TEKNIK SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PROFESIONALISME GURU SD 3 DAN 10 KESIMAN DENPASAR Oleh Ni Nengah Widyani 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Ini menunjukkan bahwa agar

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TEKNIK INDIVIDUAL CONFERENCE

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 4 No. 1 Juli-Desember 2017

PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DI SD NEGERI 10 BANDA ACEH ABSTRAK

HJ. BAIQ SUMIATI. Pengawas SD Dinas Pendidikan Kota Mataram

ISSN No Media Bina Ilmiah 1

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendidikan, supervisi mengandung arti yang luas namun intinya sama

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Fahmiati SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

MENINGKATKAN KINERJA GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIS DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MODELING TERHADAP GURU MATA PELAJARAN KIMIA PADA SEKOLAH BINAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin*

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN STRATEGI INJEKSI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 NGUNUT TULUNGAGUNG

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI WORKSHOP MODEL P2FR DI SMP NEGERI 43 MEDAN

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU-GURU SD PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA MATARAM

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi ISSN Vol. 4, No.1, Hal , Januari 2018

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 13 No. 1 (2018) 1 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KARYA WISATA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENILIAN KINERJA MELALUI KEGIATAN KERJA KELOMPOK DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH BANYUWANGI

Oleh: Bakim SDN 2 Ngembel Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

JURNAL WAHANA PENDIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SAPAAN FORMAL BAHASA JERMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD KELAS VI DI SDN 153 PEKANBARU

40 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 2013 ISSN:

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN. dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan dilapangan yang menekankan

OPTIMALISASI PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU SD NEGERI 49 CAKRANEGARA

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif..Hj. Baiq Harwini 74

EFEKTIFITAS MEDIA PEMBELAJARAN MIPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SMP N 3 TALAMAU. Yasman 1) 1 SMP N 3 Talamau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah mempunyai peran dan fungsi yang menjamin mutu

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB V PEMBAHASAN. temuan penelitian dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikan nya. sesuai fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut:

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PERSEPSI GURU TENTANG PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN DI KOTA PADANG

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni

PENINGKATAN KUALITAS RPP TEMATIK MELALUI SUPERVISI AKADEMIK GURU KELAS SMPLB/C PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian tindakan kelas merupakan ragam penelitian

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN WACANA NONSASTRA BERBAHASA JAWA DENGAN METODE PQRST

MENINGKATKAN PERAN GURU MELALUI SUPERVISI

PENINGKATAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH MELALUI SUPERVISI KELOMPOK DI SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi ISSN Vol. 3, No.1, Hal. 1 8, Juni 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Taktakan Kabupaten Serang. Adapun alasan pemilhan lokasi PTK ini dikarenakan:

Penerapan Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Inpres 1 Slametharjo Kabupaten Banggai

BAB III METODE PENELITIAN. adalah siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri 181 Pekanbaru tahun ajaran. 2013/2014 yang terdiri dari 46 orang siswa.

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti

Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X MIPA4 SMA Negeri 5 Palu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SMK MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. istilah Inggrisnya Classroom Action Research (CAR). Nama CAR atau PTK

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci: Model Kooperatif Tipe STAD, PowerPoint 2007, Hasil Belajar.

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MICROSOFT POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 KOTA BENGKULU

64 Media Bina Ilmiah ISSN No

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan

Peningkatan Kompetensi Mahasiswa dalam Pemecahan Masalah Anuitas Umum dengan Menerapkan Model Quantum Teaching. Budi Halomoan Siregar

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe mind mapping, pemecahan masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PROSIDING ISBN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

Disusun Oleh : Yanti Jasni, S.Pd Guru SDN 34 Gantung Ciri ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP MELALUI SUPERVISI AKADEMIK YANG BERKELANJUTAN DI SD NEGERI 0102 BARUMUN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK DI SMP

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

Oleh: Wahdaniah, S.Pd.,M.Pd.

