Laporan Keluhan Fair Wear Foundation Tanggal laporan: 21 Maret 2016

dokumen-dokumen yang mirip
15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis. 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

Karyawan Sebagai Pemohon Dalam Mempailitkan Perusahaan (Studi Kasus: Kasus PT. Kymco Lippo Motor Indonesia)

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire

DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI PENGARUH AUDIT INTERN (VARIABEL INDEPENDEN) NO PERTANYAAN Y N T Independensi

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, berikut disajikan

Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan

perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? perusahaan PT. Toba Pulp Lestari?

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PT. JABABEKA TBK Piagam Komite Audit

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

BAB 3 ANALISIS SISTEM. perusahaan serta akibat yang ditimbulkan masalah tersebut. dimana masih berstatus sewaan dari orang lain.

SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA

2 perpajakan yang terkait dengan Bea Meterai telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai; e. bahwa ketentuan mengenai tin

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PEDOMAN KERJA KOMITE-KOMITE

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. menempati lahan seluas 200 meter persegi. Diantaranya jasa yang dilayani sendiri adalah

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

MEKANISME KELUHAN PEKERJA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri garmen merupakan industri yang cukup besar di Indonesia. Dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. hasil penelitian yang dialami Kurator hanya bertujuan untuk menghambat

Implementasi UU 13/2003 terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Disebabkan Perusahaan Dinyatakan Pailit

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

Modul I Siklus Pendapatan

PIAGAM KOMITE AUDIT PT PANIN FINANCIAL Tbk

Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan. Pekerja rumah tangga, seperti juga pekerja-pekerja lainya, berhak atas kerja layak.

PIAGAM DEWAN KOMISARIS dan DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

PIAGAM DEWAN KOMISARIS

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA AD & ART LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT NUSANTARA CORRUPTION WATCH LSM NCW

Analisa Biaya Pemasaran

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG, DAN PENERIMAAN KAS PT. AROMATECH INTERNATIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah

KUESIONER PENELITIAN. Berikut ini adalah kuesioner yang berkaitan dengan penelitian tentang PENGARUH KOMPENSASI DAN KEPUASAN TERHADAP KINERJA

Mata kuliah - Administrasi Bisnis

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan

Proses Penyelesaian Perselisihan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMNAS HAM. Informasi. Publik. Pelayanan.

K A T A P E N G A N T A R

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit

Catatan informasi klien

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Laporan Keluhan Fair Wear Foundation Tanggal laporan: 21 Maret 2016 Keluhan Jack Wolfskin Indonesia Status: dalam mediasi FWF bertanggung jawab dalam menyiapkan prosedur keluhan di negara produksi dimana FWF aktif. Prosedur keluhan memberi kesempatan kepada pihak ketiga untuk menyampaikan keluhan mengenai kondisi kerja atau melaporkan bagaimana kode etik dilaksanakan di pabrik yang memasok untuk anggota FWF. Tanggung jawab FWF mencakup penyelidikan terhadap keluhan, verifikasi terhadap rencana tindakan perbaikan yang telah disetujui dan memberi laporan publik. Laporan keluhan memberikan pandangan terhadap aduan yang masuk ke FWF, penyelidikan dan rencana tindakan perbaikan yang disetujui juga bagaimana hasilnya diverifikasi. Informasi lebih lanjut mengenai prosedur keluhan dapat dilihat di laman FWF. FWF juga menerbitkan pandangan terhadap keluhan yang diterima pada laporan tahunannya. 1. Perusahaan anggota yang terlibat Jack Wolfskin 2. Pihak terduga Sebuah pabrik yang terletak di Indonesia yang memproduksi untuk Jack Wolfskin 3. Tanggal keluhan diterima FWF memasukkan keluahan pada prosedur keluhan FWF setelah serikat pekerja melaporkan langsung kepada FWF. FWF menerima surat keluhan pada 16 November 2015. 4. Pihak yang melaporkan Surat keluhan untuk FWF dilakukan oleh salah satu pimpinan serikat pekerja di pabrik (FSPMI) yang mewakili anggotanya di pabrik. 5. Keluhan Setelah sebuah perusahaan Indonesia, yang memiliki 2 pabrik di lokasi berbeda (satu di Cikupa, Tangerang dan lainnya di Majalengka, Jawa Barat), memperkerjakan total sekitar 4000 orang, bangkrut pada April 2015, seluruh kontrak pekerja diputus pada 21 Juni 2015. Pelapor menyatakan pekerja tidak menerima gaji selama Maret Juni 2015 dan tidak menerima pembayaran pesangon serta berbagai tunjangan yang seharusnya diterima sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Serikat FSPMI tidak mengharapkan proses hukum di Indonesia akan memberikan pekerja berbagai pembayaran tersebut. 1 / 5

