendi dalam Salim (2013) menunjukkan bahwa kisaran angka dari nilai indeks kondisi di bagi menjadi 5 (lima) bagian yaitu : 1. Apabila nilai KTI berkisar antara 0,01 0,49 menunjukkan bahwa bentuk tubuh sangat pipih. 2. Apabila nilai KTI berkisar antara 0,50 0,99 menunjukkan bahwah bentuk tubuh pipih. 3. Apabila nilai KTI berkisar antara 1,00 menunjukkan bahwa bentuk tubuh proporsional. 4. Apabila nilai KTI berkisar antara 1,01 1,50 menunjukkan bahwa bentuk tubuh gemuk. 5. Apabila nilai KTI berkisar antara 1,51 2,00 menunjukkan bahwa bentuk tubuh sangat gemuk. 46.3% 0.5% 6.4% 0.0% 46.8% Sangat Kurus Kurus Proporsional Gemuk Gambar 6. Persentase indeks kondisi H. raphidea jantan Hasil teknik analisa data dari jumlah total keseluruhan sampel yang didapatkan sebanyak 203 ekor Harpiosquilla raphidea jantan, sehingga didapatkan nilai KTl pada Harpiosquilla raphidea jantan berkisar antara 0,55 1,51. Gambar di atas terdapat empat bagian dari indeks kondisi Harpiosquilla raphidea jantan yaitu : 1. Bentuk tubuh sangat kurus sebesar 0,0%, 2. Bentuk tubuh kurus sebesar 46,8%, 3. Bentuk tubuh Porposional sebesar 46,3%. 4. Bentuk tubuh gemuk sebesar 46,3%, 5. Bentuk tubuh sangat gemuk sebesar 0,5%, Betina Hasil teknik analisa data dari jumlah total keseluruhan sampel yang didapatkan sebanyak 123 ekor Harpiosquilla raphidea betina, sehingga didapatkan nilai KTl pada Harpiosquilla raphidea betina berkisar antara 0,72 1,77. Gambar di bawah ini hanya terdapat empat bagian dari indeks kondisi Harpiosquilla raphidea jantan yaitu: 1. Bentuk tubuh sangat kurus sebesar 1,6%, 2. Bentuk tubuh kurus sebesar 37,4%, 3. Bentuk tubuh proposional sebesar 4.1%. 4. Bentuk tubuh gemuk sebesar 56,9%, 5. Bentuk tubuh sangat gemuk sebesar 0,0%, 56.9% 0.0% 1.6% 4.1% 37.4% Sangat Kurus Kurus Gambar 7. Persentase indeks kondisi H. raphidea betina Indeks kondisi hubungan panjang karapas dan berat daging Jantan Menurut Salim (2012), menyatakan bahwa indeks kondisi adalah angka yang menunjukkan salah satu bagian pertumbuhan baik dari segi panjang ataupun dari segi berat (bentuk tubuh) yang tidak bisa di pisahkan dari model regresi linear antara pertumbuhan panjang dan berat (pertumbuhan allometri), dimana angka tersebut merujuk pada kisaran angka yang telah ditentukan. 84 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.2. Oktober. 2015 ISSN : 2087-121X Menurut modifikasi Effendi dalam Salim (2013) menunjukkan bahwa kisaran angka dari nilai indeks kondisi di bagi menjadi 5 (lima) bagian yaitu: 1. Apabila nilai KTI berkisar antara 0,01 0,49 menunjukkan bahwa bentuk tubuh sangat pipih. 2. Apabila nilai KTI berkisar antara 0,50 0,99 menunjukkan bahwah bentuk tubuh pipih. 3. Apabila nilai KTI berkisar antara 1,00 menunjukkan bahwa bentuk tubuh proporsional. 4. Apabila nilai KTI berkisar antara 1,01 1,50 menunjukkan bahwa bentuk tubuh gemuk. 5. Apabila nilai KTI berkisar antara 1,51 2,00 menunjukkan bahwa bentuk tubuh sangat gemuk. 37.9% 11.3% 3.0% 2.5% 45.3% Sangat Kurus Kurus Proporsional Gemuk Gambar 8. Persentase indeks kondisi H. raphidea jantan. Hasil teknik analisa data dari jumlah total keseluruhan sampel yang didapatkan sebanyak 203 ekor Harpiosquilla raphidea, sehingga didapatkan nilai KTl pada Harpiosquilla raphidea jantan berkisar antara 0,29 2,65. Dari gambar 15 di atas hanya terdapat tiga bagian dari indeks kondisi Harpiosquilla raphidea jantan yaitu: 1. Bentuk tubuh sangat kurus sebesar 2,5%, 2. Bentuk tubuh kurus sebesar 45,3%, 3. Bentuk tubuh proporsional sebesar 3,0%. 4. Bentuk tubuh gemuk sebesar 37,9%, 5. Bentuk tubuh sangat gemuk sebesar 11,3%, Betina Hasil teknik analisa data dari jumlah total keseluruhan sampel yang didapatkan sebanyak 123 ekor Harpiosquilla raphidea betina, sehingga didapatkan nilai KTl pada Harpiosquilla raphidea betina berkisar antara 0,47 8,94. Dari gambar 16 di bawah ini hanya terdapat empat bagian dari indeks kondisi Harpiosquilla raphidea jantan yaitu: 1. Bentuk tubuh sangat kurus sebesar 3,3%, 2. Bentuk tubuh kurus sebesar 57,7%, 3. Bentuk tubuh proporsional sebesar 1,6%. 