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR DAN KUIS PADA SISWA SMK TKM TAMAN SISWA PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung diseputar kelas, maka pada akhirnya keberhasilan atau

Keperluan korespondensi, HP : ,

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. and Satisfaction) ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom

BAB III METODE PENELITIAN. yang layak untuk melakukan PTK adalah guru di kelasnya sendiri. Lebih rinci

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Transkripsi:

TEKNIK SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PROFESIONALISME GURU SD 3 DAN 10 KESIMAN DENPASAR Oleh Ni Nengah Widyani 1 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah teknik Supervisi kunjungan kelas yang dilaksanakan dapat meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wacana dan observasi. Metode analisis datanya adalah metode deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1) untuk SD No 3 Kesiman kemampuan guru awal 58,33, pada siklus I naik menjadi 73,33, dan pada siklus II naik menjadi 95,00. Profesionalisme guru awal masih pada kategori D, pada siklus I naik menjadi C, dan pada siklus II naik menjadi A; 2) untuk SD No 10, kemampuan guru awal 56,66, pada siklus I naik menjadi 71,66, dan pada siklus II naik menjadi 90,00. Sedangkan profesionalisme guru awal masih kategori D, pada siklus I naik menjadi C, dan pada siklus II naik menjadi A. Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan keterampilan dan profesionalisme guru SD No 3 dan 10 Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Kata kunci: Kemampuan, profesionalisme, pembelajaran, dan teknik supervisi. I. PENDAHULUAN Kemampuan dan profesionalisme guru sangat penting untuk ditingkatkan mengingat kedua hal tersebut apabila belum mencukupi akan mempengaruhi proses pembelajaran. Guru yang tidak profesional sama saja dengan guru yang masih konvensional dan mereka akan mengajar sesuai kemauannya sendiri, tidak sesuai dengan aturan yang ditentukan seperti Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Tuntutan-tuntutan yang ada pada peraturan-peraturan yang dikeluarkan Pemerintah, baik Permen No. 41, Permen No. 16, Permen No. 19, Permen No. 20, Permen No. 22, 1 Ni Nengah Widyani adalah Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar. 109

23, 24 yang berhubungan erat dengan kemampuan dan profesionalisme guru mengupayakan adanya peningkatan kemampuan bagi guru-guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tuntutan demi tuntutan, harapan demi harapan yang berisi penekanan-penekanan agar pendidikan di Indonesia terus meningkat ternyata belum sesuai dengan harapan. Kenyataannya kemampuan guru SD No 3 dan SD No 10 Kesiman melaksanakan pembelajaran baru mencapai angka 58,33 dan 56,66, sedangkan profesionalisme mereka baru mencapai kategori D. Hasil ini patut menjadi pertanyaan besar apakah dengan kemampuan dan profesionalisme guru serendah itu akan dapat mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi bagi para siswa yang mereka ajar? Jawabannya tentu tidak. Hal inilah yang menyebabkan penelitian ini perlu dilakukan demi mengupayakan peningkatan kemampuan dan profesionalisme mereka dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan supervisi kunjungan kelas. Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru SD No 3 dan No 10 Kesiman? Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan kemampuan dan profesionalisme mereka. Supervisi kunjungan kelas adalah salah satu bentuk supervisi yang bisa dilakukan seorang pengawas sekolah dalam upaya untuk dapat meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru. Dalam upaya pencapaian target yang direncanakan, para pengawas sekolah perlu merencanakan pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dengan baik diikuti oleh teknik-teknik operasional agar segala bentuk tindakannya bisa berlangsung dengan efektif dan efisien. Salah satu teknik yang bisa dilakukan dalam supervisi kunjungan kelas adalah teknik tanya jawab awal. Yang dimaksud dengan tanya jawab awal adalah peneliti menemui guru sebelum mereka melaksanakan pembelajaran di kelas. Pada saat itu guru diajak bertanya jawab terlebih dahulu agar mereka betul-betul paham bagaimana semestinya melaksanakan pembelajaran di kelas. Sahertian dan Mataheru (2000) menyatakan ada beberapa teknik supervisi yang bersifat individual seperti kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan individu. Teknik yang penulis gunakan merupakan inovasi gabungan antara percakapan individu dengan observasi kelas. Dalam percakapan individu digunakan tanya jawab sebelum guru masuk ke kelas untuk memperdalam pengertian-pengertian tentang proses pembelajaran dalam pelaksanaannya di kelas. Sedangkan observasi kelas dilaksanakan di kelas dengan cara mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan sekaligus menilai kemampuan mereka melaksanakan pembelajaran. Pada saat observasi kelas tidak dilakukan pembinaan, tidak dilakungan bimbingan, tidak dilakukan isyarat atau jenis penguatan yang lain mengingat apabila hal-hal tersebut dilakukan akan dapat mengganggu proses pembelajaran. 110

