Equity Market tevent tupdate Impact of Subsidized Fuel Price Increased Jakarta, 30 April 2013 Lautandhana Securindo Research
Outlook Makro & IHSG Pasca Kenaikan Harga BBM Report ini ditulis berdasarkan atas rencana pemerintah untuk menaikan harga BBM sebagai dampak dari besarnya subsidi BBM terhadap APBN. Pada saat ini, skenario kenaikan harga BBM yang tengah dibahas pemerintah adalah : 1. Harga BBM bersubsidi naik menjadi Rp6.500/lt untuk mobil pribadi saja; atau 2. Harga BBM bersubsidi naik menjadi Rp6.000/lt untuk seluruh kendaraan. Dari hasil pembahasan kami dengan banyak investor pasar modal, market secara umumnya, terutama investor asing, menyambut baik rencana pemerintah untuk mengurangi subisidi BBM. Dengan argumen bahwa pengurangan subisidi BBM akan memperkuat APBN dan mengurangi Current Account Deficit. Kami setuju dengan pandangan itu namun kami juga memberikan analisa dampak short term dan long term terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi. Tingkat inflasi diperkirakan bertambah 1,6 2,0% jika harga bensin premium jadi dinaikkan sesuai ekspektasi luas sebesar 33,33% menjadi Rp6.000 per liter. Bank sentral akan bersikap reaktif jika kenaikan inflasi berlanjut melewati level saat ini di 5,9% pasca kenaikan harga BBM. Namun kepastiannya masih harus melihat indikasi lebih lanjut karena trend inflasi inti sebenarnya cenderung stabil. Merujuk pada 2005, IHSG masih meneruskan penguatannya pasca pengumuman kenaikan harga BBM hingga empat pekan kemudian saat data inflasi dirilis dan diikuti oleh kenaikan suku bunga. Setelah koreksi yang diperlukan terjadi, IHSG kembali pada trend positif jangka panjangnya karena kenaikan harga BBM berdampak positif pada perekonomian makro nasional. Secara teknikal, potensi koreksi dapat terjadi hingga level 4.786 yang diperkuat oleh valuasi IHSG yang secara historis telah mencapai band atas PE disekitar 18 20x. Sektor otomotif, perbankan dan properti adalah tiga sektor yang menerima dampak negatif dari potensi naiknya suku bunga. Sementara sektor konstruksi, jalan tol, semendan consumer cenderungdiuntungkan diuntungkan.
Background Rencana Pengurangan g Subsidi BBM Cadangan devisa nasional terus merosot sejak Indonesia berhasil mencatat level tertingginya sebesar US$124,64 miliar pada Agustus 2011 silam menjadi US$104,80 miliar saat ini. 2.50 Harga BBM Indonesia vs Regional 200 2.00 1.50 Rencana pengurangan subsidi BBM pada umumnya dapat diterima dengan 1.00 bik baik, terutamat investor asing, mengingat 046 0.46 0.50 harga BBM Indonesia adalah salah satu yang termurah di dunia. - Walaupun kenaikan harga BBM akan berdampak negatif dl dalam jangka pendek karena meningkatnya tekanan inflasi, namun akan positif dalam jangka panjang karena memperbaiki struktur APBN, mengurangi tekanan atas neraca perdagangan g dari sisi impor dan memperkuat nilai tukar rupiah. Selain itu juga akan memberi kepastian harga pada dunia bisnis sehingga inflasi akan stabil dalam jangka panjang dan ada sekitar Rp20 30 triliun savings yang akan didapatkan pemerintah untuk dialokasikan kedalam pembangunan proyek proyek infrastruktur seperti jalan, rel kereta api, jembatan, waduk dan ii irigasi,pelabuhan, i lbh bandara, dll. USD / liter liar USD Mi 125 120 115 110 105 100 0.73 1.08 1.24 1.29 1.44 1.56 180 1.80 2.16 Indo onesia Brunei Ma alaysia Am merika Vietnam Arg entina Filipina Th hailand India China Au ustralia Brasil J epang Sing gapura Korea Sp panyol Hong Kong 124.64 Rupiah & Cadangan Devisa Cadangan Devisa Rupiah 116.41 112.78 104.80 9700 9500 9300 9100 8900 8700 8500 8300 Rupia ah
Key Macro Economic Condition 4
