Sambutan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Pada Rapat Kerja Keluarga Berencana Nasional Tahun 2005

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE-68 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 3 JANUARI 2014

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

KEMENTERIAN AGAMA RI SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE - 68 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Bagian Hukum dan HAM pada Sekretariat Daerah Kota Bandung KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

Bab II Perencanaan Kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

Memaknai Profesionalisme dan Independensi Pengelolaan Kawasan Andalan Era Otonomi Daerah melalui Penerapan Good Governance

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA

Sambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2006 Kepada Semua Provinsi

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. "Terwujudnya peningkatan kualitas kinerja Biro Pemerintahan Provinsi

Sambutan. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. pada acara Rapat Koordinasi Penataan Kelembagaan LPNK

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Bapak Asman Abnur; Gubernur Bank Indonesia, Bapak Agus D.W.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI SEMARANG TANGGAL 10 PEBRUARI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

BAB I P E N D A H U L U A N

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE-XXI TANGGAL 25 APRIL 2017

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

Sambutan Kepala Perpustakaan Nasional RI Pada Upacara Bendera Peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan ke-65 Republik Indonesia

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA RAPAT KERJA PUSAT XVII DAN SEMINAR ILMIAH PUSTAKAWAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2005

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN

PENGAMBILAN SUMPAH JABATAN DAN PELANTIKAN SEKRETARIS DAERAH, PEJABAT STRUKTURAL DAN KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PEMBUKAAN DIKLAT TEKNIS PENGELOLAAN ASET DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

LAPORAN MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAHXXI DI KABUPATEN SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR TANGGAL 25 APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

PERAN HUMAS DALAM MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI UNTUK MEWUJUDKAN BIROKRASI YANG BERSIH, PROFESIONAL DAN MELAYANI

efektivitas dan efisiensi. Dengan modal tersebut diharapkan pemerintahan

AYO KERJA, KAMI PASTI

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA APEL BERSAMA DALAM RANGKA 17-AN TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

2017, No Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Ne

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PE NDAH ULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI WONOSOBO. selamat siang dan salam sejahtera bagi kita sekalian,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PENYAMPAIAN SURAT KEPUTUSAN KENAIKAN PANGKAT UNTUK GOLONGAN

anggaran. BPK akan melakukan tugas pemeriksaan setelah anggaran tersebut selesai dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya.

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: GOOD GOVERNANCE. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

REVITALISASI BIROKRASI MENUJU INDONESIA BARU PENDEKATAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN. Oleh: Sunarno, S.H., M.Sc.*

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA STRATEGIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2005

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Transkripsi:

Sambutan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Pada Rapat Kerja Keluarga Berencana Nasional Tahun 2005 Senin, 21 Maret 2005 Bismillahirohmannirohim, Assalamu'alaikum wa rohmattullohi wa barrokatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Saudari Kepala Badan Koordinasi Kelauarga Berencana yang saya hormati, Saudara- Saudari para peserta rapat kerja yarg berbahagia, Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat wal'afiat. Saya merasa berbahagia, karena dalam rapat kerja ini saya diberi kesempatan untuk menyampaikan kebijakan pendayagunaan aparatur negara khususnya pengembangan pelembagaan pengaturan kebijakan makro di bidang pembangunan kependudukan dan keluarga berencana. Dalam realitas penyelenggaraan negara, seringkali kita mendengar banyaknya kritikan masyarakat terhadap kinerja birokrasi pemerintah yang dianggap kurang peka dan kurang responsif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kritikan tersebut tentu tidak boleh kita abaikan begitu saja, apalagi saat ini semangat reformasi menuntut adanya keterbukaan dan transparansi dari pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, dalam mengemban amanah-amanah publik. Kita sadari bahwa pandangan masyarakat terhadap peran pemerintah telah mengalami perubahan. Pada masa lalu, pemerintah melakukan semua pengaturan dan pelaksanaan kegiatan kepemerintahan (governance) secara langsung dalam rangka pencapaian tujuan negara. Namun saat ini, seiiring dengan semakin meningkatnya kesadaran dan kemandirian masyarakat, sebagian tugas-tugas tersebut sudah dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat. Hal tersebut telah mendorong perlu segera dilakukannya reposisi peran pemerintah dari sebagai "pelaksana" menjadi "pengatur" (steering rather than rowing). Dalam konteks yang lebih baru yaitu "good governance", pemerintah bukan lagi satu-satunya penentu dalam keberhasilan pencapaian tujuan negara tetapi periu berbagi peran dan bersinergi dengan sektor swasta dan masyarakat. Kondisi demikian telah meyadarkan kita bahwa sebelum suatu fungsi ditentukan apakah akan menjadi suatu urusan yang harus diselenggarakan oleh birokrasi pemerintahan atau tidak, perlu dipertimbangkan kapabilitas atau kemampuan sektor lainnya (swasta dan masyarakat), sehingga dapat dihindari pembentukan lembaga pemerintahan yang sebenarnya dapat diselenggarakan oleh sektor swasta atau masyarakat itu sendiri. Berkaitan kelembagaan pemerintah, minimal ada 3 model kelembagaan yang dapat diterapkan yaitu pertama, berdirinya suatu lembaga pemerintah yang murni melaksanakan urusan tertentu (rowing government agency); kedua, berdirinya suatu lembaga pemerintah yang mendorong dan memfasilitasi lembaga-lembaga di luar pemerintahan (empowering government agency/more steering); ketiga, tidak perlu

