ISSN Heri Sutarno Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. undang-undang No.20 pasal 1 tahun 2003 tentang sisdiknas dikatakan bahwa. lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan, mulai dari TK sampai SMA.Depdiknas (2006)

ISSN Sri Putri Ayu Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

Oleh Desi Khairani Drs. Sanggup Barus, M.Pd.

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: , ABSTRAK

ISSN Indikhiro Awalani Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. April 2017 sampai dengan Senin, 22 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Manisrenggo.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994)

BAB III METODE PENELITIAN. 2015/2016, dengan pokok bahasan Lingkaran. eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI).

Keperluan korespondensi, HP : ,

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan kelompok yang lainnya

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Perlakuan pada penelitian ini yakni metode Active Learning, diatur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

*Keperluan korespondensi, telp: , ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization terhadap Minat Belajar Biologi Siswa pada Materi Pteridophyta di SMAN 39 Jakarta

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini dibahas mengenai hasil penelitian, analisis data, dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran Fisika SMK

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

BAB III METODE PENELITIAN O X O

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

*

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diskriptifkomparatif

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw pada Mata Pelajaran Matematika Di SMPN 6 Banjarmasin Tahun Pelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

FANY SRILESTARI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Dalam implementasinya di lapangan, penelitian ini menggunakan dua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut tidak dipilih

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental dengan desain

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.3 No.4 (2017) :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di SMP Negeri 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF STAD

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL. Praptiwi dan Jeffry Handhika

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan

Economic Education Analysis Journal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan sebab-akibat antara

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KOMBINASI STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI MTS USB SAGULUNG BATAM

BAB III METODE PENELITIAN. matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DISERTAI MEDIA CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian meliputi data nilai pretest, posttest, dan n-gain untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini diuji suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBANTU MEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

Transkripsi:

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Dedi Rohendi dedir@centrin.co.id Heri Sutarno herisutarno@upi.edu Devy R. Waryuman devri_04@yahoo.com ABSTRAK Metode pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) [1] dirancang khusus dengan memadukan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran TAI dengan metode pembelajaran konvensional. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Lembang dengan mengambil dua kelompok sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis data gain diketahui bahwa: (1) Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TAI lebih besar daripada hasil belajar dengan metode konvensional. (2) Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TAI lebih besar daripada peningkatan hasil belajar dengan metode konvensional. (3) Sikap siswa positif terhadap pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan metode TAI. Kata Kunci Matapelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, Team Assisted Individualization 1. PENDAHULUAN Belajar sejatinya merupakan proses yang dilakukan sepanjang hidup manusia. Belajar sering didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman [2]. Walaupun belajar berjalan seiring dengan berjalannya proses kehidupan, namun prosesnya tidak tercipta begitu saja, melainkan memerlukan kondisi yang dibentuk secara sengaja. Proses belajar mengajar yang dilakukan secara formal di sekolah seringkali masih menggunakan format lama. Format lama yang dimaksud adalah cara-cara mengajar konvensional yang lebih berpusat kepada guru (teacher-centered). Cara-cara seperti ini muncul karena adanya anggapan bahwa pikiran seorang anak seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretancoretan gurunya [3]. Dengan pandangan seperti ini, banyak guru yang masih menjalankan proses belajar mengajar dengan berorientasi pada penyampaian materi saja. Hal ini tentu saja berpengaruh pada hasil belajar siswa, termasuk pada mata pelajaran TIK. TIK sebagai mata pelajaran yang terhitung masih baru jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, ternyata masih dianggap sulit bagi sebagian siswa. Hal ini terjadi karena banyak siswa yang tidak memahami penyampaian materi yang dilakukan oleh guru. Selain itu, guru pun tidak terlalu banyak mendalami pemahaman siswa karena lebih fokus pada mengejar pencapaian kurikulum. Akhirnya, materi pelajaran selesai dibahas, namun kemampuan siswa terhadap materi tersebut belum memadai. Banyak siswa yang tidak bisa mengikuti alur penyampaian oleh guru karena kemampuan mereka memahami materi tersebut pun kurang. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan suatu cara mengajar yang dapat merangsang siswa agar berkembang kemampuannya, baik kemampuan kognitif maupun praktik. Namun cara pengajaran ini jangan sampai menghilangkan peran guru sama sekali karena bagaimanapun guru tetap harus memberikan penyampaian materi agar ada keseragaman materi diantara siswa. Hal inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan awal siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol? (2) Apakah kemampuan akhir siswa pada kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol? (3) Apakah peningkatan hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol? (4) Bagaimana sikap siswa terhadap penerapan metode pembelajaran TAI? 2. TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION Team Assisted Individualization (TAI) merupakan salah satu tipe pembelajaran Cooperative Learning. Terjemahan bebasnya adalah Bantuan Individual Dalam Kelompok Vol. 3 No.1 / Juni 2010 33

