Desain PID Controller Dengan Software MatLab

dokumen-dokumen yang mirip
Controller. Fatchul Arifin

SIMULASI MATLAB UNTUK PERANCANGAN PID CONTROLER. Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM-Dinamika Bangsa - Jambi.

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 4 NO. 1 SEPTEMBER 2011

PEMBELAJARAN SISTEM KONTROL DENGAN APLIKASI MATLAB

PENGENDALI POSISI MOTOR DC DENGAN PID MENGGUNAKAN METODE ROOT LOCUS

PEMBELAJARAN PERANCANGAN SISTEM KONTROL PID DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

Root Locus A. Landasan Teori Karakteristik tanggapan transient sistem loop tertutup dapat ditentukan dari lokasi pole-pole (loop tertutupnya).

4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengujian simulasi open loop juga digunakan untuk mengamati respon motor DC

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Flow Control Unit G.U.N.T Tipe 020 dengan Pengendali PID

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Sistem Kontrol Digital Eksperimen 2 : Pemodelan Kereta Api dan Cruise Control

DISAIN KOMPENSATOR UNTUK PLANT MOTOR DC ORDE SATU

BAB 3. Sistem Pengaturan Otomatis (Level 2 sistem otomasi)

PENERAPAN FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MEMPERTAHANKAN KESETABILAN SISTEM AKIBAT PERUBAHAN DEADTIME PADA SISTEM KONTROL PROSES DENGAN DEADTIME

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

Kontrol Fuzzy Takagi-Sugeno Berbasis Sistem Servo Tipe 1 Untuk Sistem Pendulum Kereta

PERANCANGAN SISTEM KENDALI SLIDING-PID UNTUK PENDULUM GANDA PADA KERETA BERGERAK

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler...

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM. Gambar 3. 1 Diagram Blok Sistem Kecepatan Motor DC

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC

IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG Satryo Budi Utomo, Universitas Jember

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK PENGGUNAAN H 2 DAN H DALAM APLIKASI KENDALI ROBUST

SISTEM PENGENDALIAN OTOMATIS

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perancangan dan Simulasi Autotuning PID Controller Menggunakan Metoda Relay Feedback pada PLC Modicon M340. Renzy Richie /

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai

Kontrol PID Pada Miniatur Plant Crane

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

PEMODELAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN METODE CIANCONE BERBASIS MATLAB SIMULINK PADA SISTEM PRESSURE PROCESS RIG

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis penerapan Kontroler PID Pada AVR Untuk Menjaga Kestabilan Tegangan di PLTP Wayang Windu

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

MODUL PRAKTIKUM DASAR SISTEM KENDALI

Analisa Kestabilan Sistem dalam Penelitian ini di lakukan dengan dua Metode Yaitu:

Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kendali Hybrid PID-Fuzzy

Kesalahan Tunak (Steady state error) Dasar Sistem Kontrol, Kuliah 6

BAB 4 SIMULASI MODEL MATEMATIS CSTR BIODIESEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perancangan Sistem Kontrol Posisi Miniatur Plant Crane dengan Kontrol PID Menggunakan PLC

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI. III, aspek keseluruhan dimulai dari Bab I hingga Bab III, maka dapat ditarik

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Perancangan Sistem Kendali Sliding-PID untuk Pendulum Ganda pada Kereta Bergerak

BAB III DINAMIKA PROSES

ANALISIS DOMAIN WAKTU SISTEM KENDALI

Perancangan Sistem Pengendalian Suhu Kumbung Jamur dengan Logika Fuzzy

SIMULASI KONTROL PID UNTUK MENGATUR PUTARAN MOTOR AC

1. Mahasiswa dapat mengetahui blok diagram sistem. 2. Mahasiswa dapat memodelkan sistem kendali analog

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo,Surabaya

MAKALAH. Sistem Kendali. Implementasi Sistim Navigasi Wall Following. Mengguakan Kontrol PID. Dengan Metode Tuning Pada Robot Beroda

Pengontrolan Sistem Eksiter Untuk Kestabilan Tegangan Di Sistem Single Machine Infinite Bus (SMIB) Menggunakan Metode PID

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve

Praktikum Sistem Kontrol Digital Eksperimen 3 : Kontrol PID

Model Matematis, Sistem Dinamis dan Sistem Kendali

Komparasi Sistem Kontrol Satelit (ADCS) dengan Metode Kontrol PID dan Sliding-PID NUR IMROATUL UST ( )

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC

Konsep Umum Sistem Kontrol

TRANSFORMASI LAPLACE

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN

Model Matematika dari Sistem Dinamis

Simulasi Auto-Tuning PID Controller untuk Motor DC Menggunakan Metode Multiple Integrations

DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT)

ABSTRAK dan EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER) TEKNIK KENDALI ES4183. Beban studi: 3 (tiga) sks

peralatan-peralatan industri maupun rumah tangga seperti pada fan, blower, pumps,

KONTROL TRACKING FUZZY UNTUK SISTEM PENDULUM KERETA MENGGUNAKAN PENDEKATAN LINEAR MATRIX INEQUALITIES

BAB II LANDASAN TEORI

5/12/2014. Plant PLANT

TUNING PARAMETER PID DENGAN METODE CIANCONE PADA PLANT HEAT EXCHANGER

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

PERANCANGAN TRAINER PID ANALOG UNTUK MENGATUR KECEPATAN PUTARAN MOTOR DC

IMPLEMENTASI MICROKONTROLLER UNTUK SISTEM KENDALI KECEPATAN BRUSHLESS DC MOTOR MENGGUNAKAN ALGORITMA HYBRID PID FUZZY

DISAIN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI FUZZY BERBASIS DIAGRAM LADDER PLC MITSUBISHI Q02HCPU PADA SISTEM MOTOR INDUKSI

DESAIN PROPORTIONAL INTEGRAL DERRIVATIVE (PID) CONTROLLER PADA MODEL ARM ROBOT MANIPULATOR

DESAIN PENGONTROL MULTI INPUT MULTI OUTPUT LINEAR QUADRATIK PADA KOLOM DISTILASI

Materi 1: Pengantar Sistem Kontrol

SIMULASI PENJADWALAN POSISI PANEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN PENGENDALI PID (PROPORTIONAL, INTEGRAL, DAN DERIVATIVE)

Materi 10: PID Concepts

Analisa Response Waktu Sistem Kendali

Perancangan Sistem Kontrol PID Untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret Pada Turret-gun Kaliber 20mm

Sistem Redundant PLC (Studi Kasus Aplikasi Pengontrolan Plant Temperatur Air)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kontrol Tracking Fuzzy untuk Sistem Pendulum Kereta Menggunakan Pendekatan Linear Matrix Inequalities

Transkripsi:

Desain ID Controller Dengan Software MatLab Hany Ferdinando Dosen Tetap Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas risten etra Surabaya Abstrak: erancangan ID Controller selama ini menggunakan metoda trial and error dengan perhitungan yang memakan waktu lama. MatLab yang dilengkapi Control Toolbox, membantu perancang untuk melihat respon berbagai kombinasi konstanta dengan variasi input yang berbeda. enggunaan MatLab ini sangat membantu perancang dalam menentukan kombinasi di antara, I, dan D Controller untuk menghasilkan sistem pengaturan yang baik dan sederhana. Abstract: In ID Controller design, designers used trial and error method to obtain the optimum result. However, this method needs more time and higher mathematics computation. MatLab with Control Toolbox helps them to see response of the system, in many combination and input variety. This softeare is very helpful to determine which controller should choose, to get the simplest and best control system. 1. endahuluan ontrol otomatis saat ini memberikan peran yang sangat besar dalam kehidupan manusia, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan industri. Beberapa di antaranya adalah robot, pengaturan suhu sebuah tangki, pengaturan kelembaban udara dalam sebuah ruangan, tekanan udara dalam suatu pipa tertutup yang dijaga tetap, dll. enguasaan sistem kontrol baik dalam hal teori maupun praktek akan menghasilkan suatu sistem dengan respon yang sesuai dengan kebutuhan. Sebuah sistem kontrol yang dirancang, perlu dianalisa terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran respon sistemnya. Gambaran tersebut meliputi : 1. Respon sistem terhadap berbagai macam input (step function, ramp function, dan impulse function, dll), termasuk jika adanya gangguan dari luar.. estabilan sistem (metode : root locus, frekuensi respon, state space). 3. Respon sistem terhadap berbagai macam jenis kontroler (, I, D, dan/atau kombinasinya). Namun demikian, ada paling tidak kendala dalam menganalisa sistem yang akan dibuat, yaitu bagaimana mendapatkan transfer function dari sistem tersebut kemudian menganalisanya secara cepat dan mudah.

