LAPORAN DEMONSTRASI PLOT TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KEBUN KAKAO DI KABUPATEN LUWU Kartika Fauziah, dkk ABSTRAK Penyuluhan yang dikelola oleh petani atau Farmer Managed Extension Activities (FMA) merupakan suatu metoda penyuluhan partisipatif dimana para peserta dilibatkan secara aktif sejak identifikasi permasalahan dan potensi wilayah, perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, sampai dengan monitoring dan evaluasi. Sehingga diharapkan akan menumbuhkan perasaan memiliki dan menjamin berkelanjutan program. Salah satu kegiatan utama BPTP Sulawesi Selatan dalam mendukung program ini adalah demonstrasi teknologi pertanian yang dilakukan di daerah FMA. Di Kabupaten Luwu kegiatan FEATI dilaksanakan di 17 Kecamatan meliputi 40 Desa. Sesuai hasil verifikasi proposal di kabupaten Luwu banyak FMA yang mengajukan proposal untuk pelatihan perbaikan tanaman kakao, sehingga demonstrasi yang dilakukan di Kabupaten Luwu adalah Demplot Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao. Tingkat pengetahuan awal petani tentang pemeliharaan kebun kakao sudah diatas rata-rata, tetapi untuk cara pemangkasan, cara pemupukan dan pembuatan pupuk organik sebagian besar petani belum mengetahuinya. Sehingga petani masih membutuhkan bimbingan dalam pemeliharaan kebun kakao yang benar. Tingkat partisipasi petani dalam mengikuti kegiatan mulai dari sosialisasi hingga temu lapang akhir sangat besar (100%). Ini menunjukkan bahwa petani sangat antusias dengan teknologi yang diberikan. Produksi bunga, pentil dan buah meningkat setelah dilakukan aplikasi teknologi. Sebelum aplikasi teknologi ditemukan penyakit kanker batang dan helopelthis ± 10%, akan tetapi setelah dilaksanakan aplikasi teknologi penyakit tersebut tidak ditemukan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa produksi akan meningkat dan serangan hama dan penyakit akan berkurang apabila teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar dilakukan. Petani kooperator 100% berminat dan akan menerapkan teknologi pemangkasan dan pemupukan/cara pemupukan di kebunnya. Sedangkan untuk teknologi pembuatan pupuk organik (68%) dan pembuatan lubang/rorak (55%) petani berminat dan akan menerapkan dikebunnya dan yang menyatakan berminat tapi belum akan menerapkan dikebunnya 32% untuk pembuatan pupuk organik dan 45% untuk pembuatan lubang/rorak. Alasan mereka belum menerapkan dikebunnya adalah karena teknologi tersebut membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga. Kata Kunci : demonstrasi plot, kakao, pemeliharaan kebun, respon petan www.sulsel.litbang.deptan.go.id 1
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha di bidang pertanian agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi teknologi, pasar, permodalan dan sumberdaya lainnya. Penyuluhan yang dikelola oleh petani atau Farmer Managed Extension Activities (FMA) merupakan suatu metoda penyuluhan partisipatif dimana para peserta dilibatkan secara aktif sejak identifikasi permasalahan dan potensi wilayah, perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, sampai dengan monitoring dan evaluasi. Sehingga diharapkan akan menumbuhkan perasaan memiliki dan menjamin berkelanjutan program. Salah satu kegiatan utama BPTP Sulawesi Selatan dalam mendukung program ini adalah demonstrasi teknologi pertanian yang dilakukan di daerah FMA. Sehingga diharapkan petani pelaksana FMA dapat mengadopsi teknologi tersebut untuk disebar luaskan ke anggotanya. Secara garis besar tujuan FMA adalah untuk meningkatkan kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian dari, oleh dan untuk pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usahanya secara optimal dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga pelaku utama secara berkelanjutan. Di Kabupaten Luwu kegiatan FEATI dilaksanakan di 17 Kecamatan meliputi 40 Desa. Salah satu metode pengembangan kapasitas kinerja pelaku utama usaha pertanian dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh pelaku utama dalam hal ini petani atau pengusaha dibidang pertanian. Metode ini www.sulsel.litbang.deptan.go.id 2