(BIDaK). Metode yang diprakarsai oleh Robert Slavin[1] ini merupakan perpaduan antara pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual. Dasar pemikiran Slavin merancang metode ini adalah untuk mengadaptasikan pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa. Individualisasi dipandang perlu karena siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada bermacam-macam kelompok, besar kemungkinan ada sebagian siswa yang tidak memiliki syarat kemampuan untuk mempelajari pelajaran tersebut dan akan gagal memperoleh manfaat dari metode tersebut. Di lain pihak, siswa lain mungkin malah sudah tahu materi itu, atau bisa juga dapat mempelajarinya dengan sangat cepat sehingga waktu mengajar yang dihabiskan bagi mereka hanya membuang-buang waktu saja [1]. Slavin membuat metode pembelajaran ini dengan beberapa alasan[1]. Pertama, metode ini mengombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, metode ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Tahapan TAI adalah sebagai berikut[1]. (1) Tes penempatan. (2) Membentuk kelompok heterogen. (3) Memberikan bahan ajar. (4) Belajar dalam kelompok. (5) Kelompok pengajaran. (6) Penilaian dan penghargaan kelompok. (7) Informasi materi esensial. (8) Tes formatif. Dengan perpaduan antara pembelajaran kooperatif dan invidual dapat diperoleh dua keuntungan sekaligus, yaitu keuntungan dari pembelajaran kooperatif dan keuntungan dari pengajaran secara individual. Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan upaya pemberdayaan teman sejawat, meningkatkan interaksi antar siswa, serta hubungan yang saling menguntungkan antar mereka. Siswa dalam kelompok akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain, berdiskusi setuju atau tidak setuju, menawarkan, atau menerima kritikan yang membangun, dan siswa tidak merasa terbebani ketika ternyata pekerjaannya salah. Slavin menyatakan [1] bahwa dalam belajar kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Sementara itu, pengajaran secara individual mendidik siswa untuk belajar secara mandiri, tidak menerima pelajaran secara mentah dari guru. Dengan pengajaran seperti ini, siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya sendiri dalam mempelajari suatu bahan ajar, sehingga yang terjadi pemahaman siswa terhadap materi tersebut semakin terasah, bukan semata-mata hafalan yang didapatkannya dari guru. Vol. 3 No.1 / Juni 2010 34 3. EKSPRERIMEN 3.1 TAI dalam TIK Penerapan metode TAI pada mata pelajaran TIK di kelas eksperimen adalah sebagai berikut. (1) Tes penempatan a. Guru membuka pelajaran dengan salam. b. Guru menjelaskan strategi pembelajaran yang akan digunakan. c. Guru mengadakan tes sebelum pengajaran untuk mengetahui kelemahan siswa pada materi yang akan dipelajari. (2) Membentuk kelompok heterogen Guru mengelompokkan siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan akademiknya. (3) Memberikan bahan ajar Guru membagikan bahan ajar untuk dipelajari siswa. (4) Belajar dalam kelompok a. Siswa mempelajari bahan ajar tentang langkahlangkah menjalankan pengolah data, tampilan jendela, serta tampilan menubar. b. Siswa mengerjakan LKS. c. Siswa melakukan pengecekan LKS secara berpasangan. d. Setelah seluruh siswa dapat menjawab benar lebih dari 50% soal, siswa mengerjakan tes unit untuk menilai kriteria kelompok. (5) Kelompok pengajaran Guru memberikan pengajaran kepada kelompok berbeda. siswa dari (6) Penilaian dan penghargaan kelompok a. Guru melakukan penilaian terhadap kelompok siswa dan mengumumkannya pada siswa. b. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok Super (Super Team). (7) Informasi materi esensial a. Guru mengulas sedikit materi yang telah dipelajari. b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. c. Guru menutup pelajaran dengan salam. (8) Tes Formatif Pada akhir materi pembelajaran, guru mengadakan tes formatif, lalu tes tersebut diperiksa oleh rekan satu timnya. 3.2 Pembelajaran TIK secara Konvensional Pembelajaran TIK yang dilakukan pada kelas kontrol dilakukan dengan metode konvensional, yaitu ceramah. Tahapan pembelajarannya adalah sebagai berikut. (1) Kegiatan Pendahuluan a. Membuka pelajaran dan memeriksa kehadiran siswa b. Menggali konsepsi awal siswa dengan cara menanyakan materi yang akan diajarkan, misal: Apakah kalian tahu apa kegunaan Pengolah Data?