Sampai saat ini, para perancang sistem kontrol masih mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan transfer function suatu sistem. Namun jika persamaan tersebut sudah didapatkan, maka proses analisanya tidak terlalu sulit. Sebab saat ini sudah dikembangkan softwaresoftware yang akan membantu proses di atas. Salah satu software tersebut adalah MatLab dari Mathworks, Inc.. ID Controller ID Controller merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan. Selain itu sistem ini mudah digabungkan dengan metoda pengaturan yang lain seperti Fuzzy dan Robust. Sehingga akan menjadi suatu sistem pengatur yang semakin baik Tulisan ini dibatasi pada sistem dengan Unity Feedback System, yang gambarnya sebagai berikut, + Controller lant Gambar 1 Blok diagram untuk Unity Feedback Systems [1] ID Controller memiliki transfer function sebagai sebagai berikut : H s s D I ( s) = (1) 3 s Ds s I ID Controller sebenarnya terdiri dari 3 jenis cara pengaturan yang saling dikombinasikan, yaitu (roportional) Controller, D (Derivative) Controller, dan I (Integral) Controller. Masing-masing memiliki parameter tertentu yang harus diset untuk dapat beroperasi dengan baik, yang disebut sebagai konstanta. Setiap jenis, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1 Respon ID Controller Terhadap erubahan onstanta[1] Closed-Loop Response Rise Time Overshoot Settling Time SS Error p Decrease Increase Small change Decrease i Decrease Increase Increase Eliminate d Small change Decrease Decrease Small change arameter-parameter tersebut, tidak bersifat independen, sehingga pada saat salah satu nilai konstantanya diubah, maka mungkin sistem tidak akan bereaksi seperti yang diinginkan. Tabel di atas hanya dipergunakan sebagai pedoman jika akan melakukan perubahan konstanta. Untuk merancang suatu ID Controller, biasanya dipergunakan metoda trial & error. Sehingga perancang harus mencoba kombinasi pengatur beserta konstantanya untuk mendapatkan hasil terbaik yang paling sederhana.

3. Metode onvensional Desain sebuah sistem kontrol, dimulai dengan membuat blok diagram sistem. Blok diagram (yang berisi transfer function) tersebut selanjutnya akan dianalisa dengan menggunakan aksi pengontrolan yang berbeda. Dengan perubahan sinyal input sehingga perancang dapat melihat respon sistem jika mendapat input sinyal tertentu. ombinasi antara sinyal input dan jenis aksi pengontrolan ini akan menghasilkan respon yang berbeda-beda. Dahulu untuk melihat respon suatu sistem dengan berbagai macam kombinasi sinyal input dan aksi pengontrolan merupakan hal yang sulit dan membosankan. Adapun prosedur yang harus dilalui adalah sebagai berikut []: 1. Mendapatkan transfer function sistem (dalam s-domain) dengan Laplace Transform.. Menentukan jenis aksi pengontrolan beserta dengan konstantanya. 3. Menggabungkan transfer function yang sudah didapatkan dengan jenis aksi pengontrolan. 4. Menentukan sinyal input yang akan dimasukkan (biasanya fungsi step, fungsi ramp dan pulse) dan menggabungannya ke dalam transfer function yang baru. 5. Melakukan perhitungan invers Laplace Transform untuk mendapatkan fungsi dalam t-domain. 6. Menggambar respon berdasarkan fungsi dalam t-domain. Untuk melakukan langkah-langkah di atas diperlukan ketelitian yang tinggi dan hasil penggambarannya sering kali kurang (tidak) akurat. Selain itu, jika perancang ingin mengamati respon sistem terhadap sinyal input yang lain, maka proses-proses tersebut sebagian besar akan diulang kembali. Hal ini bertambah kompleks jika perubahan yang dilakukan tidak terbatas pada sinyal input, tetapi juga pada jenis aksi pengontrolannya. Sehingga untuk mendapatkan respon dari berbagai macam kombinasi, membutuhkan waktu yang relatif lama. Selain itu, perancang juga melakukan proses perhitungan yang rumit dan membosankan. 4. Metode Simulasi Menggunakan omputer erkembangan teori kontrol juga diikuti oleh software pendukungnya. Mulai dari software untuk pemrograman sistem, sampai dengan software untuk proses simulasinya. Salah satu software yang dapat dipergunakan untuk simulasi tersebut adalah MatLab dari Mathworks, Inc. Software ini dilengkapi dengan berbagai toolbox yang memudahkan pemakai untuk melakukan perhitunganperhitungan tertentu. Bahkan saat ini sudah dikembangkan toolbox khusus untuk simulasi yang diberi nama Simulink. [3] Aplikasi MatLab dalam bidang pengaturan dilengkapi Control Toolbox. Toolbox ini sudah dilengkapi dengan berbagai macam fungsi pendukung yang dipergunakan dalam analisa sistem kontrol. Beberapa fungsi pendukung yang sering dipergunakan untuk menganalisa suatu sistem adalah : feedback, step, rlocus, series, dll. Untuk menganalisa suatu sistem, software hanya memerlukan

