BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang
|
|
- Susanto Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang di tanah air. Setiap perubahan regulasi yang menyangkut kebijakan tentang partai politik selalu menjadi topik perbincangan yang hangat dan menarik di masyarakat. Baik seperti perubahan mengenai peraturan perundang-undangan tentang partai politik maupun petunjuk teknis pelaksanaannya yang diatur dalam peraturan pemerintah. Hal yang paling menarik pada akhir-akhir ini ialah tentang isu keuangan partai politik yang saat ini masih belum transparan dan akuntabel. Kesi mpulan ini didapat dari penelitian sebelumnya yakni, Anomali keuangan partai politik tahun 2011 tentang pengaturan dan praktik keuangan partai politik oleh Kemitraan dan Perludem, Laporan studi standar akuntansi keuangan partai politik oleh Transparency International Indonesia (TII) dan seterusnya periksa yang lain. Pada awal mulanya hubungan ideologis partai politik sangat kuat ketika dalam melaksanakan perkerjaan semua dana operasional maupun kampanye diperoleh lewat iuran maupun sumbangan para anggotanya. Sumbangan ini merupakan alat pemersatu ideologi dan perjuangan antara partai politik dengan anggotanya. Akan tetapi, seiring dengan semakin pudarnya ikatan ideologis anggotanya dan ditambah semakin besarnya kebutuhan akan dana untuk menjaga eksistensi partai politik, terutama kegiatan utamanya dalam pemilu, yakni
2 kampanye atau unjuk publik (public expose). Maka partai politik mulai menggalang dana yang bersumber baik dari sumbangan perorangan maupun badan usaha. Disinilah kepentingan rakyat dan anggota yang seharusnya diperjuangkan mulai diabaikan dan tergeser karena partai politik tampak elitis dan lebih cenderung memihak kepentingan para penyumbang. Pada akhirnya kesenjangan antara anggota partai dengan pengurus partai, membuat partai politik semakin gencar memburu dana sumbangan dari pihak ekternal. Dana yang diperoleh ini tentunya tidak sukarela begitu saja diberikan oleh penyumbang. Banyak motif jebakan kepentingan yang melatarbelakangi pemberian sumbangan ini, seperti membantu pengusaha dalam melancarkan proyek-proyeknya apabila terkendala dengan pemerintah daerah (perlindungan politik) dan menukarkan sumbangan tersebut dengan kebijakan/keputusan yang memihak dan menguntungkan para penyumbang. Hasil penelitian Kholmi (2013) menunjukkan bahwa pengurus partai politik sependapat untuk menerapkan tiga kategori akuntabilitas keuangan dalam mengelola organisasi partai politik, yaitu akuntabilitas keuangan tahunan; akuntabilitas keuangan dana kampanye; dan akuntabilitas keuangan dana bantuan APBD. Sebagian besar responden menjawab sangat setuju (47,26%) dan setuju (43,24%) adanya akuntabilitas keuangan partai politik, tetapi masih terdapat pengurus partai sangat tidak setuju (2,31%) atas akuntabilitas keuangan partai politik. Dan sangat tidak setuju jika partai melakukan penyusunan program dan rencana keuangan, partai membuat rekening khusus dana kampanye, dan partai memiliki rekening atas nama partai masing-masing prosentase jawaban responden
3 17,65%. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Emmy Hafild bersama Transparency Internasional Indonesia (2008), menunjukkan bahwa partai politik di tingkat pusat sangat rendah kepatuhannya terhadap kewajiban menyajikan laporan keuangan partai politik yang baik dan benar sehingga akuntabilitas partai politik di tingkat pusat rendah, karena masyarakat tidak dapat mengakses secara luas sumber-sumber pendanaan yang digunakan oleh partai politik. Simanjuntak (2009) mengungkapkan bahwa partai politik miskin akuntabilitas. Demikian pula media masa juga mengkritik bahwa akuntabilitas keuangan partai politik lemah (Masduki, 2009; Radikun et al., 2008). Partai politik memiliki peran yang fundamental dalam pemerintahan yang demokratis, karena jajaran anggota legislatif berasal dari kader partai politik dan para eksekutif yang duduk di kursi pemerintahan merupakan individu yang dicalonkan oleh partai politik. Sehingga, penyumbang yang memiliki konstribusi sumbangan yang sangat besar tentunya akan sangat berpengaruh terhadap setiap pekerjaan partai politik. Oleh karena itu, untuk menjaga kemandirian partai politik maka perlu undang-undang yang mengatur lebih jauh tentang pengelolaan keuangan partai politik yang mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Undang-undang partai politik pertama kali muncul pada awal zaman orde baru, dengan diterbitkannya UU No. 3/1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya. Partai politik yang pertama kali didirikan pada masa ini, yaitu PPP, Golkar dan PDI dan UU No. 3/1975 inilah yang digunakan oleh partai poltik sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan politiknya. Namun undang-undang
