BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MUNGKINKAH ADA HARGA BBM BERAZAS KEADILAN DI INDONESIA?

Aditya Anggara. JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat,

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia.

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan harga minyak tanah tentunya akan berdampak pada kondisi

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah

HARGA (SELALU) BARU BBM DAN DAMPAKNYA (SELALU) BAGI KONSUMEN. Zamroni Salim, Ph.D The Habibie Center - LIPI

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

Mengapa Harga BBM Harus Naik?

DRS. LAURENS BAHANG DAMA KETUA KOMISI V DPR-RI. Aspek Ekonomi Politik, Subsidi BBM, APBN dan Transportasi Massal dalam Kerangka Ekonomi Hijau

Buku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan


Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

10JAWABAN BBM BERSUBSIDI HARGA TENTANG KENAIKAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

KAJIAN SUPPLY DEMAND ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

Sembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. BBM. Kenaikan harga BBM rata-rata sebesar 40% yaitu premium dari Rp 4500

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi barang kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia yang semakin

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan

Solusi Cerdas Membantu Program Pembatasan BBM Dengan Pengunaan BBG

BAB I PENDAHULUAN. dilingkungan sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia masih terus

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*)

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Menurut Kadir (2006), pembangunan ekonomi membutuhkan jasa

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari.

Otonomi Energi. Tantangan Indonesia

Subsidi BBM pada APBN. Komposisi Subsidi pada APBN 55% 50% 44% 44% 43% 35% 33% 33% APBN APBN LKPP LKPP LKPP APBN. Perkembangan Subsidi BBM ( )

ANALISIS MASALAH BBM

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1

KERUSAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUMBER TRANSPORTASI Iskandar Abubakar

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

EVALUASI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TERHADAP PEMBELIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) JENIS PERTALITE DI KOTA DEPOK THERESIA DAMAYANTI

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua aktivitas ekonomi di Indonesia. Kebutuhan BBM membumbung tinggi seiring dengan pertumbuhan industri, transportasi, dan kenaikan jumlah kendaraan bermotor yang beredar. Bahkan pada tahun 2008, Indonesia keluar dari OPEC, organisasi eksportir minyak dunia karena Indonesia harus mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin meningkat (Rivani, 2014). Peran Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat penting dalam kehidupan masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha, demikian juga BBM sangat penting bagi sektor industri maupun transportasi. Kondisi tersebut dapat tercermin dari peranan BBM sebagai faktor penting dalam menentukan perubahan harga-harga bahan pokok atau inflasi (ESDM, 2012). Peningkatan kebutuhan BBM tertinggi terjadi pada sektor transportasi, hal ini diperkirakan disebabkan karena peningkatan jumlah kendaraan yang cukup tinggi, peningkatan mobilitas perjalanan karena jarak tempat tinggal yang semakin menjauh dari tempat kerja, kemacetan yang semakin padat, 1

2 ditambah harga BBM yang cenderung masih murah. Peningkatan penggunaan BBM juga terjadi untuk sektor pembangkit akibat masih adanya beberapa pembangkit yang seharusnya menggunakan gas masih kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar gas sehingga terpaksa masih menggunakan BBM (ESDM, 2012). Jumlah kendaraan bermotor yang ada di jalan setiap tahun mengalami peningkatan, terutama di kota-kota besar. Berikut ini table peningkatan jumlah kendaraan bermotor dari tahun 2009-2013. Tabel 1.1. Data Kendaraan Bermotor Tahun 2009-2013 Tahun Motor Mobil 2009 1,206,863 115,244 2010 1,310,241 124,177 2011 1,423,147 138,537 2012 1,509,245 153,356 2013 1,673,903 169,962 Hal ini tentu saja berdampak pada meningkatnya jumlah konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang selama ini menjadi energi penggerak utama kendaraan-kendaraan tersebut. Peningkatan konsumsi BBM di sektor transportasi ini tidak diikuti dengan meningkatnya produksi minyak bumi nasional secara signifikan, sehingga dikhawatirkan akan terjadi krisis energi terutama di sektor transportasi (Nurdjanah dan Hartanto, 2012). Yogyakarta merupakan daerah dengan Jumlah penduduk sebanyak 3.457.491 jiwa, daerah perkotaan sebanyak 2.297.261 jiwa (66,44 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 1.160.230 jiwa (33,56 persen). Data Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) DIY mencatat

