6.1. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Nilai strategis dari aspek-

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN Laporan Akhir V - 40

PENATAGUNAAN LAHAN SEBAGAI UPAYA MITIGASI BANJIR DI KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KAWASAN STRATEGISS KOTA BUKITTINGGI

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

BAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

19 Oktober Ema Umilia

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

C. KLUSTER DESA PERKOTAAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

BAB IV GAMBARAN UMUM

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km 2, di mana sekitar 39

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LAMONGAN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Hak-hak LMDH 1. Menerima pelatihan-pelatihan usaha produktif dan kewirausahaan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB 5 RTRW KABUPATEN

VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kesenian dan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN, PENGELOLAAN DAN PELAYANAN PARIWISATA

Penentuan Deliniasi Kawasan Cagar Budaya di Kabupaten Ngawi

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

DAFTAR BIDANG KELOMPOK KEGIATAN APBD DESA

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tabel/Table Luas Areal dan Jumlah Tanaman Hutan Rakyat Forest Area and Number of Plants of Smallholder Forest

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

Transkripsi:

6.1. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten perlu diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/lingkungan hidup. Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap : 1. Tata ruang di wilayah sekitarnya. 2. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya. 3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Laporan Akhir VI - 1

Adapun jenis-jenis kawasan strategis adalah sebagai berikut: 1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria: Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; Memiliki potensi ekspor; Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan; Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. 2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan dengan kriteria: Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya; Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara; Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; rawan bencana alam nasional; atau sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Nilai strategis kawasan berdasarkan aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Pemerintahan Daerah. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi adalah kawasan Agropolitan di Ngrambe dan Kawasan Perikanan di Bringin. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya yaitu kawasan sekitar Arca Banteng, Candi Pendem, Musium Trinil, Pesanggrahan Srigati, Monumen Suryo dan Benteng Van Den Bosch Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu kawasan disekitar lereng Gunung Lawu, Kawasan disekitar aliran Sungai Bengawan Solo, Kawasan sekitar Waduk Pondok, Waduk Sangiran dan Waduk Kedung Bendo. Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan; merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya ; memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; 6.2. KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN PERTUMBUHAN EKONOMI Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi di memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial adalah kawasan Agropolitan dan Perikanan. Rencana 3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung pengembangan kawasan ini antara lain meliputi : lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria: Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati; Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan; 6.2.1. Pengembangan Kawasan Agropolitan Agroplitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) diwilayah Laporan Akhir VI - 2

