INOVASI TEKNOLOGI PEMBUATAN MAGNET PERMANEN UNTUK MEMBANGUN INDUSTRI MAGNET NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Aplikasi Magnet Permanen di Indonesia: Data Pasar dan Pengembangan Material Magnet

BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

Analisis Sifat Magnet Dan Mekanik Pada Permanent Bonded Magnet Pr-Fe-B Dengan Matriks Bakelit

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

Implementasi Sistem Produksi magnet Kuat untuk Komponen otomotif di PT. Sintertech

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN MAGNET PERMANENT Ba-Hexa Ferrite (BaO.6Fe 2 O 3 ) DENGAN METODE KOOPRESIPITASI DAN KARAKTERISASINYA SKRIPSI

KAJIAN SIFAT STRUKTUR KRISTAL PADA BAHAN BARIUM HEKSAFERIT YANG DITAMBAH VARIASI Fe2O3 MENGGUNAKAN ANALISIS RIETVELD

PEMBUATAN RIGID BONDED MAGNET BERBASIS Pr-Fe-B UNTUK KOMPONEN GENERATOR LISTRIK MINI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

BAB II STUDI PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT FISIS, MAGNET DAN MIKROSTRUKTUR DARI BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF Al 2 O 3 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING

Efek Aditiv Al 2 O 3 Terhadap Struktur dan Sifat Fisis Magnet Permanen BaO.6(Fe 2 O 3 )

PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu

Journal of Mechanical Engineering: Piston 2 (2018) Pembuatan Hybrid Magnet Berbasis NdFeB / BaFe 12 O 19 dan Karakterisasinya

Pembuatan dan karakterisasi magnet komposit berbahan dasar barium ferit dengan pengikat karet alam

Analisis Struktur Kristal dan Mikrostruktur Serbuk Nd 2 Fe 14 B Hasil Proses Mechanical Alloying

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Unnes Physics Journal

METODOLOGI PENELITIAN

PERUBAHAN BUTIR DAN PENENTUAN TEMPERATUR PEMBENTUKAN BARIUM HEXAFERRITE TERSUBSTITUSI ION Mn +2 Dan Ti +4 MELALUI MEKANISME MEKANIKA MILLING

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET BONDED BaO.6 Fe 2 DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL

ANALISIS SIFAT MEKANIK DAN MAGNET TERHADAP VARIASI MATRIKS POLIESTER DAN SILICONE RUBBER PADA MAGNET PERMANEN BONDED Pr-Fe-B

SIFAT-SIFAT MAGNET BAHAN KOMPOSIT KARETALAM DENGAN BaO.6Fe2O3 DAN SrO.6Fe2O3

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH ADITIF SiO2 TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET BaO.6Fe2O3

Callister, D W Materials Science and Enginering. Eighth Edition. New York : John Willy & Soon.inc

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PENGARUH ADITIF BaCO 3 PADA KRISTALINITAS DAN SUSEPTIBILITAS BARIUM FERIT DENGAN METODA METALURGI SERBUK ISOTROPIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Journal of Mechanical Engineering: Piston 2 (2018) Pengaruh Penambahan Doping Mn/Cu pada Barium Heksaferit sebagai Material Penyerap Gelombang

BAHAN Ba-Sr FERIT SEBAGAI KOMPONEN MAGNET SUBSTITUSI IMPOR UNTUK INSTRUMEN SEDERHANA

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

Pengaruh Ukuran Butir (garin size) pada pembuatan Bonded Magnet NdFeB

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

PEMBUATAN MAGNET BONDED PERMANEN PrFeB DENGAN BINDER POLYESTER DAN SILICONE RUBBER SKRIPSI HILDA AYU MARLINA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK WAKTU WET MILLING DAN SUHU ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS, MIKROSTRUKTUR, DAN MAGNET DARI FLAKES NdFeB SKRIPSI WAHYU SOLAFIDE SIPAHUTAR

Karakterisasi Suseptibilitas Magnet Barium Ferit yang Disintesis dari Pasir Besi dan Barium Karbonat Menggunakan Metode Metalurgi Serbuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

DAFTAR PUSTAKA. Dermawan, Herwan. Uji Kompaksi ASTM D698 dan ASTM D1557. Universitas Pendidikan Indonesia : Laboratorium Mekanika Tanah, 2009.