menitik beratkan pada pengembangan kapasitas manajerial, kepemimpinan dan kewirausahaan pelaku utama. Untuk Kabupaten Luwu sesuai hasil verifikasi proposal banyak FMA yang mengajukan proposal untuk pelatihan perbaikan tanaman kakao, sehingga demonstrasi yang dilakukan di Kabupaten Luwu adalah Demplot Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao sehingga dengan penerapan teknologi pemeliharaan kebun yang baik dan benar diharapkan akan dapat meningkatkan produksi tanaman kakao dengan menekan serangan hama dan penyakit utama yaitu busuk buah dan PBK. 2. Tujuan, Sasaran dan Luaran a. Tujuan Mensosialisasikan teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar kepada petani pelaksana FEATI dan stakeholder lainnya Menjaring umpan balik dari petani pelaksana FEATI tentang pemeliharaan kebun kakao yang benar b. Sasaran Kelompok tani pada lokasi P3TIP/FEATI di Kabupaten Luwu c. Keluaran Tersosialisasinya teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar kepada petani pelaksana FEATI dan stakeholder lainnya Berkembangnya teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar oleh petani pelaksana FEATI www.sulsel.litbang.deptan.go.id 3
3. Perkiraan Manfaat dan Dampak a. Manfaat Tersedianya paket teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar b. Dampak Meluasnya penggunaan inovasi teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar yang mampu meningkatkan pendapatan petani. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 4
II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. Dalam usaha tani Kakao membutuhkan teknik budidaya yang baik dan benar agar memperoleh produksi yang optimal, juga memperhatikan kondisi lingkungan dan agroklimat di lokasi pembukaan kebun kakao harus sesuai dengan kebutuhan tanaman kakao (http://www.mail-archive.com/agromania@yahoogroups.com/ msg00037. htm). Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan komoditi Perkebunan Primadona, hal ini tergambar dari banyaknya permintaan bibit Kakao yang bermutu dari petani/kelompok tani. Hal ini didukung oleh banyak potensi lahan yang cocok secara ekologis untuk tanaman ini disamping harga yang cukup stabil dan baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/masyarakat pertanian, selain itu tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun (http://pertanian-centre.blogspot.com/2008/10/budi-daya-tanamankakao.html) Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan komoditas perkebunan yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Luas areal pertanaman kakao di Sulawesi Selatan hingga tahun 2007 mencapai 250.855 ha, dengan produksi total 117.119 ton atau ratarata 0,677 ton/ha (DIRJENBUN, 2009). Kabupaten Luwu merupakan salah satu sentra utama penghasil kakao di Sulawesi Selatan. Dengan luas lahan mencapai 37.662 ha dengan produksi pada tahun 2006 mencapai 31.543 ton dan terus menurun hingga pada tahun 2008 hanya mencapai 20.200 www.sulsel.litbang.deptan.go.id 5
ton (Dirjen Perkebunan, 2010). Hal ini disebabkan oleh tingginya serangan OPT (PBK, Busuk Buah dan VSD) pada kebun petani. Tingginya serangan ini juga disebabkan oleh kurang terawatnya kebun kakao petani. Perawatan (pemeliharaan kebun kakao) tersebut mencakup pemangkasan, sanitasi, panen sering dan pemupukan. Pada kegiatan sanitasi sekaligus dapat dilakukan pembuatan pupuk organik dikebun sehingga penggunaan pupuk an organik dapat berkurang dan kebun menjadi bersih. Kebun kakao yang terawat dengan baik akan mendapatkan hasil yang baik pula. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 6
III. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Kegiatan Demonstrasi Teknologi ini akan dilaksanakan sebagai kegiatan on farm dengan pendekatan partisipatif dalam menunjukkan teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar. 2. Tahapan Pelaksanaan a. Persiapan Penelusuran hasil-hasil penelitian teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar Identifikasi FMA yang membutuhkan teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar di Kabupaten Luwu b. Pembentukan Tim Pelaksana Tim pelaksana kegiatan adalah tim yang terdiri dari Penyuluh, Peneliti dan Teknisi BPTP Sulawesi Selatan yang bidang keahliannya sesuai dengan teknologi yang di Uji Coba / didemonstrasikan, serta melibatkan penyuluh di tingkat kabupaten c. Penyediaan Bahan Diseminasi Sebagai bahan diseminasi menggunakan media dalam bentuk folder yaitu Juknis pelaksanaan demplot. yang memuat informasi tentang pemeliharaan kebun kakao yang benar, juga Juknis tentang Pemangkasan dan Juknis tentang pembuatan pupuk organik. d. Koordinasi Koordinasi dilakukan bersama dengan pengelola P3TIP/FEATI, Dinas terkait, BPP dan Gapoktan untuk penyampaian kegiatan yang akan dilaksanakan, data lokasi dan Gapoktan pengelola FMA FEATI www.sulsel.litbang.deptan.go.id 7