Tekanan InflasiMeningkat Tingkat inflasi per Maret 2013 berada dilevel 5,9% atau telah melampaui target Bank Indonesia sebesar 4,5% ±1%. Menurut BPS, meningkatnya inflasi pada Februari Maret dipicu oleh lonjakan harga bahan makanan seperti bawang, cabai bidan daging sapi yang naik 7,7% selama tiga bulan pertama 2013. Harga bahan makanan sifatnya cyclical dan diduga akan kembali turun saat panen raya bawang Juni mendatang. Namun menurut Bank Indonesia dan perkiraan sejumlah ekonom, rencana kenaikan harga BBM sebesar 33,33% 33% dapat menambah besaran inflasi sebesar 1,6 2,0%. Dengan masih tingginya harga daging dan naiknya tarif listrik rata rata 15% hingga akhir th tahun nanti,ekspektasi kt iatas inflasi isulit turun. Pasar pun akan berharap BI Rate naik untuk menjaga suku bunga riil tetap positif. (%) Inflasi 7.02 7 Inflasi Inflasi Inti 6 5 4 3 0.6% 0.5% 0.4% 0.3% 02% 0.2% 0.1% 0.0% -0.1% 01% Komponen Kontributor Inflasi Maret 2013 Bahan Makanan 0.51% Makanan Jadi, Minuman, Sewa, Rokok Air, Listrik, 0.07% Bahan Bakar 0.05% 3.56 Kesehatan 0.01% 4.49 Pendidikan, Sandang -0.05% 05% Rekreasi i0.01% 01% 5.90 4.24 Transpor, Komunikasi 0.03%
Defisit Current Account Berlanjut Defisit Neraca Berjalan yang telah terjadi selama lima kuartal terakhir dan semakin membesar, diprediksi akan terus berlanjut seiring dengan pelemahan harga komoditas utama dunia. Juta USD 5,000 3,000 1,000 (1,000) Turunnya harga komoditas terkait erat dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi China yang menjadi 7,7% pada kuartal I 2013, dibawah ekspektasi pasar (3,000) (5,000) yang sebesar 8,1%. Pemerintah China bahkan hanya mematok angka GDP growth sebesar 7,5% hingga akhir tahun. Selain China, resesi panjang di Eropa turut mempengaruhi pelemahan harga komoditas selain juga karena suplai yang lebih dari cukup dari negara negara eksportir utama. Amerika bahkan segera menjadi negara net eksportir komoditas energi seperti btb batubara dan minyak mentah seiring dengan booming shale gas sejak 2007. % 12 11 10 9 8 (7,000) (9,000) Current Account 2000 2012 Pertumbuhan Ekonomi China 11.9 10.3 9.8 9.6 9.7 95 9.5 9.1 8.9 8.1 7.6 7.4 7.9 7.7 7 1Q10 2Q10 3Q10 4Q10 1Q11 2Q11 3Q11 4Q11 1Q12 2Q12 3Q12 4Q12 1Q13
Outlook Inflasi 4 Defisit (Surplus) Neraca Perdagangan 3.58 Rencana kenaikan harga BBM pada Mei 2013 memberi cukup waktu bagi perekonomian domestik untuk menyesuaikan diri dan mencari titik keseimbangan baru hingga akhir tahun nanti. Oleh karenanya, sekalipun inflasi menurut kami akan melonjak diatas 6,5% tidak lama setelah kenaikan harga BBM diberlakukan, pada akhir tahun inflasi cenderung turun dan berada dekat dengan kisaran atas dari ekspektasi pasar maupun bank sentral disekitar 5,5%. Konsensus ekonom hasil survey Bloomberg atas prospek inflasi menunjukkan kecenderungan tersebut seperti terlihat pada tabel Perkiraan Inflasi. Dengan demikian lonjakan inflasi karena kenaikan harga BBM sifatnya akan jangka pendek, seperti juga yang pernah terjadi pada tahun 2005 dan 2008, ketika harga BBM naik lebih dari 30% saat itu. Miliar USD 3 2 1 - Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 (0.33) (1) (2) 0.93 (0.95) (1.33) 0.55 (1.54) Perkiraan Inflasi Firm 2013 2014 Goldman Sachs 5.70% 5.30% BoA Merrill Lynch 5.80% 4.80% Barclays 5.30% 4.50% Nomura Securities 5.60% 5.10% Standard Chartered 5.20% 5.10% Morgan Stanley 5.40% 5.40% ABN Amro 5.30% 5.80% Citigroup 4.70% 4.70% Credit Agricole 5.00% 5.00% Credit Suisse 5.70% 7.00% Lautandhana Securindo 5.60% 6.00% Mean 5.23% 5.17% Median 5.25% 5.10%