Purwanto (2005) memberi penjelasan bahwa teknik supervisi perseorangan ada beberapa seperti: 1) mengadakan kunjungan kelas, 2) mengadakan kunjungan observasi, 3) membimbing guru dalam mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problem yang dialami siswa, 4) membimbing guru dalam hubungan dengan kurikulum. Sebagai inovasi dari teknik yang disampaikan tersebut, penulis memilih bentuk yang pertama dan kedua di atas. Purwanto (2005), selanjutnya menyatakan bahwa teknik kunjungan kelas (classroom visitation) yaitu kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah, penilik atau pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Ringkasnya bahwa supervisi kunjungan kelas dilakukan kepala sekolah dan pengawas sebagai supervisor berkunjung ke kelas mengadakan peninjauan suasana belajar untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar serta mengamati kelemahan atau kendala yang dihadapi guru yang nantinya supervisor dapat menolong guru dalam memecahkan kesulitan atau kendala yang dihadapi guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang fungsinya untuk memajukan cara mengajar dan membantu meningkatkan kemampuan serta profesionalisme guru di dalam pelaksanaan tugasnya. Dengan kata lain, melalui teknik supervisi kunjungan kelas akan diperoleh data yang objektif mengenai kesulitan guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan kesulitan itu, guru akan dibantu mencari solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru. Teknik kunjungan kelas ini sering dilakukan oleh pengawas sebagai supervisor pada saat melakukan kegiatan supervisi terhadap guru-guru. Penerapan prinsip dan fungsi teknik kunjungan kelas tidaklah merupakan hal yang sulit untuk dilakukan oleh pengawas karena tujuannya untuk memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru terlibat dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Dengan adanya data yang objektif itulah, pengawas sebagai supervisor dapat melakukan pembinaan terhadap guru melalui diskusi atau percakapan pribadi tentang hasil pengamatan supervisi dengan teknik kunjungan kelas sehingga upaya perbaikan dan peningkatan kualitas kemampuan dan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 111

II. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian tindakan. Jenis dari penelitian tindakan yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006). Subjek penelitian yang dituju adalah guru-guru SD No. 3 dan 10 Kesiman Denpasar dengan upaya yang dilakukan adalah untuk peningkatan kemampuan dan profesionalisme mereka dalam melakukan proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, mulai dari bulan Juni dan berakhir pada bulan Oktober 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari Arikunto (2006), arah penelitian dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang merupakan langkah-langkah siklus dari sebuah penelitian tindakan. Metode penelitiannya menggunakan wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan pada saat guru-guru belum memasuki ruangan kelas untuk melakukan aktivitas pembelajaran dan observasi digunakan pada saat guru telah melakukan pembelajaran di kelas. Variabel yang ada hanya dua yaitu variabel bebas yang dipilih oleh peneliti berupa teknik supervisi kunjungan kelas dan variabel terikatnya adalah kemampuan dan profesionalisme guru. Untuk menganalisis data penelitian ini digunakan analisis deskriptif. Sedangkan untuk menguji hipotesisnya dicocokkan dengan indikator keberhasilan penelitian. Apabila indikator keberhasilan penelitian belum tercapai berarti penelitian belum berhasil dan akan dilanjutkan pada siklus berikutnya, namun apabila hasil yang didapat sudah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian maka penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil yang Diperoleh dari Siklus I Hasil observasi kemampuan guru-guru SD No. 3 dan SD No 10 Kesiman dapat disampaikan sebagai berikut: a) Untuk SD No. 3 Kesiman, skor yang diperoleh mencapai 88 dari total skor yang mesti diperoleh sebanyak 120. Dari klasifikasi kemampuan ketetapan yang berisi empat butir soal dua diantaranya mendapat kategori penilaian 4. Dari klasifikasi penguasaan yang terdiri dari 8 soal ada 6 soal yang mendapat nilai 4 sedangkan 2 mendapat nilai 3. Sedangkan dari klasifikasi ketiga yang berisi kategori kemampuan dalam bentuk keterampilan empat di antaranya mendapat nilai 3 dan 8 kategori yang lain mendapat nilai 4. Keseluruhan nilai yang didapat adalah 77,33 112