e. Penetapan Lokasi dan Petani Pelaksana Penetapan lokasi Uji Coba/Demonstrasi dilakukan bersama sama pengelola FEATI Kabupaten dan Penyuluh lapangan dengan persyaratan bahwa. : 1) Lokasi kegiatan Uji Coba/demonstrasi adalah lokasi P3TIP/FEATI; 2) Letaknya berada dipinggir jalan; 3) mudah dijangkau sehingga dapat dilihat oleh petani sekitar; 4) bebas dari banjir, kekeringan. Persyaratan petani pelaksana/kooperator adalah : 1) Ketua Gapoktan pengelola FMA FEATI atau anggota Gapoktan yang dominan mengusahakan komoditi yang didemonstrasikan dan membutuhkan teknologi tersebut; 2) Petani kooperator sebaiknya inovatif; 2) mudah diajak kerjasama dalam pelaksanaan kegitan dan 3) dapat menggerakkan kelompok tani lainnya. f. Pelaksanaan 1) Waktu Waktu pelaksanaan kegiatan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2011. 2) Lokasi Desa Jambu Kec. Bajo Kab. Luwu dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut adalah lokasi FEATI/P3TIP. 3) Petani Pelaksana Abd. Latif Lappo Ketua Kelompok Tani Padang Jambu 2 yang tergabung dalam FMA Jambu 4) Sosialisasi/Apresiasi Awal kegiatan Sosialisasi teknologi dilakukan mengawali kegiatan demonstrasi bertujuan untuk menyampaikan teknologi yang akan diintroduksi. Pertemuan ini dilakukan di lokasi kegiatan sebagai nara sumber yaitu Peneliti dan Penyuluh BPTP Sulawesi Selatan dihadiri oleh petani pelaksana, www.sulsel.litbang.deptan.go.id 8
petani anggota kelompok tani dan kelompok tani lain yang mengusahakan tanaman kakao, para penyuluh, petugas dari Instansi terkait dan Pemda. Pada pertemuan ini interaksi yang dilakukan melalui media cetak dan dialog antara nara sumber dan petani. 5) FGD (Focus Group Discussion) Kegiatan ini bertujuan menggali informasi kemampuan/ penguasaan teknologi, kebiasaan petani dalam mengelola usahataninya, produksi dan pendapatan yang diperoleh serta masalah yang dihadapi. Hasil pertemuan ini adalah kesepakatan dengan FMA tentang pilihan teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar. 6) Aplikasi Teknologi Memperkenalkan teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar Menunjukkan cara pemangkasan yang benar Menunjukkan cara pembuatan pupuk organik langsung di kebun Melibatkan petani secara aktif dalam setiap aktivitas demonstrasi teknologi pemeliharaan kebun kakao Setiap tahapan aplikasi teknologi, menghadirkan beberapa kelompok tani untuk melihat secara langsung teknologi pemeliharaan kebun kakao 7) Pengamatan Data yang dikumpulkan meliputi Produksi biji kakao sebelum dan sesudah penerapan teknologi Intensitas serangan hama PBK sebelum dan sesudah penerapan teknologi Intensitas serangan penyakit Busuk Buah sebelum dan sesudah penerapan teknologi www.sulsel.litbang.deptan.go.id 9
Karateristik petani anggota FMA yang terlibat Alokasi waktu berdasarkan komponen aktivitas dalam demonstrasi teknologi pemeliharaan kebun kakao (tingkat partisipasi petani ) Alokasi kemampuan penginderaan (telinga, mata, tangan) menyerap informasi teknologi dalam proses belajar melalui demonstrasi (tingkat partisipasi petani) Respon, tanggapan dan komentar petani terhadap teknologi yang didemonstrasikan melalui dialog, wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang meliputi : Tingkat pengetahuan, pemahaman, kemampuan teknis, dalam menerapkan teknologi yang didemonstrasikan Masalah yang ada jika teknologi diterapkan Kemungkinan untuk dilanjutkan musim berikutnya Data tingkat kepuasan petani anggota kelompok terhadap teknologi yang di Uji Coba/Demonstrasi terkait dengan karakter teknologi introduksi, yang meliputi : Kelebihan teknologi yang diintroduksi Kekurangan teknologi yang diintroduksi 8) Analisa Data Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis : Analisis statistik sederhana untuk melihat kelayakan teknis teknologi. Analisis deskriptif untuk melihat tingkat partisipasi FMA terkait dengan alokasi waktu, alokasi kemampuan penginderaan, faktor internal dan faktor eksternal petani Analisis deskriptif untuk melihat tingkat kepuasan petani terkait preferensinya dan hasil karakterisasi teknologi yang didemonstrasikan www.sulsel.litbang.deptan.go.id 10