TEKANAN UDARA DALAM PROSES CURING PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BONDED NdFeB

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN HARD-MAGNETIC MATERIAL BERBASIS BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF FeMn SKRIPSI MARTA MASNIARY NAINGGOLAN

PENGARUH KALSIUM TERHADAP SIFAT MAGNET BARIUM HEKSAFERIT HASIL SINTESIS DENGAN METODA KO-PRESIPITASI

SINTESIS BARIUM HEXAFERRITE YANG DISUBSTITUSI ION Mn-Co MELALUI REAKSI PADAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN STUKTUR DAN SIFAT MAGNETIK

ANALISIS STRUKTUR KRISTAL SrO.6Fe 2 MENGGUNAKAN PROGRAM GENERAL STRUCTURE ANALYSIS SYSTEM DAN PENGUJIAN SIFAT MAGNETNYA

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI Α-FE 2 O 3 BERBASIS LIMBAH BAJA MILL SCALE DENGAN ADITIF FeMo

PENGARUH ANNEALING DAN KOMPOSISI ADITIF FERRO BORON (FeB) TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET DARI BARIUM HEKSAFERIT (BaFe 12 O 19 ) SKRIPSI

Sifat sifat kemagnetan magnet permanen ( hard ferrite ) dipengaruhi oleh kemurnian bahan, ukuran butir (grain size), dan orientasi kristal.

Unnes Physics Journal

PENGARUH PENAMBAHAN Fe TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNETIK DARI BARIUM HEKSAFERIT (BaFe 12 O 19 ) TESIS. Oleh YOLA ALLAN SEMBIRING /FIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

Pengaruh Kecepatan Milling Terhadap Perubahan Struktur Mikro Komposit Mg/Al 3 Ti

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. magnet permanen generator dan lain-lain. Kebutuhan magnet di Indonesia dari

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

[KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA] 2012

Galuh Intan Permata Sari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

Transkripsi:

