Ekstraksi dan Uji Stabilitas Antosianin dari Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis)

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

LAPORAN TUGAS AKHIR ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis)

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN

EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT MANGGIS SERTA UJI STABILITASNYA

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN

Stability of Red Color Rosella Extract for Food and Beverage Colorant

EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

Indo. J. Chem. Sci. 2 (2) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science

EKSTRAKSI DAN UJI KESTABILAN WARNA PIGMEN ANTOSIANIN DARI BUNGA TELANG (CLITORIA TERNATEA L.) SEBAGAI BAHAN PEWARNA MAKANAN

Ekstraksi Kulit Buah Naga sebagai Pewarna Alami

Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

Windha Ingrath*, Wahyunanto Agung Nugroho, Rini Yulianingsih

I. PENDAHULUAN. sehingga memberikan kesegaran bagi konsumen. Warna yang beraneka macam

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

PENGUJIAN ZAT WARNA DARI KULIT BUAH NAGA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER OPTIMA SP-300

ANALISA KANDUNGAN ANTOSIANIN PADA BUNGA MAWAR MERAH MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

Penentuan Jenis (Amin Fathoni, dkk) PENENTUAN JENIS DAN KONSENTRASI PELARUT UNTUK ISOLASI ZAT WARNA KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L)

EKSTRAKSI, FILTRASI MEMBRAN DAN UJI STABILITAS ZAT WARNA DARI KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

EKSTRAKSI PEWARNA ALAMI DARI BUAH ARBEN (Rubus idaeus (Linn.)) DAN APLIKASINYA PADA SISTEM PANGAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

APLIKASI EKSTRAK PIGMEN DARI BUAH ARBEN (Rubus idaeus (Linn.)) PADA MINUMAN RINGAN DAN KESTABILANNYA SELAMA PENYIMPANAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

KOEFISIEN TRANSFER MASSA PADA EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI BUNGA DADAP MERAH

PENGARUH TEMPERATUR DAN RASIO F:S TERHADAP AKTIVITAS ZAT WARNA DALAM EKSTRAKSI ZAT WARNA UMBI BIT

I. PENDAHULUAN. Penggunaan pewarna makanan yang bersumber dari bahan alami sudah sejak lama

TUGAS AKHIR PENGUJIAN STABILITAS ZAT WARNA KULIT MANGGIS DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER OPTIMA SP-300

EKSTRAKSI KLOROFIL DAN UJI STABILITAS WARNA RENDEMEN DARI DAUN KATUK (Sauropus androgynus)

Optimasi Pengambilan Antosianin dari Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Sebagai Pewarna Alami pada Makanan

EFEKTIVITAS KONSENTRASI ETANOL UNTUK EKSTRAKSI PEWARNA ALAMI KEMBANG TELANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstraksi dan Karakterisasi Antosianin

I. PENDAHULUAN. dari daerah beriklim tropis. Pemanfaatan buah naga merah (Hylocereus

METODELOGI PENELITIAN

PENGUJIAN STABILITAS ZAT WARNA KULIT MANGGIS (Gracinia mangostana L) DENGAN SPEKTROFOTOMETER

PEMBUATAN ZAT WARNA ALAMI DARI BIJI KESUMBA DALAM BENTUK KONSENTRAT TINGGI UNTUK PEWARNA MAKANAN

TUGAS AKHIR. EKSTRAKSI SERBUK KELOPAK BUNGA ROSELA ( Hibiscus sabdarifa Linn. ) untuk UJI KANDUNGAN WARNA dengan SPEKTROFOTOMETER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

ANALISA ANTOSIANIN PADA BUAH STROBERI MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SINAR TAMPAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT RAMBUTAN (Nephelium lappaceum) DENGAN PELARUT METANOL SKRIPSI

PENGARUH ION LOGAM Mg(II) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ANTOSIANIN DARI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

I. PENDAHULUAN. Saat ini kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

ANALISIS CITRA PEWARNA ALAMI DARI EKSTRAK KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)

