BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

P E N G A N T A R. Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

TUGAS MATA KULIAH POLITIK GENDER DAN DEMOKRASI DINAMIKA KESETARAAN GENDER DALAM KEHIDUPAN POLITIK DI INDONESIA

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

Asesmen Gender Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan politik masih menjadi masalah yang sangat kompleks. Fenomena ini

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus rumah dan selalu berada di rumah, sedangkan laki-laki adalah makhluk

PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

Perempuan dan Politik Lokal 1

KEYNOTE SPEECH PADA FORUM DISKUSI EVALUASI PILKADA SERENTAK 2015 Jakarta, 4 Mei 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan 1 oleh Dian Kartikasari 2

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, dan pola pemikiran yang berbeda. Hal inilah yang secara tidak langsung

KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN FUNGSI DPRD DI KOTA SEMARANG PERIODE Oleh: Hikmia Rahadini Pradipta

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh diskriminasi secara struktural dan kelembagaan. Di sebagian

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

Jakarta, 12 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sedang dijalankan oleh Pemerintah RI. Selain itu,

KERANGKA ACUAN MENAKAR KEPEMIMPINAN PEREMPUAN TAHUN 2017

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

Analisa Media Edisi Agustus 2013

Kesimpulan K E S I M P U L A N. DALAM TAHUN 1965, JUMLAH TOTAL PEREMPUAN YANG MENJABAT sebagai anggota

BAB PERTAMA PENDAHULUAN. adanya peluang kerja di suatu badan usaha (Maitland, 1993). Tenaga kerja

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan

BABI. Kaderisasi di organisasi manapwl merupakan urat nadi bagi sebuah organisasi.

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS PEREMPUAN KADER ORGANISASI PARTAI POLITIK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

PERAN PARTAI POLITIK DALAM MEWUJUDKAN DEMOKRASI YANG SANTUN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Oleh I Gde Made Metera 1

KETIMPANGAN GENDER DIBEBERAPA BIDANG PEMBANGUNAN DI BALI Oleh : Ni Luh Arjani

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

Sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial RI

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

Perempuan Diberdayakan Perempuan dalam Parlemen di Afrika Selatan 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan tidak pernah habis oleh suatu masa atau zaman kehadirannya di permukaan bumi, hal ini sangat tampak ketika dibicarakan tentang rendahnya sumberdaya perempuan, masalah kekerasan pada perempuan yang marak terjadi baik di rana publik atau sektor-sektor lainnya ( Persepsi Wanita, 1992 ). Semuanya menuntut adanya perhatian dan perjuangan serius oleh semua stakeholder yang ada, terlebih dari kelompok perempuan sendiri. Seiring dengan perjalanan pembangunan yang sarat dengan perubahanperubahan mendasar, baik pada tingkat paradigmatik maupun implementatif, dengan sebuah gerakan reformasi yang mengarah pada sistem demokrasi berkelanjutan guna terciptanya mekanisme desentralistik dengan mempertimbangkan potensi-potensi daerah dalam managerial sistem pemerintah daerah (Otonomi Daerah), merupakan peluang dan harapan besar bagi pengembangan potensi-potensi dasar perempuan dalam berbagai organisasi sosial kemasyarakatan yang mempunyai kekuatan basis massa pada tingkat bawah. Disamping merupakan tantangan bagi pengelolaan organisasi terhadap minimnya sumber daya manusia yang selama ini pada tingkat Nasional cukup memprihatinkan, dan ini menggambarkan bahwa kwalitas sumber daya manusia Indonesia perempuan perlu ditingkatkan, perjuangan perempuan tidak pernah 1

2 usai, meskipun kesempatan dan peluang selalu ada, hal ini disebabkan oleh kuatnya bangunan sosial masyarakat terhadap perempuan serta pemberian segala bentuk kesan yang mendistorsi terhadap kemajuan dan pemberdayaan perempuan, disamping minimnya sumber daya perempuan yang menyebabkan kondisinya semakin marginal oleh sistem dan budaya patriakhi yang mengarah pada mekanisme sistem kehidupan sosial bermasyarakat, dan anehnya kondisi ini terkadang didukung dan diciptakan oleh diri perempuan sendiri. Sebuah proses panjang yang pada akhirnya dapat memiliki dan meraih kesempatan bagi para perempuan Indonesia untuk tetap maju dan terus meningkatkan pengetahuan dan pendidikan melalui jalur lembaga pendidikan formal ataupun organisasiorganisasi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat, karena tidak sedikit yang dapat diperoleh dalam berpartisipasi aktif dalam berorganisasi, selain pengalaman langsung serta nilai-nilai kehidupan sosial masyarakat yang banyak berkembang dalam berorganisasi. Lembaga atau organisasi apapun yang dipilih para perempuan dalam mengaplikasikan potensi potensi dirinya, mempunyai makna sesuai dalam peningkatan sumber daya manusia serta partisipasi dalam menciptakan iklim kehidupan yang lebih kondusif. Sehingga organisasi perempuan apapun bentuknya bukan sekedar wadah yang akan mengumpulkan atau memberdayakan potensi-potensi perempuan yang semakin ketinggalan, karena banyak hal yang dapat dilakukan oleh para aktivis perempuan secara kolektif apabila ingin maju dan ikut serta menyelesaikan ketimpangan-ketimpangan sosial yang bermuara pada ketidak adilan dan kesetaraan gender dalam kehidupan.

