Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. jasa untuk konsumsi langsung atau tidak langsung. Pengertian retail menurut Ma ruf

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

Pentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN PEMASARAN Fakultas TEKNIK

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

Industri Kreatif Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat. Saat ini, tercatat ada sekitar 800. distro di sejumlah kota di Indonesia 1.

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat dan terbuka. Kondisi ini menuntut perusahaan-perusahaan untuk

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SI SANTRI. (Simpanan Masyarakat Kota Santri)

BAB IV STRATEGI PEMASARAN BUTIK LATIFAH MENINGKATKAN PENJUALAN PAKAIAN MUSLIM. A. Strategi Pemasaran Butik Latifah Dalam Upaya Meningkatkan Volume

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA. terbanyak dalam segmen ini adalah sebagai wiraswasta dengan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB І PENDAHULUAN. Industri pariwisata menjadi perhatian khusus dalam Pemerintahan

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

MARKET PENETRATION & MARKET DEVELOPMENT

Kebutuhan. Keinginan. Pasar. Hubungan. Permintaan. Transaksi. Produk. Nilai & Kepuasan. Pertukaran

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin majunya perkembangan jaman juga akan menuntut

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

KEWIRAUSAHAAN. Merancang Strategi Pemasaran. Modul ke: DAFTAR PUSTAKA AKHIRI PRESENTASI STRATEGI PEMASARAN. 12Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan globalisasi ditandai dengan semakin tingginya intensitas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

III KERANGKA PEMIKIRAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta pengaruh perekonomian global. pemerintah yaitu Indonesia Desain Power yang bertujuan menggali

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal

MATERI 3 PASAR DAN PEMASARAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, fashion menjadi gaya hidup (life style) yang sangat di

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Sebagai bekal untuk menghadapi persaingan ini para pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang dimulai dari skala kecil seperti warung-warung

Solusi Bisnis. Jika kita melihat kondisi persaingan yang dihadapi oleh UKM Indonesia. secara umum dan Perusahaan Denmarx secara khususnya, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. senang menggunakan pakaian yang bermotif batik baik digunakan saat santai, kuliah

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan, membuat setiap masyarakat

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu bersaing dalam menarik konsumen. Para pengusaha sebagai produsen harus saling

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui, dewasa ini persaingan antara perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. batik. Batik Indonesia dibuat di banyak daerah di Indonesia dan memiliki

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. Tempat-tempat rekreasi serta tempat-tempat wisata yang bersaing saat ini sudah

Bab I PENDAHULUAN UKDW. percaya diri ketika akan memasuki dunia kerja.

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Entrepreneurship and Inovation Management

Transkripsi:

Strategi Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Hasil kajian Tim Inisiasi ( taskforce) Ekonomi Kreatif Propinsi Jawa Barat 2011, bersama Bappeda Jawa Barat, dimana penulis terlibat sebagai Ketua Tim didalamnya, menunjukkan bahwa harapan pelaku usaha industri kreatif Jawa Barat untuk pengembangan usahanya adalah adanya fasilitasi di bidang pemasaran (30%), bidang keuangan (24%), peningkatan keterampilan tenaga kerja (19%), proteksi HAKI, ijin usaha, dan insentif pajak (15%) d an bidang umum (khususnya keterampilan IT, jejaring) sebesar 13%. Sehubungan dengan hal tersebut, fasilitasi pemasaran produk industri kreatif memerlukan perhatian khusus. Selain itu, praktik perancangan strategi pemasaran produk industri kreatif memerlukan kreatifitas tersendiri. Mengapa? Karena produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Ternyata, produk yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar berkembang dari masa ke waktu sesuai perubahan waktu dan jaman. Perkembangan selera pasar akan produk yang dikonsumsinya tidak hanya tergantung pada fungsi produk itu saja, namun tergantung dari sejumlah atribut produk. Atribut tersebut adalah kemasan, label, informasi bahan yang digunakan, cara perawatan, kandungan nutrisi, nama merek, tanda merek dagang dan berbagai macam atribut lainya. Bagaimana dengan produk industri kreatif? Jawabannya adalah pada kreativitas perancangan strategi pemasarannya yang juga perlu diikuti dengan kreatifitas pada perancangan program pemasarannya. Strategi pemasaran, atau lebih dikenal dengan singkatan STP ( segmenting, targeting dan positioning) adalah kriteria segmen pasar, target pasar yang akan dilayani, dan positioning produk di benak pikiran pasar sasaran melalui keunikan. 1 --Penulis Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi & Bisnis, UNPAD, Anggota Komite Ekonomi Kreatif Jawa Barat. Tulisan dipublikasikan pada Buku Jabar Kreatif, Komite Ekonomi Kreatif Jawa Barat, 2012