PEMANFAATAN EKSTRAK BUNGA PUKUL EMPAT SEBAGAI INDIKATOR ASAM BASA ALTERNATIF DENGAN VARIASI JENIS PELARUT DAN LAMA PENYIMPANAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit hipertensi termasuk penyakit kronik akibat gangguan sistem

III METODOLOGI PENELITIAN

EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAMI KELOPAK BUNGA ROSELLA DENGAN PELARUT AQUADEST

EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAMI KELOPAK BUNGA ROSELLA DENGAN PELARUT ETANOL

INTISARI UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual

EKSTRAKSI DAN UJI STABILITAS ZAT WARNA DARI KULIT BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill) DENGAN METODE SPEKTROSKOPI UV-VIS

I. PENDAHULUAN. Sejak ditemukannya zat pewarna sintetik serta terbatasnya jumlah dan mutu zat

BAB III METODE PENELITIAN

EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT RAMBUTAN (Nephelium lappaceum) DENGAN PELARUT METANOL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci : ampas padat brem, hidrolisis, H 2 SO 4, gula cair

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT RAMBUTAN (Nephelium lappaceum) DENGAN PELARUT ETANOL

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

Analisis dan Pemanfaatan Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Sebagai Zat Warna Alami Pada Makanan Cenil

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa dan tekstur. Selama proses pengolahan pangan warna suatu bahan

Pengaruh ph Dan Suhu Terhadap Stabilitas Antosianin Dari Ekstrak Kulit Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas (L.) Lam.)

BAB I PENDAHULUAN. lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBUATAN INDIKATOR BAHAN ALAMI DARI EKSTRAK KULIT BUAH NAGA

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 6. Kerangka penelitian

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SELAMA PENGUKUSAN TERHADAP ROTI KUKUS YANG DISUPLEMENTASI DENGAN EKSTRAK BIT MERAH (Beta vulgaris L.)

Choirul Anisa A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior) SEBAGAI INDIKATOR ALTERNATIF PADA MEDIA GULA-GULA

HIDROLISIS KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L.) MENJADI SIRUP GLUKOSA DENGAN KATALIS ASAM KLORIDA

EVALUASI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAGING BUAH DAN KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia Mangostana, Linn.) PADA BERAGAM SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

EKSTRAKSI KULIT BATANG ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) SEBAGAI PEWARNA MERAH ALAMI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

BAB III METODE PENELITIAN

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lemak teremulsi dan udara, dimana sel-sel udara berperan untuk memberikan

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU TINGI (Ceriops candolleana)

ANALISA PENGARUH SOLVENT TERHADAP KESTABILAN PIGMEN ANTOSIANIN PADA KULIT BUAH NAGA PUTIH MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SPECTONIC GENESYS 20 VISIBLE

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

Transkripsi:

Yogyakarta, 17 Maret 216 Ekstraksi dan Uji Stabilitas Antosianin dari Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) Endang Kwartiningsih*, Agatha Prastika K, Dian Lellis Triana Program Studi S1 Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia, FT, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A, Jawa Tengah 57126 *E-mail: end_kwart@uns.ac.id /agathaprastika@ymail.com Abstract Natural food colorant is better for our healthrather than synthetic food colorant. Based on that case, natural colorant is recommended. The natural colorant is potential to be extracted as anthocyanin from super red dragon fruit (Hylocereus costaricensis) peel.super red dragon fruit has been processed to be food products such as syrup, cup drink, fermented drink, etc, but its peel generates waste.however, the peel contains of anthocyanin as an antioxidant that can be used for nutraceuticals. This research consisted of two steps. The first step was to determine optimum condition for the anthocyanin extraction from super red dragon fruit peel such as the variation of solvent, temperature, ratio of super red dragon fruit peel and solvent. The second step was to test the stability of anthocyanin at various ph, heating, oxidator, storage condition,sunlight exposure. Anthocyanin was extracted using batch extraction. The optimum variables were achieved at aquadest as solvent, 5 o C, ratio substance and solvent 1:6 for 7 minutes extraction time.the anthocyanin extract from super red dragon fruit peel was stable at ph 4 and low temperature (1 o C) storage. Red colorant from super red dragon fruit peel extract was not stable of heating, contacting with oxidator H 2 O 2, and sunlighting exposure. Keywords: anthocyanin, color stability, extraction, super red dragon fruit peels Pendahuluan Buah naga terdiri dari beberapa varietas meliputi buah naga dengan daging buah berwarna putih (Hylocereusundatus), daging buah berwarna merah (Hylocereus polyrhizus), daging buah berwarna putih dengan kulit buah kuning (Selenicereus meganlanthus)dandaging buah berwarna super merah (Hylocereus costaricensis). Buah naga super merah (Hylocereus costaricensis)selain dikonsumsi dalam bentuk segar juga diolah menjadi beberapa produk olahan seperti sirup, minuman fermentasi, minuman kemasan, es krim dan mie. Sedangkan kulitnya belum dimanfaatkan dan hanya dibuang sebagai sampah. Untuk itu perlu adanya upaya pemanfaatan limbah kulit buah naga jenis super merah karena kulit buah naga jenis super merah memiliki kandungan antosianin yang bermanfaat sebagai pewarna alami. Selain sebagai pewarna alami antosianin merupakan sumber antioksidan yang baik dalam menangkal radikal bebas, maka antosianin biasa digunakan sebagai nutraceuticals.vargas (21) melaporkan bahwa pigmen antosianin menghasilkan warna antara lain merah, ungu dan biru yang terdapat pada banyak buah dan sayuran. Pada kulit buah naga super merah (Hylocereus costaricensis) mengandung antosianin berjenis sianidin 3-rammosil glukosida 5-glukosida yang memberikan warna merah (Le Bellec et al, 26). Sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai kulit buah naga super merah yaitu mengetahui pengaruh masa simpan buah terhadap kandungan antosianin(saati, 21).Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan salah satunya adalah penelitian mengenai ekstraksi antosianin kulit buah naga super merah sebagai pewarna alami.tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan kondisi optimum ekstraksi antosianin kulit buah naga super merah dan kestabilan antosianin dari ekstrak kulit buah naga super merah pada berbagai kondisi. Penelitian ini mencakup ruang lingkup kondisi ekstraksi dan kestabilan ekstrak antosianin dari kulit buah naga super merah.gambaran hasil yang diperoleh berupa kondisi optimum ekstraksi meliputi waktu, suhu, dan rasio bahan dan pelarut.sementara untuk kestabilan ekstrak ditinjau dari perlakuan terhadap pemanasan, oksidator, paparan sinar matahari, suhu penyimpanan, dan pengaruh ph. Metode Penelitian Ekstraksi antosianin kulit buah naga super merah dilakukan dengan berbagai variasi untuk memperoleh kondisi optimum ekstraksi yang menghasilkan kandungan antosianin tertinggi.setelah didapatkan kondisi optimum ekstraksi, hasil ekstrak diuji kestabilannya terhadap berbagai pengaruh. Program Studi Teknik Kimia, FTI, UPN Veteran Yogyakarta B6-1