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran (2) Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan tentang langkah-langkah menjalankan pengolah data, tampilan jendela, serta tampilan menubar. b. Mengadakan tanya jawab dan diskusi untuk menguji ketercapaian kompetensi yang dicapai siswa (3) Kegiatan Penutup a. Melakukan refleksi bersama terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan. b. Menarik kesimpulan tentang menu dan ikon pokok pada perangkat lunak pengolah data. c. Menugaskan kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Sementara desain penelitian yang digunakan adalah The Nonequivalent Control Group Design[5]. Pada penelitian ini, kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sama-sama diberikan pretest dan posttest. 4.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang. Dari seluruh kelas yang ada, dipilihlah dua kelas untuk dijadikan sampel. Satu kelas untuk menjadi kelas eksperimen dan satu kelas lainnya untuk menjadi kelas kontrol. Adapun kelas yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas VIII-F dan kelas kontrol adalah kelas VIII-I. 4.3 Instrumen Penelitian Data yang akan dijadikan bahan penelitian ini berupa hasil yang diperoleh dari instrumen penelitian yang digunakan. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah: (1) tes (2) lembar observasi, dan (3) angket. 4.4 Teknik Pengolahan Data Pengolahan data Pengolahan data dilakukan terhadap instrumen tes, lembar observasi, dan angket. Data yang diperoleh pada penelitian ini merupakan data yang sifatnya kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi dan angket, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari tes penguasaan konsep baik pretes maupun postes. 4.4.1 Hasil Tes Kognitif Siswa Data tersebut diambil dari analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Data-data yang diuji adalah data pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen, postes kelas kontrol dan eksperimen, serta gain kelas kontrol dan eksperimen. Uji normalitas ini menggunakan statistik uji yaitu Shapiro-Wilk karena sampel berukuran lebih dari 30. 2) Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians kedua kelompok dengan menggunakan uji Levene dengan mengambil taraf signifikansi 5%. 3) Setelah normalitas dan homogenitas dipenuhi, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah: Peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran TAI lebih besar daripada metode konvensional. (4) Jika data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka digunakan uji t dengan statistik Independent Sample t Test (equal variances not assumed). (5) Jika data tersebut berdistribusi normal atau salah satu dari kedua data tersebut tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka untuk menghitung kesamaan dua rata-rata digunakan uji statistik non-parametrik Mann- Whitney. 4.4.2 Hasil Observasi Observasi terhadap aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung diamati oleh observer kemudian dideskripsikan. Data hasil lembar observasi disajikan untuk melihat apakah metode TAI sudah diterapkan pada pembelajaran TIK yang dilaksanakan di kelompok eksperimen. 4.4.3 Hasil Angket Seluruh siswa kelas eksperimen diberikan angket yang harus diisi berdasarkan pendapat mereka masing-masing. Pendapat siswa dituangkan dalam bentuk checklist pada pilihan-pilihan di dalam angket. Pilihan pada setiap pernyataan ada 4, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Adapun setiap poin pernyataan mewakili setiap tahapan pembelajaran TAI. Dengan demikian, pendapat siswa akan menunjukkan bagaimana sikap mereka terhadap metode pembelajaran yang digunakan. 5. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan melakukan serangkaian uji statistik. Sementara data kualitatif diperoleh dari angket yang dibagikan kepada siswa untuk mengetahui sikap siswa kelas eksperimen terhadap pembelajaran yang dilakukan. 5.1 Data Kuantitatif Data kuantitatif diperoleh dari uji statistik terhadap hasil pretes, postes, dan nilai gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, diperoleh bahwa: (1) Kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak berbeda jauh. Ini dapat dilihat dari nilai Vol. 3 No.1 / Juni 2010 35