4. Bentuk tubuh gemuk sebesar 33,3%, 5. Bentuk tubuh sangat gemuk sebesar 4,1%, 33.3% 4.1% 1.6% 3.3% 57.7% Sangat Kurus Kurus Proporsional Gemuk Gambar 9. Persentase indeks kondisi H. raphidea betina Rasio Kelamin Rasio kelamin antara udang jantan dan udang betina tidak terjadi kesetimbangan yaitu 1,7 : 1 dengan pengertian bahwa untuk udang Harpiosquilla raphidea berjenis kelamin jantan sebanyak 203 ekor dan berjenis kelamin betina sebanyak 123 ekor dengan total udang mantis yang didapatkan sebanyak 326 ekor. Perbedaan yang sangat significant untuk udang perkembangbiakan dan kelangsungan hidup udang mantis di daerah perairan sekitar kota Tarakan. Persentase rasio kelamin udang Harpiosquilla raphidea didapatkan yaitu untuk udang jantan sebesar 62,3% sedangkan untuk udang betina sebesar 37,7%. 37.7% Jantan 62.3% Betina Gambar 10. Presentase Rasio Kelamin udang H. raphidea Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 85

Analisis Populasi Pertumbuhan Allometri (Alfretse Kalalo,dkk) KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai analisis udang H.raphidea yaitu : 1. Model pertumbuhan berdasarkan hubungan panjang total dengan berat total untuk udang jenis kelamin Jantan dan Betina bersifat allometri negatif dengan nilai korelasi sangat kuat. Model pertumbuhan berdasarkan hubungan panjang karapas dengan berat daging untuk udang jenis kelamin Jantan dan Betina bersifat allometri negatif dengan nilai korelasi sangat kuat dan kuat. 2. Persentase nilai model indeks kondisi berdasarkan hubungan panjang total dengan berat total untuk Harpiosquilla raphidea jenis kelamin jantan didapatkan bentuk tubuh dominan adalah bentuk tubuh Kurus sedangkan indeks kondisi jenis kelamin betina didapatkan bentuk tubuh dominan adalah bentuk tubuh bentuk tubuh gemuk. Persentase nilai model indeks kondisi berdasarkan hubungan panjang karapas dengan berat daging untuk Harpiosquilla raphidea jenis kelamin jantan dan betina didapatkan bentuk tubuh dominan adalah bentuk tubuh Kurus. 3. Rasio kelamin yang didapatkan dari total sekitar 326 sampel di dapatkan jumlah udang berkelamin jantan sebanyak 203 ekor dan udang mantis berkelamin betina sebanyak 123 ekor. Rasio kelamin antara ikan jantan dan ikan betina tidak terjadi kesetimbangan yaitu 1,7 : 1. Persentase yang didapatkan yaitu untuk udang jantan sebesar 62,3% dan ikan betina sebesar 37,7%. Rekomendasi Diharapkan adanya pengelolaan udang (Harpiosquilla raphidea) secara lestari dan berkelanjutan yang di dukung oleh data tahunan maka perlu diadakan penelitian minimal selama 2 tahun dengan pengambilan sampel setiap bulannya. DAFTAR PUSTAKA Http:///Crustacea%20_%20Iyus%20Abdusy akir.htm (diakses pada tanggal 22 september 2015) Http:///udang-lipan-mantis-shrimp.html (diakses pada tanggal 22 september 2015) Salim G dan Firdaus M, 2013. Analisis Potensi dengan Uji Protein Spesies Udang Nenek (Harpiosquilla raphidea), hasil tangkapan (Discard) nelayan kota Tarakan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Borneo Tarakan (Tidak Dipublikasikan). Ahyong ST, Chan TY, & Liao YC. 2008. A Catalog of The Mantis Shrimp (Stomatopoda) of Taiwan. Aziz KA. 1986. Distribusi dan komposisi udang palaemonidae yang tertangkap di Perairan Teluk Banten. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Aziz KA, Boer M, Widodo J, Djamali A, Gofar A, & Rahmawati R. 2001. Perikanan udang di Perairan Indonesia. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Azmarina. 2007. Karakteristik morfometrik udang mantis, Harphiosquilla raphidea (Fabricus, 1798), di Perairan Bagansiapiapi [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2008. 86 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015

Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.2. Oktober. 2015 ISSN : 2087-121X Tanjung Jabung Barat dalam angka. Tanjung Jabung Barat, Jambi. [DKP] Dinas Kelautan & Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2003. Laporan tahunan dinas kelautan dan perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2002. Tanjung Jabung Barat. Jambi. Effendi H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya lingkungan perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2015 87