Yogyakarta, 17 Maret 216 Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi ada beberapa macam seperti, pelarut aquadest, aquadest:asam asetat1% (9:1), aquadest:asam sitrat1% (9:1), asam asetat (1%): etanol (3%): aquadest (1:25:5), asam asetat 1%, dan asam sitrat 1%. Variasi temperatur dilakukan pada 3 o C, 4 o C, 5 o C, 6 o C dan 7 o C.Variasi perbandingan pelarut dan bahan adalah 1:2, 1:4, 1:6, 1:8, dan 1:1. Ekstraksi dilakukan selama waktu tertentu dan sampel diambil setiap 1 menit untuk diuji absorbansinya.sampel ekstrak sebanyak 1 ml dilarutkan dalam 1 ml pelarut. 1 7 8 2 9 3 4 5 1 6 Keterangan: 1. Motor pengaduk 2. Statif 3. Pengaduk merkuri 4. Termometer 5. Labu leher tiga 6. Pemanas mantel 7. Air pendingin keluar 8. Pendingin bola balik 9. Klem 1. Air pendingin masuk Gambar 1. Rangkaian Alat Ekstraksi Batch Kadar antosianin dihitung berdasarkan rumus total anthocyanin content (Nicoue et. al., 27)sebagai berikut: A = A λ maks PH 1 - A λ=7nm PH 1 (1) Kandungan total antosianin atau Total Anthocyanin Concentration (TAC) dalam mg/l pada sampel (Nicoue et. al., 27) dihitung dengan rumus: A MW DF 1 TAC=...(2) ε 1 dengan A adalah absorbansi, MW adalah berat molekul antosianin/cy-3-glc (449,2 g/gmol), DF merupakan faktor pelarutan, dan ε adalah extinction coefficient bernilai 26.9 L/cm.mol untuk cyd-3-glu. Ekstrak zat warna yang telah dipekatkan pada rotary vacuum evaporator kemudian diuji kestabilannya. Uji stabilitas dilakukan pada berbagai variasi. Variasi yang dilakukan antara lain ph, pemanasan, oksidator, kondisi penyimpanan, dan pengaruh sinar matahari. Hasil dan Pembahasan Kondisi Operasi Optimum Ekstraksi Berdasarkan hasil penelitian menggunakan spektrofotometer menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimal ekstrak zat warna kulit buah naga jenis super merah adalah 534 nm. Vargas (2) melaporkan bahwa range panjang gelombang antosianin yaitu 52 56 nm, maka dari itu hasil yang diperoleh telah memenuhi range yang ada. Panjang gelombang ini digunakan untuk menentukan absorbansi zat warna. Ekstraksi antosianin kulit buah naga dilakukan dengan berbagai variasi untuk memperoleh kondisi optimum ekstraksi yang menghasilkan kandungan antosianin tertinggi. Variasi yang dilakukan adalah variasi pelarut, temperatur dan perbandingan pelarut dan bahan. Data absorbansi yang diperoleh pada tiap variasi, data tersebut diubah menjadi TAC. Variasi Pelarut yang digunakan pelarut aquadest, aquadest:asam asetat1% (9:1), aquadest:asam sitrat1% (9:1), asam asetat (1%): etanol (3%): aquadest (1:25:5), asam asetat 1%, dan asam sitrat 1%. Ekstraksi dilakukan selama 6 menit dengan rasio bahan dan pelarut 1:5 pada suhu 6 o C, dan kecepatan pengadukan 3 rpm. Kandungan antosianin pada variasi pelarut dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa aquadest merupakan pelarut yang optimal. Karena aquadest merupakan pelarut polar yang kepolarannya mungkin mendekati antosianin kulit buah naga super merah. Teori menjelaskan bahwa antosianin hanya larut dalam pelarut polar karena antosianin pada umumnya memiliki cincin aromatik yang polar yang lebih mudah larut dalam pelarut yang polar (Vargas, 2). Sehingga disimpulkan bahwa kepolaran suatu pelarut sangat berpengaruh pada ekstraksi antosianin kulit buah naga, semakin kepolaran pelarut Program Studi Teknik Kimia, FTI, UPN Veteran Yogyakarta B6-2