dengan rata-rata yang diperoleh adalah 3,66 dari rentangan nilai 1 sampai 5. Dengan semua perolehan angka di atas dapat diambil simpulan refleksi bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran belum mencapai kriteria nilai yang diusulkan, yaitu 75 sampai 84 sehingga penelitian ini perlu dilanjutkan. b) Untuk SD No.10 Kesiman skor yang diperoleh adalah 86 dari total skor yang mesti diupayakan sejumlah 120. Ini berarti baru 71,66% tercapai. Jadi kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran nilainya adalah 71,66. Rentang penilaian 1-5 dengan jumlah soal 24, nilai yang tertinggi semestinya didapat adalah 120 sedang rentang nilai yang paling rendah adalah 24 sudah diperoleh sebanyak 86. Rata-rata perolehan nilai sudah 3,58. Simpulan hasil refleksi terhadap kemampuan guru melaksanakan tugas pembelajaran pada siklus I ini belum memadai karena usulan penelitian mengharap nilai 75 pada akhir siklus I namun pencapaian skor guru baru 71,66. Oleh karenanya penelitian ini masih perlu untuk dilanjutkan. Hasil penilaian profesionalisme guru dapat disampaikan: a) Untuk SD No. 3 Kesiman Denpasar dapat disampaikan bahwa skor yang diperoleh adalah 95 dari total skor yang mesti diupayakan yaitu 135. Dengan rentangan skor antara 1-5, hasil minimal yang didapat menurut perhitungan adalah 1 x jumlah soal yaitu 1 x 27 = 27 dan total skornya adalah 5 x jumlah soal yaitu 5 x 27 = 135. Dari rentangan skor tersebut, baru 95 hasil yang didapat dan bila dicari nilainya adalah 95/135 x 100 = 70,37. Jadi nilai yang didapat adalah 70,37 atau sama dengan tingkat pencapaian 70,37%. Rentang skor 1-5 baru tercapai dengan ratarata 3,52. Semua hasil yang didapat pada paparan di atas yang dapat diambil sebagai simpulan refleksi mengatakan bahwa profesionalisme guru baru mencapai tingkat rata-rata dengan perolehan nilai 70,37. Hasil ini masih di bawah kriteria usulan penelitian yang diinginkan yaitu mencapai nilai 75 pada akhir siklus I. Oleh karenanya penelitian ini perlu untuk dilanjutkan. b) Untuk profesionalisme guru SD No. 10 Kesiman dapat dilihat seperti perolehan berikut: Pencapaian skor adalah 80 dari total skor 135 yang mesti diperoleh. Nilai yang dicapai adalah 59,26 agak jauh dari kategori pencapaian yang diharapkan sesuai usulan kriteria yaitu mencapai nilai minimal 75 pada siklus I. Dari rentang skor 1-5 dengan skor minimal 1 x 27 dan skor maksimal 5 x 27, persentasenya baru mencapai 59,26% dengan rata-rata 2,96. Dengan hasil ini berarti profesionalisme guru belum mencapai kriteria usulan penelitian yang diharapkan sehingga penelitian ini masih perlu dilanjutkan. 113

3.2 Hasil yang Diperoleh dari Siklus II Hasil observasi kemampuan guru-guru SD No. 3 dan SD No. 10 Kesiman dapat disampaikan sebagai berikut. a) Untuk SD No. 3 Kesiman skor yang diperoleh adalah dari total yang mesti diperoleh sebanyak 120. Dari klasifikasi kemampuan yang berkategori sangat baik empat butir soal dua di antaranya mendapat kategori penilaian 5. Dari klasifikasi penguasaan yang terdiri dari 8 soal ada 1 soal yang mendapat nilai 5 sedangkan 7 mendapat nilai 4. Sedangkan dari klasifikasi ketiga yang berisi kategori kemampuan dalam bentuk keterampilan lima di antaranya mendapat nilai 5 dan 6 kategori yang lain mendapat nilai 4. Keseluruhan nilai yang didapat adalah 95 dengan rata-rata yang diperoleh adalah 4,75 dari rentangan nilai 1 sampai 5. Dengan semua perolehan angka di atas dapat diambil simpulan refleksi bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran sudah memadai sesuai dengan kriteria nilai yang diusulkan, yaitu 85 sampai 100 sehingga penelitian ini tidak perlu dilanjutkan. b) Untuk SD No. 10 Kesiman, skor yang diperoleh adalah 109 dari total skor yang mesti diupayakan sejumlah 120. Ini berarti sudah 90,00% tercapai. Jadi kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran nilainya adalah 90. Rentang penilaian 1-5 dengan jumlah soal 24, nilai yang tertinggi semestinya didapat adalah 120 sedang rentang nilai yang paling rendah adalah 24 sudah diperoleh sebanyak 109. Rata-rata perolehan nilai adalah 4,50. Simpulan hasil refleksi terhadap kemampuan guru melaksanakan tugas pembelajaran pada siklus II ini sudah memadai karena usulan penelitian mengharap perolehan skor 85, sedangkan pencapaian skor guru sudah mencapai 109 dari total skor yang harus dicapai yaitu 120 dengan nilai 90. Oleh karenanya penelitian ini tidak perlu lagi dilanjutkan ke siklus berikutnya. Hasil penilaian profesionalisme guru dapat disampaikan sebagai berikut. a) Hasil penilaian profesionalisme guru-guru SD No. 3 Kesiman, skornya diperoleh adalah 116 dari total skor yang mesti didapat yaitu 135. Dengan rentangan skor antara 1-5, hasil minimal yang didapat menurut perhitungan adalah 1 x jumlah soal, yaitu 1 x 27 = 27 dari total skornya adalah 5 x jumlah soal yaitu 5 x 27 = 135. Dari rentangan skor tersebut, sudah 86 hasil yang didapat dan bila dicari nilainya adalah 116/135 x 100 = 86,3%. Jadi nilai yang didapat adalah sama dengan tingkat pencapaian 86%. Rentang skor 1-5 sudah tercapai dengan rata-rata 4,3. Semua hasil yang didapat pada paparan di atas, dapat diambil simpulan refleksi bahwa profesionalisme guru sudah mencapai tingkat sangat baik dengan perolehan nilai 86. Hasil ini sudah di atas kriteria usulan penelitian yang diinginkan yaitu 114