Outlook BI Rate Pengalaman kenaikan harga BBM yang terjadi pada 2005, dimana terjadi kenaikan dua kli kali sebesar 32,6% pada 1 Maret dan sebesar 87,5% pada 1 Oktober memperlihatkan bahwa bank sentral baru bertindak reaktif ketika inflasi mulai naik di bulan berikutnya. IHSG pun tidak serta merta terkoreksi hingga beberapa pekan setelah kenaikan harga BBM diumumkan. Koreksi baru terjadi ketika inflasi naik dan diikuti oleh kenaikan BI Rate oleh bank sentral. Kami perkirakan bank sentral akan bertindak reaktif dengan menaikkan suku bunga acuannya, dimana inflasi i akan naik lebih dari 6% atau lebih tinggi dari BI Rate tidak lama setelah kenaikan harga BBM diberlakukan, yang berarti suku bunga riil menjadi negatif. IHSG akan bergerak positif saat harga BBM diputuskan naik, namun ada potensi koreksi saat inflasi mulai melonjak dan diikuti oleh kenaikan BI Rate secara moderat sebesar 25 bp menjadi 6%. Iln nflasi & BI Rate (% %) Ilnflasi & BI Rate (%) 18 16 14 12 10 8 6 Inflasi, BI Rate & IHSG Inflasi BI Rate JCI Index 1 Maret 2005 Rp2400 +32.6% 1 Oktober 2005 Rp4500 +87.5% BI RATE 7,42% 7.43% 7,44% 7,70% 7,95% 8,25% 8,50% 8,75% 10% 11% 12,25% 12,75% INFLASI 7,31% 7,16% 8,80% 8,11% 7,41% 7,43% 7,83% 8,33% 9,05% 17,9% 18,4% 17,1% 13 11 9 7 5 3 1 Inflasi, BI Rate & Suku Bunga Riil Riil Rate BI Rate Inflasi 1225 1175 1125 1075 1025 975 5 4 3 2 1 0-1 -2-3 -4 IHSG Suku Bun ga Riil
Current Development of JCI 9
Aliran Dana Investor Asing Pada tiga bulan pertama 2013 bursa saham Indonesia menerima lonjakan aliran dana asing sebesar Rp18,7 triliun jauh lebih tinggi dari total net buy asing sepanjang 2012 yang sebesar Rp11, 6 triliun. Lonjakan dana asing tersebut terjadi karena dua perubahan alokasi aset. Pertama, bursa saham Indonesia memperoleh alokasi lebih besar dari fund asing yang ditempatkan dikawasan Asia Tenggara seiring meningkatnya ketidakpastian politik di Malaysia. Kedua, terjadi switching aset domestik dari pasar surat utang ke ekuitas sebagai antisipasi investor asing atas potensi naiknya suku bunga. Foreign Net Buy (miliar rupiah ) Net Buy (Sell) Investor Asing Rata Rata Nilai Transaksi Harian IHSG Seiring dengan peralihan alokasi aset tersebut dan naiknya indeks, terjadi peningkatan average daily trading volume dalam tiga bulan pertama 2013 dengan imbal hasil sebesar 18,7% dibandingkan dengan imbal hasil sepanjang 2012 yang hanyasebesar11,6%. Miliar Rupiah IHSG 10
Valuasi IHSG PE Band IHSG Penguatan IHSG yang signifikan dalam tiga bulan pertama tahun 2013 membuat PE ratio IHSG berada dikisaran 18x 20x. Dengan PE ratio dikisaran tersebut merupakan PE tertinggi sepanjang historis yang juga pernah dicapai di bulan Oktober December 2007, Februari 2008, dan November 2010. Secara histrorical, IHSG memiliki valuasi yang wajar dikisaran PE ratio 16 18x 18x. Dimana pada saat PE ratio berada diatas 18x, maka indeks akan terkoreksi untuk kembali berada di angka wajarnya. Sebaliknya, pada saat PE ratio berada dibawah 16x, indeks cenderung rebound. Dengan kondisi saat ini, IHSG pun memiliki potensi untuk koreksi yang dapat dilihat pada technical view di slide berikutnya. Pada tahun 2013 diperkirakan bursa Indonesia akan berada di urutan kedua termahal di Asia dengan PE forward sebesar 16x. IHSG PE (x) PE Ratio IHSG vs Indeks Bursa Regional
Technical View Minor Correction bila BI rate naik 0.25 bps Potensi terjadinya inflasi sebagai dampak dari kenaikan BBM dapat membuat Bank Indonesia melakukan strategi pengetatan uang beredar dengan meningkatkan tingkat bunga acuannya (BI rate). Dan hal ini dapat membuat sentimen negatif sesaat terhadap bursa Indonesia. Potensi terbentuknya Negative Divergence bila BI rate meningkat, yang dapat membuat terjadinya Minor Correction pada IHSG dengan perkiraan koreksi dikisaran level 4,548.54 4,786.41. 12