Bauran Produk Industri Kreatif 3P Bauran Jasa / Pelayanan Selanjutnya, perancangan program pemasaran yang melibatkan unsur bauran pemasaran (marketing mix), yang lebih dikenal dengan sebutan 4P, bagi produk jasa dikenal dengan kombinasinya bauran jasa ( service mix) atau dikenal dengan sebutan 3P dan tambahan bauran kekuatan (power mix) atau dikenal dengan sebutan 2P. Kluster Industri Kreatif 1. Periklanan 2. Kesenian & Barang Antik 3. Keranjinan Tangan 4.Desain 7.Perangkat Lunak Hiburan Interaktif 10. Arsitek 13. Penerbitan & Percetakan 5. Fesyen 8. Musik 11. Layanan Komputer & Piranti Lunak 14. Riset & Pengembangan 6. Film, Video & Fotografi 9. Seni Pertunjukan 12.Televisi & Radio 15. Kuliner

Produk industri kreatif sangat beragam yaitu periklanan (kreasi dan produksi iklan), arsitektur (tata kota, pertamanan, dll), pasar barang seni, kerajinan, desain (interior, eksterior, grafis), fesyen (tata busana), video, film & fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan & percetakan, layanan komputer & piranti lunak, televisi & radio, serta riset & pengembangan, dan terakhir kuliner. 5. Fesyen Strategi Produk Industri Kreatif Strategi Program Segmenting Targeting Product Price Power People Place Politics Process Promotion Physical Evidence Perancangan strategi pemasaran produk industri kreatif perlu dilakukan untuk setiap kategori produk tersebut, dikarenakan produk-produk tersebut memiliki karakteristik berbeda mulai dari fungsi dan pasar penggunanya. Misalnya, strategi pemasaran untuk produk fesyen tentu berbeda dengan produk periklanan; untuk produk kerajinan tentu berbeda dengan layanan komputer dan piranti lunak; dan untuk musik tentu berbeda dengan jasa riset dan pengembangan. Hal tersebut perlu dibedakan, agar efektifitas pemasaran produk industri kreatif optimal. Perancangan program pemasaran melalui kombinasi penerapan seluruh bauran (9P), yaitu bauran pemasaran (4P), ba uran jasa (3P) dan bauran kekuat an (2P). Bagian pertama, aplikasi bauran pemasaran melalui, product, yaitu sejumlah ide atau gagasan produk/jasa yang ditawarkan pada pasar sasaran. Kedua, price yaitu penetapan harga produk/jasa sesuai pasar sasaran yang dilayani. Ketiga, place (atau saluran distribusi) yaitu aktivitas mendistribusikan produk/jasa tersebut pada pasar sasaran. Terakhir, promotion yaitu aktivitas mempromosikan produk/jasa pada pasar sasaran. Bagian kedua, adalah penerapan bauran jasa / pelayanan. Praktek bauran jasa (service mix) dikenal dengan sebutan "3P, yaitu people (yaitu SDM yang melayani pasar sasaran), process (yaitu proses pelayanan dari mulai diperkenalkan sampai dengan dikonsumsi) dan physical evidence (yaitu sejumlah atribut fisik dalam aktivitas pemasaran). Bagian ketiga, adalah penerapan bauran kekuatan. Praktek bauran kekuatan atau power mix, yaitu power (penentu kebijakan) dan politik, merupakan salah satu unsur yang

sangat menentukan. Tanpa peran lobbying dan negosiasi berbagai pihak dan menempatkan program pemasaran produk industri kreatif dalam agenda politik, maka dapat melemahkan pengembangan produk industri kreatif. Peran penentu kebijakan dalam melakukan lobbying dan negosiasi untuk menjadikan produk industri kreatif Indonesia ikon dunia sangat penting sekali. Kunci sukses lainnya adalah sinergitas berkelanjutan pada agenda politik dalam menunjang pembangunan karakter bangsa berbasis ekonomi kreatif. 9. Seni Pertunjukan Strategi &Progam Produk Industri Kreatif S-egmentasi Wisatawan Mancanegara T-argeting Tampilan wajib di Hotel, tempat wisata Promosi intensif sebagai Ikon daerah / kota Strategi Price Promotion Process Power Product Place People Physical Evidence Politics Program Program pemasaran perlu disesuaikan dengan kategori produk industri kreatif. Produk industri kreatif yang termasuk kedalam kategori fisik seperti barang seni, kerajinan, dan fesyen merupakan salah satu produk yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Seperti, furnitur dari rotan dan kayu, ukiran dari kayu dan objek lainnya, dan busana berbasis bordir, batik, dan lukisan. Mayoritas produk tersebut dihasilkan masyarakat yang sesuai dengan kekhasan seni dan budayanya masing-masing. Misalnya, saat ini telah berkembang motif batik dari beragam kota di Jawa Barat; seperti Batik Garut, Batik Cimahi, Batik Tasikmalaya, atau Batik Cirebon yang sudah menjadi ikon tersebut. Melalui berbagai macam strategi promosi seperti pameran dan penjualan langsung, produk-produk tersebut telah menjadi pilihan masyarakat Indonesia. Serta produk tersebut telah terbukti bisa diterima pasar luar negeri. Namun, bila dibandingkan antara hasil produksi industri kreatif dengan penyerapan pasar secara menyeluruh masih rendah kinerjanya. Hal tersebut dikarenakan belum optimalnya penerapan strategi pemasaran produk tersebut. Strategi Penerapan strategi pemasaran produk industri kreatif di Thailand, khususnya untuk ketiga kategori produk tersebut ( barang seni, kerajinan, dan fesyen), dapat menjadi inspsirasi. Produk-produk tersebut dipasarkan pada suatu mall yang berada di pusat kota Bangkok yaitu MBK (Mah Noon Krong) Shopping Centre. Mall dengan luas 89.000 meter