Yogyakarta, 17 Maret 216 mendekati kepolaran dari antosianin maka akan menghasilkan ekstrak dengan kandungan konsentrasi yang cukup tinggi. 1 TAC (mg/kg) 8 6 4 2 1 2 3 4 5 6 Gambar 2. Grafik Kandungan Antosianin pada Variasi Pelarut(Kondisi T=6 o C, Rasio bahan:pelarut=1:5, Waktu Ekstraksi = 6 Menit, Kecepatan Pengadukan = 3 rpm). Note: = aquadest, = aquadest:as.sitrat 1% (9:1), = asam sitrat 1%, = aquadest:asam asetat 1%, = asam asetat 1%, = asam asetat 1%: etanol 3%: aquadest (1:25:5) Variasi temperatur dilakukan pada suhu 3 o C, 4 o C, 5 o C, 6 o C, dan 7 o C. Ekstraksi dilakukan selama 12 menit menggunakan pelarut aquadest dengan rasio bahan dan pelarut 1 : 5, dan kecepatan pengadukan 3 rpm.kandungan antosianin pada variasi temperatur dapat dilihat pada Gambar 3. TAC (mg/kg) 12 1 8 6 4 2 2 4 6 8 1 12 Gambar 3.Grafik Kandungan Antosianin pada Variasi Temperatur(Kondisi Pelarut = Aquadest, Rasio bahan: pelarut=1:5, Waktu Ekstraksi = 12 Menit, Kecepatan Pengadukan = 3 rpm). Note: = 3 o C, = 4 o C, = 5 o C, = 6 o C, = 7 o C Dari Gambar 3, diperoleh temperatur optimum ekstraksi adalah 5 o C dengan waktu ekstraksi selama 7 menit. Semakin tinggi temperatur operasi maka kelarutan zat warna yang diekstraksi di dalam pelarut akan meningkat bersamaan dengan kenaikan suhu, sehingga ekstrak yang diperoleh semakin besar. Hal ini disebabkan adanya peningkatan kecepatan difusi zat warna ke dalam pelarut. Tetapi ekstraksi pada suhu tinggi dapat merusak pigmen antosianin jika dilakukan pada jangka waktu lama. Ekstrak antosianin semakin berkurang seiring dengan semakin meningkatnya suhu pemanasan, hal ini disebabkan terjadinya perubahan struktur antosianidin menjadi senyawa kalkon (Markakis,1982). Variasi perbandingan pelarut dan bahan adalah 1:2, 1:4, 1:6, 1:8, dan 1:1. Ekstraksi dilakukan selama 7 menit menggunakan pelarut aquadest pada temperatur 5 o C, dan kecepatan pengadukan 3 rpm. Kandungan antosianin pada variasi rasio bahan dan pelarut dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4, rasio bahan dan pelarut yang optimum didapatkan pada 1:6. Semakin besar perbandingan pelarut terhadap bahan yang diekstrak maka kadar antosianin yang diperoleh akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh distribusi antosianin akan semakin banyak yang bisa ditransfer ke dalam solvent.namun konsentrasi antosianin mengalami penurunan pada rasio 1:8, hal ini disebabkan karena jumlah volume yang terlalu besar menyebabkan turbulensi yang terjadi semakin kecil sehingga mengurangi antosianin yang terekstrak (Yuniwati,212). Program Studi Teknik Kimia, FTI, UPN Veteran Yogyakarta B6-3

Yogyakarta, 17 Maret 216 TAC (mg/kg) 12 1 8 6 4 2 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 4. Grafik Kandungan Antosianin pada Variasi Rasio Bahan dan Pelarut(Kondisi Pelarut = Aquadest, Suhu Ekstraksi = 5 o C, Waktu Ekstraksi = 7 Menit, Kecepatan Pengadukan = 3 rpm). Note: = Rasio 1:2, = Rasio 1:4, = Rasio 1:6, = Rasio 1:8, = Rasio 1:1. Berdasarkan hasil percobaan maka diperoleh kondisi optimum ekstraksi kulit buah naga jenis super merah selama 7 menit menggunakan pelarut aquadest pada suhu 5 o C dengan rasio bahan dan pelarut 1:6 dengan kadar antosianin sebesar 14,58 mg/kg. Uji Stabilitas Stabilitas warna antosianin ekstrak kulit buah naga jenis super merah terhadap pengaruh ph dapat dilihat pada gambar 5. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak zat warna kulit buah naga jenis super merah memiliki absorbansi tertinggi pada ph 4 (Gambar 5a). Pada ph rendah antosianin berubah menjadi kation flavinium yang berwarna merah. Semakin tinggi ph maka warna dari pigmen antosianin akan berubah menjadi senyawa kalkon yang tidak berwarna (Tensiska dkk, 26)..2.15.1.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 ph (a).3.25.2.15.1.5 3 4 5 6 7 8 Temperatur ( O C) (b) Gambar 5. Grafik Stabilitas Zat Warna terhadap (a) ph dan (b) Pemanasan Stabilitas zat warna terhadap pengaruh temperatur diuji dengan memanaskan ekstrak zat warna dengan variasi temperatur selama 1 jam. Hasil stabilitas terhadap pengaruh pemanas ditunjukkan pada Gambar 5b. Secara visual pemanasan menyebabkan warna ekstrak zat warna kulit buah naga super merah memucat. Markakis (1982) melaporkan bahwa menurunnya nilai absorbansi ekstrak zat warna pada suhu tinggi disebabkan karena telah terjadi dekomposisi antosianin dari bentuk aglikon menjadi kalkon (tidak berwarna). Hasil uji stabilitas terhadap pengaruh oksidator H 2 O 2 ditunjukkan pada Gambar 6. Terjadi penurunan kadar zat warna ditunjukkan dengan menurunnya absorbansi setelah ditambah oksidator. Lydia (21) melaporkan bahwa akibat penambahan oksidator menyebabkan kation flavium yang berwarna merah kehilangan proton dan berubah menjadi karbinol yang tidak memberi warna. Program Studi Teknik Kimia, FTI, UPN Veteran Yogyakarta B6-4