4 tersebut hanya sedikit yang menyinggung soal keuangan partai politik, yaitu tentang sumber keuangan partai politik. UU No. 3/1975 tersebut menyatakan bahwa sumber keuangan partai politik dan golongan karya diperoleh dari: iuran anggota, sumbangan yang tidak mengikat, usaha lain yang sah, dan bantuan dari negara/pemerintah. Menginjak era reformasi dimana keterbukaan politik mulai dipraktekkan dengan diselenggarakannya pemilu. Maka terbilah UU No. 2/1999 tentang partai poltik dalam rangka menjamin kebebasan rakyat untuk membentuk partai politik. Dengan memasukkan pengaturan keuangan partai politik, UU No. 2/1999 mulai memperhatikan isu keuangan yang selama ini memberikan kesan buruk terhadap kredibilitas partai politik. Selain itu, UU No. 2/1999 tersebut juga memberikan batasan-batasan tertentu terutama mengenai sumbangan agar partai politik bisa tetap mandiri dan terlindungi dari pengaruh penyumbang. Berdasarkan UU No. 2/1999 partai politik wajib melaporkan daftar penyumbang beserta laporan keuangannya yang dapat sewaktu-waktu diaudit oleh Akuntan Publik. Akan tetapi, karena dana yang dibutuhkan untuk kampanye pada masa itu cukup besar terutama dana kampanye media massa maka UU No. 2/1999 tidak diperhatikan dan diabaikan oleh partai politik. Kampanye media massa dengan dana yang besar dilakukan demi mendapatkan perolehan suara yang besar agar kursi-kursi kekuasaan dan posisi strategis dalam pemerintahan dimiliki oleh partai politik. Permasalahan politik tersebut menjadi sebuah pekerjaan dan program jangka panjang yang harus diselesaikan oleh pemerintah agar kepentingan anggota dan
5 rakyat yang menyuarakan hak suaranya lewat partai politik terlindungi dari kepentingan para kelompok elits/penyumbang. UU No. 3/1975 dan UU No. 2/1999 yang menjadi awal pengaturan praktek keuangan partai politik pada masa itu nampaknya belum cukup dan tidak berarti apa-apa. Hal ini terbukti berdasarkan hasil kunjungan tim Transparency International Indonesia (TII) ke Mahkamah Agung pada agustus Dari hasil kunjungan tersebut diketahui bahwa sebagian besar laporan keuangan partai politik yang disampaikan ke Mahkamah Agung adalah penggunaan dana kampanye tahun Sementara itu, untuk laporan keuangan tahunan hanya 5 partai yang menyampaikan laporan keuangan tahun 2000 dan hanya 1 partai yang menyampaikan laporan keuangan tahun Sebagian dari partai yang menyerahkan laporan kepada Mahkamah Agung hanya mengirimkan Anggaran Dasar mereka tanpa ada laporan keuangannya. Tuntutan terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan partai politik semakin gencar disuarakan oleh rakyat. Hal ini mendorong terbitnya UU No. 31/2002 tentang partai politik sebagai pengganti atas UU No. 2/1999 yang dinilai sudah tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perubahan ketatanegaraan. UU No. 31/2002 memuat secara lebih tegas tentang sanksi yang diberikan oleh Komisi Pemilihan Umum kepada partai politik apabila tidak melaksanakan kewajibannya. Seperti, terkait masalah pembukuan dikenai berupa sanksi teguran dan sanksi penghentian bantuan anggaran apabila tidak memberikan laporan keuangan. Dan ketegasan pemerintah perlu dipertanyakan kembali ketika pada tahun 2005 hanya 3 dari 50 partai politik yang memberikan
