II. TINJAUAN PUSTAKA. tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. komunitas yang hidup didalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. daratan dengan ekosistem lautan. Oleh karena itu, ekosistem ini mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

TINJAUAN PUSTAKA. pada daerah landai di muara sungai dan pesisir pantai yang dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ari Luqman, 2013

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan lingkungan luar (Baker,1979). Di dalam hutan terdapat flora

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Mangrove

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

EKOSISTEM. Yuni wibowo

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Lanjutan...

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

5 Kimia dalam Ekosistem. Dr. Yuni. Krisnandi

VI. KADAR UNSUR HARA N, P DAN C SERASAH DAUN Avicennia marina YANG MENGALAMI PROSES DEKOMPOSISI PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem mangrove adalah ekosistem yang unik karena terjadi perpaduan

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Hutan Mangrove. Hutan mangrove merupakan sumber daya alam yang memiliki beberapa

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA

Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C)

1. ENERGI DALAM EKOSISTEM 2. KONSEP PRODUKTIVITAS 3. RANTAI PANGAN 4. STRUKTUR TROFIK DAN PIRAMIDA EKOLOGI

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN

TANAH. Tanah terdiri atas empat komponen : butir-butir mineral materi organik air udara

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

1. Terlibat langsung dalam fungsi metabolisme tanaman (involved in plant metabolic functions).

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Mangrove Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8% (Departemen Kehutanan, 1994 dikutip oleh Santoso, 2000). Awalnya, hutan mangrove hanya dikenal secara terbatas oleh ahli lingkungan, terutama lingkungan laut. Kawasan hutan mangrove ini dulu dikenal dengan istilah vloedbosh, kemudian juga dikenal dengan istilah hutan payau karena sifat habitatnya yang payau. Berdasarkan dominasi jenis pohonnya, yaitu bakau, maka kawasan mangrove juga disebut sebagai hutan bakau. Kata mangrove merupakan dominasi antara kata mangue (bahasa Portugis) yang berarti tumbuhan dan grove (bahasa Inggris) yang berarti belukar atau hutan kecil di tepi laut (MacNae, 1968). Ekosistem mangrove juga merupakan suatu ekosistem yang rumit karena terkait dengan ekosistem darat dan ekosistem lepas pantai di luarnya (Nybakken,1993). Oleh karena itu, hutan mangrove dapat dikatakan sebagai interface ecosystem, yang menghubungkan daratan ke arah pedalaman serta daerah pesisir muara.

6 Banyak jenis hewan dan jasad renik yang berasosiasi dengan hutan mangrove. Diantaranya berbagai jenis yang menempel pada tanaman, sebagian dari daur hidupnya membutuhkan lingkungan mangrove. Menurut Nybakken (1993), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove terbentuk karena adanya perlindungan dari ombak, masukan air tawar, sedimentasi, aliran air pasang surut, dan suhu yang hangat (Walsh, 1974). Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000). Hutan mangrove atau mangal adalah vegetasi yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis dan subtropis, didominasi tumbuhan bunga terestrial umumnya berhabitus pohon dan semak, dapat menginvasi dan tumbuh di kawasan pasang surut, dengan tanah bersalinitas tinggi dan anaerob (Chapman, 1976). Berbagai pengertian hutan mangrove tersebut sebenarnya mempunyai makna yang sama, yaitu formasi hutan khas daerah tropika dan sedikit subtropika, terdapat di pantai rendah dan tenang, berlumpur, sedikit berpasir, serta mendapat pengaruh pasang surut air laut.

7 B. Produksi Primer Mangrove Hutan mangrove merupakan ekosistem produktif yang mendukung sejumlah besar kehidupan melalui rantai makanan yang dimulai dari tumbuh-tumbuhan. Daun tumbuhan mangrove, sebagaimana semua tumbuhan hijau, menggunakan sinar matahari untuk mengubah karbon dioksida menjadi senyawa organik melalui proses fotosintesis. Karbon yang diserap tumbuhan selama fotosintesis, bersamasama dengan nutrien yang diambil dari tanah, menghasilkan bahan baku untuk pertumbuhan. Pertumbuhan pohon mangrove sangat penting bagi keberlanjutan hidup semua organisme. Terurainya daun, batang, dan akar mangrove yang mati menghasilkan karbon dan nutrien yang digunakan oleh organisme lain (Ng dan Sivasothi, 2001). Nybakken (1988), menyatakan produksi rata-rata tanaman perairan pantai dan pesisir lebih tinggi bila dibandingkan dengan perairan lepas. Hal ini disebabkan oleh tingginya zat hara dari partikael-partikel serasah dan reruntuhan yang berasal dari daratan yang mengabsorbsi sejumlah besar cahaya. Hal ini mengakibatkan komunitas pesisir memiliki jumlah organisme yang besar (keragaman jenis tinggi) (Odum, 1997). Menurut Chapman (1976), jatuhan serasah yang tersusun atas struktur vegetatif dan reproduktif lebih menggambarkan suatu bagian dari produktivitas primer bersih yang dapat di akumulasi pada dasar hutan, mengalami penguraian insitu dan diangkut ke estuari atau perairan pantai. Produktivitas mangrove yang tinggi ini secara langsung terkait dengan rantai makanan melalui aliran energi yang didasarkan pada jatuhan serasah atau detritus.