sekitarnya. Sistem agribisnis adalah pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu, tidak saja dalam usaha budidaya (on farm) tetapi juga meliputi pembangunan agribisnis hulu (penyedeiaan sarana pertanian), agribisnis hilir (prosessing dan pemasaran hasil pertanian) dan jasa jasa pendukunganya. Maka rencana kawasan Agropolitan yaitu pengembangan suatu kawasan dengan basis utamanya dalam sektor pertanian dan holtikultura. Tujuan pengembangan kawasan agropolitan di adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing berbasis kerakyatan, keberlanjutan (tidak merusak lingkungan) dan terdesentralisasi (wewenang berada di pemerintah daerah dan masyarakat) di kawasan agropolitan. Adapun arah pengembangan agropolitan adalah sebagai berikut : 1. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis didalamnya termasuk peningkatan kualitas pengusaha (petani dan aparatur), sehingga mampu memanfaatkan potensi atau peluang ekonomi yang ada di perdesaan. 2. meningkatkan agribisnis komoditi unggulan lokalita, yang saling mendukung dan menguatkan termasuk usaha industri kecil, pengolahan hasil, jasa pemasaran dan agrowisata dengan mengoptimalkan manfaat 7. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis dan industri secara lokalita. 8. Peningkatan perdagangan / pemasaran termasuk pengembangan terminal / subterminal agribisnis dan pusat lelang hasil pertanian. 9. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana umum yang bersifat strategis. 10. Pengembangan pendidikan pertanian untuk generasi muda. 11. Pengembangan percobaan / pengkajian teknologi tepat guna yang sesuai lokalita. Rencana pengembangan kawasan Agropolitan ini dilakukan dengan beberapa proses yaitu mencari kawasan yang berpotensi sebagai pertanian, perkebunan dan peternakan selain itu juga mencari kawasan yang berpotensi dalam hal sektor industri seperti kerajinan, jasa, wisata dan transportasi. Dari potensi yang ada dibuat linkage sistemnya. Sehingga akan muncul perkembangan agroindustri dan agrowisata basis ekologi. Untuk itu telah ditetapkan Kawasan Ngrambe yang terdiri dari Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Sine, Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal sebagai kawasan agropolitan, dengan pusat pengembangan di Perkotaan Ngrambe. Pengembangan ekonomi tinggi di kawasan tengah memicu tingginya aktivitas baik di dalam maupun di sekitar kawasan pengembangan, sehingga perlu adanya dukungan dari aspek lainnya misalnya dari transportasi. sumer daya alam secara efisien dan ekonomis. 3. menjalin tersedianya sarana produksi dan permodalan pertanian dengan enam tepat yaitu jumlah, kualitas, jenis, waktu, harga dan lokasi. 4. Pengembangan kelembagaan petani sebagai sentra pembelajaran dan pengembangan agribisnis. 5. Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedian agroinput, pengolahan hasil, pemasaran dan penyedia jasa). 6. Pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian menjadi balai penyuluhan pengembangan terpadu. Gambar 6.1 Kawasan Agropolitan Laporan Akhir VI - 3

Diagram 6.1 Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan Diagram 6.3 Peluang Pengolahan Hasil Komoditi Unggulan (Tebu) Pengembangan Kawasan Agropolitan Produk Unggulan Bernilai ekonomis tinggi Bisa diolah Ada jaring pemasaran Ada lembaga keuangan yang mendukung Mengembangkan sistem pertanian yang progresif dan terpadu TEBU - Modal - Manajemen Pemasaran - Kreativitas Produksi - SDM Batang untuk bahan baku pembuat gula Campuran asbess Pertanian Perkebunan Peternakan Industri Ampas Bahan bakar ketel uap pabrik gula Diagram 6.2 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan Sumber bahan baku pisang ada di semua kecamatan di Batang untuk bahan baku pembuat gula di PG Soedono Kecamatan Geneng Ampas PULP (Bahan baku kertas) Dipasarkan pada pasar lokal di tiap Kecamatan dan pasar regional di luar seperti Madiun, Sragen, Bojonegoro, Magetan bahan baker ketel uap pada pabrik gula Campuran asbes Bahan baku kertas (PULP) di Kecamatan Karangannyar Laporan Akhir VI - 4

