Menuju Kembali Masa Kejayaan Industri Gula Indonesia Oleh : Azmil Chusnaini

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

BAB I PENDAHULUAN. tebu, tembakau, karet, kelapa sawit, perkebunan buah-buahan dan sebagainya. merupakan sumber bahan baku untuk pembuatan gula.

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD "P3GI" 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

STRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

PENDAHULUAN. unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

LAPORAN AKHIR KAJIAN KEBIJAKAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDUSTRI GULA UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

ANALISIS PERKEMBANGAN HARGA GULA

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB VI LANGKAH KEDEPAN

ROADMAP INDUSTRI GULA

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

ROADMAP INDUSTRI GULA

Mengurai Kartel Pangan Indonesia. Oleh Mohammad Reza Hafiz A. Peneliti INDEF

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gula dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu gula putih (white plantation), gula

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN PERTANIAN

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

MIMPI MANIS SWASEMBADA GULA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Permintaan Gula Kristal Mentah Indonesia. The Demand for Raw Sugar in Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

KETERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN TENAGA KERJA SEBAGAI FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PRODUKSI GULA DI PG WONOLANGAN KABUPATEN PROBOLINGGO PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu.

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

DRAFT LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENYUSUNAN NERACA PRODUK TANAMAN PERKEBUNAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH SEMARANG, 24 NOVEMBER 2011

Transkripsi:

Tema: Menjamin Masa Depan Swasembada Pangan dan Energi Melalui Revitalisasi Industri Gula Menuju Kembali Masa Kejayaan Industri Gula Indonesia Oleh : Azmil Chusnaini Indonesia pernah mengalami era kejayaan indutsri gula pada tahun 1930- an dengan prestasi tertinggi sebagai negara pengeksport gula sebanyak 2,4 juta ton. Produksi puncak pada saat itu sekitar 3 juta ton dengan rendemen 11-13,8 persen (Sudana et al., 2000). Dari fakta ini menunjukkan bahwa sudah 86 tahun berlalu Indonesia meninggalkan era kejayaan industri gula, sejarah pernah mengukir indah tentang industri gula, akankah ada jalan kembali mengulang masa kejayaan tersebut? Bukan pertanyaan yang mudah dan adalah permasalahan sangat kompleks untuk kembali pada kejayaan, tetapi harapan selalu ada. Without History, There Would Be No Future. Kondisi gula saat ini memang sedang terpuruk, berbagai sektor sangat berkaitan dan masing-masing memerlukan solusi. Hal ini yang mengakibatkan kemunduran yang dialami 86 tahun belakang belum juga mendapatkan pemecahan. Salah satu indikasi yang sangat menonjol adalah kecenderungan volume import gula yang terus bertambah, seperti yang ditunjukkan oleh data berikut ini: Gambar 1 (Susila, 2005) Import gula indonesia baru mencapai 4400 ton pada tahun 1994 dan meningkat menjadi 1,34 juta ton pada 2004 yang artinya meningkat 300 kali lipat dalam 10 tahun. Tahun 2015, produksi gula nasional 2,49 juta ton dengan rendemen ratarata 8,28 persen dari 62 pabrik gula, angka ini lebih rendah dibandingkan tahun

2014 yang mencapai 2,57 juta ton (data asosiasi gula indonesia). Sedangkan kementerian perindustrian memperkirakan kebutuhan nasional sebesar 5,7 juta ton (sindonews, 2015). Artinya produksi lokal hanya bisa memenuhi setengah dari kebutuhan, yang mengharuskan kita import gula dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan tsb. Dibandingkan dengan data 2004, jumlah kebutuhan import gula pemerintah sudah naik tiga kali lipat dari 1,34 juta ton kini 3,7 juta ton. Dahulu indonesia pernah menjadi negara pengeksport gula terbesar di dunia, kini menjadi negara pengimport gula terbesar di dunia. Singkat kata penyebabnya adalah karena semakin tingginya konsumsi yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi. Ada tiga pelaku utama dalam industri gula yang saat ini harus disinergikan untuk mencapai kembali swasembada gula, yaitu: PETANI, PABRIK, dan PEMERINTAH. Petani. Tahun 2012, rendemen mencapi angka 8% dengan harga gula yang menurut petani cukup bagus disekitar Rp. 10.000/kg. Tahun 2013 rendemen turun ke titik 7% dengan harga yang juga turun disekitar Rp. 8.500/kg. Tahun 2014, rembesan impor gula rafinasi melampaui batas kebutuhan yang membuat harga gula semakin anjlok. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, ini yang dirasakan oleh petani. Jika rendemen turun, artinya bagi hasil gula yang didapatkan petani juga ikut turun, ditambah lagi harga gula juga turun. Kerugian yang dialami petani pada saat itu berlipat-lipat. Jika pembagian gula dengan pabrik senilai 70% dalam 1 kwintal tebu petani akan mendapatkan 4,9 kg gula, turun 0,7 kg dari tahun 2012. Belum lagi selisih harga Rp. 1.500/kg, yang artinya petani mengalami penurunan pendapatan sebesar 1.050 rupiah per kwintal tebunya. Jika rata-rata petani tebu indonesia memiliki 50 Ha lahan dengan output rata-rata 700 kw/ha maka penurunan pendapatan yang ditanggung petani sebesar 36.750.000. Angka ini belum lagi ditambah biaya ongkos angkut jikalau musim hujan tidak kunjung reda. HPP per kg petani saat itu kurang lebih 8.800/kg, jadi kerugian petani jika memiliki 50 Ha lahan bisa diperkirakan sekitar 11 juta rupiah. Kerugian yang dialami petani ini mempengaruhi banyak hal: efek pertama, defisit yang dirasakan petani dalam tempo yang lumayan lama mempbuat banyak petani yang mengurangi lahan penanaman tebu bahkan