persegi tersebut dibangun tahun 1986 terdiri dari delapan lantai, khusus produk industri kreatif ditempatkan di lantai enam. Total pedagang seluruhnya hampir berjumlah dua ribu toko yang menjual beragam produk, seperti sutera Thailand, pakaian, asesoris, tas dan koper, produk kulit dan produk lainnya. Walaupun MBK Shopping Centre bukan merupakan mall untuk segmen papan atas, namun mall tersebut memiliki positioning sebagai salah satu mall favorit turis mancanegara yang mencari produk khas Thailan dengan harga murah dan bermutu. Turis internasional selain dapat berbelanja untuk kebutuhan produk lainnya juga dapat berbelanja produk souvenir khas Thailand. Strategi Produk Industri Kreatif Lainnya (tergantung pilihan strategis untuk positioning dari 9P) Praktik memasarkan produk industri kreatif, yang mayoritas dihasilkan pelaku usaha skala kecil dan menengah, di suatu mall bergengsi merupakan suatu praktek yang efektif. Bila praktik tersebut dilakukan secara konsisten akan membentuk positioning produk lebih baik di benak pasar sasaran. Sarinah salah satu mall di Jakarta menjadi tempat paling lengkap menemukan produk industri kreatif untuk kategori produk seni, kerajinan, dan fesyen. Sarinah adalah salah satu mall yang berlokasi di pusat kota Jakarta, memiliki segmen pasar kelas menengah atas, dan memiliki citra sebagai mall bergengsi pusat pemasaran produk industri kreatif skala usaha kecil dan menengah. Citra positif yang melekat pada produk yang dipasarkan di tempat tersebut berdampak ganda pada peningkatan preferensi masyarakat menggunakan produk industri kreatif. Praktik pemasaran produk industri kreatif sebaiknya tidak disentralisasi pada suatu tempat, misalnya di suatu Pusat Produk UMKM. Hal tersebut, akan mempersempit citra produk tersebut. Pusat pemasaran produk UMKM yang ada di beberapa kota di Jawa Barat memiliki citra kurang positif, misalnya kurang bergengsi dibandingkan dengan citra seperti dipasarkan di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta. Hal tersebut dikarenakan, berbagai alasan, seperti lokasi kurang strategis; bila lokasi strategis, ternyata disain interior tidak mencerminkan citra yang mengesankan; dan lainnya.

Praktik pemasaran jitu lainnya adalah kolaborasi pemasaran dengan merek-merek produk terkenal. Melalui penggabungan pemasaran produk dengan kategori jenis produk lainnya akan menjadi semakin efektif. Seperti pelaksanaan event Mercedez Benz Fashion Week yang diselenggarakan di Jerman. Produk fesyen dipromosikan dengan sponsor utama mobil mewah bergengsi dunia. Alhasil, event tersebut menjadi salah satu tolok ukur pemasaran produk fesyen bergengsi dunia. Sudah saatnya, pemerintah memfasilitasi pelaksanaan event pemasaran produk dengan berkolaborasi dengan merek-merek yang sudah dikenal dunia. Tujuannya adalah mengangkat citra produk lebih tinggi. Misalnya, (1) kolaborasi perancang mode Indonesia yang telah diakui produknya oleh pasar internasional, menjadi perancang produk dan promotor produk industri kreatif tersebut; (2) kolaborasi merek produk internasional sebagai sponsor pemasaran produk industri kreatif tersebut; (3) kolaborasi pemasaran produk industri kreatif di mall-mall kelas papan atas, yaitu dengan menyediakan satu lantai penuh sebagai sentra pemasaran produk industri kreatif Indonesia....selesai...