rata-rata pretes kelas eksperimen yang tidak terpaut jauh dengan nilai rata-rata pretes kelas kontrol (66,5:63). Uji normalitas dan homogenitas yang dilakukan menunjukkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dengan pengujian kesamaan dua rata-rata diperoleh bahwa nilai signifikansi data pretes lebih besar dari 0,025, artinya tidak ada perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. (2) Kemampuan akhir siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol setelah perlakuan. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata postes kedua kelas, kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata posttest 86,62 sementara kelas kontrol 79,75. Karena kedua sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji satu pihak (uji pihak kanan). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai signifikansi data postes lebih kecil daripada 0,05, artinya kemampuan akhir kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. (3) Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Ini ditunjukkan oleh gambar 1t. Gambar 1. Rata-Rata Indeks Gain Kelas Kontrol dan Eksperimen Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa data gain berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji satu pihak (uji pihak kanan). Dari uji satu pihak diperoleh bahwa nilai signifikansi data gain lebih kecil daripada 0,05, artinya peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. 5.2 Data Kualitatif Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi dan angket. Data yang dihasilkan menjadi data pelengkap pada penelitian ini. 5.2.1 Data Hasil Observasi 5.2.1.1 Observasi Aktivitas Guru Berdasarkan hasil observasi, aktivitas guru selama pembelajaran di kelas secara umum sudah sesuai dengan tahapan kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran TAI. Pada setiap pertemuan guru selalu memberi tahu prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran selangkah demi selangkah. Adapun jika ada beberapa tahapan pembelajaran yang tidak dilakukan oleh guru pada satu pertemuan, maka guru akan melakukannya pada pertemuan berikutnya. Sebagai contoh, pada pertemuan pertama, guru tidak menempatkan siswa dalam kelompok heterogen karena pada pertemuan tersebut guru baru melakukan tes penempatan dan belum melakukan pengolahan nilai siswa. Namun pada pertemuan berikutnya, setelah guru mendapat nilai awal siswa berdasarkan tes penempatan, guru langsung menempatkan siswa berdasarkan nilai tersebut ke dalam kelompok-kelompok. Dalam satu kelompok, terdapat siswa yang kemampuannya tinggi pada mata pelajaran TIK, ada juga siswa yang kemampuannya sedang, dan ada siswa yang kemampuannya rendah. Kelompok-kelompok tersebut dibentuk secara heterogen berdasarkan kemampuan akademik siswa agar terjadi saling sharing antara siswa yang pandai dan lemah. Selain itu, pembelajaran dalam kelompok juga dimaksudkan agar siswa yang kemampuannya lemah dapat mengkomunikasikan kesulitan belajarnya pada rekan sekelompoknya. Selanjutnya, guru juga senantiasa memotivasi siswa untuk melakukan kerjasama kelompok ketika mengerjakan soal-soal yang sulit. Salah satu motivasi yang dilakukan guru adalah dengan memberikan penilaian dan penghargaan pada kelompok yang dapat mencapai nilai kelompok yang sangat baik. Dengan cara seperti ini, setiap siswa akan berusaha memacu dirinya untuk lebih baik lagi karena hal itu akan meningkatkan nilai kelompoknya. 5.2.1.2 Observasi Aktivitas Siswa Pada pertemuan awal, pembelajaran masih belum optimal karena siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran yang digunakan. Siswa lebih terbiasa dengan metode ceramah, sehingga ketika guru membagikan bahan ajar untuk dipelajari, banyak siswa yang belum siap dan malah melakukan aktivitas sendiri. Namun pada pertemuan berikutnya siswa sudah mulai terbiasa dan kondisi pembelajaran pun semakin kondusif karena siswa sudah memahami apa yang seharusnya mereka lakukan. Pada fase belajar dalam kelompok, guru lebih banyak melakukan aktivitas mengamati aktivitas siswa dan sesekali menjelaskan hal-hal yang tidak dimengerti oleh siswa. 5.2.2 Data Angket Dari 31 angket yang dikumpulkan siswa, sebanyak 83% siswa menyatakan bahwa tes penempatan sangat efektif untuk mengetahui kelemahannya terhadap materi yang akan dipelajari dan hanya 17% siswa yang menganggap tes tersebut tidak efektif. Sementara itu, tes penempatan dianggap dapat memberikan gambaran umum tentang kemampuannya terhadap materi yang akan dipelajari oleh 93,5% siswa. Sebanyak 64,5% siswa merasa cocok dengan kelompok yang dibentuk secara heterogen. Selain merasa cocok, siswa pun merasakan dengan belajar dalam kelompok pemahaman mereka terhadap materi pelajaran semakin meningkat. Hal ini dinyatakan oleh 74,1% siswa. Vol. 3 No.1 / Juni 2010 36