Penerimaan FWF memutuskan bahwa kasus diterima dan dapat ditinjaklanjuti pada 10 Desember 2015. Pabrik di Cikupa, Tangerang merupakan pemasok aktif untuk anggota FWF, Jack Wolfskin. Produksi terakhir bagi Jack Wolfskin pada Februari 2015. Kasus ini berhubungan dengan kode etik FWF berikut ini: - Pembayaran sesuai Kebutuhan Hidup Layak (KHL). - Ikatan hubungan kerja yang sah sesuai hukum. Kedua hal tersebut berhubungan dengan kode etik FWF. Upah yang tidak dibayar tidak sesuai dengan kode etik FWF mengenai upah sesuai KHL, sedangkan pesangon dan tunjangan yang tidak dibayar berhubungan dengan ikatan hubungan kerja yang sah sesuai hukum (kewajiban yang harus diterima pekerja sesuai dengan hukum tenaga kerja dan jaminan sosial serta berbagai aturan yang berhubungan dengan hubungan ketenagakerjaan). 6. Penyelidikan Sejak pabrik pailit, pihak manajemen tidak dapat dikontak untuk memberikan informasi dan mediasi. Prosedur keluhan FWF berasumsi bahwa ada pemasok aktif yang bisa melakukan mediasi. Dalam kasus kebangkrutan, sudah tidak ada lagi pemasok aktif maupun partner bagi merek FWF. Oleh karena itu, pilihan penyelidikan kasus ini juga menjadi terbatas. FWF menerima informasi dari serikat pekerja pabrik FSPMI (termasuk kronologi dan data keuangan dari kurator) dan dari pihak lain, seperti Worker Rights Consortium (WRC). The Laporan WRC 1 atas kasus ini (21 Desember 2015) telah diterima oleh pelapor dan Jack Wolfskin untuk memberikan pandangan yang solid terhadap kasus ini, yang mana informasi dari laporan ini bisa dijadikan bahan penyelidikan. Lebih lanjut, FWF menerima informasi antara lain dari data pemasok anggota FWF, informasi data keuangan Jack Wolfskin, laporan audit social terhadap pabrik Jaba Garmindo (Cikupa, Tangerang) selama periode 2011-2015 dan dari berbagai laporan internal dan informasi perusahaan Jack Wolfskin. FWF juga melakukan konsultasi berbagai ahli internasional mengenai strategi sumber daya internasional untuk industri garmen dan Pedoman Dasar untuk Bisnis dan Hak Asasi PBB. 7. Temuan dan Kesimpulan Mengenai keluhan dari pelapor: Dapat disimpulkan bahwa pekerja dan serikat pekerja menyatakan bahwa mereka tidak menerima: Upah sejak Maret hingga keputusan PHK karena kebangkrutan yang efektif sejak 21 Juni 2015 dan Pesangon dan tunjangan sejak PHK menjadi sah secara hukum. 2 / 5