3 Terlebih ketika situasi politik Indonesia memberikan angin segar dalam perspektif perempuan dalam menentukan kebijakan, meskipun hal ini belum optimal akan tetapi Undang-Undang Partai Politik No.31 Tahun 2002 bahkan telah mensyaratkan 30 % keterwakilan bagi perempuan, yang secara tidak langsung akan menjadi beban moral dan psycologis bagi setiap organisasi peserta pemilu, apabila mengabaikan potensi-potensi perempuan dalam peran aktifnya. Merupakan fenomena baru dan menyegarkan dalam perkembangan sistem demokrasi di Indonesia, meskipun dalam tataran yang relatif kecil dan sederhana, tetapi masih banyak harapan dan peluang yang bisa dilalui oleh para aktivis perempuan partai dalam partisipasinya untuk mensosialisasikan dan mengimplementasikan undang-undang tersebut sekaligus sebagai penghargaan terhadap pengorbanan dan perjuangan perempuan yang selama terpinggirkan oleh sistem. Karena pada kesempatan kali ini publik akan memberikan penilaian langsung terhadap partai-partai politik peserta pemilu yang mempunyai kepedulian terhadap perjuangan serta potensi-potensi perempuan, bahkan ada semacam kecaman dari berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau organisasi-organisasi kemasyarakatan perempuan lainnya, untuk tidak memilih gambar partai yang tidak memperhatikan kepentingan perempuan atau dengan tidak merealisasikan undang-undang tentang keterwakilan perempuan. Keterwakilan perempuan menjadi penting karena jumlah perempuan dalam panggung politik masih sangat rendah, berada dibawa standar, sehingga posisi dan peran perempuan dalam lembaga lembaga legislatif, terlebih jabatan eksekutif sebagai pengambil dan penentu kebijakan masih minim, mengakibatkan keberadaan perempuan masih belum diperhitungkan, meskipun menurut data BPS

4 tahun 2000 jumlah perempuan lebih besar dari jumlah laki laki berkisar 52% : 48%. Kurang adanya pengakuan terhadap pentingnya peran perempuan dalam proses politik ini terbukti dengan kurang terakomodirnya permasalahan perempuan dalam perencanaan pembangunan ( Pengaruh sosialisasi, 1999, 7 ), meskipun sejak lama sudah dikampanyekan dalam isu gender mainstriming tentang perempuan sebagai bagian dan sasaran dalam pembangunan pada tahun 1974 dengan menggunakan pemdekatan Women In Development Approach (WID), karena konsep gender dalam pembangunan masih belum diterjemahkan dengan baik oleh semua elemen pembangunan baik secara teoritis maupun aplikatif. Sehingga hasil hasil pembangunan masih berpihak pada kelompok kelompok tertentu.dan menjadi bias gender. Upaya upaya untuk mencapai penyetaraan dan keadilan gender terus dilakukan oleh aktivis perempuan, pada tahun 1980 an, melalui pendekatan Gender And Development Aproach (GAD). Dalam pendekatan ini tidak lagi melihat perempuan dan laki laki dari perbedaan biologis ( Mansur, 1999, 7 ), akan tetapi memandang laki laki dan perempuan secara sosial dan struktural dapat berpartisipasi dalam proses kehidupan, terutama partisipasi dalam kehidupan di rana politik dan publik. Partisipasi antara laki laki dan perempuan dalam kehidupan berpolitik merupakan salah satu prinsip perjuangan para aktivis perempuan, sampai di amanatkan dalam konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan (Convention on the Ellimination of All Form of Discrimination Againt Women) atau CEDAW yang kemudian diadopsi oleh sidang umum PBB tahun