Sementara itu indikasi efektivitas pemberian bahan ajar kepada siswa dapat dilihat dari pendapat 83,3% siswa yang merasa lebih memahami materi pelajaran setelah diberi bahan ajar dan hanya 3,2% siswa yang menganggap bahan ajar tidak bermanfaat. Adanya penilaian dan penghargaan kelompok sangat membantu guru untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan 90,3% siswa. Sementara itu, hanya 19,4% siswa yang menganggap penilaian dan penghargaan kelompok tidak penting. Penyampaian materi esensial oleh guru memudahkan siswa memahami gambaran seluruh materi pelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan 87,1% siswa. Pada poin yang terkait dengan tes formatif, sebanyak 96,8% siswa menganggap tes formatif dapat mengukur kemampuan siswa setelah belajar TIK dan sebanyak 23,4% siswa merasa tes formatif hanya memberatkan siswa. 6. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1) Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2) Kemampuan akhir siswa dalam pembelajaran TIK pada kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. 3) Peningkatan hasil belajar siswa kelompok eksperimen dalam pembelajaran TIK setelah diterapkannya metode pembelajaran TAI lebih besar daripada kelompok kontrol. 4) Sikap siswa terhadap metode pembelajaran TAI sangat baik (positif). Hal ini dapat dilihat dari jawaban angket siswa yang menunjukkan sikap siswa yang mendukung tahapan pembelajaran dalam TAI dan merasa dengan tahapan-tahapan tersebut kemampuan mereka pada pembelajaran TIK pun mengalami peningkatan. 7. REFERENSI [1] Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. [2] Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. [3] Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. [4] Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. [5] Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatakn Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Vol. 3 No.1 / Juni 2010 37