masukan berupa transfer function yang ditulis dalam Laplace Transform (dalam s-domain) atau matriks. Untuk selanjutnya, pemakai tinggal memilih analisa yang akan dipergunakan. Tulisan ini akan membahas penggunaannya secara khusus untuk merancang ID Controller pada suatu sistem. Sebagai contoh, suatu sistem kontrol memiliki transfer function sebagai berikut : 1 H ( s) = () s + 10s + 0 step(a,b,c,d) untuk state space. Fungsi ini menghasilkan gambar respon sistem bila diberi input unit step dalam t- domain. num = [1]; den = [1 10 0]; title( Open Response ) Loop Respon sistem terbuka (open loop response) dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Dengan kriteria perancangan sebagai berikut : 1. memiliki rise time yang cepat. overshoot sekecil mungkin 3. tidak memiliki steady state error. Dari fungsi di atas, maka parameterparameter yang dimasukkan berupa koefisien pembilang dan penyebutnya. Biasanya dipergunakan variabel num untuk pembilang dan den untuk penyebut. edua nama variabel tersebut tidak mutlak, jadi penggunaan nama variabel yang lain juga diperbolehkan. Setelah itu komputer sudah siap untuk menganalisa sistem kontrol. Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah memilih jenis input yang akan dimasukkan ke dalam sistem. Input ini bisa berupa step, pulse, ramp, sinus, dan sebagainya. Sebagai dasar analisa akan diperlunakan fungsi step. Sedang penggunaan jenis input yang lain akan dibicarakan pada bagian akhir tulisan ini. Fungsi dasar yang akan sering dipergunakan adalah step, dengan syntax : step(num,den,t) untuk s-domain atau Gambar Respon Sistem Dengan Unit Step Input Sistem di atas memiliki steady state error yang tinggi, yaitu 0,95. Sebab respon tertinggi hanya didapatkan pada amplitudo 0,05. Selain itu, sistem tersebut memiliki rise time yang cukup besar (sekitar 1,5 detik). Hal tersebut jelas tidak menguntungkan. Untuk menghasilkan sistem kontrol yang baik, diperlukan sistem yang tertutup (close loop system). Sistem ini memiliki feedback, yang akan membandingkan kondisi sesungguhnya dengan seting poin yang diberikan.

5. roportional Controller Dari tabel 1 diketahui bahwa Controller dapat mengurangi rise time, menambah overshoot, dan mengurangi steady state error. Closed-loop transfer function sistem di atas dengan menggunakan Controller adalah sebagai berikut : H ( s) = (3) s + 10s + (0 ) Misal, diambil konstanta p = 300, maka : p = 300; num = [p]; den = [1 10 0+p]; t = 0 : 0.01 : ; title( Closed-Loop p = 300 ) Step mengurangi rise time dan steady state error, tetapi menambah overshoot. Namun, overshoot yang terjadi masih terlalu besar. Jika konstanta p diperbesar, maka overshoot yang terjadi juga semakin besar, settling time juga semakin besar, tetapi rise timenya menjadi kecil. ebalikan dari keadaan itu terjadi jika konstanta p diperkecil. 6. roportional-derivative Controller Closed-Loop transfer function sistem di atas dengan D Controller adalah : Ds H ( s) = (4) s + (10 ) s + (0 ) Misal, p = 300 dan d = 10, maka : D p = 300; d = 10; num = [d p]; den = [1 10+d 0+p]; t = 0 : 0.01 : ; title( Closed-Loop Step p=300 d=10 ) Respon sistem tergambar seperti di bawah ini. Gambar 3 Respon Sistem Tertutup Menggunakan Controller enambahan variabel t=0:0.01: dimaksudkan untuk melihat respon sistem dari t=0 s/d t=, dengan step 0,01 detik. Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa penambahan Controller Gambar 4 Respon Sistem Tertutup Menggunakan D Controller