Namun, perusahaan juga memiliki kewajiban pemberi kerja dan memiliki 2 pabrik menjadi bangkrut dan seluruh masalah keuangan telah diberikan kepada kurator. Kurator yang ditunjuk pengadilan untuk menghitung asset pabrik, mengeluarkan pengumuman PHK pada 7 Mei 2015, menyatakan bahwa PHK akan efektif pada 21 Juni 2015. Kementrian tenaga kerja telah mengkonfirmasi bahwa seluruh pekerja berhak atas upah yang belum dibayar untuk Maret Juni 2015, pesangon, dan juga THR 2015. Menurut pelapor dan laporan WRC, kurator telah mengkonfirmasi bahwa pekerja di 2 pabrik memiliki piutang sebesar Rp 140.969.105.614,40. Jumlah tersebut hanya terhitung bagi para pekerja yang melapor ke kurator melalui serikat pekerja dan pengacara. Laporan WRC menyatakan bahwa kemungkinan kecil pekerja akan menerima pembayaran atas dana piutang tersebut, baik secara waktu maupun substansi, dengan mengejar tuntutan melalui proses pailit, karena beberapa alasan. Tuntutan pekerja memiliki posisi yang kurang beruntung dibanding kreditor lainnya (yang juga diakui oleh pengadilan bahwa ada kreditor lain yang lebih diutamakan); WRC dan pelapor tidak berharap bahwa lelang asset perusahaan dapat menutupi sebagian dari seluruh tuntutan kreditor; bahkan jika pekerja diberi alokasi dana dari penjualan asset oleh kurator, bisa diasumsikan bahwa pekerja harus menunggu bertahun-tahun karena proses hukum yang panjang sebelum menerima dana tersebut (yang seperti hanya akan memenuhi (sebagian) dari gaji yang belum dibayar, tanpa pesangon dan tunjangan PHK). Hubungan antara praktek bisnis anggota FWF Jack Wolfskin dengan kondisi tenaga kerja dan masalah keuangan pemasoknya: Seperti yang telah disebutkan di atas, prosedur keluhan FWF berasumsi hubungan bisnis dengan pemasok aktif memungkinkan adanya mediasi dengan pemasok, dengan dukungan/mediasi dengan anggota FWF. Dalam kasus dimana pemasok, yang memiliki tanggung jawab secara hukum terhadap pekerja, telah bangkrut dan tidak aktif lagi. Kurator telah ditunjuk untuk menangani tuntutan kreditor dan pekerja pabrik. Artinya dalam kasus ini prosedur keluhan FWF akan meyimpulkan sampai sejauh mana mediasi dapat diharapkan dari Jack Wolfskin, sebagai pembeli dari pabrik yang bangkrut, terhadap pekerja yang dipekerjakan oleh pabrik itu sendiri. Untuk itu FWF menyelidiki apakah ada alasan untuk percaya bahwa ada hubungan sebab akibat antara praktek bisnis dari Jack Wolfskin dan kebangkrutan. Juga tindakan Jack Wolfskin untuk memantau dan meningkatkan kondisi sosial di pabrik sebelum kebangkrutan serta respon terhadap kebangkrutan juga ikut menjadi bahan pertimbangan. Secara umum FWF menyimpulkan bahwa Jack Wolfskin: Membayar tagihannya tepat waktu untuk barang yang diproduksi di Jaba Garmindo dan memberikan rencana produksi dengan baik di depan. Tidak menarik pesanan, tidak seperti yang dilakukan pelanggan lain. Secara aktif mengawasi kondisi tenaga kerja dan membuat usaha untuk mewujudkan tindakan korektif dan perbaikan pada kondisi tenaga kerja di pabrik selama bertahuntahun Secara aktif melibatkan pelanggan lain dan agen pembeli pada kasus keluhan di tahun 2014 untuk mengambil tindakan bersama terhadap pihak manajemen pabrik (dan meyakinkan pabrik untuk menerima lebih dari satu serikat pekerja dan membuat pernyataan publik (yang dikembangkan bersama WRC) mengenai Kebebasan Berserikat dan mengatur pelatihan untuk menejemen dan pekerja) 3 / 5

Secara aktif terlibat pada kasus keluhan ini dan berhubungan dengan pihak terkait sejak awal, baik secara langsung maupun melalui FWF. Secara aktif memberikan informasi dan berusaha untuk terlibat dengan pelanggan lain sejak awal, seperti yang disarankan oleh FWF, dan melibatkan agen pembeli terhadap keluhan yang sedang berlangsung saat didekati oleh serikat pekerja, sebagai usaha untuk bekerja sama agar pekerja mendapatkan hak-haknya, seperti: o Jack Wolfskin mengirim surat kepada pemasok pada Maret 2015 mengenai pembayaran gaji yang belum diberikan, mendorong pemasok untuk membayarkan gaji karyawan secara utuh, termasuk upah lembur dan tunjangan lain, untuk bulan Februari dan Maret. Akhirnya, pekerja mendapat upah bulan Februari di bulan April. o Mengirim surat kepada kurator yang ditunjuk, seperti saran FWF, bersama dengan agen pembeli Indonesia, dengan permohonan agar selrurh pekerja mendapatkan upah yang belum dibayar dan berbagai tunjangan sah lain yang harus diterima, dan mengajak pelanggan lain untuk melakukan hal yang sama. Tidak melakukan praktek bisnis pembeli seperti yang dikemukakan manajemen pabrik sebagai alasan masalah keuangan (saat kesaksian mengenai penangguhan pembayaran hutang kepada kreditor di Pengadilan Niaga Jakarta, 2 Januari 2015). FWF tidak dapat menarik kesimpulan bahwa alasan yang dikemukakan pada sidang Pengadilan Niaga ini dilakukan oleh Jack Wolfskin. Kesimpulan mengenai tanggung jawab Jack Wolfskin: Melalui kenggotaan FWF Jack Wolfskin berkomitmen untuk membantu dukungan (pengembangan) kondisi tenaga kerja yang baik di pemasoknya dan melaksanakan praktek bisnis sosial yang mendukung hal ini pada tingkat pemasok FWF menyimpulkan bahwa Jack Wolfskin telah menjalankan tanggung jawabnya dalam melakukan bisnis dengan pemasok yang bersangkutan dengan baik, sesuai dengan standard an harapan FWF. Jack Wolfskin telah telah melakukakan pengawasan terhadap kondisi tenaga kerja di pabrik dan secara berkala memotivasi pemasok untuk meperbaiki kondisi tenaga kerja di pabrik. FWF tidak dapat menemukan alasan untuk percaya bahwa kegiatan yang dijalankan Jack Wolfskin telah menyebabkan atau memberikan kontribusi terhadap kebangkrutan pabrik. Lebih lanjut, Jack Wolfskin telah berusaha mengurangi dampak kebangkrutan terhadap pekerja (seperti dampak yang ada pada keluhan terdahulu). Jack Wolfskin memenuhi persyaratan FWF. Walaupun FWF tidak mensyaratkan hal ini dan tidak ada kewajiban hukum bagi Jack Wolfskin untuk membayar gaji terhutang dan pembayaran lain kepada para pekerja, FWF memang merekomendasikan Jack Wolfskin, secara suka rela dan sebagai tanda solidaritas terhadap para pekerja, untuk berkontribusi untuk (membentuk) dana solidaritas untuk/memikirkan pembayaran solidaritas kepada mantan pekerja yang bekerja di pemasoknya, pabrik di Cikupa, Tangerang. Melalui hal ini Jack Wolfskin dapat menunjukkan dukungan kepada para pekerja, terutama mengingat dampak yang tinggi dari kebangkrutan dalam kehidupan sehari-hari dan kondisi hidup para mantan pekerja pabrik. Lebh lanjut, Jack Wolfskin dapat memikirkan untuk membuat donasi suka rela untuk dibayarkan kepada para pekerja di Cikupa, Tangerang, sesuai perbandingan di pabrik (bagian pembelian 4 / 5