6 laporan keuangan. Ketiga partai politik tersebut adalah Partai Indonesia Baru, Partai Golongan Karya dan Partai Demokrat, namun kepada 47 partai politik yang tidak memberikan laporan keuangan tidak dikenakan sanksi apapun. Padahal Menurut ketentuan pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang partai politik, pelanggaran terhadap pasal 9 huruf (i) dikenai sanksi administratif berupa dihentikannya bantuan dari anggaran negara. Perubahan regulasi tentang partai politik yang selanjutnya yakni dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 dan diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang partai politik. Setelah diterbitkannya dua undang-undang ini tidak ada perubahan yang masif terlihat pada pengaturan keuangan partai politik. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 dan Undang Nomor 2 Tahun 2011 justru melonggarkan keleluasaan partai politik untuk menggalang dana dengan menaikkan nominal sumbangan badan usaha. Dorongan yang diberikan oleh dua undang-undang ini terasa sangat lemah karena tidak adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh partai politik dan mekanisme pelaporan yang tidak jelas juga membuat kebingungan para pengurus partai politik. Kepada siapa laporan keuangan partai politik harus diserahkan, hal ini tidak dimuat dalam undang-undang tersebut. Beberapa kajian terdahulu yang berkaitan dengan transparansi dan akuntabilitas keuangan partai politik di Indonesia yang sudah dilakukan, antara lain oleh Simanjuntak (2011), Rizal (2010), Ichwanuddin (2009), Masduki (2009), Husodo (2009), Radikun, et al. (2008), dan Krina (2003), namun kajian yang lebih mendalam tentang isu transparansi dan akuntabilitas terutama yang menyinggung
7 soal pelaporan keuangan partai politik masih jarang dilakukan. Kholmi (2013) telah melakukan kajian tentang persepsi pengurus partai politik terhadap akuntabilitas keuangan partai politik. Akan tetapi, penelitian tersebut memiliki keterbatasan pada teknik pengambilan data, yakni hanya dengan menggunakan kuesioner sehingga dirasa bias karena responden cenderung kurang memberikan jawaban secara tepat. Hal yang membedakan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah pembahasan yang diangkat lebih terfokus pada penerapan prinsip transparansi dan akuntablitas dalam kewajiban pelaporan keuangan partai politik pada UU No. 2/2011. Perbedaan selanjutnya ada pada metode penelitian, yakni menggunakan wawancara sebagai teknik pengumpulan data dengan pendekatan fenomenologis untuk mendeskripsikan hasil temuan penelitian. Sehingga, hasil dari penelitian ini dapat memberikan simpulan yang lebih akurat dibandingkan dengan penggunaan kuesioner karena peneliti secara langsung memahami karakteristik dan kondisi dari para informan. Mengingat di era keterbukaan informasi publik ini masyarakat semakin menuntut keterbukaan informasi yang menyangkut kepentingan publik agar diungkapkan secara transparan, dalam hal ini informasi keuangan partai politik menjadi penting untuk dipublikasikan agar masyarakat semakin cerdas dalam memlih wakil rakyat. Sehingga, berdasarkan isu keuangan partai politik diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai isu transparansi dan akuntabilitas pada laporan keuangan partai politik. Penelitian ini berfokus pada pengaturan pelaporan keuangan partai politik berdasarkan undang-undang partai politik terbaru yakni, UU No. 2/2011 dan menganalisanya dengan studi
8 fenomenologis untuk menggali keterangan lebih dalam mengenai bagaimana praktek pelaporan keuangan partai politik saat ini. Sejauh mana partai poiltik dalam memahami kewajiban pelaporan keuangan partai politik yang ada pada UU No. 2/2011 tentang partai politik? Apakah partai politik sudah mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam laporan keuangannya? Atau prinsip transparansi dan akuntabilitas tersebut hanyalah sebuah wacana saja dalam UU No. 2/ Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan mengenai isu pelaporan keuangan partai politik yang telah dijelaskan dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan pada penelitian ini yaitu: Bagaimana pemahaman pengurus partai politik atas pelaporan keuangan partai politik yang diatur dalam UU No. 2/2011 tentang partai politik? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Memahami pelaporan keuangan partai politik yang diatur dalam UU No. 2/2011 tentang partai politik pada DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Kota Mojokerto. 2. Pembahasan dilanjutkan dengan pemahaman atas prinsip tansparansi dan akuntabilitas pada laporan keuangan partai politik saat ini.
