BAB III PENDEKATAN LAPANG. adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 SEJARAH PERUSAHAAN. dengan karantina (tumbuhan), yakni Ordonansi 19 Desember 1877 (Staatsblad

PERAN KARANTINA PERTANIAN DI KANTOR POS

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) :

PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

ERA BARU KARANTINA PERTANIAN. Oleh : Pupung Purnawan, A.Md. (calon POPT Terampil di BKP Kelas II Palu)

RKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER

PROFIL BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 618/Kpts/PD.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR KARANTINA TUMBUHAN MENTERI PERTANIAN,

RKT. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR

BAB V PELAKSANAAN PROGRAM KAMPANYE. Indonesian Quarantine Strengthening Program (IQSP) adalah upaya kemitraan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

2017, No Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan atas Peratur

RENSTRA BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BATAM

Standar Pelayanan Publik Balai Karantina Pertanian Kelas I Pertanian

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 619/Kpts/PD.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR KARANTINA HEWAN MENTERI PERTANIAN,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) Tahun 2014

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Rencana Kinerja Tahunan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/9/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA STANDAR BALAI BESAR UJI STANDAR KARANTINA PERTANIAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Kepala Pusat KKIP, ARIFIN TASRIF

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

RENCANA STRATEGIS STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I SAMARINDA

OUTLINE RENCANA STRATEGIS OPERASIONAl TAHUN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TERNATE BADAN KARANTINA PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Syarat. Tata Cara. Karantina. Media. Organisme. Area.

ASPEK KARANTINA TUMBUHAN

PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2013 Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, drh. Sujarwanto, MM NIP

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN

BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II MEDAN RENSTRA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

TIM PENYUSUN. Bagian Perancanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian

Renstra BKP5K Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dokumen. Karantina Ikan. Jenis. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

TENTANG LARANGAN IMPOR UDANG SPESIES TERTENTU KE WILAYAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Kesehatan Pelabuhan Surabaya Kelas I

RENCANA KINERJA TAHUNAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Memperhatikan : Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dalam surat Nomor B/2795-7/M.PAN/9/2008, tanggal 26 September 2008;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB. I PENDAHULUAN Kondisi Umum

MEMUTUSKAN: KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

RENCANA STRATEGIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 62/Permentan/OT./140/12/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT)

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

2 menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Uji Kompetensi Pejabat Fungsional Medik Veteriner; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Program Public Awareness :

Rencana Strategis. Badan Karantina Pertanian. Tahun

Rencana Strategis PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 40/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KACA LEMBARAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 16/M-DAG/PER/5/2009 TENTANG LARANGAN SEMENTARA IMPOR HEWAN BABI DAN PRODUK TURUNANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN OLEH PIHAK KETIGA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/9/2011 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Rencana Kerja Tahunan 2013 KATA PENGANTAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

Transkripsi:

BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai metode utama dengan menggunakan metode penelitian survey. Kegiatan dilaksanakan dengan survey tahap I, sosialisasi program dan kemudian kembali dilaksanakan survey tahap II. Data didapatkan melalui data eksperimental. Metode penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1989). Data-data penelitian kemudian ditunjang dengan metode kualitatif yang diperoleh dari observasi lapang secara langsung dan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan kepada informan untuk mendapatkan informasi lebih banyak. Informan yang diwawancara adalah pihak-pihak yang dianggap mengetahui keadaan seperti pihak Badan Karantina Pertanian. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, yang dibantu oleh Kantor Pusat Badan Karantina Pertanian dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). Rangkaian Program Barantan dilaksanakan pada Desember 2007 hingga Agustus 2008. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2008. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Bandara Soekarno-Hatta merupakan salah satu tempat lalulintas yang padat bagi para traveler. Hal ini memungkinkan peneliti dapat

mengetahui tingkat pengetahuan traveler mengenai Badan Karantina Pertanian baik fungsi maupun tugas-tugasnya, serta pengetahuan responden mengenai penyakit flu burung. Hal ini juga memungkinkan peneliti dapat mengetahui apakah kampanye berpengaruh terhadap perubahan perilaku responden (traveler). 3.3 Penentuan Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi responden dan informan. Kriteria populasi sasaran yang dijadikan unit analisis adalah orang yang melakukan perjalanan (traveler) dan bersedia dijadikan responden. Adapun responden dari penelitian ini adalah traveler masyarakat Jakarta. Traveler yang dimaksud adalah traveler domestik. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 800 orang yang dibagi menjadi 400 responden pada survey kuesioner tahap I dan 400 responden pada survey melalui kuesioner tahap II. Informan yang diwawancarai adalah pihak Karantina yaitu Kepala sub-bagian Humas Bapak Suwardi Suryaningrat, M.Sc. Subyek Penelitian dipilih secara purposive incidental. 3.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian (Nazir, 1999). Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data-data dilakukan dengan metode triangulasi data (kombinasi dari berbagai sumber data). Data-data tersebut dapat dikumpulkan melalui beberapa cara, yaitu:

1. Wawancara langsung. Cara ini dimaksud untuk memperoleh data primer dengan menggunakan instrumen pengumpulan data, yaitu kuesioner yang diberikan kepada responden. Kuesioner yang diberikan kepada responden berisi sejumlah pertanyaan tertutup (closed ended questions), yaitu berupa pertanyaan yang pilihan jawabannya telah tersedia sehingga responden hanya memilih salah satu pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai dan sejumlah pertanyaan terbuka berupa pertanyaan tanpa ada pilihan jawaban sehingga responden dapat menjawab sesuai dengan keadaan pribadi mereka. 2. Studi literatur. 3.5 Teknik Analisis Data Penelitian ini diuji dengan menggunakan alat uji statistik yaitu Chi-square untuk melihat hubungan masing-masing variabel dan tabulasi silang untuk memudahkan dalam menganalisis data. Karakteristik demografi berupa tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan responden, serta media massa yang dihubungkan dengan kesadaran masyarakat. Data kuantitatif yang telah terkumpul melalui kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS.

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Sejarah Badan Karantina Pertanian 17 Terminologi Karantina berasal dari bahasa Latin Quaranta yang berarti Empat Puluh. Istilah tersebut lahir sekitar abad ke XIV di Venesia yang menetapkan batas waktu yang diberlakukan untuk menolak masuk dan merapat, kapal yang datang dari luar negeri untuk menghindari terjangkitnya penyakit menular. Sejarah berulangkali telah membuktikan bahwa hama penyakit hewan dan tumbuhan dapat menyebar dari negara ke negara lain, atau area satu ke area lainnya di suatu negara, melalui lalu lintas manusia atau benda yang dapat menjadi media pembawa. Institusi Karantina dibentuk dengan tujuan mencegah masuk hama dan penyakit hewan karantina dan organisme pengganggu tumbuhan karantina dari luar negeri, dan mencegah penyebarannya antar area di dalam negeri, serta melaksanakan pengawasan keamanan hayati. Karantina Indonesia diawali sejak Jaman Hindia Belanda, manakala terjadi wabah penyakit karat daun kopi di Srilanka, pada saat itu pemerintah berjuang keras untuk mencegah penyakit tersebut agar tidak masuk ke Hindia Belanda. Bertitik tolak dari kecemasan Hindia Belanda terhadap penyakit kopi, lahirlah Ordonansi 19 Desember 1877 (Staatsblad No.262) yang melarang pemasukan 17 Isnadi. 1999. Menuju Terbentuknya Badan Karantina Pertanian Nasional Menghadapi Era Globalisasi. Jakarta: Pusat Karantina Pertanian Departemen Pertanian.

tanaman kopi dan biji kopi dari Srilanka. Ordonansi tersebut merupakan pertama kali yang dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda dalam bidang perkarantinaan tumbuhan di Indonesia. Selanjutnya pada Tahun 1912 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan ordonansi 13 Agustus 1912 (Staatsblad No.432) yang mengatur kehewanan, dan ketentuan tersebut merupakan dasar kegiatan perkarantinaan hewan pertama kali di Indonesia. Sejarah karantina di suatu negara diawali oleh terbitnya peraturan perundangan yang pertama kali dikeluarkan, dan ordonansi 1877 termasuk salah satu ordonansi tertua dalam dunia perkarantinaan. Pendirian kantor karantina dimulai sejak 1925 oleh pemerintah Hindia Belanda dengan membangun kantor karantina tumbuhan di Pelabuhan Tanjung Priok. Tahun 1940 dibangun kantor karantina di Belawan, Tanjung Perak serta Makassar. Salah satu ciri bangunan kantor karantina di Pelabuhan masa itu adalah terdapatnya bangunan pelengkap berupa Sel Fumigasi dan Alat pemusnahan (incenerator). Dinas Karantina Tumbuhan (Plantenquarantine Dienst) eksis pada tahun 1939, dan selanjutnya pada masa pasca kemerdekaan tahun 1957 dari sebuah Seksi ditingkatkan status menjadi Bagian dari Balai Penyidikan Hama Tumbuhan, dan dengan Keputusan Menteri Pertanian tahun 1961 berubah menjadi salah satu Bagian dari Lembaga Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman (LPHT). Selanjutnya reorganisasi Dinas Karantina Tumbuhan berkembang mulai 1966 keluar dari LPHT. Berikutnya tahun 1969 menjadi Direktorat Karantina Tumbuhtumbuhan, yang secara operasional dibawah Menteri Pertanian dan secara administratif di bawah Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian, sehingga status organisasi karantina menjadi unit Eselon II. Ketika penyerahan kedaulatan ke