dibentuknya suatu lembaga pemerintah karena fungsi tersebut telah diserahkan sepenuhnya kepada lembaga-lembaga di luar pemerintahan (self-regulating governance). Model kelembagaan tersebut dapat digunakan pula dalam -menganalisa dan memprediksi masa depan kelembagaan yang menangani masalah kependudukan dan keluarga berencana. Secara kuantitatif, kerja keras yang dilakukan BKKBN sejak lebih dari 30 tahun yang lalu telah menunjukkan kemajuan yang sangat berarti, seperti keberhasilan dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dari 2,34 persen (1971-1980) hingga 1,49 persen (1990-2000). Sedangkan secara kualitatif, pertumbuhan penduduk yang terkendali tersebut memberikan dampak positif terhadap meningkatnya kualitas hidup seperti kesadaran penduduk untuk mewujudkan norma keluarga kecil. Dengan demikian, prestasi gemilang yang telah dicapai lembaga ini perlu dipertahankan, ditingkatkan, dan tentu saja disesuaikan dengan kondisi permasalahan kependudukan dan keluarga berencana di masa yang akan datang. Saudara-saudari yang berbahagia, Saya ingin mengingatkan bahwa kita semua ini adalah-bagian dari aparatur negara yang mempunyai tugas mulia dan bertanggung jawab atas keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan umum dan pembangunan. Dalam kerangka reformasi aparatur negara, tindakan dan kegiatan kita hendaklah dilakukan secara konsepsional, sistematis dan berkelanjutan. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah komitmen, konsistensi dan keseriusan kita dalam bekerja. Kita tidak akan dapat mendorong orang lain untuk melakukan pembenahan apabila kita sendiri tidak mampu melaksanakannya dengan baik. Pada dasarnya, kebijakan dalam penataan kelembagaan pemerintah, lebih diarahkan pada upaya rightsizing yaitu upaya penyederhanaan birokrasi pemerintah yang diarahkan untuk mengembangkan organisasi yang lebih proporsional, datar (flat), transparan, hierarki yang pendek dan terdesentralisasi kewenangannya. Sejalan dengan bentuk organisasi yang flat, maka jabatan struktural sebaiknya hanya ada pada level pimpinan tertentu, selebihnya diisi oieh pejabat-pejabat fungsional yang mengedepankan kompetensi dan profesionalitas dalam pelaksanaan tugasnya. Dalam lingkungan strategis yang sangat cepat berubah saat ini, diperlukan organisasi yang mampu mentransformasikan dirinya untuk mehjawab tantangan-tantangan dan kesempatan yang timbul akibat perubahan tersebut. Proses transformasi atau belajar dari setiap unsur dalam organisasi tersebut kita kenal sebagai "Organisasi Pembelajar (Learning Organization)". Selain itu, Organisasi pemerintah yang dibentuk sebaiknya memanfaatkan jejaring (networking) ada. Kelembagaan seperti inilah yang mampu melakukan aktivitas organisasi secara cepat dan efisien. Hal tersebut sejalan dengan perspektif bahwa organisasi yang sukses adalah "small organization but large networking". Yang perlu saya tekankan di sini adalah bahwa kelembagaan pemerintah hendaknya disusun berdasarkan visi dan misi yang jelas. Selanjutnya, desain struktur organisasinya disusun berdasarkan kebutuhan nyata dan mengikuti strategi dalam pencapaian visi dan misi organisasi yang telah ditetapkan (structure follows strategy). Perlu saya ingatkan kembali bahwa pendayagunaan aparatur negara tidak saja melibatkan faktor kelembagaan tetapi juga berkaitan erat dengan aspek sumber daya manusia, ketatalaksanaan, pegawasan, pelayanan terhadap publik dan tentu saja akuntabilitas