MT-102 INOVASI TEKNOLOGI PEMBUATAN MAGNET PERMANEN UNTUK MEMBANGUN INDUSTRI MAGNET NASIONAL Priyo Sardjono 1), Agus Sukarto 1), Perdamean Sebayang 1), Masbah RT Siregar 1), Nanang S 2), Azwar Manaf 3), Ridzwan 4), Syamsudin Evan 5) 1) Pusat Penelitian Fisika-LIPI, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Telepon 021-75570, e-mail: priyo_sardjono@yahoo.com 2) Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi-LIPI Bandung. 3) Departemen Fisika Universitas Indonesia. 4) Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir- BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan. 5) PT. Sintertech, Jababeka ABSTRAK Magnet permanen merupakan komponen yang sangat penting untuk beragam aplikasi teknologi canggih, seperti: otomotif, elektronik dan energi. Aplikasi sistem otomatisasi elektronik, otomatisasi industri dan sejenisnya memerlukan magnet permanen yang spesifik. Saat ini di Indonesia masih mengimpor produk magnet permanen, terutama dari Jepang dan China. Sedangkan kebutuhan magnet permanen di Indonesia sangat tinggi dan menempatkan Indonesia menjadi pasar nomor 2 dunia. Oleh karena itu, perlu dibangun industri magnet lokal untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui pembentukan Konsorsium magnet yang anggotanya terdiri dari para akademisi, bisnis, dan pemerintah. Instansi yang terlibat dalam konsorsium magnet antara lain dari Pusat Penelitian Fisika LIPI, Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir BATAN, Departemen Fisika UI, dan PT Sintertech sebagai mitra industri dilakukan difusi teknologi pada pihak industri. PT Sintertech merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi soft magnet berupa ferrite core yang memiliki track record selama 10 tahun. Industri ini merupakan pionir untuk dikembangkan menjadi industri magnet permanen nasional. Dalam rangka difusi teknologi dan penumbuhan industri baru, maka perlu dibentuk pengklusteran dan pembagian fungsi kerja menjadi 6 (enam) kelompok kegiatan: pengembangan alat magnetisasi, pengembangan alat cetak dengan orientasi/anisotropy technology, pengembangan magnet barium ferit, uji coba industri dan pengembangan pasar, penelitian dan pengembangan magnet NdFeB, dan sosialisasi konsorsium magnet. Konsorsium telah menghasilkan prototipe produk magnet permanen untuk sensor dan motor listrik dengan bahan magnet berbasis Ba/Sr-heksaferrit, membangun prototipe generator listrik mini, sistem produksi magnet skala industri di PT Sintertech dengan kapasitas 500-1000 pcs/ hari. Di samping itu, konsorsium magnet juga telah melakukan studi awal kelayakan ekonomi industrialisasi magnet nasional, pengembangan konsorsium magnet, menyelenggarakan workshop, focus group discussion (FGD), dan tersedianya website konsorsium magnet nasional. Kata Kunci: Konsorsium magnet, difusi teknologi, industri magnet permanen, Ba/Sr-Heksaferit I. PENDAHULUAN Sampai saat ini di Indonesia produk magnet khususnya magnet permanen yang ada dipasaran 100% masih berbasis impor. kebutuhan magnet permanen di Indonesia sangat tinggi dan menempatkan Indonesia menjadi pasar nomor 2 dunia [1]. Untuk memenuhi kebutuhan magnet nasional dan mengurangi pasokan magnet impor, maka diperlukan riset dan melalui difusi teknologi untuk mengembangkan industri magnet nasional. Oleh karena itu, kegiatan ini merupakan pilar kegiatan strategis yang dilakukan demi kemandirian bangsa, khususnya dalam memenuhi kebutuhan magnet nasional. Kegiatan riset magnet juga selaras dengan program-program pemerintah, seperti: prioritas pembangunan IPTEK Nasional 09-14, program penguatan SINas Kemenristek, mendukung MP3EI dan RENSTRA LIPI 10-14 [2, 3, 4]. Magnet merupakan material maju yang sangat penting untuk beragam aplikasi teknologi canggih, berfungsi sebagai komponen pengubah energi gerak menjadi listrik dan sebaliknya, seperti: otomotif, elektronik dan energy [5]. Peningkatan efisiensi energi seperti pada sistem generator listrik, sistem penggerak listrik/motor listrik, otomatisasi industri dan lainnya sangat ditentukan oleh sifat material magnet tersebut. Tujuan utama yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian ini adalah dapat melakukan difusi teknologi magnet permanen untuk membangun industri magnet nasional dengan pendekatan menumbuhkan konsorsium magnet,