Analisis respon petani dalam FMA untuk mengetahui kesesuaian teknis, ekonomi, sosial, dan budaya petani dengan teknologi yang didemonstrasikan g. Temu Lapang Kegiatan dilakukan pada setiap tahapan aplikasi teknologi dan menjelang akhir kegiatan, untuk lebih meningkatkan pemahaman petani dan kemungkinan penerapannya lebih lanjut. h. Pelaporan dan Seminar Hasil Kegiatan ini dilakukan menjelang akhir kegiatan. Setelah data primer terkumpul, diolah dan dianalisis, untuk penyusunan laporan dan selanjutnya dilakukan seminar untuk menampung saran dan perbaikan, sehingga laporan dianggap layak dan dapat dipahami oleh yang memerlukan. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Sumberdaya Luas wilayah kecamatan Bajo adalah 68,52 km 2 yang meliputi 11 desa dan 1 kelurahan. Keadaan tanah adalah alluvial dan mediteran dengan ph antara 4,5 7,5. Topografi datar berbukit dengan ketinggian 25 300 meter dpl. Iklim basah dengan curah hujan sepanjang tahun dengan suhu relatif sedang yakni rata-rata 26,68 0 C Komoditas utama yang diusahakan di kecamatan Bajo adalah Padi dengan luas tanam 4.265 ha dan kakao dengan luas tanam 1.391,25 ha dan produktivitas 0,8 t/ha. Desa Jambu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Bajo. Luas desa Jambu adalah 5,66 km 2 yang terdiri atas 4 dusun. Topografi berupa dataran rendah dengan ketinggian berkisar 15 meter dpl. Keadaan tanah terdiri dari tanah alluvial coklat, pedsolik coklat kekuningan dan regosol dengan ph 4,5 7,5. Keadaan ini cocok untuk perkembangan tanaman kakao. Tanaman kakao menjadi salah satu komoditi utama di desa ini.kondisi tanaman kakao di desa Jambu sebagian besar telah berumur > 20 tahun dengan produktivitas yang semakin menurun akibat serangan hama dan penyakit. Eksistensi kelembagaan pertanian di wilayah ini meliputi kelembagaan petani yaitu kelompoktani dan Gapoktan, kelembagaan penyuluhan berupa Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan kelembagaan pemasaran berupa pasar tradisional tingkat kecamatan yang beroperasi 2 kali seminggu. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 12
Tabel 1. Pemetaan kelompok FMA Jambu, Kabupaten Luwu berdasakan jenis usahataninya No Nama Kelompok Komoditi Usahatani 1 Barana Rombe Padi dan Kakao 2 Padang Jambu Padi dan Kakao 3 Sambua Padi dan Kakao 4 Polo Tempe Padi dan Kakao 5 Passenggong Padi dan Kakao 6 Padang Jambu II Kakao Sumber : Data Primer Pada Tabel 1, terlihat bahwa FMA Jambu terdiri dari 6 kelompok tani dengan komoditi usahataninya adalah mayoritas komoditi kakao. 5 kelompok tani mengusahakan komoditi padi dan kakao dan hanya 1 kelompok tani yang fokus pada komoditi kakao. Berdasarkan hal tersebut maka FMA Jambu mengajukan proposal komoditi kakao pada pelatihan FEATI. Demplot teknologi pemeliharaan kebun kakao dilaksanakan di Kelompok Tani Padang Jambu II yang fokus pada komoditi kakao sehingga diharapkan teknologi yang diberikan akan cepat tersebar ke petani sekitar. B. Karakteristik Petani Karakteristik petani perlu menjadi pertimbangan dalam proses transfer teknologi karena kondisi internal tersebut berperan dalam berbagai proses yang dilalui seseorang dalam berinteraksi dengan halhal inovatif. Karakteristik secara internal digambarkan oleh umur, tingkat pendidikan formal, luas pemilikan lahan dan pengalaman dalam berusaha tani kakao secara berturut-turut akan dibahas dan disajikan dalam tabel-tabel berikut. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 13
Umur Petani Tabel 2. Karakteristik petani menurut umur pada kegiatan demonstrasi teknologi pemeliharaan kebun kakao di Kabupaten Luwu, 2011 No. Umur (thn) Jumlah petani (org) Persentase (%) 1. < 40 8 36 2. 40 50 6 27 3. 51 60 6 27 4. > 60 2 10 Jumlah 22 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 36% petani berada pada kisaran umur dibawah 40 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya petani berada pada usia produktif dan secara fisik memiliki kemampuan yang cukup baik untuk melakukan aktivitas usahataninya. Termasuk dalam menerapkan teknologi yang yang diberikan untuk meningkatkan kinerja usahanya. Namun demikian masih perlu bimbingan lebih lanjut untuk menerapkan suatu komponen teknologi, karena tingkat ketrampilan seseorang akan dapat dicapai dengan melakukan aktivitas yang sama berulangkali hingga trampil. Tingkat Pendidikan Formal Peningkatan kapasitas kemampuan seseorang dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain dengan pendidikan formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan akan lebih cepat memahami dan mengerti dalam menerima dan mengaplikasikan teknologi yang diberikan. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 14