Yogyakarta, 17 Maret 216.3.25.2.15.1.5 15 3 45 6 75 9 Gambar 6.Grafik Stabilitas Zat Warna terhadap Oksidator.3.25.2.15.1.5 2 4 6 8 1 12 14 Hari ke - Gambar 7.Grafik Stabilitas Zat Warna terhadap Kondisi Penyimpanan. Note: = Penyimpanan Suhu Lemari Pendingin, = Penyimpanan Suhu Ruang.3.25.2.15.1.5 15 3 45 6 75 9 Gambar 8. Grafik Stabilitas Zat Warna terhadap Pengaruh Sinar Matahari Uji stabilitas zat warna terhadap kondisi penyimpanan dilakukan dengan menyimpan ekstrak zat warna dalam suhu ruangdan dalam lemari pendingin. Intensitas perubahan zat warna yang disimpan pada suhu ruang berubah sangat besar, ditunjukkan dengan penurunan absorbansi pada Gambar 7. Perubahan saat penyimpanan dimungkinkan disebabkan karena reaksi kopigmentasi dan ekstrak masih mengandung enzim polifenolase yang mengkatalis reaksi pencoklatan (Lydia dkk, 21). Sedangkan pada penyimpanan pada kondisi dingin dapat menghambat terjadinya reaksi kopigmentasi dan reaksi pencoklatan tersebut. Pengujian zat warna kulit buah naga super merah terhadap pengaruh sinar matahari dilakukan dengan menempatkan ekstrak zat warna kulit buah naga super merah di bawah sinar matahari selama 1,5 jam. Perubahan warna ditandai dengan semakin memudarnya warna pada larutan zat warna yang berarti zat warna tidak stabil pada paparan sinar matahari (Gambar 8). Pemucatan warna disebabkan karena terjadinya perubahan struktur pigmen antosianin sehingga bentuk aglikon menjadi kalkon (tidak berwarna) dan akhirnya membentuk alfa diketon yang berwarna coklat (Hanum, 2). Program Studi Teknik Kimia, FTI, UPN Veteran Yogyakarta B6-5

