ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia

organik, namun berpengaruh menurunkan nilai TSS. Kombinasi keduanya

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ukuran, Biasanya antara 3-50 mm. Kebanyakan kumbang tinja biasanya berwarna dasar

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

Macam macam mikroba pada biogas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BIOGAS. KP4 UGM Th. 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

TINJAUAN PUSTAKA II.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot

BAB I PENDAHULUAN. Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

PENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP PRODUKSI BIOGAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKU KOTORAN SAPI

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Salak Pondoh. Menurut data dari Badan Pusat Stastistik tahun (2004) populasi tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

SNTMUT ISBN:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

I. PENDAHULUAN. Sampah merupakan salah satu permasalahan utama di Indonesia yang sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat

SNTMUT ISBN:

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik,

BAB I PENDAHULUAN. Feses kambing merupakan sisa hasil pencernaan hewan yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

I. PENDAHULUAN. tanpa ikut berubah di akhir reaksi (Agustrina dan Handayani, 2006). Molekul

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Perubahan Fisik. mengetahui bagaimana proses dekomposisi berjalan. Temperatur juga sangat

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENGARUH PERBEDAAN STATER TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DENGAN BAHAN BAKU ECENG GONDOK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Meningkatnya populasi manusia di Indonesia dan padatnya penduduk membuat limbah-limbah sulit untuk ditangani sehingga seringkali mencemari lingkungan yang akan berdampak pada kesehatan dan terjadi penumpukan limbah domestik. Limbah domestik yang menumpuk contohnya limbah kotoran manusia atau tinja (feces) (Wendrawan, 2008). Sebagian besar penduduk Indonesia masih menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang berupa tangki septik atau Septic tank (Sudarno dan Ekawati, 2006). Septic tank merupakan tempat penampungan limbah padat kotoran manusia (feces) yang akan cepat penuh bila di dalamnya tidak terjadi proses penguraian sempurna oleh bakteri pengurai. Jumlah bakteri pengurai dalam septic tank pada umumnya sangat kurang dibandingkan dengan kecepatan penumpukan feces, sehingga diperlukan tindakan penambahan bakteri pengurai secara khusus dari luar(anonimus, 2009). Untuk itu perlu dilakukan suatu metode yang dinamakan bio-toilet. Bio-toilet merupakan bio activator dengan mikroba pengurai limbah organik untuk mengatasi sanitasi seperti WC/septic tank yang penuh dan bau tanpa mengalami pengurasan dengan penyedotan yang mempunyai manfaat praktis, ekonomis dan ramah lingkungan (Setiarjo, 2008). Penggunaan bio-toilet ini bertujuan untuk menguraikan komponen unsur C-organik dalam substrat feces 1

2 menjadi gas CO 2 dan CH 4, selain itu juga melarutkan material tersuspensi organik tak terlarut menjadi material tersuspensi organik terlarut. feces sapi memiliki kandungan 22,59% selulosa, 18,32% hemi-selulosa, 10,20% lignin, 34,72% total karbon organik, 1,26% total nitrogen, 27,56:1 ratio C:N, 0,73% P dan 0,68% K (Lingaiah dan Rajasekaran, 1986 dalam Faradita, 2008). Kandungan air pada feces sapi yaitu 73-78% (Bondi, 1987). Pada feces manusia memiliki kandungan air 66-80%, bahan organik (dari berat kering) 88-97% yang di mana di dalamnya tekandung serat tidak larut yang merupakan sisa sel tanaman dari aneka sayur-mayur yang dikonsumsi. Serat tidak larut terdiri dari karbohidrat yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan non karbohidrat yang mengandung lignin (Anonim, 2010). Feces manusia juga mengandung nitrogen(dari berat kering) 5,0-7,0%, Fosfor (sebagai P 2 O 5 ) (dari berat kering) 1,0-2,5%, karbon (dari berat kering) 40-55%, kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering) 4-5%, C/N (dari berat kering) 5-10% (Gotaas, 1956 dalam Soeparman, 2002). Enzim selulase tidak dimiliki oleh manusia, karena itu manusia tidak dapat menguraikan selulosa (Anonim, 2010). Dari kesamaan komponen serat, kadungan air dan estetika penelitian antara feces sapi dan feces manusia, maka penggunaan feces manusia dapat dikonversi dengan menggunakan feces sapi. Dekomposisi selulosa oleh bakteri merupakan hasil kerja sekelompok enzim selulolitik (Howard, et al.,2003) yang bekerja secara sinergis. Bakteri selulolitik adalah bakteri yang tepat untuk mendegradasi selulosa. Pemakaian bakteri selulolitik memiliki banyak keuntungan antara lain yaitu hemat biaya, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, mudah di temukan. Bakteri selulolitik biasanya hidup dalam saluran pencernaan. Hasil isolasi dari saluran