mencapai nilai 85 pada akhir siklus II. Oleh karenanya maka penelitian ini tidak perlu dilanjutkan. b) Hasil penilaian profesionalisme guru SD No. 10 Kesiman adalah perolehan skor sudah mencapai 115 dari skor total yang mesti diraih adalah 135. Nilai yang didapat adalah 85,19 sesuai skala penilaian 100. Rata-rata yang diperoleh dari rentangan skor 1-5 adalah 4,26, persentase pencapaian profesionalisme adalah 85,19%. Dengan hasil refleksi seperti ini maka pencapaian profesionaisme guru sudah memenuhi kriteria usulan penelitian yang diharapkan yaitu pada siklus II mencapai nilai antara 85-100. Oleh karena sudah memenuhi usulan kriteria yang diharapkan, maka penelitian ini tidak perlu lagi dilanjutkan Tabel 1. Rekapitulasi hasil penelitian. Variabel Sekolah Kemampuan SD 3 Menyampaikan Kesiman Pelajaran SD 10 Kesiman SD 3 Profesionalisme Kesiman SD 10 Kesiman Perolehan Skor Awal Siklus I Siklus II Rata- Perolehan Rata- Perolehan Rata- % % rata Skor rata Skor rata 70 2,91 58,33 88 3,66 73,33 114 4,75 95,00 68 2,83 56,66 86 3,58 71,66 109 4,50 90,00 78 2,93 58,52 95 3,52 70,37 116 4,30 86,00 78 2,89 57,78 80 2,96 59,26 115 4,26 85,19 % 115

Gambar 1. Grafik peningkatan kemampuan guru menyampaikan proses pembelajaran. Peningkatan nilai kemampuan menyampaikan pelajaran SD No. 3 Kesiman dari awal ke siklus I sebesar 0,75 dan dari siklus I ke siklus II sebesar 1,09 yaitu dari 2,91 menjadi 3,66 dan dari 3,66 menjadi 4,75; sedangkan peningkatan kemampuan menyampaikan pelajaran SD No. 10 Kesiman dari awal ke siklus I sebesar 0,75 dan dari Siklus I ke siklus II sebesar 0,92 yaitu dari 2,83 menjadi 3,58 dan dari 3,58 menjadi 4,50. 116