5 1979 an ditetapkan pada tahun 1981 dan pemerintah Indonesia sendiri juga telah meratifikasi melalui Undang Undang Republik Indonesia no 7 tahun 1984 pada tanggal 24 juli 1984 melalui lembar negara no 29 tahun 1984. Meskipun sampai saat ini perjuangan menuju kesetaraan dan keadilan masih belum optimal, karena diskriminasi sacara struktural dan kelembagaan (Mansur F, 1999, 6) masih kuat dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu peneliti mencoba mengadakan panelitian kepada beberapa aktivis perempuan, apakah organisasi politik sebagai suatu lembaga masih mempunyai komitmen terhadap perjuangan para aktivis perempuan? Perbedaan peran jenis kelamin tidak dapat diganggu gugat akan tetapi perbedaan peran gender masih bisa dirubah karena bergantung pada faktor sosial dan sejarah (Mansur F, 1999, 9). Meskipun peran-peran jenis kelamin atau gender biologis yang dijalani oleh para perempuan dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat sering kali tidak terekspos atau diakui secara formal, hal ini disebabkan kuatnya kontruksi sosial serta pengaruh hegemoni budaya patriakhi yang mengindikasikan pada mayoritas model pekerjaan laki-laki lebih terakui. Pendiskriminasian semacam ini semakin melemahkan sumber daya perempuan terlebih ketika para perempuan tidak mempunyai keinginan untuk merubah dan melakukan pembenahan pembenahan sejak dini. Karena ideologi patriakhi, akhirnya melahirkan nilai-nilai yang membedakan sifat-sifat maskulin dan feminin pada laki dan perempuan, perempuan lebih pada peran-peran lembut, halus dan tidak banyak tantangan, bersifat emosional tidak rasional karena perempuan dikaruniai sembilan puluh sembilan nafsu dan satu akal dan sebaliknya laki-laki dikaruniai sembilan puluh

6 sembilan akal dan satu nafsu. Sehingga laki-laki lebih pada peran yang keras, penuh tantangan dan lebih bersifat rasional. Fenomena diatas membawa tugas yang berat bagi para aktivis perempuan dalam melakukan pemberdayaan terhadap komunitasnya, karena sedikit demi sedikit harus mampu merobohkan kontruksi sosial berupa mitos, stereotype, citra, prasangka dan pelebelan-pelebelan yang negatif, merugikan serta melemahkan terhadap keberadaan perempuan ( Gender sensitivity, 2003, 8 ). Sebuah perjuangan dan pengorbanan yang secara komprehensif harus dilakukan dengan terus menerus dan berkelanjutan oleh para perempuan dan elemen masyarakat lainnya. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ingin penulis kembangkan dalam memberikan deskripsi yang kuat terhadap implementasi keterwakilan perempuan bagi perempuan yang telah disyaratkan dalam undang-undang partai politik No.31 tahun 2002 dan pemilihan umum No.12 tahun 2002 adalah : 1. Apakah organisai politik mempunyai komitmen terhadap partisipasi perempuan di Jawa Timur. 2. Apa latar belakang organisasi politik dalam melaksanakan komitmen. 3. Organisasi politik apa yang mempunyai komitmen terhadap perempuan 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendapatkan gambaran tentang komitmen organisasi politik dalam mengakses potensi-potensi perempuan di Jawa Timur.

7 2. Mendapatkan informasi tentang berbagai hambatan dan tantangan perempuan yang aktif di partai politik. 3. Mengetahui sejauh mana organisasi politik dalam mengakses potensi-potensi perempuan sebagai penggalang suara. 4. Hubungan keterwakilan dengan tingkat partisipasi politik perempuan di partai politik peserta pemilu. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Peneliti akan memperoleh informasi tentang perkembangan tingkat partisipasi politikk perempuan di Jawa Timur. 2. Peniliti akan memperoleh informasi terhadap implementasi keterwakilan 30% bagi perempuan di organisasi-organisasi politik Jawa Timur. 3. Peniliti minimal akan mendapatkan data tentang politisi perempuan atau aktivis-aktivis perempuan partai di Jawa Timur. 4. Pembahas akan memperoleh data tentang calon anggota legeslatif perempuan dari organisasi politik terbesar di Jawa Timur. 5. Pembahasan ini menyajikan informasi tentang organisasi-organisasi politik yang mempunyai kepedulian terhadap perjuangan dan potensi-potensi perempuan dan sebaliknya bagi organisasi-organisasi yang kurang memperhatikan kepentingan perempuan. 6. Pengaruh partisipasi perempuan dalam perkembangan organisasi politik. 7. Pengaruh partisipasi perempuan dalam perolehan suara pada pemilu 2004 8. Dalam pembahasan ini akan memberikan gambaran tentang perjuangan para perempuan dalam mendapatkan hak-haknya sebagai manusia.

8 9. Penelitian ini akan memberikan gambaran tentang partisipasi perempuan dalam menentukan arah kebijakan public melalui organisasi organisasi politik. 10. Hasil penelitian akan memberikan gambaran tentang potensi potensi politis perempuan 11. Bagi perkembangan dunia ilmiah, hasil penelitian ini akan menggambarkan kualitas sumber daya perempuan