Jack Wolfskin dari total volume produksi pabrik dalam setahun) dan perhitungan rata-rata setiap gaji pekerja yang harus dibayar, pesangon dan tunjangan perpisahan. Untuk pembayaran solidaritas ini jumlah pekerja saat audit sosial yang dilaksanakan pada Januari 2015 dapat dijadikan acuan (jumlah total 1284 pekerja saat audit, dimana 830 orang di bagian garment melakukan produksi untuk Jack Wolfskin). FWF mengusulkan dasar perhitungan pembayaran suka rela dari: Bagian dari Jack Wolfskin berdasarkan atas volume tahunan baik dalam hitungan per potong dibandingkan dengan total produksi pabrik dalam setahun atau pun berdasarkan nilai keuangan yang dipesan Jack Wolfskin dengan total pesanan pabrik dalam setahun. Berdasarkan data kapasitas produksi tahunan pabrik dalam potongan dan jumlah potongan yang dibeli oleh Jack Wolfskin, FWF menghitung bagian dari Jack Wolfskin adalah 2,04%. Berdasarkan data tahun yang telah berjalan, dimana data keuangan tersedia mengenai kapasitas total pabrik dan bagian dari pembelian Jack Wolfskin. Berdasarkan data kapasitas produksi tahunan pabrik dalam potongan dan jumlah potongan yang dibeli oleh Jack Wolfskin, FWF menghitung bagian dari Jack Wolfskin adalah 2,04%. FWF merekomendasikan untuk memastikan bahwa dana solidaritas ini dijalankan dengan cara tertentu agar pembayaran ini benar-benar sampai kepada pekerja. Untuk itu proses pembayaran seharusnya disaksikan dan dipandu oleh pihak independen. Pihak pengadu, serikat pekerja FSPMI, seharusnya mendapat kesempatan untuk memberikan komentar sebelum prosedur dijalankan dan dapat menyaksikan proses pembayaran. 8. Mediasi Kasus ini masih berlangsung. Jack Wolfskin berniat, secara suka rela, untuk mendukung mantan pekerja pabrik Cikupa, Tangerang, dengan pembayaran sejumlah dana, yang mencerminkan bagian dari Jack Wolfskin di pabrik. Sumbangan ini tidak berarti bahwa Jack Wolfskin dianggap bertanggung jawab atas kondisi keuangan dari (mantan) para pemasoknya, atau pun digunakan sebagai dasar atas tuntutan di masa yang akan datang, baik dalam kasus ini maupun kasus lain. 9. Verifikasi Kasus ini masih berlangsung. 10. Evaluasi oleh pengadu Kasus ini masih berlangsung. 5 / 5

i Worker Rights Consortium assessment PT Jaba Garmindo (Indonesia) Findings, Recommendations and Status, December 18, 2015, by Worker Rights Consortium, http://workersrights.org/freports/wrc%20assessment%20re%20jaba%20garmindo%20%28indonesi a%29%2012.21.2015.pdf 6 / 5