3 sebanyak 100 ribu kendaraan baru baik roda dua maupun roda empat menambah kepadatan DIY setiap tahunnya. Akibatnya, kemacetan tak hanya terbentuk di pusat kota tapi menyebar hingga jalur lingkar (ring road) Yogyakarta. Tahun 2013 terdapat 148 ribu kendaraan baru selama setahun dan hampir 90 persen atau 130 ribu di antaranya sepeda motor. Faktor yang paling mempengaruhi meningkatnya pengeluaran negara akibat kenaikan harga minyak adalah subsidi harga yang diberikan pemerintah untuk jenis premium dan solar. Subsidi BBM yang saat ini diberikan sebenarnya sudah melenceng dari makna subsidi sebenarnya ketika awal dulu dicanangkan. Pada awalnya, sekitar tahun 1968 subsidi BBM hanya diberikan terhadap minyak tanah, mengingat minyak tanah adalah bahan bakar untuk rumah tangga, sehingga pemberian subsidi diharapkan dapat meringankan beban pengeluaran keluarga berpendapatan rendah. Selanjutnya subsidi diberikan untuk solar karena solar adalah bahan bakar untuk kendaraan barang dan transportasi umum. Subsidi untuk premium per liter pada saat itu relatif masih lebih kecil dibandingkan subsidi untuk minyak tanah dan solar karena premium lebih banyak digunakan untuk kendaraan pribadi yang memiliki kondisi perekonomian yang lebih baik. Saat ini yang terjadi adalah, sebagian besar yang menikmati subsidi BBM bukanlah golongan masyarakat tidak mampu namun justru kelompok masyarakat yang memilki kendaraan pribadi dengan kondisi prekonomian yang lebih baik (ESDM, 2012). Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.641.326 jiwa, sedangkan hasil Sensus Penduduk 2010

4 mencatat jumlah peduduk DIY mencapai 3.457.497 jiwa. Angka urbanisasi yang tinggi di perkotaan menyebabkan pertumbuhan ekonomi nasional meningkat, sehingga berpengaruh pula terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan PDRB suatu daerah. Namun, pertumbuhan ekonomi berdampak terhadap pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor, sistem transportasi, dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak). Sedangkan PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.pdrb atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya (Handajani, 2011). Selama sepuluh tahun terakhir, laju penurunan cadangan minyak bumi sebesar 92,5 juta barel per tahun, atau dengan kata lain selama sepuluh tahun cadangan minyak dan kondensat nasional hilang sebesar 1 miliar barel. Dibandingkan tahun 2010, ketersediaan cadangan minyak bumi Indonesia pada tahun 2011 mengalami penurunan hingga 0,03 miliar barel menjadi 7,73 miliar barel termasuk di dalamnya cadangan blok Cepu. Dengan rata-rata tingkat produksi 0,329 miliar barel, ketersediaan cadangan minyak bumi di Indonesia saat ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan minyak bumi Indonesia hingga 23 tahun ke depan. dengan adanya fokus Pemerintah untuk

5 terus menggenjot dan meningkatkan produksi minyak bumi, guna mencapai target lifting minyak bumi hingga 1 juta barel pada tahun 2014 dapat menyebabkan ketersediaan minyak bumi berkurang lebih cepat kurang dari 23 tahun, jika tidak disertai dengan usaha penemuan cadangan minyak bumi baru, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Selain usaha tersebut, perlu juga dipikirkan usaha pembentukan cadangan strategis minyak bumi guna meningkatkan ketahanan energi nasional seperti yang berlaku di beberapa negara antara lain China yang memiliki cadangan strategis minyak setara 30 hari impor minyak dan akan ditingkatkan menjadi 90 hari impor, serta Amerika Serikat yang memiliki cadangan strategis lebih dari 700 juta barel atau setara 35 hari konsumsi minyak nasional (ESDM, 2012). Penurunan pemakaian BBM terjadi di rumah tangga akibat adanya program konversi BBM ke LPG (Liquified Petroleum Gas) yang dilakukan sejak tahun 2007.Pulau Jawa merupakan wilayah yang mengalami over kuota terbesar dibandingkan wilayah lainnya. Untuk jenis premium over kuota yang terjadi di wilayah Jawa mencapai 71,6 persen terhadap total kuota seluruh Indonesia atau 712,8 ribu KL, sementara untuk jenis solar over kuota yang terjadi di pulau Jawa mencapai 59,4 persen atau 261,2 ribu KL. Diperkirakan kuota yang terjadi pada tahun 2011 utamanya disebabkan karena penjualan mobil di atas perkiraan, disparitas harga yang terlalu tinggi antara BBM subsidi dengan BBM non subsidi mendorong terjadinya migrasi konsumen BBM non subsidi ke BBM dan penyalahgunaan BBM bersubsidi oleh pihakpihak yang ingin mencari keuntungan secara singkat, serta program