Tabel 3. Karakteristik Petani Menurut Tingkat Pendidikan Formal pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kabupaten Luwu, 2011. No. Tingkat Jumlah Petani Persentase (%) Pendidikan (org) 1. Tidak Tamat SD - - 2. Tamat SD 4 18 3. SMP 10 45 4. SMA 8 37 Jumlah 22 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Pada tabel 2 tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar petani memiliki tingkat pendidikan yang relatif baik, karena mayoritas sudah pada tingkat pendidikan menengah (SMP 45% dan SMA 37%). Hal ini memberikan gambaran bahwa petani tersebut dapat lebih mudah dalam menyerap teknologi yang diberikan dan diharapkan dapat mengaplikasikan di kebunnya masing-masing. Meskipun demikian dibutuhkan pendekatan yang lebih interaktif sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik sehingga akan terjadi umpan balik secara alami yang pada akhirnya akan memudahkan upaya transfer teknologi ke depan. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani akan memberikan gambaran tingkat ketrampilan yang dimiliki oleh petani serta kemampuannya dalam melakukan inovasi dalam meningkatkan usahataninya sehingga akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Oleh sebab itu sangatlah penting menggambarkan pengalaman dalam berusahatani. Hal tersebut akan diuraikan pada tabel berikut: www.sulsel.litbang.deptan.go.id 15
Tabel 4. Karakteristik Petani Menurut Pengalaman Berusahatani pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kabupaten Luwu, 2011. No. Pengalaman Jumlah Petani Persentase (%) Berusahatani (thn) (org) 1. < 10 tahun 8 36 2. 11 20 tahun 5 23 3. 21 30 tahun 6 27 4. > 30 tahun 3 14 Jumlah 22 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar petani memiliki pengalaman berusahatani yang sudah cukup banyak yaitu 23% (11-20 tahun) dan 27% (21-30 tahun), hal ini menjadi indikator bahwa telah banyak pengetahuan mereka miliki dalam pemeliharaan kebun kakao baik itu pengetahuan yang mereka dapatkan sendiri di lapangan maupun pengetahuan yang mereka dapatkan dari pelatihan. Namun demikian teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar merupakan hal baru bagi mereka sehingga akan membawa dampak pada peningkatan produksi kakao. Kondisi usaha tani kakao yang dikelola petani masih konvensional, sehingga peluang untuk meningkatkan produksi dan pendapatan melalui teknologi pemeliharaan kakao yang benar masih terbuka lebar yang didukung dengan ketersediaan sumberdaya manusia dan alam yang ada. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 16
Kondisi Awal Pengetahuan Petani Sebelum melaksanakan kegiatan demonstrasi teknologi sangatlah penting untuk mengetahui dan mengidentifkasi pengetahuan awal yang dimiliki petani sehingga teknologi yang akan diintroduksi dapat disesuaikan dengan kebutuhan petani. Pengetahuan awal petani dalam kegiatan ini diuraikan secara jelas dalam tabel berikut : Tabel 5. Pengetahuan awal petani tentang teknologi pemeliharaan kebun kakao di Kabupaten Luwu, 2011 No Jenis Teknologi Persentase Pengetahuan Petani terhadap teknologi yg diterapkan (%) Mengetahui Tidak mengetahui 1 Pemangkasan 92 8 2 Cara Pemangkasan yang 15 85 benar 3 Pupuk organic 75 25 4 Pembuatan pupuk organik 10 90 5 Sanitasi 50 50 6 Pemupukan 75 25 7 Cara pemupukan yang 20 80 benar 8. Pengendalian Hama dan 35 65 Penyakit 9. Panen Sering 50 50 Sumber : Hasil olahan data primer Dari Tabel 5 terlihat bahwa dari 7 (tujuh) jenis komponen teknologi, petani sebagian besar telah mengetahui tentang pemangkasan (90%) dan pemupukan (75%). Walaupun petani telah mengetahui tentang pemangkasan tetapi dari hasil wawancara petani belum mengetahui tentang cara, waktu dan jenis pemangkasan yang tepat. Petani sebagian besar belum mengetahui tentang cara pembuatan pupuk organik (90%) walaupun mereka telah mengetahui tentang pupuk organik (75%). Ket www.sulsel.litbang.deptan.go.id 17
