KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING SILIR YANG BERBASIS DI PPN KARANGANTU KOTA SERANG PROVINSI BANTEN

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Hasil Tangkapan Jaring Insang di Kuala Baru Kabupaten Aceh Singkil

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Jl. Raya Jakarta Serang Km. 04 Pakupatan, Serang, Banten * ) Korespondensi: ABSTRAK

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) MUARA ANGKE JAKARTA

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

Erwin Tanjaya ABSTRAK

BAB III BAHAN DAN METODE

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PURSE SEINE WARING UNTUK PELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN TERI (Stolephorus devisi) DI PERAIRAN WONOKERTO, KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING PROVINSI LAMPUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

1) The Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau.

BAB III BAHAN DAN METODE

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN JARING KEMBUNG (GILLNET) DI TPI PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING PROVINSI LAMPUNG

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN LONTAR KABUPATEN SERANG BANTEN

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

ANALISIS KERAMAHAN ALAT TANGKAP JARING TENGGIRI (GILLNET MILLENIUM) DI PERAIRAN PATI TERHADAP HASIL TANGKAPAN

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

TINGKAT KERAMAHAN LINGKUNGAN BUBU LIPAT YANG BERBASIS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA KARANGANTU KOTA SERANG PROVINSI BANTEN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN RAWAI (LONG LINE) PAGI DAN SIANG HARI DI PERAIRAN TELUK PAMBANG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI PESISIR BARAT SELATAN PULAU KEI KECIL KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

EVALUASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN MELALUI ANALISIS HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN SIBOLGA, SUMATERA UTARA DEYSI OLGA SITANGGANG

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

EFISIENSI TEKNIS DAN EKONOMIS ALAT TANGKAP JARING RAMPUS DI PPN KARANGANTU PROVINSI BANTEN YOHAN JIMMY RONALDO

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

III. METODE PENELITIAN

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN ALAT CANTRANG DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

PENDUGAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL BERDASARKAN KANDUNGAN KLOROFIL-A DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG EKA SEPTIANA

KARAKTERISTIK ARMADA PENANGKAPAN DOGOL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA KARANGANTU KOTA SERANG-BANTEN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANTAUN PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) DI PERAIRAN PESISIR PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 19 28

3 METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERBEDAAN KEDALAMAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TERHADAP KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN PADA ALAT TANGKAP CANTRANG

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

KEBIJAKAN PUNGUTAN HASIL PERIKANAN (PHP) : STUDI KASUS PERIKANAN PURSE SEINE PELAGIS KECIL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

UKURAN MATA DAN SHORTENING YANG SESUAI UNTUK JARING INSANG YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN TUAL

3 METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkap Cantrang SNI SNI

ABSTRACT. KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Jenis dan Sumber Data

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

Transkripsi:

Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 213 Vol. 2 No. 2 Hal : 11-1 ISSN 232-63 Available online at: http://umbidharma.org/jipp KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING SILIR YANG BERBASIS DI PPN KARANGANTU KOTA SERANG PROVINSI BANTEN (Catch Composition of Drift Gillnet in Karangantu Archipelagic Fishing Port Serang City Banten Province) Apriani 1*, Ririn Irnawati 1, Adi Susanto 1 1Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km. Pakupatan Serang Banten *Korespondensi: apriani@gmail.com Diterima: 2 November 213/ Disetujui: 21 Desember 213 ABSTRACT Karangantu archipelago fishing port is a base of capture fisheries activity in Banten Province with high productivity and gillnet as dominant fishing gear. The catch composition is one of the interesting research topics. The objectives of this research are to determine specification of fishing unit of gillnet, to determine fishing method and fishing ground of gillnet, and to calculate catch composition of gillnet. The analysis method that was used are descriptive, including the catch distribution of length and weight.the results showed that fishing vessel of gillnet has length 9. m, breadth 2.3 m, and depth.92 m; engine power is Dongfeng 2 HP. Gillnet has length 1 m, width m, mesh size 2 inches, large buoys, small buoys, head rope with length 2, m and marking buoys. Gillnet was operated by people consist of 1 people captain and people crew. The fishing method of gillnet consists of 3 steps, setting, drifting and hauling with fishing ground at Tunda Island, Ampel Island and Sunda Strait. The catch compositions consist of 1 species, dominated by indian mackerel (Rastrelliger sp. 3%) as the target catch. By-catch about 7% such as eastern little tuna (Auxis sp. 2,3%), red snapper (Lutjanus sp. 17,1%), scads (Decapterus sp.1,96%), dorab wolf-herring (Chirocentrus sp. 9,%), trevallies (Selaroides sp.,39%), bigeyescad (Selar sp. 7,66%), torpedo scad (Megalaspis sp. 6,2%), pony fish (Leiognathus sp.,37) barracuda (Sphyraena sp. 3,6%) about 2,1 % and other. Keywords: catch composition, gillnet, Karangantu archipelagic fishing port ABSTRAK Gillnet merupakan salah satu alat tangkap dominan di Pelabuhan Perikanan Nuantara (PPN) Karangantu yang menjadi pusat peikanan tangkap di Provinsi Banten. Beragamnya komposisi hasil tangkapan gillnet merupakan salah satu topik penelitian yang menarik, karena dapat digunakan untuk menilai tingkat selektivitas dan keramahan lingkungan suatu alat tangkap. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unit penangkapan dan metode pengoperasian serta menganalisis komposisi hasil tangkapan gillnet yang berbasis di PPN Karangantu. Analisis dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi hasil tangkapan yang diperoleh. Kapal yang digunakan untuk pengoperasian gillnet meggunakan mesin Dongfeng berkekuatan 2 HP dengan LOA 9, m; B 2,3 m;

12 APRIANI ET AL. JIPP dan D,92 m. Dalam satu piece, panjang badan gillnet adalah 1 m dengan lebar m yang terbuat dari bahan PA mulfilament bermesh size 2 inci. Pengoperasian gillnet dilakukan oleh orang dengan tahapan setting, drifting, dan hauling. Daerah penangkapannya berada di perairan Teluk Banten, Pulau Tunda, Pulau Ampel dan Selat Sunda. Komposisi hasil tangkapan gillnet didominasi oleh ikan kembung (Rastrelliger sp. 3%) sebagai hasil tangkapan utama dan 17 spesies lain sebagai hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan sampingan yang dominan antara lain tongkol (Auxis sp. 2,3%), bambangan (Lutjanus sp. 17,1%) dan layang (Decapterus sp.1,96%). Kata kunci: gillnet, hasil tangkapan, komposisi, PPN Karangantu PENDAHULUAN Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu merupakan salah satu pusat aktivitas perikanan tangkap di Provinsi Banten dengan produktivitas yang tinggi (PPN Karangantu 213). Ikan yang didaratkan tidak hanya didistribusikan ke wilayah Provinsi Banten, namun juga dijual ke Jakarta dan Lampung. Beragam alat tangkap beroperasi di perairan Teluk Banten dan umumnya memiliki basis di PPN Karangantu. Jaring insang (gillnet) merupakan salah satu alat tangkap yang dominan di PPN Karangantu. Jenis gillnet di PPN Karangantu terdiri atas gillnet rajungan, silir, ciker dan rampus. Gillnet cenderung menangkap ikan yang beragam (multispesies) sehingga banyak jenis ikan yang tertangkap dengan berbagai ukuran. Komposisi hasil tangkapan merupakan salah satu topik penelitian yang menarik. Data komposisi hasil tangkapan akan memberikan gambaran lebih jelas tentang jenis dan ukuran ikan yang diperoleh nelayan. Setiap daerah di Indonesia memiliki desain dan spesifikasi gillnet yang berbeda, begitu pula dengan nelayan di PPN Karangantu. Perbedaan desain dan konstruksi jaring tentunya akan memberikan pengaruh terhadap komposisi hasil tangkapan yang didapatkan. Hal ini menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti mengenai spesifikasi unit penangkapan, metode pengoperasian jaring silir dan DPI serta komposisi hasil tangkapan yang berbasis di PPN Karangantu. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti operasi penangkapan ikan menggunakan jaring silir di Perairan Teluk banten selama 1 hari pada bulan November 212. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Titrayasa. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan antara lain alat tulis, penggaris, timbangan, kamera, ember, perangkat komputer, unit penangkapan jaring silir dan ikan. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah survei dan experimental fishing. Data yang dikumpulkan meliputi spesifikasi unit penangkapan, metode pengoperasian, daerah penangkapan (DPI) dan komposisi hasil tangkapan jaring silir. Metode Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan melalui observasi dan wawancara dengan responden secara langsung di lokasi penelitian dengan mengikuti kegiatan operasi penangkapan ikan. Data primer mencakup dimensi armada penangkapan (panjang, lebar, dalam), dimensi alat tangkap (panjang, lebar, mesh size, nomor jaring, bahan jaring, ukuran pemberat, ukuran pelampung, tali ris atas), metode pengoperasian jaring silir