Diagram 6.4 Peluang Pengolahan Hasil Komoditi Unggulan (Sapi) SAPI DAGING SEGAR - Daging Segar - Dendeng,Sossis, Nugget, Abon, Cornet, Saugage, Bakso, dll. berada di Kecamatan Ngawi dengan produksi 189.756 kg, untuk pemeliharaan perikanan karamba terbesar di Bringin dengan produksi 68.823 kg karena adanya Waduk Pondok dan pemeliharaan perairan umum terbesar juga berada di Kecamatan Bringin dengan produksi 43.536 kg Kawasan Perikanan di akan terkonsentrasi di wilayah KULIT SAPI Produk Samak Kulit (Industri tas, sepatu, dompet, dll) Waduk Pondok yaitu di Kecamatan Beringin dengan rencana penyediaan infrastruktur yang memadai baik lembaga penyuluhan, lembaga pengkajian, seperti LIPPI, infrastruktur yang mendukung seperti jalan dan kelembagaan kelompok pembudidaya perikanan, lembaga perbankan dan koperasi perikanan LIMBAH SAPI - Modal - Manajemen Pemasaran - Kreativitas Produksi - SDM serta pasar ikan. - Dimanfaatkan langsung untuk pupuk kandang - Sifermentasikan untuk menjadi bio-gas Untuk meningkatkan produksi peternakan sapi maka dilakukan program bagi hasil, dimana pemerintah bertindak sebagai penyedia sapi dan masyarakat petani sebagai pengelola dan penyedia lokasi ternak Gambar 6.2 Kawasan Perikanan 6.2.2. Pengembangan Kawasan Perikanan Kawasan Perikanan adalah kawasan yang membentuk kota perikanan, yang memudahkan masyarakat untuk bisa membudidayakan ikan darat, dengan kemudahan memperoleh benih melalui unit perbenihan rakyat, pengolahan ikan, pasar ikan dan mudah mendapatkan pakan ikan, yang dikelola oleh salah satu kelompok yang dipercaya oleh pemerintah. ini memiliki potensi yang besar dalam sector perikanan seperti 26.68 ha kolam, 0,86 ha karamba dengan dan 1.351 ha perairan umum. dan terdiri jenis ikan seperti lele, tawes, nila, mujahir, gurami, jambal patin, gabus dan belut. Pemeliharaan perikanan di Kolam terbesar Laporan Akhir VI - 5

Diagram 6.5 Pengembangan Kawasan Perikanan Sortir Cold Storage IKAN DATANG Fillet Produk Olahan Ikan (bakso, sosis, nug g et) Menghasilkan limbah pada t yang merupakan bahan untuk membuat terasi dan tepung ikan P A S A R Abon Ikan Kerupuk Ikan Menghasilkan limbah cair yang merupakan bahan untuk membuat petis dan kecap Pengalengan Ikan Pemindangan Ikan INDUSTRI PENUNJANG Packing a. Industri Kardus b. Industri Plastik c. Industri Pembuatan Kaleng d. Industri Botol e. Industri Pembuatan Keranjang Bambu Fasilitas Penunjang untuk Tenaga Kerja : a. Perumahan untuk tenaga kerja b. Fasilitas Peribadatan c. Fasilitas umum seperti MCK d. Fasilitas Perdagangan seperti warung atau toko Pada Kecamatan/ Kabupaten Bahan Baku Penunjang Dalam industri pengolahan ikan sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku penunjang seperti bumbu - bumbu, saos d an tepung Laporan Akhir VI - 6

Kawasan Perikanan di akan terkonsentrasi di wilayah Waduk Pondok yaitu di Kecamatan Bringin dengan rencana penyediaan infrastruktur yang memadai baik lembaga penyuluhan, lembaga pengkajian, seperti LIPPI, infrastruktur yang mendukung seperti jalan dan kelembagaan kelompok pembudidaya perikanan, lembaga perbankan dan koperasi perikanan serta pasar ikan. RENCANA TATA RUANG WILAYAH TAHUN 2010-2030 Kecamatan Kedunggalar, Sine, Jogorogo, Kendal dan desa-desa disekitar Kecamatan Ngrambe berfungsi sebagai Kota Tani dan Kawasan Sentra Produksi Kecamatan Ngrambe sebagai kawasan agropolitan dengan fungsi Kota Tani Utama dimana sector holtikulturan dan perkebunan sebagai komoditas unggulan Laporan Akhir VI - 7