Berdasarkan hal tersebut diatas maka kegiatan pelaksanaan aplikasi teknologi dilapangan adalah 1). pemangkasan yang meliputi waktu pemangkasan dan cara pemangkasan serta jenis jenis pemangkasan, 2). Pembuatan pupuk organik langsung di kebun dengan membuat lubang untuk pembuatan pupuk organik. C. Kinerja Teknis Teknologi Introduksi Teknologi yang akan di introduksi sebelumnya di sosialisasikan dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh petani, penyuluh dan peneliti sebagi nara sumber. Dalam kegiatan ini dicapai kesepakatan tentang jenis dan macam teknologi yang akan didemonstrasikan sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dan kemampuan petani untuk menerapkan teknologi. Apabila kita mengharapkan petani mengadopsi teknologi tersebut, harus diyakini bahwa teknologi tersebut benar-benar diinginkan oleh petani dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi petani.. Selanjutnya akan diuraikan karakteristik teknologi yang diintroduksi berdasarkan komponen-komponen aktivitas yang menjadi bagian dari teknologi tersebut, dalam tabel berikut ini : www.sulsel.litbang.deptan.go.id 18
Tabel 6. Karakteristik Teknologi Introduksi pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kabupaten Luwu, 2011. No. Paket/Komponen Teknologi 1. Pemangkasan / Cara pemangkasan yang benar 2. Pembuatan lubang / rorak 3. Pembuatan pupuk organik langsung dikebun 4. Pemupukan / cara pemupukan 5. Pengendalian Hama dan Penyakit Sumber : Hasil Olahan Data Primer Karakter Teknologi Introduksi Kelebihan Kekurangan Membuang bagian yang tidak produktif Mengatur pertunasan, bunga dan buah Mempermudah panen dan perlindungan tanaman Membuat kebun menjadi bersih Menjadi tempat pembuatan pupuk organik Tidak perlu membeli pupuk organik Dapat langsung dimanfaatkan tanaman Membuat tanah menjadi lebih subur Pupuk tidak terbuang karena di timbun Tanaman menjadi lebih baik Mengendalikan serangan PBK dan VSD Meningkatkan produksi Membutuhkan waktu untuk memangkas Membutuhkan waktu dan tenaga untuk membuat lubang/rorak Butuh biaya untuk membeli decomposer Butuh waktu lebih banyak dalam memupuk Butuh biaya membeli pestisida www.sulsel.litbang.deptan.go.id 19
Suatu teknologi yang ditawarkan akan memberikan keuntungan yang relatif lebih besar, dibandingkan teknologi lama, maka adopsi akan berjalan lebih cepat. Untuk itu dapat dilakukan dengan cara membandingkan kelebihan dan kekurangan teknologi introduksi dengan teknologi yang sudah ada, kemudian identifikasi teknologi dengan biaya rendah atau teknologi yang produksinya tinggi. Berdasarkan uraian tabel karakterisasi teknologi tersebut diatas menunjukkan bahwa kelebihan teknologi introduksi berdasarkan komponen aktivitas sebanyak 12 poin sementara kekurangannya hanya 5 poin. Dengan demikian maka teknologi tersebut akan lebih mudah untuk diadopsi oleh petani karena memiliki lebih banyak keuntungan utamanya untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki kesuburan tanah. Untuk melihat partisipasi petani dalam kegiatan maka perlu direkam waktu yang dicurahkan pada komponen aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan demonstrasi teknologi. Partisipasi petani khususnya anggota poktan Padang Jambu 2 cukup tinggi, karena adanya ketertarikan terhadap teknologi yang diintroduksi, selain mudah dilakukan secara teknis, secara ekonomis juga efisien. Secara jelas akan diuraikan dalam tabel berikut : www.sulsel.litbang.deptan.go.id 20
Tabel 7. Partisipasi Petani Berdasarkan Komponen Aktivitas pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kabupaten Luwu, 2011. No. Uraian Partisipasi (N=22) Persentase (%) Ya Tidak Ya Tidak 1. Sosialisasi 22-100 - 2. FGD 22-100 3. Pembuatan lubang/rorak 6 16 27 73 4. Pelatihan Pemangkasan 22-100 5. Pemangkasan 6 16 27 73 6. Pelatihan Pemupukan dan 22-100 pembuatan pupuk organik 7. Pembuatan pupuk organik 6 16 27 73 8. Temu Lapang 22-100 Jumlah 128 48 581 219 Rata-rata 16,0 6,0 72,6 27,4 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Berdasarkan uraian dalam tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani secara keseluruhan cukup baik (72,6%). Untuk pelaksanaan kegiatan pembuatan lubang/rorak, pemangkasan dan pembuatan pupuk organik di lokasi demplot dilaksanakan oleh 6 orang anggota kelompok tani (27,4%) dan seluruh anggota kelompok tani hadir pada saat sosialisasi, FGD, pelatihan pemangkasan, pelatihan pemupukan dan pembuatan pupuk organik serta pada saat temu lapang akhir. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh anggota kelompok sangat antusias untuk mengikuti pertemuan yang dilakukan untuk melihat hasil dari aplikasi teknologi di lokasi demplot. Selain partisipasi petani berdasarkan komponen aktivitasnya, maka akan diamati pula partisipasi berdasarkan kemampuan penginderaannya dalam setiap tahapan pelaksanaan aktivitas secara lebih jelas akan diuraiakan dalam tabel berikut. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 21