Vol. 2, 213 (cara setting, cara drifting, dan cara hauling), jenis dan jumlah tangkapan serta ukuran hasil tangkapan (panjang cagak, panjang total, panjang baku, dan berat ikan). Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang terkait dengan topik penelitian yang dilakukan. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga aspek yaitu analisis unit penangkapan ikan, analisis metode pengoperasian dan analisis hasil tangkapan. Analisis hasil tangkapan dibuat dalam bentuk grafik distribusi panjang dan berat dengan formula (Walpole 199). Dimana : K N I R : Jumlah kelas : Banyak kelas : Interval kelas : Nilai (panjang/bobot) terbesar -nilai (panjang/bobot) terkecil HASIL DAN PEMBAHASAN Armada Penangkapan Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan dengan jaring silir berukuran 2 GT memiliki panjang 9, m; lebar,9 m; dalam 2,3 m dengan mesi Dongfeng berkekuatan 2 HP. Konstruksi Alat Tangkap Jaring silir termasuk ke dalam klasifikasi gillnet pertengahan (midwater gillnet) yang terdiri atas satu lembar jaring (single gillnet). Satu piece jaring silir mempunyai panjang 1 m, lebar m dan mesh size 2 inci, berbahan PA multifilament Nomor 21 d/3. Setiap piece dilengkapi dengan pelampung kecil sebanyak 2 buah, pelampung besar sebanyak 2 buah, pemberat jaring terbuat dari semen cor (beton) sebanyak 2 buah, tali ris atas dengan panjang m dan pelampung tanda (Gambar 1). Nelayan menggunakan 2 piece dalam satu operasi penangkapan. Komposisi Hasil Tangkapan 13 Daerah Penangkapan Ikan Daerah penangkapan jaring silir berada di Pulau Tunda, Pulau Ampel hingga ke Selat Sunda dengan kedalaman 6 m. Lama perjalanan menuju fishing ground biasanya jam. Metode Pengoperasian Jaring silir Setting diawali dengan pelepasan pelampung tanda yang dilengakapi bendera dengan arah barat laut terhadap arus yang kemudian diikuti dengan pelepasan pemberat dan jaring secara cepat sampai jaring terakhir. Selama penurunan jaring, kondisi mesin kapal dalam keadaan menyala namun berjalan secara perlahan hingga jaring selesai diturunkan. Lama kegiatan setting adalah 3 menit. Drifting adalah tahapan penghanyutan jaring yang merupakan tahapan kedua setelah setting selesai. Penghanyutan jaring dilakukan selama - jam dengan kondisi mesin perahu dalam keadaan mati. Hauling dilakukan di bagian depan kapal dan memerlukan waktu sekitar 3 jam. Metode pengangkatan jaring dilakukan dengan tenaga manusia. Satu orang ABK menarik jaring pada tali ris dengan memakai sarung tangan untuk mengurangi rasa sakit. Satu orang ABK bertugas menata pelampung (disusun) dengan rapi; dua orang ABK bertugas menarik jaring bagian bawah sekaligus memisahkan atau mengambil ikan hasil tangkapan yang tersangkut di jaring; dan seorang sebagai nakhoda. Hasil Tangkapan Hasil identifikasi ikan hasil tangkapan jaring silir diperoleh sebanyak 1 spesies, terdiri atas ikan kembung sebagai hasil tangkapan utama sebanyak 39 ekor (3%), dan ikan hasil tangkapan sampingan (HTS) sebesar 7%. Jenis ikan HTS yang tertangkap adalah ikan tongkol sebanyak 6 ekor, bambangan 7 ekor, layang 1 ekor, golok-golok 26 ekor, selar 23 ekor,