Gambar 2. Grafik peningkatan profesionalisme guru menyampaikan proses pembelajaran. Peningkatan nilai profesionalisme SD No. 3 Kesiman dari awal ke siklus I sebesar 0,59 dan dari siklus I ke siklus II sebesar 0,78 yaitu dari 2,93 menjadi 3,52 dan dari 3,52 menjadi 4,30; sedangkan peningkatan nilai profesionalisme SD No. 10 Kesiman dari awal ke siklus I sebesar 0,07 dan dari siklus I ke siklus II sebesar 1,30 yaitu dari 2,98 menjadi 2,96 dan dari 2,96 menjadi 4,26. 3.3 Pembahasan Untuk kemampuan guru melaksanakan proses pembelajaran di SD No. 3 Kesiman, pada awalnya memperoleh skor 70 (dengan nilai 58,33), pada siklus I mencapai 88 (nilai 73,33) dan pada siklus II sudah mencapai 114 (nilai 95). Untuk profesionalismenya, pada awalnya baru memperoleh nilai 70, pada siklus I naik menjadi 88 dan pasa siklus II naik menjadi 95. SD No. 10 Kesiman pada awalnya memperoleh nilai 78, naik menjadi 80 pada siklus I dan naik menjadi 85,19 pada siklus II. Untuk kemampuan SD No. 10 Kesiman perolehan awalnya adalah 78 dengan nilai 57,78, pada siklus I naik menjadi 80 dengan nilai 59,26 dan pada akhir siklus II pencapaian skornya adalah 115 dengan nilai 85,19. Demikian upaya-upaya yang telah penulis lakukan dalam upaya menjawab rumusan penelitian yang telah disampaikan. Dari hasil awal yang didapat oleh guru-guru, baik guru-guru SD No. 3 maupun guru-guru SD No. 10, kemampuan pada awalnya hasil mereka masih cukup rendah. SD 117

No. 3 Kesiman baru mencapai nilai 58,33; sedangkan SD No. 10 Kesiman baru mencapai 57,78. Hasil ini tentu sangat rendah. Rendahnya kemampuan guru-guru tentu disebabkan banyak hal, seperti kesibukan guru di rumahnya, keadaan lingkungan yang sudah tidak terbiasa membuat persiapan yang baik sebelum mengajar, kemampuan membaca aturan dan buku-buku pegangan rendah, dan lain-lain. Walaupun kemampuan mereka sangat rendah, namun peneliti tidak berdiam diri melihat keadaan yang sudah sedemikian rupa. Peneliti giat mengambil langkah-langkah untuk dapat memecahkan masalah yang ada, salah satunya adalah dengan giat melakukan supervisi kunjungan kelas. Kegiatan yang dilakukan tanpa henti dan tanpa mengenal lelah akhirnya juga membuahkan hasil yaitu pada siklus II kemampuan mereka naik cukup berarti, yaitu SD No. 3 Kesiman mampu mencapai 95, namun SD No. 10 Kesiman hanya mampu mencapai nilai 90. Untuk profesionalisme mereka, setelah peneliti sangat gencar datang ke sekolah mengamati proses yang mereka lakukan akhirnya dapat meningkat mencapai nilai 86 untuk SD No. 3 dan 85,19 untuk SD No. 10 Kesiman. Upaya ini tentu bukan upaya yang sia-sia untuk dilakukan sehingga untuk hari-hari mendatang peneliti mesti melakukannya dengan lebih giat lagi. IV. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas yang dilaksanakan peneliti yang sekaligus sebagai supervisor di SD No. 3 dan SD No. 10 Kesiman Denpasar sudah sesuai dengan prinsip supervisi kunjungan kelas, sehingga upaya-upaya yang mengarah pada perbaikan dan peningkatan kemampuan dan keterampilan supervisor berdampak positif pada perbaikan dan peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di kelas. Teknik supervisi kunjungan kelas yang telah dilakukan terhadap guru di SD No. 3 dan SD No. 10 Kesiman Denpasar ternyata sudah sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi yang benar dan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di kelas, baik yang menyangkut penyusunan perencanaan pembelajaran maupun penerapannya di dalam kelas. 4.2 Saran Berdasarkan temuan dari penelitian tindakan di atas, maka saran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut: 118

1) Pengawas atau supervisor hendaknya betul-betul mengerti, memahami, dan mampu menerapkan kegiatan supervisi sesuai dengan tujuan, fungsi, prinsip, dan teknik supervisi khususnya dengan teknik kunjungan kelas. 2) Semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan hendaknya memberikan masukan tentang bagaimana melaksanakan kegiatan supervisi agar pelaksanaan pembelajaran berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan dengan meneliti bagian-bagian yang belum sempat diteliti. 3) Bagi peneliti lain diharapkan untuk melakukan penelitian yang sama untuk dapat memverifikasi data hasil penelitian ini. Daftar Pustaka Arikunto Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Gronlund, Norman E dan Robert L. Linn. 1990. Measurement and Evaluation in Teaching. New York: Mc. Millan Publishing Company. Pidarta, Made. 1977. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Purwanto, Ngalim. 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sahertian Piet A dan Mataheru Frans. 2000. Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Sahertian Piet A. 1992. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Surabaya: Usaha Nasional. 119