6.3. KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYA situs ini, juga ditenukan fosil Banteng dan Gajah Purba yang sangat berguna bagi penelitian dan pendidikan, khususnya dibidang sejarah purbakala. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya adalah kawasan sekitar candi dan benteng yaitu Candi Pendem, Arca Banteng, Museum Trinil dan Benteng Van Den Bosch. Rencana pengembangan pada kawasan ini adalah dengan melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu dengan membuat ketentuanketentuan yang perlu perhatian. A. CANDI PENDEM Candi Pandem merupakan peninggalan zaman agama Hindu. Keberadaan candi ini terungkap setelah masyarakat setempat membersihkan timbunan pohon bambu yang tumuh menyerupai gunung. Setelah nampak, pada tahun 1925 oleh Belanda dibongkar dan di bawa ke tretes Ngawi untuk dijadikan markas Belanda. Patung-patung dan Candi-candi yang ada di Dusun Pendem desa Krandegan Kecamatan Ngrambe. Ini adalah sisa-sisa peninggalan yang belum terbawa Belanda. B. ARCA BANTENG Arca Banteng terletak di Dusun Reco Benteng Desa Wonorojo Kecamatan Kedunggalar. Lokasi ini berjarak sekitar 22 Km arah barat Kota Ngawi. Jalan menuju tempat ini pun mudah di jangkau baik dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit. Arca Banteng terletak di tengah-tengah perkampungan penduduk. Benda-benda purbakala di tempat ini merupakan benda-benda purbakala bekas peninggalan Kerajaan Majapahit. Benda-benda bersejarah itu dikelola oleh BP3 Trowulan dibawah pengawasan Dinas Pariwasa, Seni dan Budaya Jawa Timur. C. MUSEUM TRINIL Museum Trinil di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar. Museum ini menyimpan fosil manusia kera berjalan tegak lurus atau yang dikenal dengan Phitecantropus Erectus yang ditemukan Eugene Dubois pada tahun 1892. selain D. BENTENG VAN DEN BOSCH Gambar 6.3 Museum Trinil Benteng Van Den Bosch terletak di Kelurahan Palem Kecamatan Ngawi. Tepatnya di sudut pertemuan dua sungai besar yaitu Bengawan Solo dan Sungai Madiun, sebelah utara Kota Ngawi. Benteng ini dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada Tahun 1839 1845 masehi dengan nama Font Van Den Bosch. Lokasi Wisata Sejarah ini mudah dijangkau dengan semua alat transportasi karena letaknya dekat dengan kota Ngawi. Rencana pengembangan kawasan sosio kultural sekitar candi dan arca yaitu berupa zonasi kawasan pengembangan di sekitar candi dan arca. Pembagian zonasi kawasan bertujuan untuk menjaga nilai historis dan menjaga kelestarian dan kealamian candi dan benda-benda bersejarah yang ada didalamnya. Zona kawasan sekitar candi terbagi atas 4 zona yaitu Kawasan Inti (bangunan candi) yang tidak boleh dibangun; Buffer Zone berupa taman bunga, pagar tanaman/ pepohonan yang berfungsi meredam kebisingan dan aktivitas tinggi di sekitarnya yang dapat merusak; ruang radius (bidang transisi) yaitu kawasan peralihan dengan kegiatan luar yang lebih tinggi intensitasnya; serta pengembangan kawasan sekitar candi untuk menunjang kegiatan pariwisata dan perekonomian, dapat berupa kegiatan perdagangan dan jasa yang menjual hasil industri kerajinan, cinderamata dan makanan khas dan berbagai bentuk pengembangan lainnya. Laporan Akhir VI - 8