MT-103 menguasai proses teknologi pembuatan magnet permanen khususnya untuk aplikasi komponen sensor dan motor listrik, menguasai teknologi dan sistem produksi magnet skala industri, menguasai teknik karakterisasi dan kontrol kualitas produk dari magnet permanen yang dibuat, dan mempelajari kelayakan usaha dari industri magnet nasional. II. METODOLOGI Untuk menumbuhkan industri magnet lokal, maka perlu dilakukan pengembangan sistem proses melalui konsep difusi iptek. Beberapa syarat untuk pengembangan industri harus dipenuhi, seperti: investasi murah, base knowledge tersedia, dan peluang pasar terbuka. Konsorsium telah melakukan berbagai kajian pendahuluan, kunjungan, dan diskusi ilmiah/bisnis. PT Sintertech yang selama ini telah memproduksi ferrite core (soft magnet) yang diperlihatkan pada gambar 1, bersedia sebagai partner untuk memproduksi magnet permanen berbasis ferrite (hard magnet). Gambar 2. Upgrade untuk masing-masing tahapan proses produksi. Road map industri magnet permanen dalam kurun waktu 2 tahun dari 4 tahun yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3. Gambar 1. Sistem produksi industri magnet permanen nasional di PT Sintertech. Melalui kolaborasi ini diharapkan dapat tumbuh industri magnet permanen dalam waktu yang singkat. Untuk mempercepat proses difusi teknologi, dilakukan upgrade 10 - % sistem produksinya sehingga diharapkan tumbuh menjadi industri magnet permanen nasional. Proses upgrade untuk masing-masing sistem produksi ditunjukkan pada gambar 2. Sistem upgrade yang dilakukan dalam proses produksi, yaitu dengan menambah alat magnetisasi magnet permanen (anisotropi). Pengklasteran dan fungsi kerja pada sistem produksi magnet dibagi menjadi 6 (enam) kelompok kegiatan: pengembangan alat magnetisasi, pengembangan alat cetak dengan orientasi (anisotropi), pengembangan magnet barium ferit, uji coba industri dan pengembangan pasar, penelitian dan pengembangan magnet NdFeB, serta sosialisasi konsorsium magnet. Gambar 3. Roadmap industri magnet permanen Pembentukan Konsorsium Magnet diusulkan oleh Pusat Penelitian Fisika LIPI sebagai pionir, serta didukung oleh beberapa lembaga riset dan Perguruan Tinggi, antara lain: Pusat Penelitian Elektronika dan Telekominikasi LIPI, Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir BATAN dan Departemen Fisika UI. III. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan baku baku magnet berbasis ferrit Fe2O3 (E-Merck) mempunyai pola difraksi sinar X diperlihatkan pada gambar 4. Intensitas 1500 1000 500 0 30 50 2 theta 70 Fe 2 O 3 Produk Merck Gambar 4. Pola difraksi sinar-x Fe2O3 produk Merck 80

MT-104 Ukuran butiran kristalit yang semakin halus diprediksi adanya pelebaran puncak difraksi. Artinya semakin mudah pembentukan fasa BaO.6Fe2O3, karena interdifusi atom-atom dan peningkatan total ukuran luas permukaan [6]. Pada gambar 5 memperlihatkan pola difraksi sinar X dari campuran serbuk yang telah di milling sebagai fungsi waktu (, 30, dan 50 jam). Bariumhexaferrite-Prekursor (mill,30,50 hr) Gambar 7. Pola difraksi sinar-x BaO.6Fe2O3 hasil annealling 800ºC selama 4 jam Intensity (a.u) 50 jam 30 jam 1 1 100 BaO.6Fe 2 O 3 (800ºC) jam intensitas 80 Gambar 5. Pola difraksi sinar-x prekursor BaO.6Fe2O3 variasi milling, 30 dan 50 jam 0 30 2 theta 50 70 Proses perlakuan panas 800 dan 1000 ºC untuk mengetahui proses pembentukan fasa dan mekanisme difusi atom melalui permukaan [7]. Oleh sebab itu semakin halus serbuk dan proses kompaksi tinggi akan memudahkan proses difusi. Pola difraksi sinar-x bahan BaO.6Fe2O3 (komersial) terlihat pada gambar 6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa bahan tersebut terkristalisasi dengan baik dan berfasa tunggal. Intensitas 0 500 0 300 0 100 0 30 50 2 BaO.6Fe 2 O 3 -standard Gambar 6. Pola difraksi sinar-x BaO.6Fe2O3 standar (komersial) Pola difraksi untuk cuplikan yang dipanaskan pada suhu 800 dan 1000ºC selama 4 jam dalam atmosfir, terlihat pada Gambar 7 dan 8. Hasil pengamatan dengan difraksi Sinar-X (XRD), terlihat jelas perbedaan antara cuplikan yang dipanaskan dengan suhu 800 dan 1000 ºC. Fasa BaO.6Fe2O3 telah mulai terbentuk pada suhu 800 ºC, tetapi sistem kristalitnya belum sempurna. Pada saat pemanasan dilanjutkan 1000 o C, sudah terbentuk fasa BaO.6Fe2O3 dengan baik dan sangat sesuai dengan bahan hasil produk komersial. 70 80 Gambar 8. Pola difraksi sinar-x BaO.6Fe2O3 hasil annealing 1000ºC selama 4 jam Pada proses sintering magnet permanen BaO.6Fe2O3 yang dilakukan dalam tungku listrik (furnace) dengan variasi temperatur 1000, 1050, 1100, 1150 dan 1050 o C dan ditahan selama 2 jam [8]. Sampel yang telah disintering ini kemudian dimagnetisasi dengan fixed electromagnet pada tegangan 2 Volt. Hasil pengukuran densitas dan porositas pada magnet permanen dengan variasi waktu penggilingan dan variasi suhu sintering 1000 10 o C dengan interval 50 o C diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengujian densitas No T ( o C) tanpa milling (g/cm 3 ) dengan milling 48 jam (g/cm 3 ) 1 1000 2.78 3.02 2 1050 3.48 3.58 3 1100 3.63 3.87 4 1150 4.47 4.37 5 10 4.05 4.21 Dari Tabel 1 terlihat bahwa nilai densitas berbanding lurus terhadap kenaikan suhu sinter, kemudian cenderung menurun pada temperatur sintering 10 o C. Nilai densitas optimum 4,37 gr/cm 3 diperoleh pada kondisi temperatur 1150 o C, sedangkan nilai terendah pada temperatur 1000 o C