Tabel 8. Partisipasi Berdasarkan Kemampuan Penginderaan Petani pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kab. Luwu, 2011. No. Uraian Partisipasi (N=25) Melihat Mendengar Bicara Melakukan 1. Sosialisasi 22 22 5 2. Pembuatan 6 22 6 lubang/rorak 3. Pelatihan 22 22 7 6 Pemangkasan 4. Pemangkasan 6 22 6 5. Pelatihan 22 22 7 6 Pemupukan dan pembuatan pupuk organik 6. Pembuatan pupuk 6 22 6 organik 7. Temu Lapang 22 22 8 Jumlah 106 154 27 30 Rata-rata 15,14 22 3,86 4,29 Persentase 68,8 100 17,5 19,5 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Berdasarkan uraian pada table 8 di atas menunjukkan bahwa partisipasi petani tertinggi adalah berdasarkan kemampuan penginderaan (100%) dalam setiap komponen aktivitas yang dilakukan disusul dengan kemampuan melihat (68,8%) sementara kemampuan petani ikut terlibat dalam aktivitas yang dilakukan (19,5%) dan kemampuan petani untuk berbicara menyampaikan saran ataupun pertanyaan hanya (17,5%). Berdasarkan hal tersebut maka diharapkan setelah petani ikut mendengar dan melihat secara langsung aplikasi teknologi yang diberikan maka petani akan ikut menerapkan teknologi tersebut dikebunnya masing-masing. teknologi. Antusias petani sangat tinggi dalam mengikuti kegiatan aplikasi Hal ini ditunjukkan dengan antusiasnya petani untuk bertanya pada saat pertemuan baik itu pada saat sosialisasi, aplikasi www.sulsel.litbang.deptan.go.id 22
teknologi hingga temu lapang akhir. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8 dimana pada setiap pertemuan aplikasi teknologi dan temu lapang ± 30% dari peserta bertanya pada saat pertemuan dan lebih banyak lagi petani yang bertanya pada saat aplikasi langsung dilapangan. Data hasil pengamatan produksi sebelum dan sesudah aplikasi teknologi disajikan pada tabel berikut : Tabel 9. Data Produksi Sebelum dan Sesudah Aplikasi Teknologi pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kab. Luwu, 2011. Uraian Bunga Pentil Buah Sebelum aplikasi 21 7 5 Sesudah aplikasi 62 10 8 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Gambar 1. Grafik Data Produksi Sebelum dan Sesudah Aplikasi Teknologi Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa produksi bunga, pentil dan buah meningkat setelah dilakukan aplikasi teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa apabila petani melakukan teknologi www.sulsel.litbang.deptan.go.id 23
pemeliharaan kebun kakao yang benar maka produksinya akan meningkat. Untuk data pengamatan intensitas serangan hama penyakit, untuk hama PBK dan penyakit VSD belum ditemukan baik sebelum maupun sesudah aplikasi teknologi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang ada di kebun demplot adalah tanaman baru yang berasal dari bibit sambung pucuk dan berumur 1,5 tahun sehingga serangan hama PBK dan VSD belum ada. Meskipun begitu sebelum aplikasi teknologi ditemukan penyakit kanker batang dan helopelthis ± 10%, akan tetapi setelah dilaksanakan aplikasi teknologi (pemangkasan, pemupukan dan pembuatan pupuk organik langsung di kebun, sanitasi dan panen sering) penyakit tersebut tidak ditemukan lagi. Hal ini juga menunjukkan bahwa serangan hama dan penyakit akan berkurang apabila teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar dilakukan. Penilaian petani terhadap kegiatan Demplot Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao disajikan pada tabel berikut Tabel 10. Penilaian Petani terhadap Kegiatan Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kab. Luwu, 2011. No Penilaian Petani Persentase Penilaian Petani terhadap kegiatan demplot (%) Ket Setuju Tidak setuju 1 Sangat berguna 80 20 2 Berguna 20 80 3. Kurang berguna 0 100 4. Tidak berguna 0 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Berdasarkan uraian pada tabel diatas dapat dilihat bahwa 80% petani menilai bahwa kegiatan Demplot Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao sangat berguna utamanya dalam menambah pengetahuan dan ketrampilan petani dan diharapkan akan diterapkan dikebunnya masing-masing. Pada tabel berikut akan disajikan efektivitas daripada teknologi yang telah diberikan www.sulsel.litbang.deptan.go.id 24