Technical View : Still Bullish for the Long Term Walaupun terdapat potensi minor correction pada pergerakan jangka pendek yang didukung oleh beberapa sinyal seperti negative divergence, overbought, dan melemahnya volume dalam dua bulan perdagangan terakhir, namun pergerakan jangka panjang IHSG masih menunjukkan arah positif yang didukung oleh beberapa indikator seperti trend dan cycle. Dengan ruang penguatan IHSG yang secara relatif masih cukup lebar menyimpan potensi positif pergerakan indeks dalam jangka panjang ke level 6.450 berdasarkan pola ascending triangle. JCI Cycle 13
Dampak Sektoral NEGATIF Potensi kenaikan harga BBM sebesar 33,33% kali ini dapat menambah kenaikan inflasi sebesar 1,6% 2,0%, ekspektasi kenaikan BI Rate sebesar minimal 25 basis poin dan penguatan nilai tukar rupiah. Karena sifatnya ekspektasi jangka pendek, maka hal ini dapat berdampak negatif ke sejumlah sektor seperti: Otomotif. Naiknya harga BBM dan ancaman kenaikan suku bunga adalah dua pukulan telak untuk ASII dan IMAS. Kompetisi akan semakin ketat di jenis mobil low end yang hemat bahan bakar. Penjualan motor cenderung meningkat. Properti. Obral KPR murah dan fixed untuk jangka waktu panjang akan lebih sulit dilakukan dan dapat menahan laju penjualan properti. Perbankan. Bank dengan profil kredit jangka panjang akan lebih sulit menyesuaikan diri seperti BBTN. POSITIF Karena sifatnya struktural, dampak positifnya dapat bertahan dalam jangka panjang untuk sektor: Konstruksi. Penghematan subsidi BBM sebesar Rp21,5 triliun akan dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur. Proyek proyek konstruksi pemerintah akan menguntungkan BUMN konstruksi seperti WIKA, ADHI dan PTPP. Jalan Tol. Pembangunan jalan tol menjadi bagian yang tidak dapat dihindarkan dan JSMR adalah pemain terbesar disektor ini. Semen. Industri semen nasional terus melakukan ekspansi usaha untuk antisipasi meningkatnya permintaan semen nasional yang tumbuh 15% setiap tahunnya, SMGR paling siap. Consumer. Membaiknya struktur APBN dan terjaganya Neraca Pembayaran memperkuat nilai tukar rupiah dan akan menguntungkan emiten dengan eksposur besar pada kebutuhan dollar seperti KLBF.
Terima Kasih DISCLAIMER This report has been prepared p by PT. Lautandhana Securindo on behalf of itself and its affiliated companies and is provided for information purposes only. Under no circumstances is it to be used or considered as an offer to sell, or a solicitation of any offer to buy. This report has been produced independently and the forecasts, opinions, and expectations contained herein are entirely those of PT. Lautandhana Securindo. While all reasonable care has been taken to ensure that information contained herein is not untrue or While all reasonable care has been taken to ensure that information contained herein is not untrue or misleading at the time of publication, PT. Lautandhana Securindo makes no representation as to its accuracy or completeness and it should not be relied upon as such. This report is provided solely for the information of clients of PT. Lautandhana Securindo who are expected to make their own investment decisions without reliance on this report. Neither PT Lautandhana SecurindonoranyofficeroremployeeofPTLautandhana Securindo accept any liability whatsoever for any direct or consequential loss arising from any use of this report or its contents. PT Lautandhana Securindo and/or persons connected with it may have acted upon or used the information herein contained, or the research or analysis on which it is based, before publication.