MT-105 dengan nilai 3,02 gr/cm 3. Penurunan densitas sampel pada suhu sintering 10 o C kemungkinan disebabkan terjadinya deformasi sehingga terjadi penambahan volume total sampel. Pengujian porositas sampel magnet permanen ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengujian Porositas No T ( o C) P tanpa Milling (%) P dengan Milling 48 jam (%) 1 1000 34.96 32.19 Gambar 10. Histeresis BaO.6Fe2O3 pada 1050 o C. 2 1050 19.14.04 3 1100 17.83 15.68 4 1150 4.79 4.16 5 10 2.05 3.90 Gambar 11. Histeresis BaO.6Fe2O3 pada 1150 o C Gambar 9. Histeresis BaO.6Fe2O3 pada 1000 o C Dari Tabel 2 tampak bahwa nilai porositas cenderung menurun dengan naiknya temperatur sintering 1000-10 o C. Adanya penurunan porositas ini menunjukkan bahwa terjadinya proses pemadatan akibat pengaruh sintering yang menyebabkan rongga-rongga semakin kecil. Kondisi optimum dicapai pada waktu milling 48 jam dan suhu sintering 10 o C dengan nilai porositas yaitu 3,90 %. Kejadian ini menyebabkan butiran-butiran partikel bersebelahan bereaksi dan berikatan. Artinya sudah mulai melebur dan menutup sebagian pori-pori. Temperatur sintering yang semakin meningkat menyebabkan ukuran butiran lebih merata dan sampel memiliki sedikit pori. Sifat magnet diuji dengan menggunakan Permagraph. Hasil pengujian ini berupa nilai induksi remanen (Br), nilai koersivitas (Hc), dan nilai energi produksi (BH-max) seperti terlihat pada gambar 9, 10, 11, dan 12 berikut. Gambar 12. Histeresis BaO.6Fe2O3 pada 10 o C. Gambar 13. Contoh magnet permanen BaO.6Fe2O3 untuk meteran air dari PT Multi Instrumentasi, Bandung Dari kurva histerisis memperlihatkan bahwa terjadinya penyempitan kurva sejalan dengan meningkatnya