Tabel 11. Persentase Respon Petani Terhadap Teknologi pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kab. Luwu, 2011.. No Jenis Teknologi Respon Petani (%) Tidak berminat Berminat tapi belum akan menerapkan Berminat dan akan menerapkan 1. Pemangkasan 0 0 100 2. Pembuatan pupuk 0 32 68 organik 3. Pembuatan lubang / 0 45 55 rorak 4. Pemupukan / cara pemupukan 0 0 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Pada tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa 100% petani berminat dan akan menerapkan teknologi pemangkasan dan pemupukan/cara pemupukan di kebunnya. Bagi mereka teknologi ini sudah mereka lakukan di kebun sebelumnya walaupun caranya belum benar, sehingga dengan teknologi cara pemangkasan dan pemupukan yang benar mereka akan lebih mudah untuk menerapkan teknologi ini dikebunnya. Sedangkan untuk teknologi pembuatan pupuk organik (68%) dan pembuatan lubang/rorak (55%) petani berminat dan akan menerapkan dikebunnya sedangkan 32% untuk pembuatan pupuk organik dan 45% untuk pembuatan lubang/rorak menyatakan berminat tapi belum akan menerapkan dikebunnya. Alasan mereka belum menerapkan dikebunnya adalah karena teknologi tersebut membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga. Beberapa harapan yang diinginkan oleh petani setelah kegiatan demplot berakhir diantaranya adalah : 1. Kegiatan demplot ini hendaknya berlanjut di tahun yang akan datang. 2. Untuk demplot berikutnya disarankan untuk kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman kakao. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 25
3. Bimbingan teknologi diharapkan terus berlanjut sehingga produksi kakao dapat meningkat terus. 4. Kegiatan demplot tidak hanya dilakukan pada satu lokasi tapi pada beberapa lokasi sehingga teknologi yang diberikan dapat lebih cepat teradopsi. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 26
V. KESIMPULAN 1. Tingkat pengetahuan awal petani tentang pemeliharaan kebun kakao sudah diatas rata-rata, tetapi untuk cara pemangkasan, cara pemupukan dan pembuatan pupuk organik sebagian besar petani belum mengetahuinya. Sehingga petani masih membutuhkan bimbingan dalam pemeliharaan kebun kakao yang benar 2. Tingkat partisipasi petani dalam mengikuti kegiatan mulai dari sosialisasi hingga temu lapang akhir sangat besar (100%). Ini menunjukkan bahwa petani sangat antusias dengan teknologi yang diberikan. 3. Produksi bunga, pentil dan buah meningkat setelah dilakukan aplikasi teknologi. Sebelum aplikasi teknologi ditemukan penyakit kanker batang dan helopelthis ± 10%, akan tetapi setelah dilaksanakan aplikasi teknologi penyakit tersebut tidak ditemukan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa produksi akan meningkat dan serangan hama dan penyakit akan berkurang apabila teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar dilakukan. 4. Petani kooperator 100% berminat dan akan menerapkan teknologi pemangkasan dan pemupukan/cara pemupukan di kebunnya. Sedangkan untuk teknologi pembuatan pupuk organik (68%) dan pembuatan lubang/rorak (55%) petani berminat dan akan menerapkan dikebunnya dan yang menyatakan berminat tapi belum akan menerapkan dikebunnya 32% untuk pembuatan pupuk organik dan 45% untuk pembuatan lubang/rorak. Alasan mereka belum menerapkan dikebunnya adalah karena teknologi tersebut membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga. www.sulsel.litbang.deptan.go.id 27
DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian, 1999. Panduan Umum Pelaksanaan Penelitian, Pengkajian dan Diseminasi Teknologi Pertanian. Deptan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. BPS Kabupaten Luwu, 2006. Kabupaten Luwu dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Kabupaten Luwu. Dinas Perkebunan, 2009. Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao untuk Mendukung Rencana Pengembangan Industri Pengolahan Kakao. Pemerintah Sulawesi Selatan. Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008. Pedoman Umum Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional 2009-2011. Departemen Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010. Statistik Perkebunan 2008 2010. Departemen Pertanian, Jakarta. http://pertanian-centre.blogspot.com/2008/10/budi-daya-tanamankakao.html http://www.mail-archive.com/agromania@yahoogroups.com/ msg00037. Htm www.sulsel.litbang.deptan.go.id 28