aparaturnya. Untuk itu, kelembagaan yang baik tidak ada artinya apabila tidak diisi oleh sumber daya manusia yang handal dengan mekanisme, sistem dan prosedur yang efisien. Agar pelaksanaannya berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan, semua aktivitas tersebut haruslah tetap dimonitoring dan diawasi sehingga pertanggungjawaban terhadap publik. menjadi jelas ukurannya. Saudara-Saudari yang berbahagia, Pada bagian berikut ini, sesuai dengan tema Rapat kerja ini, saya mencoba memfokuskan paparan ini pada pengembangan kelembagaan di bidang kependudukan dan keluarga berencana. Kebijakan pemerintah di bidang kelembagaan seperti yang saya kemukakan sebelumnya, perlu diimplementasikan dan digunakan sebagai pisau analisis dalam melakukan kajian terhadap keberadaan lembaga pemerintahan yang berlaku saat ini. Sebagai langkah awal dalam mengkaji kelembagaan kependudukan dan keluarga berencana, perlu kiranya terdapat kesamaan pandangan terhadap 3 (tiga) dimensi berikut. Pertama, bahwa fungsi kependudukan dan terutama keluarga berencana dalam kenyataannya diselenggirakan tidak saja oleh Pemerintah tetapi juga diselenggarakan secara aktif oleh pihak dunia usaha dan masyarakat antara lain dengan dibentuknya lembaga-lembaga swadaya masyarakat pada bidang tersebut. Kedua, dalam internal pemerintahan, saat ini fungsi kependudukan dan keluarga berencana merupakan dua fungsi yang terpisah pelembagaannya, meskipun secara fungsional terdapat hubungan kerjasama di antara lembaga-lembaga pemerintah tersebut. Ketiga, dalam era desentralisasi sebagian kewenangan di bidang kependudukan dan keluarga berencana telah diserahkan kepada pemerintah daerah. Pada dimensi pertama, perlu disampaikan terlebih dahulu pengertian "good governance". Pada umumnya istilah "good governance" diartikan sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik. Kata 'baik' disini dimaksudkan sebagai mengikuti kaidah-kaidah tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Good Governance yang meliputi 10 hal yaitu: kesetaraan (equity), pengawasan (super/isicn), penegakan hokum (law enforcement), daya tangkap (responsiveness), efisiensi dan efektivitas (efficiency and effectiveness), partisipasi (participation), profesionalisme (professionalism), akuntabilitas (accountability), wawasan ke depan (strategic vision) dan transparansi (transparency). "Logical framework" yang perlu digunakan dalam dimensi pertama ini adalah bahwa ketiga pilar "good governance" (pemerintah, dunia usaha dan masyarakat) melakukan sinergi satu dengan lainnya sehingga peran Pemerintah adalah sebagai fasilitator pembangunan kependudukan dan keluarga berencana dan mempunyai tujuan untuk memberdayakan dunia usaha dan masyarakat. Konsekuensinya, lernbaga pemerintah di bidang kependudukan dan keluarga berencana tidak sepenuhnya bersifat operasional dan mempunyai peran yang berbeda dengan sebelumnya. Dengan demikian, besaran organisasinya perlu disesuaikan dengan reposisi peran pemerintah dalam pembangunan kependudukan.