pemerintah RI, petugas karantina tumbuhan dari Pusat ditugaskan melakukan penataaan organisasi perkarantinaan di wilayah tersebut yang kemudian sepenuhnya menjadi wilayah negara RI. Tahun 1971, dengan Keputusan Menteri Pertanian, No.171/1971 Direktorat Karantina Tumbuhan memiliki 24 kantor cabang di daerah. Lima tahun berikutnya tahun 1974, dengan Keppres No.45/1974 terbentuk Pusat Karantina Pertanian di bawah Badan Litbang Pertanian. Suatu hal yang perlu dicatat bahwa, sejak tahun 1974 terminologi karantina pertanian mulai muncul dengan mengintegrasikan karantina tumbuhan dan hewan dalam satu wadah. Sebelumnya, penyelenggaraan pengawasan, pemeriksaan lalu lintas hewan atau ternak serta pengasingan hewan di suatu lokasi tertentu akibat penyakit menular, dilaksanakan oleh dokter hewan pemerintah. Tahun 1995 sampai dengan 1996 reorganisasi lingkup Departemen Pertanian, Pusat Karantina Pertanian kembali dipindah ke Eselon I lain yaitu Badan Agribisnis. Setelah melalui masa reformasi yang sulit dan transisi yang terus berlanjut, masa tersebut diakhiri dengan terbitnya Keputusan Presiden No.58 tahun 2001 menyatakan lahirnya Badan Karantina Pertanian unit Eselon Ia di Departemen Pertanian. Selanjutnya pada tanggal 27 September 2001 Karantina Ikan diserahterimakan ke Departemen Kelautan dan Perikanan. Dengan demikian tahun 2001 merupakan tonggak sejarah bagi perkembangan organisasi Karantina Pertanian di Indonesia. Bidang peraturan perundangan tanggal 8 Juni 1992 adalah monumental yang tidak terlupakan, karena Presiden Republik Indonesia menandatangani Undang-Undang No.16 tahun 1992 Tentang Karantina Hewan, Ikan dan

Tumbuhan. Perkembangan dibidang legislasi terus berlanjut dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 tahun 2000 tentang Karantina Hewan dan kemudian lahir PP No. 14 tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Merupakan hal yang penting bahwa produk pertanian dan pangan Indonesia yang akan memasuki perdagangan internasional harus sesuai dengan standar Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS) dan persyaratan keamanan pangan yang diminta oleh pasar dunia. Studi menyimpulkan bahwa bagi negaranegara yang kurang atau belum menerapkan standar SPS, memberikan risiko akan akses pasar, sehingga akan menyulitkan persaingan dan potensi pengembangan perekonomian yang didasarkan pada ekspor produk pertanian terutama pangan. Pelaksanaan ketentuan karantina pertanian pada tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran di Indonesia, akan menyumbangkan peningkatan rasa percaya diri dari konsumen baik di dalam maupun di luar negeri. Penyempurnaan organisasi Badan Karantina Pertanian dilakukan berdasar Peraturan Menteri Pertanian No. 299 pada tahun 2005 dengan penambahan Pusat Informasi dan Keamanan Hayati sebagai salah satu unit eselon II. Sejak keluarnya Keputusan Menteri Pertanian No. 22 tahun 2008 Badan Karantina Pertanian melalui reorganisasi melakukan fusi karantina hewan dan tumbuhan menjadi Karantina Pertanian, yang dilanjutkan dengan Keputusan Menteri Pertanian No.808/Kpts/KP.330/6/2008 tentang pengangkatan dalam jabatan struktural Unit Pelayanan Teknis dari Balai Besar, Balai, Stasiun Karantian Pertanian mewujudkan integrasi penggabungan karantina hewan dan tumbuhan dalam kerangka operasional di lapangan.