MT-106 temperatur sintering. Seluruh data hasil uji sampel magnet permanen anisotropi BaO.6Fe2O3 dengan variasi temperatur sinter dapat disajikan pada tabel 3 berikut. Tabel 4. Nilai, Br, Hc dan BHmax menggunakan 2 % polimer Epoxy Resin dari magnet NdFeB Tabel 3. Hasil Pengujian Sifat Magnet No. T ( o C) Br (kg) HcJ (koe) BHmax (MGOe) 1 1000 0.27 7.85 0.02 2 1050 1.06 5.32 0.24 3 1150 1.51 4.11 0.47 4 10 1.5 1.85 0.3 Kondisi optimum dicapai pada nilai remanen (Br) dan nilai energi produksi (BHmax) magnet BaO.6Fe2O3 pada suhu 1150 o C yaitu Br sebesar 1.51 kg dan BHmax sebesar 0.47 MGOe. Peningkatan nilai remanen (Br) dan produk energi maksimum (BH) maks disebabkan pengaruh koersivitas yang berhubungan dengan ukuran butir fasa utama magnet dan remanen akibat domain magnet terorientasikan pada sumbu mudahnya, dan relatif tetap atau akan turun dalam batas tertentu. Apabila sifat magnetik bahan sudah cukup baik, maka proses selanjutnya adalah melakukan kompaksi serbuk sesuai bentuk komponen akhir yang dibutuhkan. Rancangan fixtur akan dibuat sesuai kebutuhan komponen magnet untuk alat ukur aliran (meteran air) seperti diperlihatkan pada gambar 13. Gambar 15. Kurva Histerisis dari Magnet NdFeB dengan polimer Epoxy Resin Sebelum disinter Setelah disinter Pada Gambar penelitian 14. Pola magnet Difraksi berbasis Sinar NdFeB X Sampel bonded NQP-B [9,10] dengan menggunakan bahan baku NQP-B diperlihatkan pola difraksinya seperti pada gambar 14. Berdasarkan hasil analisa dengan difraksi sinar X dan analisis dengan GSAS menunjukkan bahwa terdapat fasa Nd2Fe14B sebanyak 78,14 % [ICDD-96-100-8719] dan fasa Fe sebesar 21,86% [ICDD-96-901-3473]. Serbuk magnet permanen NdFeB dicetak dengan mould dies = mm dan t = 10 mm, menggunakan bahan polimer 2 dan 5 % berat epoxy resin [11, 12]. Nilai densitas ( ), remanensi magnet (Br), koersivitas (Hc) dan energi produk (BH)max dari magnet NdFeB menggunakan polimer Epoxy Resin seperti terlihat pada Tabel 4 dan gambar 15. Kondisi optimum diperoleh pada 2 % epoxy resin dengan nilai = 4,68 g/cm 3, Br =5, kg, Hc = 7,68 KOe dan BHmax = 6,27 MGOe. Analisa SEM dari magnet NdFeB yang ditambah dengan 2% dan 5% resin diperlihatkan pada gambar 16. a)