6 pengaturan BBM bersubsidi yang tidak dapat dilaksanakan secara tepat. Untuk jenis BBM non subsidi seperti Premix, Super TT, Pertamax, serta Pertamax Plus, pada tahun 2011 mengalami penurunan konsumsi mencapai 22,7 persen dibandingkan konsumsi pada tahun sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya harga minyak dunia yang mengakibatkan selisih antara harga BBM subsidi dan BBM non subsidi sehingga mengakibatkan beberapa pengguna BBM non subsidi beralih menggunakan BBM subsidi (ESDM, 2012). Bagi Indonesia sendiri, kenaikan harga minyak mentah menjadi sebuah dilema tersendiri. Di satu sisi kenaikan harga minyak mengakibatkan penerimaan negara ikut naik, namun pada saat yang sama pengeluaran negara juga ikut melonjak, akibat adanya subsidi yang diberikan untuk harga BBM dan listrik. Perhitungannya, setiap kenaikan harga minyak sebesar USD 1 per barel, dengan asumsi kurs Rp 9000, dapat meningkatkan penerimaan negara sebesar Rp 3,37 triliun. Namun kenaikan tersebut juga mengakibatkan meningkatnya pengeluaran negara hingga Rp 4,3 triliun (ESDM, 2012). Kalangan analis memperkirakan 22 tahun lagi sumber BBM akan habis kecuali ditemukan sumur baru. Badan Keuangan Fiskal menganalisis bahwa mayoritas konsumen BBM adalah golongan masyarakat menengah ke atas.konsumsi premium bersubsidi selama tiga tahun terakhir rata-rata meningkat sebesar 10 persen dan solar 9 persen (Rivani, 2014). Menurut Salim (2009) dalam tulisannya di Jurnal Indonesia, menyatakan bahwa sejak tahun 1996 konsumsi minyak tanah dan solar oleh kelompok menengah ke atas mencapai rata-rata 1.504 liter per kapita per bulan, sedangkan kelompok

7 bawah mengkonsumsi rata-rata 562 liter per kapita per bulan. Konsumsi bahan bakar kendaraan semakin menjadi perhatian mengingat harga bahan bakar minyak sebagai bahan bakar utama kendaraan semakin meningkat harganya. Di Indonesia, bahan bakar minyak untuk kendaraan sebagian besar diproduksi oleh PT Pertamina berupa bensin dan solar. Bahan bakar bensin produksi Pertamina terdiri dari Premium, Pertamax maupun Pertamax Plus yang mempunyai kandungan nilai oktan berbeda, masing-masing RON 88, RON 91 dan RON 95. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti pengambil tema Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Bahan Bakar Minyak jenis Bensin Premium di Yogyakarta. B. Pembatasan Penelitian Dalam penelitian ini, batasan masalah dinilai penting agar tidak terjadi perluasan dalam pembahasan. Pembatasan secara spesifik juga membuat pembahasan dalam penelitian ini lebih fokus dan terarah sehingga peneliti membatasi masalah hanya pada 3 faktor yang mempengaruhi permintaan bahan bakar minyak jenis bensin premium di Yogyakarta sebagai variabel dependen atau obyek yang akan diteliti dan jumlah kendaraan bermotor, harga bensin premium, jumlah penduduk di Yogyakarta sebagai variabel independen.

8 C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka permasalahan yang hendak diungkapkan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Apakah jumlah kendaraan bermotor berpengaruh terhadap permintaan bahan bakar minyak jenis bensin premium di Yogyakarta? 2. Apakah harga bensin premium berpengaruh terhadap permintaan bahan bakar minyak jenis bensin premium di Yogyakarta? 3. Apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap permintaan bahan bakar minyak jenis bensin premium di Yogyakarta? D. Tujuan Penelitian Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuanuntuk: 1. Mengetahui pengaruh jumlah kendaraan bermotor terhadap permintaan bahan bakar minyak jenis bensin premium di Yogyakarta. 2. Mengetahui pengaruh harga bensin premium terhadap permintaan bahan bakar minyak jenis bensin premium di Yogyakarta. 3. Mengetahui pengaruh jumlah penduduk permintaan bahan bakar minyak jenis bensin premium di Yogyakarta.

9 E. Manfaat Penelitian Manfaat dan kontribusi yang akan diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini, selain sebagai syarat untuk menyelesaikan studi srata satu Fakultas Ekonomi jurusan ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan ilmu mengenai faktor yang mempengaruhi permintaan bahan bakar minyak jenis bensin premium. 2. Bagi Pemerintah Sebagai masukan bagi pemeritah, khususnya Pertamina guna menetapkan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pengadaan minyak bumi khusunya bensin premium. 3. Bagi Akademisi Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan meneliti faktor yang kemungkinan mempengaruhi permintaan bahan bakar minyak jenis bensin premium selain faktor yang telah penulis teliti dalam penelitian ini.