beberapa petani skala kecil sudah gulang tikar. Efek kedua, karena berkurangnya lahan tertanam tebu, pabrik tebu otomatis juga mengalami penurunan jumlah bahan baku, jika bahan baku kurang masa giling pabrik akan berkurang dan produktifitas PG juga akan berkurang. Efek selanjutnya, jika produktifitas pabrik tebu berkurang, maka berkuranglah produktifitas nasional negara yang pada akhirnya bertambahnya kuota import. Revitalisasi pabrik gula. Revitalisasi ini artinya memperbaiki kondisi dan kualitas pabrik gula agar bisa menghasilkan gula yang berkualitas yang juga berimbas pada kesejahteraan petani. Bahan baku penggilingan gula bersumber pada hasil tanam petani, petani akan bangkit jika pbarik juga memberikan jaminan kesejahteraan dalam hal ini rendemen. Restrukturisasi permesinan dengan memperbaiki mesin dan peralatan industri gula yang sudah ada saat ini, guna menambah kapasitas giling serta memperbaiki kekuatan peras mesin sehingga dapat meningkatkan rendemen. Dampak dari peremajaan ini akan menambah volume produksi semua pabrik, sehingga gula yang dihasilkan semakin banyak, kebutuhan gula dalam negeri dapat terpenuhi. Selain memperbaiki permesinan dari pabrik gula yang sudah ada, jumlah pabrik gula yang dimiliki Indonesia saat ini masih kurang untuk mencapai target swasembada gula, pemerintah juga harus memiliki rencana untuk menambah pembangunan pabrik gula baru baik swasta maupun BUMN. Jumlah pabrik gula (PG) yang masih beroperasi di Indonesia saat ini berjumlah 58 PG, dimana 54 PG berada di Jawa dan sisanya 12 PG di luar p. Jawa (Sumatera dan Sulawesi). Total kapasitas produksi industri gula sekitar 197.847 ton cane per day (TCD) (kompas, 2015). Padahal produksi gula indonesia saat ini masih setengah dari kebutuhan, artinya kapasitas produksi semestinya dua kali lipat dari kemampuan saat ini. Hal ini merupakan langkah yang juga membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit, untuk membangun satu pabrik baru dibutuhkan minimal 1,5-2 trilliun rupiah dengan kapasitas 10 ribu TCD, dan pengembalian investasi cukup lama dalam kurun waktu 8 tahun (setyawati, 2016). Pemerintah bisa menarik investor jika memang terbatas dengan pendanaan. Jika revitalisasi pabrik gula sudah terwujud, jumlah pabrik gula bertambah, permasalahan yang muncul kemudian adalah ketersedian suplai bahan baku, dan disini selain pabrik gula harus memiliki lahan tebu sendiri,

setengah nasib pabrik berada pada tangan petani. Data dari kementrian pertanian mengatakan 71,38% (gambar 2) bahan baku gula bersumber di jawa timur, dengan total produksi tahun 2014 mencapai 1,26 juta ton tebu (BPS Gambar 2 provinsi Jawa Timur). Angka ini menunjukkan Pemerintah perlu merencanakan dan sesegera memulai untuk melabarkan sayap ke luar jawa agar tercapai swasembada gula. Jika terlalu bertumpu pada tanah jawa, sulit sekali untuk memperluas lahan pertanian mengingat kepadatan penduduk yang tidak merata. Jika permesinan pabrik sudah efisien, efek yang dirasakan petani adalah kesejahteraan, petani akan mendapat rendemen yang cukup tinggi. Semakin petani sejahtera, mereka petani akan mengekspansi dan memperbaiki kualitas tebu yang ditanam, semakin pabrik tidak kesulitan mencari material giling dan semakin bagus kualitas gula yang dihasilkan. Output akhirnya adalah semakin meningkatknya jumlah produksi gula di Indonesia, swasembada semakin dekat. Kebijakan pemerintah adalah sektor penting yang punya peran vital. Ketika petani siap, pabrik juga siap, mustahil akan berjalan jika kebijakan pemerintah belum siap. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan Indonesia sebagai komoditas khusus dalam forum perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), bersama beras, jagung dan kedelai. Dengan pertimbangan utama untuk memperkuat ketahanan pangan dan kualitas hidup di pedesaan, Indonesia berupaya meningkatkan produksi dalam negeri, termasuk mencanangkan target swasembada gula, yang sampai sekarang belum tercapai. Sejak tahun 2007 sampai dengan 2011, pemerintah mengimport gula jauh lebih besar dari kebutuhan yaitu rata-rata sebesar lebih dari 2,5 juta ton (sebagian besar berbentuk raw sugar dan white sugar dan refined sugar) dan terus bertambah dari tahun ke tahun, tahun 2010 import 3,3 juta ton (Hairani, 2014). Artinya, jika pemerintah mengimport gula lebih daripada yang dibutuhkan, hukum ekonomi akan berjalan, supply gula yang ada lebih banyak