1 APRIANI ET AL. JIPP bentong 21 ekor, tetengkek 17 ekor, pepetek 12 ekor, barakuda 1 ekor, layur 6 ekor, tudak ekor, tembang 3 ekor, manyung 2 ekor, kurisi 2 ekor, tenggiri 1 ekor, ekor kuning 1 ekor, kuwe 1 ekor. Jaring silir tidak hanya menangkap ikan kembung, namun juga spesies lain. Hal ini menunjukkan bahwa jaring silir kurang selektif. Ramdhan (2) menyatakan komposisi hasil tangkapan utama dapat menunjukkan selektivitas suatu alat tangkap. Bila proporsi hasil tangkapan sasaran utama yang dihasilkan semakin besar, maka alat tersebut dikatakan selektif dari segi jenis. Suadela (2) menyatakan apabila proporsi hasil tangkapan utama 6% maka suatu alat tangkap dapat dikatakan ramah lingkungan dari segi jumlah hasil tangkapan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka dapat dikatakan bahwa jaring silir tidak ramah lingkungan karena proporsi HTU yang diperoleh hanya 3%. 1.2 m PA 2 inci m m 1.2 m 2, m d g b h 2 m c a m e f 2, m 1 m Keterangan: a. Badan jaring e. Tali pemberat (16 cm) b. Tali ris atas f. Pemberat c. Tali pelampung besar (, m) g. Tali pelampung kecil d. Pelampung besar h. Pelampung besar Gambar 1 Desain dan konstruksi jaring silir.

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor) Vol. 2, 213 Komposisi Hasil Tangkapan 1 Ukuran panjang total ikan kembung dan tongkol Mosse dan Hutubessy (1996) menyatakan ikan kembung yang tertangkap di perairan Pulau Ambon pada ukuran < 2 cm belum terlihat adanya perkembangan gonad dan jika ada itu pun masih sangat kecil. Ikan kembung pertama kali matang gonad pada ukuran 2 cm dan ukuran pertama kali memijah berkisar >2 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan kembung yang layak tangkap sebanyak 31%. Irnawati (2) menyatakan panjang total ikan tongkol di perairan Ulak Karang Sumatera Barat saat memijah berukuran cm. Tertangkapnya ikan tongkol sebagai hasil tangkapan sampingan pada jaring silir diduga karena ikan tongkol sedang melakukan migrasi untuk mencari makan, mencari tempat memijah dan mencari kondisi lingkungan yang sesuai. Hasil penelitian menunjukkan ikan tongkol yang tertangkap dan sudah memiliki ukuran layak tangkap hanya 11%. Distribusi panjang total ikan kembung dan tongkol selama penelitian disajikan pada Gambar 2. Ukuran panjang total bambangan dan layang Damayanti (2) menyatakan ikan kakap merah (Lutjanus malabicus) yang tertangkap di perairan Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat memijah pada ukuran panjang total,-3,9 cm dengan berat 1.197-1.1 g. Berdasarkan ukuran tersebut, maka ikan bambangan yang tertangkap selama penelitian seluruhnya belum layak tangkap karena ukuran ikannya masih kecil (< 23 cm). Ikan layang yang tertangkap selama penelitian sudah layak tangkap (Gambar 3). Tanjaya (211), ikan layang hasil tangkapan di perairan Kabupaten Maluku Tenggara matang gonad pada ukuran panjang total 1-2, cm. Ikan layang dikategorikan sebagai ikan muda (juvenile) jika panjang totalnya,2-11,1 cm. Ukuran ikan dewasa memiliki panjang total 12,9-1,2 cm. Ukuran pertama kali matang gonad ikan jantan di Perairan Teluk Tolitoli yaitu 1, cm dan ikan betina yaitu 1,3 cm (Silooy 29). Sudirman (23), ikan layang yang tertangkap di perairan Baru-Selat Makasar matang gonad pada ukuran 13 mm dan pertama kali memijah berukuran >1 mm. Belum layak tangkap 16 1 12 1 6 2 2 136 123 Layak tangkap 1 16 1 12 1 6 2 Belum layak tangkap 17 17 7 Layak tangkap 1 Gambar 2 Distribusi panjang total ikan kembung dan ikan tongkol.