Yogyakarta, 17 Maret 216 Kesimpulan Kondisi operasi optimum ekstraksi zat warna kulit buah naga super merah diperoleh dengan menggunakan pelarut aquadest pada temperatur 5 o C dengan perbandingan bahan dan pelarut 1:6 selama 7 menit dengan kadar antosianin sebesar 14,58 mg/kg. Berdasarkan hasil uji stabilitas, ekstrak antosianin kulit buah naga super merah stabil pada ph 4 dan disimpan pada temperatur rendah, tetapi tidak stabil terhadap pemanasan, oksidator H 2 O 2, dan paparan sinar matahari. Ekstrak antosianin tidak stabil atau mengalami degradasi pada suhu tinggi, sehingga perlu dilakukan metode ekstraksi menggunakan fluida superkritis (CO 2 ) yang beroperasi pada suhu diatas 31,1 o C. Melalui metode ini akan dihasilkan produk ekstrak berupa padatan berpori. Daftar Pustaka Adlis, Darwis, Syahri. Isolasi Antosianin dari Buah Pucuk Merah (Syzygium campanula tum korth.) Serta Pengujian Antioksidan dan Aplikasi sebagai Pewarna Alami. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. 213; 6-7. Hanum, T. Ekstraksi dan Stabilitas Zat Pewarna Alam dari Katul Beras Ketan Hitam (Oryza sativa glutinosa). Buletin Teknologi dan Industri Pangan XI (1).2; 17 23. Kwartiningsih, E., Evitasari, R.T., Hasanah, M., Nandini, P., Muzayanha, S.U. Ekstraksi dan Uji Stabilitas Antosianin dari Bunga Pukul Empat (Mirabilis jalapa L.). Simposium Nasional RAPI XII FT UMS. 213. Le Bellec, F., Vaillant, F., Imbert, E. Pitahaya (Hylocereus spp.): a new fruit crop, a market with a future.fruits. 26; 61 (4): (237-25) Lydia, Widjanarko, S.B., Susanto, T. Ekstraksi Dan Karakterisasi Pigmen dari Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum) var. Binjai. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi.21; 2(1): 1-16. Markakis, P. Anthocyanins as Food Additives. In : P. Markakis (ed) Anthocyanins as Food Color. Academic Press: New York.1982. Mastuti, E., Fristianingrum, G., Andika, Y. Ekstraksi Dan Uji Kestabilan Warna Pigmen Antosianin Dari Bunga Telang (Clitoria Ternatea L.) sebagai Bahan Pewarna Makanan.Simposium Nasional RAPI XII FT UMS.212. Nicoue, E.E., et al. Anthocyanins in Wild Blueberries of Quebec: Extraction and Identification. Journal of Agricultu ral and Food Chemistry.27. Saati, E.A. Identifikasi Dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis), TROPIKA. 22; 1 (2) Tensiska, Sukarminah, Natalia. Ekstraksi Pewarna Alami dari Buah Arben (Rubus Idaeus (Linn.)) dan Aplikasinya pada Sistem Pangan. Jurnal Program Penelitian Dosen Muda. 26: 12. Vargas, F. Natural Pigments: Carotenoids, Anthocyanins, and Betalains-Characteristics, Biosynthesis, Processing, and Stability. Critical Reviews in Food Science and Nutrition.2; 4 (3). Yuniwati,M., Kusuma, A.W., Yunanto,F. Optimasi Kondisi Proses Ekstraksi Zat Pewarna dalam Daun Suji dengan Pelarut Etanol. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III 212. Program Studi Teknik Kimia, FTI, UPN Veteran Yogyakarta B6-6

Yogyakarta, 17 Maret 216 Lembar Tanya Jawab Moderator: Y Deddy Hermawan (UPN Veteran Yogyakarta) Notulen : Andri Perdana (UPN Veteran Yogyakarta) 1. Penanya : Iorere Pertanyaan : Pemilihan Supermerah? Penentuan rasio? Jawaban : Kandungan antosianin dengan indikator warna paling merah maka dipilih jenis Super merah. Rasio berdasarkan referensi sebelumnya. 2. Penanya : Hendro Risdianto (Balai besar pulp dan kertas) Pertanyaan : Analisis kandungan lain? Terbaik ph 4, produk konsumsi atau yang lain? Jawaban : Ada betalin, pectin tidak focus kandungan Antosianin. Makanan tentu tidak dalam kondisi terlalu asam atau bia ph 5,6 meskipun penyimpanan paling stabil pada ph 4 atau yang dapat/ aman dikonsumsi seperti asamsitrat. Program Studi Teknik Kimia, FTI, UPN Veteran Yogyakarta B6-7