8 Tidak ada yang menjadi sampah dalam ekosistem mangrove. Tumbuhan mangrove merupakan lumbung sejumlah besar daun yang kaya nutrien yang akan diuraikan oleh fungi dan bakteri atau langsung dimakan kepiting. Material organik yang mati diuraikan menjadi partikel-partikel kecil (detritus) oleh bakteri yang kaya protein. Detritus merupakan sumber makanan bagi beberapa spesies moluska, kepiting, udang dan ikan, yang selanjutnya dimakan hewan yang lebih besar. Nutrien yang dilepaskan ke dalam air selama peruraian daun, kayu dan akar juga dimakan plankton dan alga (Lovelock, 1993; Clough, 1992). Clough (1986), menyatakan produksi primer bersih mangrove berupa materi tergantung dalam biomassa tumbuhan yang selanjutnya akan lepas sebagai serasah atau dikonsumsi oleh organisme heterotof atau dapat juga dinyatakan sebagai akumulasi materi organik baru dalam jaringan tumbuhan sebagai kelebihan dari respirasi yang biasanya dinyatakan dalam berat kering materi organik. Produktivitas merupakan faktor penting dari ekosistem mangrove dan produksi daun mangrove sebagai serasah dapat digunakan untuk menggambarkan produktivitas (Chapman, 1976). C. Produksi Serasah Daun Daun, ranting, buah, dan bunga mangrove yang jatuh didefinisikan oleh Brown (1984) sebagai guguran struktur vegetatif dan reproduktif yang disebabkan oleh faktor ketuaan, stress oleh faktor mekanik (misalnya, angin), ataupun kombinasi dari keduanya kematian dan kerusakan dari keseluruhan tumbuhan oleh iklim (hujan dan angin).

9 Chapman (1976) mendefinisikan sebagai berat materi tumbuhan mati yang jatuh dalam satuan luas permukaan tanah dalam periode waktu tertentu. Produktivitas mangrove mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa ekosistem lain, yaitu 20 kali lebih tinggi dan nilai produktivitas laut bebas dan sekitar 5 kali lebih tinggi dari nilai produktivitas perairan pantai. Produktivitas mangrove dapat mencapai 5.000 g - C/m 2 /th (Lugo dan Snedaker, 1974). Produksi serasah daun untuk setiap kawasan mangrove adalah berbeda. Perbedaan jumlah serasah ini dapat disebabkan oleh adanya beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi produktivitas, kesuburan tanah, kelembaban tanah, kerapatan, musim dan tegakan. Selain faktor-faktor tersebut ketipisan tajuk dan morfologi daun juga ikut mempengaruhi besar kecilnya serasah. Semakin tipis penutupan tajuk semakin berkurang produksi serasah (Lugo dan Snedaker, 1974). D. Dekomposisi Serasah Dekomposisi serasah adalah proses penghancuran bahan organik yang berasal dari binatang atau tanaman menjadi senyawa sederhana (Sutedjo dkk, 1991). Sedangkan serasah adalah sisa-sisa organisme baik tanaman ataupun hewan yang ditemukan di permukaan tanah. Beberapa definisi tentang dekomposisi antara lain Smith (1980) menyatakan bahwa, proses dekomposisi adalah gabungan dari proses fragmentasi, perubahan struktur fisik dan kegiatan enzim yang dilakukan oleh dekomposer yang merubah bahan organik menjadi senyawa anorganik.

10 Dekomposisi didefinisikan sebagai penghancuran bahan organik mati secara gradual yang dilakukan oleh agen biologi maupun fisika. Dekomposisi bahan organik dipandang sebagai reduksi komponen-komponen organik dengan berat molekul yang lebih tinggi menjadi komponen dengan berat molekul yang lebih rendah melalui mekanisme enzimatik (Saunder, 1980). Definisi-definisi tersebut menggambarkan bahwa proses dekomposisi bukan saja dilakukan oleh agen biologis seperti bakteri tetapi juga melibatkan agen-agen fisika. Proses dekomposisi dimulai dari proses pengahncuran/fragmentasi atau pemecahan struktur fisik yang mungkin dilakukan oleh hewan pemakan bangkai (scavenger) terhadap hewan-hewan mati atau oleh hewan-hewan herbivora terhadap tumbuhan dan menyisakannya sebagai bahan organik mati yang selanjutnya menjadi serasah, debris atau detritus dengan ukuran yang lebih kecil. Proses fisika dilanjutkan dengan proses biologi dengan bekerjanya bakteri yang melakukan penghancuran secara enzimatik terhadap partikel-partikel organik hasil proses fragmentasi. Proses dekomposisi oleh bakteri dimulai dengan kolonisasi bahan organik mati oleh bakteri yang mampu mengautolisis jaringan mati melalui mekanisme enzimatik. Dekomposer mengeluarkan enzim yang menghancurkan molekul-molekul organik kompleks seperti protein dan karbohidrat dari tumbuhan dan hewan yang telah mati. Beberapa dari senyawa sederhana yang dihasilkan digunakan oleh dekomposer (Moriber, 1974; Saunder, 1980). Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, rasio C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi