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor) Jumlah (ekor) Jumlah (ekor) 16 APRIANI ET AL. JIPP Ukuran panjang total ikan golokgolok dan selar Martalena et al. (212) menyatakan ikan golok-golok jantan yang tertangkap di perairan Laut Bengkalis mengalami matang gonad pada ukuran panjang total berkisar 321-9 mm dan berat tubuh 19,-7 g dan ikan golok-golok betina matang gonad pada ukuran panjang 6-691 mm dan berat tubuh 6-1.61 g. Berdasarkan hal tersebut maka ikan golok-golok hasil tangkapan jaring silir 1% belum layak tangkap, karena ukuran yang paling besar adalah 6 cm. Sudradjat (26) menyatakan panjang maksimum ikan selar di perairan pantai Timur Pulau Bintan secara teoritis berukuran 1 cm. Sudirman et al. (21) menyatakan ikan selar hasil tangkapan di perairan Teluk Bone ukuran pertama kali matang gonad adalah 19, mm dan ukuran betina matang gonad 1 mm. Sudirman (23) menyatakan ukuran ikan selar di perairan Baru-Selat Makasar pertama kali matang gonad berukuran 1 mm dan mulai melakukan pemijahan sebagian pada ukuran 16 mm. Berdasarkan pernyataan Sudirman (23) dapat disimpulkan, ikan selar yang tertangkap di perairan Teluk Banten sebagian besar sudah memasuki matang gonad dan sudah pernah memijah (layak tangkap) sebanyak 1 ekor (6%). Distribusi ukuran panjang total ikan golok-golok dan selar yang tertangkap disajikan pada Gambar. 2 2 Layak tangkap 2 1 3 2 Layak tangkap 27 1 1 7 2 16-171-192-2122-232-226-27 2 1 1 13 1 17-119-221-2223-232-2627-2 Gambar 3 Distribusi panjang total ikan bambangan dan ikan layang. 16 1 12 1 6 2 Belum layak tangkap 1 6 3 1 1 29-33-1-67-23-9-6 Belum layak tangkap 9 7 6 3 2 1 2 1 Layak tangkap 12-116-192-232-272-3132-3 Gambar Distribusi panjang total ikan golok-golok dan ikan selar.