9 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, antara lain: 1. Kontribusi Praktis a. Bagi partai politik, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan agar dalam menyusun laporan keuangan lebih mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabilitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. b. Bagi pemerintah, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai praktek pelaporan keuangan partai politik, sehingga dalam merumuskan kebijakan pemerintah lebih tegas bila menyangkut pengaturan keuangan partai politik. c. Bagi masyarakat, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai keterbukan informasi atas laporan keuangan partai politik sebagai bahan pertimbangan agar lebih cermat dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. 2. Kontribusi Teoritis a. Bagi penulis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pelaporan keuangan partai politik dan isu keuangan yang meliputinya serta permasalahan yang terkait dengan pelaporan keuangan parta politik. b. Bagi pembaca, melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai praktek pelaporan keuangan partai politik serta isu transparansi dan akuntabilitas dalam laporan keuangan partai politik
10 c. Bagi akademisi, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan dapat digunakan sebagai media referensi apabila melakukan penelitian mengenai pelaporan keuangan partai politik. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian merupakan pembatasan atas suatu pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar arah pembatasan dalam penulisan skripsi ini tidak mengalami kesimpangsiuran serta terhindar dari pembahasan yang terlalu luas dan tidak mengarah pada tujuan yang diharapkan. Agar penelitian ini dapat mudah dipahami oleh pembaca, maka penelitian ini dibatasi pada tiga hal. Pertama, penelitian ini dibatasi lokasinya hanya pada kantor DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Kota Mojokerto. Kedua, pada penelitian ini juga dibatasi lingkupnya hanya pada praktek penerepan prinsip transparansi dan akuntabilitas pada laporan keuangan partai politik yang diatur menurut UU No. 2/2011 tentang partai politik. Dan ketiga, penelitian ini dibatasi pada peliputan subjek penelitian yaitu hanya pengurus DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Kota Mojokerto.
BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Perubahan regulasi yang mengatur tentang partai politik dari waktu ke waktu
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Perubahan regulasi yang mengatur tentang partai politik dari waktu ke waktu rupanya tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap kemajuan partai politik khususnya dalam pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merumuskan dan menyalurkan kepentingan masyarakat.partai politik juga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran partai politik dalam sistem pemerintahan yang demokratis adalah suatu hal yang penting. Sebagai organisasi yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT
LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT 1. Latar Belakang Hingga saat ini persoalan transparansi dan akuntabilitas dana politik masih menjadi
Lebih terperinciTULISAN HUKUM. Transparansi-dan-Akuntabilitas-Pengelolaan. m.tempo.co
TINJAUAN HUKUM BATAS PENYAMPAIAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA BANTUAN KEUANGAN PARTAI POLITIK DAN PERAN BPK DALAM PENGELOLAAN DANA BANTUAN KEUANGAN PARTAI POLITIK m.tempo.co I. PENDAHULUAN Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penilaian yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan suatu kegiatan atau proses pengumpulan data, dan penilaian yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, untuk menilai
Lebih terperinciKONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK
KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK OLEH DRS. SYAMSUDDIN, M.Si DIREKTORAT POLITIK DALAM NEGERI DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM 1 UU NO
Lebih terperinciKajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik
Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan mendasar pada sistem pemerintahan yang ada. Salah satu perubahan mendasar yang dimaksud
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBERIAN SUMBANGAN DANA KAMPANYE PEMILU SAHABUDDIN/D ABSTRAK
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBERIAN SUMBANGAN DANA KAMPANYE PEMILU SAHABUDDIN/D 101 10 132 ABSTRAK Tujuan penulisan ini adalah untuk menjaga kemandirian partai politik, calon anggota Legislatif
Lebih terperinciThe Crinis. Project. Laporan Penelitian Transparansi Dana Politik di Indonesia
The Crinis Project Laporan Penelitian Transparansi Dana Politik di Indonesia The Crinis Project Laporan Penelitian Transparansi Dana Politik di Indonesia Transparency International Indonesia Jl. Senayan
Lebih terperinciPerempuan dan Pembangunan Berkelanjutan
SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT. Transparency International Indonesia
LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT Transparency International Indonesia Latar Belakang Disahkanya Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPANDANGAN PENGURUS PARTAI TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAPORAN KEUANGAN PARTAI POLITIK
PANDANGAN PENGURUS PARTAI TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAPORAN KEUANGAN PARTAI POLITIK Bagus Permadi baguspmd@gmail.com Ikhsan Budi Riharjo Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknik-tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar (teknik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi memiliki kerangka teori konseptual yang menjadi dasar pelaksanaan teknik-tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar (teknik, prinsip)
Lebih terperinciPeningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin
Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPEMERIKSAAN BANTUAN KEUANGAN PARTAI POLITIK DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PENGELOLAAN KEUANGAN PARTAI POLITIK YANG TRANSPARAN DAN AKUNTABEL
PEMERIKSAAN BANTUAN KEUANGAN PARTAI POLITIK DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PENGELOLAAN KEUANGAN PARTAI POLITIK YANG TRANSPARAN DAN AKUNTABEL bantenpos-online.com I. PENDAHULUAN Peran partai politik dewasa ini
Lebih terperinciKEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014
KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan
Lebih terperinciPersepsi Pengurus Partai terhadap Akuntabilitas Keuangan Partai Politik
Persepsi Pengurus Partai terhadap Akuntabilitas Keuangan Partai Politik JRAK 3,1 363 Masiyah Kholmi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur Jl. Raya Tlogomas 246 Malang Email: masiyahkholmi@gmail.com
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2012
1 PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin kemerdekaan berserikat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena menjadi poros penting dalam proses demokrasi. Partai politik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran partai politik dewasa ini sangatlah penting dalam sistem politik di Indonesia karena menjadi poros penting dalam proses demokrasi. Partai politik tidak hanya menjadi
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Oleh : Afiatus Sobrina /FE/AK. Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR
ANALISIS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS LAPORAN DANA KAMPANYE PARTAI POLITIK DITINJAU DARI SEGI GOOD GOVERNANCE (Studi Kasus DPW PAN JAWA TIMUR pada Pemilu 2009) SKRIPSI Diajukan Oleh : Afiatus Sobrina
Lebih terperinciPANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK
PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK I. PENGANTAR Pemilihan Umum adalah mekanisme demokratis untuk memilih anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD), dan Eksekutif (Presiden-Wakil Presiden, serta kepala daerah). Pemilu
Lebih terperinciURGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENCABUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6
BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENCABUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntabilitas (accountability) merupakan salah satu prinsip atau asas dari paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perwakilan. Partai politik melalui anggota-anggotanya yang duduk di lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem politik Indonesia apalagi dalam proses pelaksanaan demokrasi khususnya demokrasi perwakilan. Partai
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN SEKADAU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN SEKADAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciDUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK
DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK Pemkot Magelang memberikan bantuan keuangan kepada sembilan partai politik tahun 2016, senilai total Rp560.702.300. Namun yang dapat dicairkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi 1998 menghadirkan perubahan proses demokrasi di Indonesia. Pemilihan Presiden/ Wakil Presiden hingga Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Awal mula dibuatnya Undang-Undang tentang pemerintah daerah karena pada saat diberlakukannya sistem pemerintah terpusat dimana sentralisasi pemerintah berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 792 TAHUN : 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG
BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut untuk dipenuhi melalui kebijakan pemerintah. 1. membawa kondisi dan situasi masyarakat menjadi lebih baik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam alam demokrasi partai politik mempunyai peran fundamental. Mereka menjadi perantara antara masyarakat dan pemerintah. Sebagai organisasi yang tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.387, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawas. Dana Kampanye. Pemilu. Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2012
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v
i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah.