Penyelenggaraan karantina saat ini berbeda dengan sebelumnya, yang tidak hanya mencakup pencegahan penyebaran Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK), tetapi juga menyangkut Keamanan Pangan, Lingkungan dimana didalamnya terdapat komponen Keanekaragaman Hayati. Berdirinya Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization) pada tahun 1995 dengan aturan-aturannya yang diterapkan pada perdagangan komoditas pertanian, kesehatan tanaman telah menjadi isu kebijakan pokok dalam perdagangan. Fungsi Karantina dilaksanakan dengan melakukan tindakan karantina, yaitu melakukan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan terhadap komoditas sebagai media pembawa HPHK dan OPTK. Dari sisi operasional yang juga berdasarkan hukum internasional, karantina pertanian sebagai salah satu sistim operasional Custom, Immigration, and Quarantine (CIQ) di setiap pintu masuk dan keluar termasuk pos perbatasan sebagai pelaksana law enforcement terhadap pengawasan lalu lintas komoditas dengan berdasar peraturan baik nasional maupun internasional. 4.2. Visi dan Misi dan Tugas Pokok Badan Karantina Pertanian Visi Badan Karantina Pertanian adalah: Karantina Pertanian yang Tangguh, Modern dan Terpercaya. Sedangkan Misi dari Badan Karantina Pertanian adalah: 1. Melindungi kelestarian sumber daya alam hayati, hewan dan tumbuhan. 2. Mendukung keberhasilan program pengembangan agribisnis dan peningkatan ketahanan pangan nasional.

3. Memfasilitasi kelancaran perdagangan atau pemasaran produk agribisnis. 4. Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat. 5. Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan perkarantinaan. Tugas pokok Badan Karantina Pertanian adalah melaksanakan perkarantinaan tumbuhan tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan serta hewan dan pengawasan keamanan hayati terhadap hewan, produk hewan, tumbuhan dan produk tumbuhan yang diimpor, diekspor dan diantar-areakan. 4.3. Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Ruang Lingkup Badan Karantina Pertanian mencakup: 1. Kepala Badan Karantina Pertanian (Eselon I Departemen Pertanian), 2. Sekretaris Badan (Eselon II), Terdiri dari 4 Kepala Bagian (Eselon III) dimana masing-masing bagian terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian (Eselon IV) yaitu : Kepala Bagian Perencanaan, Kepala bagian Keuangan dan perlengkapan, dan Kepala Bagian Kerjasama dan Humas yang masing-masing bidang terdiri dari 3 Sub Bagian, serta Jabatan Fungsional. 3. Kepala Pusat Karantina Hewan (Eselon II), Meliputi 3 Kepala Bidang (Eselon III) dan setiap bidang terdiri dari 2 Sub Bidang (Eselon IV) dan Jabatan Fungsional yang terdiri dari Medik dan Paramedik.

4. Kepala Pusat Karantina Tumbuhan (Eselon II), Meliputi 3 Kepala Bidang (Eselon III) dan setiap bidang terdiri dari 2 Sub Bidang (Eselon IV) dan Jabatan Fungsional yang terdiri dari Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Ahli dan Terampil. 5. Pusat Informasi dan Keamanan Hayati (Eselon II) Meliputi 3 Kepala Bidang (Eselon III) dan setiap bidang terdiri dari 2 Sub Bidang (Eselon IV).

4.4. Program Badan Karantina Pertanian Karantina Pertanian adalah tempat pengasingan dan atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk serta tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan serta hewan dari luar negeri, dan dari suatu area ke area lain didalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Tugas pokok badan Karantina Pertanian ialah untuk melaksanakan perkarantinaan tumbuhan, tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan serta hewan, produk hewan, tumbuhan dan produk tumbuhan yang diimpor, diekspor dan di antar areakan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, selain yang telah dipaparkan diatas fungsi Karantina berkembang sebagai salah satu instrumen perdagangan baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Adapun Program Badan Karantina Pertanian adalah: 1. Public Awareness Program Revitalisasi Karantina Pertanian tidak akan mampu menghasilkan kinerja yang maksimal, jika tidak ada dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Badan Karantina Pertanian mengelompokkan masyarakat dalam lima strata, yakni: a. Masyarakat pemegang kebijakan: eksekutif, legislatif dan yudikatif baik di tingkat pusat maupun daerah, b. Masyarakat pendidikan, c. Masyarakat media (press), d. Masyarakat pengusaha, meliputi: eksportir, importir dan jasa pendukung perkarantinaan, e. Masyarakat umum.

Strategi kampanye Public Awareness Karantina Pertanian akan terus digalang dan ditingkatkan bagi kelima kelompok masyarakat tersebut untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya tindakan dan pelaksanaan Karantina dalam rangka perlindungan kehidupan dan perekonomian bangsa. Atas dasar tersebut, tim humas Karantina Pertanian yang bekerjasama dengan Karantina Australia (Indonesian Quarantine Strengthening Program atau IQSP) merancang suatu program Public Awareness flu burung melalui metode kampanye di Jakarta.