Vol. 2, 213 Komposisi Hasil Tangkapan 17 KESIMPULAN Armada penangkapan jaring silir terbuat dari kayu jati dengan ukuran (LOA B, D) 9, x 2,3 x,92 m dan menggunakan mesin merk Dongfeng dengan daya mesin 2 PK. Jaring silir mempunyai panjang 1 m dan lebar m. Bahan jaring terbuat dari PA multifilament Nomor 21 d/3 dengan mesh size 2 inci. Jumlah nelayan pada kapal jaring silir sebanyak orang, terdiri dari 1 orang nakhoda dan orang ABK. Pengoperasian jaring silir dilakukan pada malam hari. Nelayan berangkat dari PPN Karangantu pada pukul 12.3 WIB dan kembali pukul 7. WIB. Pengoperasian jaring silir terdiri dari tiga tahap, yaitu penurunan jaring (setting), penghanyutan jaring (drifting), dan penarikan jaring (hauling). Daerah penangkapan meliputi Pulau Tunda, Pulau Ampel dan perairan Selat Sunda. Hasil tangkapan utama jaring silir adalah ikan kembung (Rastrelliger sp.) sebanyak 3% dan 31% (layak tangkap). Hasil tangkapan sampingan (by-catch) sebanyak 7% terdiri dari ikan tongkol (Auxis sp.) sebanyak 2,3% dan 11% (layak tangkap), ikan bambangan (Lutjanus sp.) sebanyak 17,1% dan 1% (belum layak tangkap), ikan layang (Decapterus sp.) sebanyak 1,96% dan 1% (layak tangkap), ikan golok-golok (Chirocentrus sp.) sebanyak 9,% dan 1% (belum layak tangkap), ikan selar (Selaroides sp.) sebanyak,39% dan 6% (layak tangkap), ikan bentong (Selar sp.) sebanyak 7,66%, ikan tetengkek (Megalaspis sp.) sebanyak 6,2%, ikan pepetek (Leiognathus sp.) sebanyak,37%, ikan barakuda (Sphyranea sp.) sebanyak 3,6% dan lain-lain sebanyak 2,1%. SARAN 1) Penggunaan ukuran mesh size pada jaring perlu diperbesar, agar sumber daya perikanannya tetap lestari. 2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait hasil tangkapan yang dominan belum layak tangkap, serta pada bulan-bulan yang lain sehingga dapat diperoleh gambaran hasil tangkapan selama kurun waktu satu tahun. Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran produktivitas jaring silir selama musim dan waktu tertentu. DAFTAR PUSTAKA Damayanti AA. 2. Keramahan Lingkungan Unit Penangkapan Ikan Karang Menggunakan Rawai Dasar di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat [Skripsi]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 6 hlm. Irnawati S. 2. Analisis Aspek Bio- Teknis Unit Penangkapan Payang di Perairan Ulak Karang, Sumatera Barat [Skripsi]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 6 hlm. Martalena L, R Elvyra, Yusfiati. 212. Aspek Reproduksi Ikan Parang- Parang (Chirocentrus dorab Forsskal 177) di Perairan Laut Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Bekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Binawidya Pekanbaru. 13 hlm. Mosse J W, Hutubessy B G. 1996. Umur, Pertumbuhan dan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) dari Perairan Pulau Ambon dan Sekitarnya. Goti. Jurnal Sains dan Teknologi Universitas Patimura.

1 APRIANI ET AL. JIPP Ramdhan D. 2. Keramahan Gillnet Millenium Indramayu Terhadap Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 9 hlm. Silooy FD. 29. Kebiasaan Makanan Ikan Layang (Decapterus macroma, Bleeker, 11) di Perairan Teluk Tolitoli Sulawesi Tengah. Jurnal Ichtyos (): 22-2. Suadela P. 2. Analisis Tingkat Keramahan Lingkungan Unit Penangkapan Jaring Rajungan (Studi Kasus di Teluk Banten) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautam. Institut Pertanian Bogor. 111 hlm. Sudirman. 23. Analisis Tingkah Laku Ikan untuk Mewujudkan Teknologi Ramah Lingkungan dalam Proses Penangkapan pada Bagan Rambo [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 33 hlm. Sudirman, MAI Hajar, Musbir, Saprudin, Suhartono, T Arimoto. 21. Efektivitas dan Keramahan Lingkungan Set Net Tipe Jepang di Perairan Teluk Bone. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (6):3-7. Sudradjat A. 26. Studi Pertumbuhan, Mortalitas, dan Tingkat Eksploitasi Ikan Selar Kuning, Selaroides leptolepis (Cuvier dan Valenciennes) di Perairan Pulau Bintan, Riau. Jurnal Perikanan (2):223-22. Tanjaya E. 211. Aktivitas Perikanan Purse Seine Mini Selama Musim Timur di Perairan Kabupaten Maluku Tenggara. [Prosiding Seminar Nasional; Pengembangan Pulau-Pulau Kecil]. Maluku: Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan. Politeknik Perikanan Negeri Tual. 11 hlm. Walpole RE. 199. Pengantar Statistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 11 hlm.