Pada dimensi kedua, dilihat dari aspek kelembagaan, fungsi kependudukan pada saat ini dapat dipetakan sebagai berikut: a. Fungsi administrasi kependudukan diselenggarakan oleh Departemen Dalam Negeri (Ditjen Administrasi Kependudukan) dan Departemen Hukum dan HAM (Ditjen Imigrasi). b. Fungsi mobilisasi penduduk diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transrnigrasi (Ditjen Pembinaan Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi; Ditjen Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi). c. Fungsi pengendalian dan peningkatan kualitas penduduk diselenggarakan oleh BKKBN. Kondisi kelembagaan demikian menunjukkan adanya perbedaan pengaturan perundangundangan dan anggaran yang dilaksanakan oleh masing-masing instansi. Di sisi lain, hal tersebut mengisyaratkan perlu dilakukannya pengkajian ulang terhadap pelembagaan fungsi kependudukan, sampai sejauh mana mekanisme seperti itu dapat mondukung tercapainya tujuan pembangunan di bidang kependudukan dan keluarga berencana secara efisien dan efektif. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah penerapan kebijakan di bidang kependudukan yang terintegrasi akan lebih baik dari yang berlaku saat ini. Kebijakan yang terintegrasi dapat kita lihat pada penerapan sistem identifikasi tunggal atau dikenal juga sebagai SIN (Single Identification Number). SIN yang merupakan elemen e-government umumnya didasarkan pada Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Nomor tdentitas Penduduk (NIP), Nomor Sertifikat Kelahiran (NSK), Nomor Paspor, Nomor Social Security, Nomor Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Nomor Pemilih. Dengan konsep yang terintegrasi ini, setiap penduduk nantinya akan memiliki satu nomor pengenal atau nomor identitas yang unik sebagai warga negara. Lebih jauh, penerapan SIN ini juga sangat berguna untuk mempermudah pelacakan terhadap tindak pidana korupsi. Pada dimensi ketiga, sebagai tindak lanjut pelaksanaan desentralisasi yang antara lain tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, BKKBN merupakan salah satu instansi pemerintah" pusat yang harus menyerahkan sebagian kewenangannya kepada Pemerintah Daerah. Pada bulan Juni 2003, amanah tersebut telah dilaksanakan dengan menyerahkan sebagian kewenangan BKKBN kepada seluruh Kabupaten/Kota, sedangkan status BKKBN Provinsi, kecuali BKKBN Provinsi DKI Jakarta, disepakati masih tetap sebagai instansi vertikal. Dalam konteks hubungan Pusat dan Daerah, maka peran yang ideal untuk lembaga pusat adalah peran yang mengarah kepada penguatan pelaksanaan desentralisasi itu sendiri. Peran tersebut dikenal sebagai promotive role yang menjelaskan upaya-upaya untuk membantu peningkatan kualitas penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan potensi yang dimilki melalui pembardayaan kapasitas institusi pamerintahan daerahnya sehingga daerah tersebut mampu mengelola kepentingan lokal yang semakin

berkembang. Peran lainnya, sepertl preventive role, punitive role, dan reformative role dinilai tidak sesuai dengan semangat desentralisasi dan dapat memberikan dampak negatif dalam pembangunan otonomi daerah. Dengan demikian, sejalan dengan kewenangan yang telah diserahkan maka organisasi pada tingkat Pusat seharusnya tidak lagi sebesar organisasi sebelum era desentralisasi. Tetapi, tetap dikembangkan lembaga yang dapat menjamin keharmonisan hubungan antara Pusat dan Daerah misalnya masih diperlukannya bimbingan (guidance) dari pemerintah pusat kepada daerah. Dalam rangka mewujudkan rancangan organisasi dalam paradigma baru tersebut, maka struktur organisasi di bidang kependudukan dan keluarga berencana sebaiknya perlu dievaluasi kembali. Beberapa aspek yang dapat dijadikan pertimbangan antara lain disesuaikan dengan kebutuhan organisasi dan perkembangan misi dan strategi. Struktur tersebut sebaiknya dikelompokkan pada fungsi yang paling logis dan "cost effective". Struktur tersebut perlu pula di support dengan kebijakan yang terintegrasi (integrated policy). Yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa struktur tersebut mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, terutama pemanfaatan teknologi di dalam organisasi dengan sebaik-baiknya. Saudara-Saudari yang berbahagia, Berkaitan dengan format kelembagaan sebagaimana tersebut di atas, struktur organisasi yang didesain sebaik apapun tidak akan dapat efektif apabila tidak didukung dengan optimalisasi atau pendayagunaan sumber daya manusia secara tepat. Kapabilitas, kompetensi, dan profesionalisme menjadi syarat utama bagi jalannya organisasi. Demikian pula mekanisme kerja antar unit organisasi disusun secara tepat pula dengan mengoptimalkan pemanfaatan ilmu dan teknologi yang sesuai perkembangan sehingga proses pelaksanaan tugas tersebut dapat efisien, terarah, terpadu, dan sinergis menuju pada pencapaian tujuan organisasi. Faktor lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa organisasi bidang kependudukan dan keluarga berencana akan ditentukan pula oleh bentuk grand design kelembagaan pemerintah secara keseluruhan. Dalam upaya reformasi birokrasi tersebut, akan dilakukan penataan ulang seluruh tatanan kelembagaan pemerintah yang baru seperti melakukan redefinisi keberadaan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND). Hal tersebut perlu dilakukan karena dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan selama ini sering terjadi disharmoni kebijakan antara LPND dengan Departemen/Kementerian yang mengkoordinasikannya. Demikianlah pokok-pokok pikiran yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat. Selamat mengadakan rapat kerja, semoga sukses. Terima kasih. Wassalamu'alaikum wr. wb. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Taufiq Effendi