3 pencernaan kumbang tinja (Dung beetles) pada penelitian sebelumnya mendapatkan bakteri selulolitik yaitu Cellulomonas, Pseudomonas, dan Cellvibrio (Mahardani, 2010). Kumbang tinja adalah kumbang yang menjadikan tinja sebagai makanan dan atau menggunakannya sebagai tempat untuk peletakkan telurnya( Anonimus 2008b; Hanski dan Cambefor, 1992 ; Resh dan Carde, 2003). Kumbang tinja dalam mencerna jenis makanan yang kaya bahan-bahan karbohidrat kompleks seperti selulosa di dalam saluran pencernaannya tentunya membutuhkan suatu jenis enzim tertentu. Menurut Salle (1973) bahwa pada hewan-hewan invertebrata yang mengkonsumsi tumbuhan atau bagian tumbuhan khususnya hewan-hewan yang bersifat herbivora ditemukan bakteri yang dapat mendegradasi selulosa dalam saluran pencernaannya. Sehingga kumbang tinja ini memerlukan bakteri yang bersimbiosis dalam saluran pencernaan makanannya untuk saling mendukung keperluan masing-masing. Komponen feces sapi terdapat selulosa, maka diharapkan isolat bakteri selulolitik ini dapat mendegradasi feces sapi secara optimal. Degradasi anaerob adalah rangkaian proses dimana mikroorganisme menguraikan material yang bersifat biodegradable ( bisa teruraikan) dalam kondisi tanpa oksigen. Terdapat empat proses utama dalam degradasi anaerob yaitu proses hirdolisis, proses asidogenik, proses asetogenik dan proses metanogenesa(chaerul dan Laksana, 2009). Faktor biotik yang mempengaruhi proses degradasi meliputi konsentrasi inokulum dan jenis mikroba yang digunakan. Sedangkan faktor abiotik meliputi rasio C:N, Ukuran partikel, aerasi, Porositas, Kelembaban, temperatur atau suhu, ph, kandungan hara, kandungan bahan berbahaya, lama waktu degradasi (Siregar, 2005 dalam Yustanti, 2009).

4 Ada beberapa cara untuk mengetahui laju degradasi bahan organik, antara lain: (1) menghitung CO 2 yang dibebaskan atau O 2 yang digunakan, (2) menghitung penurunan bahan organik atau berat yang hilang, (3) mengamati penurunan kandungan senyawa tertentu antara lain selulosa (Alexander dalam Yustanti, 2009). Dengan demikian dipandang perlu untuk melakukan penelitian guna mengetahui peranan dan potensi suatu konsorsium bakteri selulolitik dari kumbang tinja dalam mendegradasi feces sapi sebagai agen bio-toilet. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pemberian konsorsium bakteri selulolitik dari kumbang tinja dalam berbagai konsentrasi berpengaruh terhadap biodegradasi feces sapi? 2. Apakah waktu inkubasi pemberian konsorsium bakteri selulolitik dari kumbang tinja berpengaruh pada biodegradasi feces sapi? 3. Apakah kombinasi konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik dari kumbang tinja dan waktu inkubasi berpengaruh pada biodegradasi feces sapi? 1.3. Asumsi Penelitian Cellulomonas, Pseudomonas, Cellvibrio menghasilkan enzim selulase yang dapat mengubah selulosa menjadi glukosa. Feces sapi merupakan limbah organik yang memiliki kandungan serat yang tinggi seperti selulosa. Proses degradasi akan menurunkan rasio C-organik dan kadar total suspended solid.

5 Semakin tinggi konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik, maka enzim yang dihasilkan semakin banyak, sehingga dapat mempercepat proses degradasi. selain konsentrasi konsorsium, faktor yang mempengaruhi proses degradasi adalah lama waktu inkubasi. Penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa kombinasi antara konsorsium dan lama waktu inkubasi akan mempercepat proses degradasi feces sapi yang ditunjunkkan dengan adanya penurun kadar C-organik dan total suspended solid (TSS). 1.4. Hipotesis Penelitian 1.4.1. Hipotesis kerja Jika konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik dari kumbang tinja, waktu inkubasi dan kombinasi keduanya berpengaruh dalam biodegradasi feces sapi, maka konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik,waktu inkubasi dan kombinasi keduanya yang berbeda akan berpengaruh terhadap kadar C-organik dan jumlah TSS hasil biodegradasi feces sapi. 1.4.2. Hipotesis statistik 1. H 0 : Tidak ada pengaruh konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik dari kumbang tinja dalam degradasi feces sapi. H 1 : Ada pengaruh konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik dari kumbang tinja dalam degradasi feces sapi. 2. H 0 : Tidak ada pengaruh waktu inkubasi dalam degradasi feces sapi oleh bakteri selulolitik dari kumbang tinja.

6 H 1 : Ada pengaruh waktu inkubasi dalam degradasi feces sapi oleh konsorsium bakteri selulolitik dari kumbang tinja. 3. H 0 : Tidak ada pengaruh kombinasi antara konsentrasi konsorsium dengan waktu inkubasi dalam degradasi feces sapi oleh bakteri selulolitik dari kumbang tinja. H 1 : Ada pengaruh kombinasi antara konsentrasi konsorsium dengan waktu inkubasi dalam degradasi feces sapi oleh bakteri selulolitik dari kumbang tinja. 1.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik dari kumbang tinja dalam biodegradasi feces sapi. 2. Mengetahui pengaruh waktu inkubasi dalam biodegradasi feces sapi oleh konsorsium bakteri selulitik dari kumbang tinja. 3. Mengetahui pengaruh kombinasi antara konsentrasi konsorsium dengan waktu inkubasi dalam degradasi feces sapi oleh bakteri selulolitik dari kumbang tinja. 1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai konsetrasi konsorsium bakteri selulolitik kumbang tinja (Dung beetles) yang optimum dalam biodegradasi feces sapi sehingga dapat dimanfaatkan penerapannya dalam bidang bioteknologi sebagai agen dekomposer atau pengurai

7 bio-toilet dalam salah satu upaya penanggulangan masalah sanitasi dan pencemaran lingkungan. Selain itu, juga dapat dimanfaatkan dalam bidang pertanian sebagai aktivator atau starter pembuatan kompos, pupuk kandang, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai penghasil biogas.