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH
1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menyelenggarakan pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pemerintah daerah
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang berdasarkan kepada kedaulatan rakyat. Hal ini berarti bahwa dalam setiap pembuatan keputusan/ kebijakan harus berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci- 2 - MEMUTUSKAN : mencakup
- 2 - Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316); 4. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012 tentang Tahapan, Program,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO
PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 02 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI JENEPONTO, :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya krisis ekonomi diindonesia antara lain disebabkan oleh tatacara penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik. Akibatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi, akan tetapi pembangunan demokrasi di Indonesia seperti banyak mengalami rintangan dan halangan.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
Lebih terperinci2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Dana Kam
No.993, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Dana Kampanye. Peserta Pilkada. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa pertama, fungsi partai sebagai sosialisasi politik sangat minim dilakukan dan bahkan tidak ada, sebagai contoh dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah desa merupakan simbol formil kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa sebagai badan kekuasaan terendah selain memiliki wewenang asli untuk mengatur
Lebih terperinciPENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH
Policy Brief [05] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Demokrasi bukanlah bentuk pemerintahan yang terbaik, namun demokrasi adalah bentuk pemerintahan
Lebih terperinciNo.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.
No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Hal ini terjadi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG
PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang :
Lebih terperinciNOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA
Lebih terperinciADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU
ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU 1. Sistem Pemilu Rumusan naskah RUU: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 6 SERI E
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 6 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK
PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi yang diperjuangkan oleh seluruh lapisan masyarakat membawa perubahan dalam kehidupan politik nasional maupun di daerah. Salah satu agenda reformasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.243, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPU. Dana Kampanye. Pelaporan. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
Lebih terperinciPembaruan Parpol Lewat UU
Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
DAFTAR ISI Persembahan.................................... i Abstrak.................................... ii Ringkasan Eksekutif.................................... iii Lembar Pengesahan........................................
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BLITAR
PEMERINTAH KOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa keberadaan Partai Politik di Kota Blitar adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada era Orde Baru, pemerintah daerah tidak mempunyai kemandirian untuk berkembang. Semua kebijakan pemerintah daerah dikontrol oleh pemerintah pusat. Reformasi diawal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi telah mendorong perubahan dalam pengelolaan negara. Setelah pada masa Orde Baru, semua urusan pengelolaan daerah tersentralisasi, maka pada reformasi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 18 TAHUN 2010
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK KABUPATEN KAYONG UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPAKTA INTEGRITAS PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014
PAKTA INTEGRITAS PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 Kami yang bertanda tangan dibawah ini, Partai Politik Peserta Pemilu 2014, pada hari ini Maret 2014, menyatakan janji dan komitmen kami melalui penandatanganan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 108 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 108 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan Undang-Undang tentang Otonomi Daerah menuntut good government dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang harus mengedepankan akuntanbilitas dan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK
PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang :
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH I. UMUM Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 74, Pasal 75, dan Pasal 76 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan lapangan, terdapat beberapa persoalan mendasar yang secara teoritis maupun praksis dapat disimpulkan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia ini yang menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, dimana dalam sistem ini kedaulatan berada ditangan rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah, salah satunya adalah terkait dengan manajemen keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah merupakan wujud dari adanya tuntutan publik terhadap akuntabilitas dan transparansi manajemen pemerintah,
Lebih terperinciPROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep
PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE 2009-2014 Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep 1 SEKILAS DPRD KABUPATEN SUMENEP DPRD Kabupaten Sumenep merupakan lembaga perwakilan rakyat
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG
B BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK YANG MEDAPATKAN KURSI DI DPRD KABUPATEN MAJENE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 5 TAHUN 2009 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 83 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK http://www.rumahpemilu.com/ Saat ini, administrasi atas bantuan keuangan kepada partai politik (parpol) belum tertib. Banyak parpol
Lebih terperinci