MT-107 Sedangkan bentuk sampel bonded magnet NdFeB yang telah dibuat diperlihatkan pada gambar 17. Gambar 17. Sampel bonded magnet Nd-Fe-B berbentuk silinder = mm dan t = 10 mm. IV. KESIMPULAN b) Gambar 16. Foto SEM dari Magnet NdFeB dengan 30 jam HEM, a. 5% resin dan b. 2% epoxy resin. Telah berhasil dibuat magnet permanen berbasis BaO6Fe2O3 dengan menggunakan bahan baku Fe2O3, dan BaCO3 atau SrCO3. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa sintesis fasa Barium Ferrite mulai berlangsung pada suhu 800 o C, dan single-phase terjadi pada suhu 1000 o C. Proses sintering dengan variasi suhu antara 1000 o C - 10 o C dan ditahan selama 2 jam dapat meningkatkan nilai remanen magnetisasi (Br) dan nilai produk energi maksimum (BH max) dengan kecenderungan nilai koersivitas (HcJ) relatif stabil. Hasil uji sifat magnet tersebut menunjukkan nilai remanensi (Br) terbaik dihasilkan pada suhu sintering 1150 o C sebesar 1,51 kg, dan nilai energi produksi (BHmax) sebesar 0,47 MGOe. Formula ini dapat digunakan sebagai substitusi komponen alat meteran air. Parameter-parameter proses yang mempengaruhi, seperti: komposisi, suhu pembakaran, lama pembakaran akan dijadikan sebagai tolok ukur untuk parameter uji coba produksi di PT Sintertech. Bonded permanent magnet Nd-Fe-B dapat diaplikasikan untuk komponen elektronik, motor listrik, sensor dan sebagainya. Oleh karena itu pemilihan material Nd-Fe-B ini didasarkan pada kualitas dan sisi ekonomis magnet secara global. Kondisi optimum diperoleh pada 2 % epoxy resin dengan nilai = 4,68 g/cm 3, Br =5, kg, Hc = 7,68 KOe dan BHmax = 6,27 MGOe. Konsorsium telah menghasilkan prototipe produk magnet permanen untuk sensor dan motor listrik dengan bahan magnet berbasis Ba/Sr-heksaferrit, membangun prototipe generator listrik mini, sistem produksi magnet skala industri di PT Sintertech dengan kapasitas 500-1000 pcs/ hari. Di samping itu, konsorsium magnet juga telah melakukan studi awal kelayakan ekonomi industrialisasi magnet nasional, pengembangan konsorsium magnet, menyelenggarakan workshop, focus group discussion (FGD), dan tersedianya website konsorsium magnet nasional. DAFTAR PUSTAKA [1] Benecki, W.T., (08), A Producer s and Buyer s Perspective: The Permanent Magnet Outlook, Magnetic Conference, Denver, Colorado, USA. [2] Rencana Strategis Kementrian Riset dan Teknologi Tahun 10-14 (10), Kepmenristek no: 03/M/Kp/1/10. [3] Rencana Strategis Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Tahun 10-14 (10, Peraturan Kepala LIPI. Nomor 01/E/10. [4] Manaf, A., (07), Potensi Bahan Lokal dalam Pengembangan Material Magnet untuk Industri di Indonesia, Jurnal Sains Materi Indoensia, Edisi Khusus. [5] Collocott, S.J., Dunlop, J. B., Lovatt, H.C and. Ramsden, V.S, (07) Rare-Earth Permanent Magnets: New Magnet Materials And Applications, CSIRO Division of Telecommunications and Industrial Physics, Lindfield, NSW, Australia. [6] Priyono., Manaf, A., (07), Subsitusi Mn dan Ti pada Struktur Fasa Magnetik Barium Hexaferrite Melalui Teknik Pemaduan Mekanik (Mechanical Alloying), Jurnal Sains Materi Indonesia, Edisi Khusus, halaman 144-147. [7] Priyono., Manaf, A., (07), Subsitusi Mn dan Ti pada Struktur Fasa Fe2O3 Melalui Teknik Mechanical Alloy, Proceeding 4th Kentingan Physics Forum, Solo, halaman 25-30. [8] Priyono., Manaf, A., (08), Pembentukan Nanophase Berium Hexaferrite Tersubsitusion Mn dan Ti dengan Metoda Alloy Mekanik, Proceeding Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) 2, halaman A22-06. [9] Purwanto, S., Ridwan, Mujamilah, Adi, W.A., dan Ahmad S., (02), Status Penelitian Bahan Giant Magnetoresitance Paduan Logam Tanah Jarang di P3IB BATAN, Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 3, No. 2, halaman 113-116.

MT-108 [10] Ginting, M., Muljadi dan Sebayang, P., (06), Pembuatan Magnet Permanen Isotropik Berbasis Nd-Fe- B dan Karakterisasinya, Jurnal Teknologi Indonesia, Vol. 29, No. 1, halaman 27 30. [11] Drak, M., Dobrzański, L.A.., (07), Hard magnetic materials Nd-Fe-B/Fe with epoxy resin matrix, Journal of Achievements in Materials and Manufacturing Engineering, Vol 24. [12] Sardjono, P., Adi, W. A., Sebayang, P dan Muljadi., (12), Analisis Fasa dan Sifat magnetik Pada Komposit BaFe12O19/Nd2Fe14B Hasil Mechanical Milling. Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 13, No.2, halaman 146-152.