11 temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N, P, K dan S (Parr, 1987 dikutip oleh Hanafiah, 2012). Selama proses dekomposisi, sangat banyak substansi yang terbentuk. Substansi ini akhirnya dipecahkan oleh mikroorganisme. Proses dekomposisi berlangsung secara berkelanjutan sampai bahan organik yang komplek secara berangsur-angsur diubah menjadi elemen yang sederhana atau senyawa anorganik. Akhir dari proses dekomposisi bahan organik dan pembebasan elemen dalam mineralisasi adalah pembentukan secar lengkap siklus per-tukaran elemen kimia esensial yang digunakan untuk membangun kehidupan organisme di alam (Waksman, 1957). E. Unsur Hara (N dan C) Unsur hara atau nutrien merupakan suatu elemen yang berfungsi masuk di dalam proses kehidupan organisme. Unsur hara utama yang dibutuhkan dalam jumlah besar adalah Karbon (C), Nitrogen (N), Fosfor (P), Oksigen (O), Silikon (S), Magnesium (M), Potassium (K) dan Kalsium (Ca). sedangkan nutrient trace - element dibutuhkan dalam konsentrasi sangat kecil, yakni besi (Fe), tembaga (Cu) dan vanadium (V). lebih lanjut Parsons dkk (1984) menyatakan bahwa elemenelemen C, H, O, N, Si, P, Mg, K dan Ca yang dibutuhkan dalam jumlah besar disebut makronutrien sedangkan elemen-elemen lain dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit dan biasanya disebut mikro nutrien atau trace element. Sebagian besar nitrogen yang terlibat dalam proses berasal dari atmosfer. Nitrogen dari atmosfer yang difiksasi oleh mahkluk hidup berada dalam kesetimbangan dengan nitrogen yang dilepaskan oleh mikroba pada proses dekomposisi.

12 Nitrogen anorganik terdiri dari Ammonia (NH3), Ammonium (NH 4 ), Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO 3 ) sedangkan nitrogen organik terutama dalam bentuk protein, asam amino dan urea. Umumnya senyawa-senyawa N organik dalam bentuk terlarut ataupun partikulat adalah hasil metabolisme organisme bahari dan hasil proses pembusukan. Serasah tumbuhan yang banyak kandungan nitrogen dan fosfornya akan mengalami pelapukan dengan cepat tanpa penambahan unsur hara, terutama pada keadaan aerobik. Berbeda halnya dengan bahan-bahan rendah kadar nitrogen seperti jerami, tumpukan jerami dan sisa-sisa batang yang mengalami dekomposisi secara lambat dan tidak sempurna dan kemungkinan masih tersisa 50 60 % dari bobot awal setelah 3 sampai 10 bulan terdekomposisi (Moore-Landecker, 1990). Lamanya waktu dekomposisi serasah daun berhubungan dengan tingginya kandungan fenol dan tinggi rasio C/N yang menyebabkan serasah tidak disukai. Cacing tanah lebih menyukai daun-daun dengan kandungan maksimum akan terjadi selama pasokan nitrogen dan karbon dan unsur hara penting lainnya (terutama fosfor) yang terdapat pada substrat atau tanah berlimpah. Serasah yang memiliki kandungan N tinggi cenderung disukai dekomposer karena lebih mudah dicerna (Choong dkk, 1992 dikutip oleh Pribadi, 1998). Nilai nutrisi serasah juga berperan terhadap laju dekomposisi serasah. Menurut Ashton et al (1999) nilai nutrisi dapat ditentukan dari rasio C/N, dimana nilai rasio C/N yang lebih rendah menunjukkan konsentrasi N yang lebih tinggi serta kualitas nutrisi yang juga lebih tinggi. Kualitas nutrisi yang tinggi umumnya akan mengakibatkan proses dekomposisi yang lebih cepat.

13 Fosfor adalah salah satu hara esensial bagi pertumbuhan tanaman dan merupakan unsur yang kritis setelah nitrogen (Black, 1986). Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk fosfat, dimana sebagian besar dalam bentuk anaion fosfat yang monovalen (H 2 PO 4 ) dan sedikit sebagai aniion divalen (HPO 4 ) (Salisbury dan Ross, 1995). Salisbury dan Ross (1995), menyatakan bahwa fosfor merupakan bagian penting dari gula fosfat yang terlibat dalam respirasi, fotosintesis, dan proses metabolisme lainnya, serta merupakan bagian nukleotida (dalam DNA dan RNA) dan juga fosfolipid pada membran sel.