daripada demand, yang mengakibatkan harga menjadi turun. Hal ini merugikan petani dan berimbas pada kemampuan giling pabrik. Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menyatukan visi misi menuju swasembada gula adalah mendukung revitalisasi pabrik gula dengan memberikan permodalan investasi, mempermudah investor swasta membangun pabrik di indonesia, serta proporsi impor harus sesuai dengan kebutuhan nasional. Pabrik Gula: - Perbaikan mesin lama di PG yang sudah ada - Pendirian Pabrik Gula baru Swasta/BUMN (khususnya di luar jawa) Kenaikan Rendemen & Produksi Kestabilan Harga Petani Tebu: - Ekspansi Lahan - Peningkatan Kualitas Tebu Pemerintah: - Batasan kuota import - Modal investasi untuk mendukung program PG BUMN Gambar 3 Gambar 3 menunjukkan rangkuman skema menuju swasembada gula Indonesia. Perubahan ini tidak dapat ditekankan pada satu sektor saja, ketiga sektor penting ini (petani, pabrik, dan pemerintah) harus melangkah bersama. Ketiganya saling berhubungan dan saling terkait. Merupakan program yang amat sangat besar dan kompleks serta melibatkan banyak pemangku kepentingan, seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Keuangan, dan lainlain, serta meliputi berbagai aspek/bidang, seperti mesin/peralatan, lahan, infrastruktur, produktivitas lahan, permodalan, sarana irigasi, dll. (Kemenperin, 2012). Dan tidak sedikit uang yang harus disiapkan oleh pemerintah untuk investasi ini, tahun 2012 kementrian perindustrian telah menganggarkan dana sebesar Rp. 218,73 Milyar untuk merevitaliasi industri gula, dan tampaknya tahun 2016 ini belum ada perubahan signifikan dalam industri gula. Pemerintah diharapkan mengkaji ulang potensi swasembada pangan di Indonesia sebagai competitive advantage, artinya produk pangan yang dihasilkan bisa lebih menjual daripada produk pangan negara lain. Indonesia merupakan

negara agraria dengan tanah yang subur, tenaga kerja yang berlimpah, dan varietas pangan yang bermacam-macam. Di banding dengan Thailand, tanah indonesia lebih subur, tenaga kerja lebih murah dan melimpah. Lalu kenapa kita harus mengimport gula dari Thailand? Saatnya, secara bertahap asal konsisten, Indonesia melangkah menuju swasembada pangan seperti 86 tahun yang lalu. DAFTAR PUSTAKA Hairani, R. I. Joni M. M., Jani J. 2014. Analisa Trend Produksi dan Impor Gula Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula Indonesia. Berkala Ilmiah Pertanian, Vol. 1 No. 4, hlm 77-85. Katalog BPS 5102001, 2015. Indikator pertanian Tahun 2015 Profinsi Jawa Timur. Badan Statistik Provinsi Jawa Timur. Setyawati, Araminta. 2016. Manis Pahitnya Industri Gula di Indonesia. Neraca, Harian ekonomi. Sudana, W., P. Simatupang, S. Friyanto, C. Muslim dan T. Soelistiyo. 2000. Dampak Deregulasi Industri Gula Terhadap Realokasi Sumberdaya, Produksi Pangan, Dan Pendapatan Petani. Laporan Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Susila, R. Wayan. 2005. Dinamika Impor Gula Indonesia, Sebuah Analisis Kebijakan. Agrimedia Volume 10, No.1. Pusat Data dan sistem informasi Pertanian, 2014. Outlook Komoditi Tebu. Sekertariat Jendral Kementerian Pertanian. Sumber Online: http://www.kemenperin.go.id/artikel/21/revitalisasi-industri-gula http://ekbis.sindonews.com/read/985768/34/kebutuhan-gula-nasional-capai- 5-7-juta-ton-1428310340 http://bisnis.liputan6.com/read/2410780/produksi-gula-nasional-2015- meleset-dari-target