Berdasarkan gambar di atas, penggunaan D Controller dapat mengurangi overshoot dan settling time, tetapi tidak memberikan dampat apa pun terhadap steady state error. Gambar di bawah ini memperlihatkan respon sistem dengan I Controller 7. roportional-integral Controller Closed-Loop transfer function sistem di atas dengan D Controller adalah : H s I ( s) = (5) 3 s + 10s + (0 ) s I Integral Controller memiliki karakteristik menguraangi rise time, menambah overshoot dan setling time, serta menghilangkan steady state error (karakteristik ini tidak dimiliki oleh jenis yang lain). Misal, p = 30 dan i = 70, maka : p = 300; i = 70; num = [p i]; den = [1 10 0+p i]; t = 0 : 0.01 : ; title( Closed-Loop Step p=30 i=70 ) dan I Controller memiliki karakteristik yang sama dalam hal rise time dan overshoot. Oleh karena itu, nilai p harus dikurangi untuk menghindari overshoot yang berlebihan. Nilai i diambil lebih besar dari p, karena diinginkan untuk meniadakan steady state error. Jika p > i, maka steady state errornya tidak dapat dihilangkan. Gambar 5 Respon Sistem Tertutup Menggunakan I Controller Dari gambar di atas terlihat bahwa rise time sistem menurun, dengan overshoot yang kecil, serta steady state errornya dapat dihilangkan. 8. roportional-integral-derivative Controller Bagian akhir dari simulasi ini adalah ID Controller, yang memiliki transfer function untuk sistem di atas adalah : s 3 Ds s I + (10 ) s + (0 D ) s I (6) p = 350; i = 300; d = 50; num = [p i d]; den = [1 10+kd 0+p i]; t = 0 : 0.01 : ; title( Closed-Loop Step p=350 i=300 d=50 )

Respon sistem tergambar di bawah ini Gambar 6 Respon Sistem Tertutup Menggunakan ID Controller Dari gambar di atas terlihat bahwa kriteria sistem yang diinginkan sudah terpenuhi, yaitu tidak memiliki overshoot, rise time yang cepat, dan tidak memiliki steady state error. Nilai-nilai konstanta yang terdapat pada tulisan ini diperoleh dari percobaan (trial and error). Sehingga perancang yang berbeda akan mendapatkan nilai yang berlainan untuk memenuhi kriteria di atas. Hal itu terjadi karena perubahan pada salah satu konstanta akan berpengaruh pada konstanta yang lain. Artinya tidak akan didapatkan hasil sesuai dengan tabel 1. Tabel tersebut hanya dipergunakan sebagai pedoman. Berikut ini beberapa tips yang dapat dipergunakan untuk mendapatkan respon yang diinginkan : 1. Dapatkan respon sistem terbuka sistem (open-loop) untuk menentukan bagian mana yang harus dieprbaiki (rise time, settling time, overshoot, steady state error).. Tambahkan Controller untuk memperbaiki rise time. 3. Tambahkan D Controller untuk memperbaiki overshoot. 4. Tambahkan I Controller untuk menghilangkan steady state error. 5. ombinasikan konstanta yang ada untuk mendapatkan respon yang diinginkan. Dalam mengimplementasikan sistem kontrol, sebenarnya tidak perlu menggunakan ID Controller. Jika sistem sudah memberikan responyang cukup baik hanya dengan I Controller, maka tidak perlu menambahkan D Controller ke dalamnya. Sehingga sistem menjadi lebih sederhana (kombinasi yang main banyak membuat sistem menjadi makin kompleks) Analisa pada contoh di atas, dilakukan dengan input unit step. Apabila diinginkan analisa dengan input yang berbeda, maka harus dilakukan modifikasi transfer function. Untuk menganalisa sistem dengan input impulse function, maka transfer function dikalikan dengan faktor s. Demikian juga untuk input ramp function, perlu dikalikan dengan faktor 1/s. 9. esimpulan Merancang suatu ID Controller memang tidak mudah, sebab penentuan konstantanya dilakukan secara trial and error. Selain itu perubahan salah satu konstanta akan berpengaruh terhadap parameter yang lain. Namun demikian, kesulitan tersebut sudah sedikit teratasi dengan bantuan komputer. Sebab respon dapat langsung dilihat tanpa melakukan

perhitungan yang rumit dan memakan waktu panjang. enggunaan MatLab tidak terbatas pada perancangan ID Controller saja, melainkan ada berbagai macam analisa sistem kontrol seperti Bode Diagram, analisa kestabilan Nyquist, Root Locus, State Space, dll. Fungsi-fungsi untuk keperluan di atas sudah tersedia di dalam Control Toolbox. Jika tidak tersedia, pemakai dapat membuat m-file yang sesuai dengan kebutuhan. epustakaan : 1. Messner, William and Dawn Tilbury. Control Tutorials for MatLab and Simulink. A Web Based Approach. Addisson Wesley, Inc. 1999.. Ogata, atsuhiko. Modern Control Engineering. 3 rd ed. rentice Hall International. 1997 3. http://www.mathworks.com 4. Ogata, atsuhiko. Solving Control Engineering roblems with MatLab. Englewood Cliffs, New Jersey : rentice Hall Inc. 1994 5.. MatLab High erformance Numeric Computation and Visualization Software. The Mathworks, Inc. 199