Gambar 6.4. Kawasan Strategis Sosio-Kultural kawasan ini adalah dengan melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di sekitarnya. Kawasan ini menyimpan memiliki fungsi penyelamat lingkungan hidup dengan berbagai fungsinya sebagai kawasan lindung. A. KAWASAN SEKITAR LERENG GUNUNG LAWU Kawasan disekitar lereng Gunung Lawu merupakan kawasan yang paling rawan terhadap tanah longsor dan letusan gunung berapi. Yang termasuk dalam kawasan ini diantaranya adalah Kecamatan Sine (Desa Gandol), Kecamatan Jogorogo (Desa Girimulyo), Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Kendal. Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng. Penyebab longsoran dapat dibedakan menjadi penyebab yang berupa : Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng dan proses pemicu Keterangan : longsoran. Candi Pandem (Dusun Pendem desa Krandegan Kecamatan Ngrambe) Arca Banteng (Dusun Reco Benteng Desa Wonorojo Kecamatan Kedunggalar) Museum Trinil (Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar) Benteng Van den Bosch (Kelurahan Palem Kecamatan Ngawi) 6.4. KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN FUNGSI DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah kawasan disekitar lereng Gunung Lawu, Kawasan disekitar aliaran sungai Bengawan Solo dan Kawasan disekitar Waduk Pondok, Waduk Sangiran dan Waduk Kedung Bendo. Rencana pengembangan pada Gambar 6.5 Kawasan Disekitar Lereng Gunung Lawu B. KAWASAN SEKITAR SUNGAI BENGAWAN SOLO Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan air bersih, maka masyarakat Ngawi memanfaatkan sungai Bengawan Solo sebagai sumber air bersih, selain itu juga dimanfaatkan untuk irigasi bagi sawah. Sungai Bengawan solo yang Laporan Akhir VI - 9

bersumber dari kota Solo ini melewati jawa timur termasuk di yang mana terdapat 2 kecamatan yang dilalui oleh aliran sungai Bengawan Solo yaitu : Kecamatan Pitu dan Kecamatan Ngawi. lainnya disekitar kawasan yang rawan terkena luapan lahar (jika terjadi letusan). Selain itu juga, disiapkan area untuk pengungsian dan rute untuk/ jalur evakuasi jika kemungkinan Gunung Lawu meletus. Untuk kawasan sekitar aliran Sungai Bengawan Solo dan Waduk Pondok, rencana pengembangannya adalah antara lain dengan penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan, pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir, tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir, mengadakan program pengerukan sungai, pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut, program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu Gambar 6.6 Sungai Bengawan Solo dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir. C. KAWASAN SEKITAR WADUK PONDOK, WADUK SANGIRAN DAN WADUK KEDUNG BENDO Waduk Pondok terletak di Desa Dero Kecamatan Bringin, sekitar 16 Km ke arah timur kota Ngawi. Selain fungsi utamanya sebagai tempat irigasi bagi persawahan dan pertambakan masyarakat Ngawi, waduk Pondok juga dijadikan sebagai tempat objek Wisata. Waduk Pondok merupakan pilihan tepat bagi wisatawan karena lokasi ini menyuguhkan keindahan panorama alam yang mempesona. Dengan luas ± 2596 Ha. Keberadaan waduk Pondok telah mampu menampung air sampai dengan 29.000.000 m 3, yang mampu membuat waduk ini menyerupai hampatran air danau dengan latar belakang hutan dan kawasan perbukitan. Objek wisata ini menawarkan keindahan panorama air dan perbukitan. Di waduk Pondok ini pula, pada hari selasa pahing (tanggal Jawa) setiap tahun diadakan upacara tradisional yang disebut Keduk Beji. Pada Upacara ini dilakukan prosesi ritual membersihkan sumber air (sendang) Waduk Pondok. Gambar 6.7 Kawasan Waduk Pondok Secara umum, diketahui bahwa memiliki 3 kriteria kawasan strategis, yang mana terdiri dari : 1. Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi. 2. Kawasan strategis sosial budaya. 3. Kawasan strategis penyelamatan lingkungan hidup. Rencana pengembangan kawasan penyelamatan lingkungan hidup pada kawasan sekitar lereng Gunung Lawu adalah dengan pembatasan pembangunan permukiman dan menghindari pembangunan fasilitas utama Laporan Akhir VI - 10

Gambar 6.8 Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup Keterangan : Kawasan disekitar lereng Gunung Lawu Kawasan disekitar Aliran Sungai Bengawan Solo Kawasan disekitar Waduk Pondok Laporan Akhir VI - 11