Densitas Ikan Pelagis Kecil Secara Akustik di Laut Arafura

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian

Oleh : HARDHANI EKO SAPUTRO C SKRIPSI

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5. ESTIMASI STOK SUMBERDAYA IKAN BERDASARKAN METODE HIDROAKUSTIK

Oleh : PAHMI PARHANI C SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

PENDUGAAN KELIMPAHAN DAN SEBARAN IKAN DEMERSAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN BELITUNG

3 METODE PENELITIAN. Gambar 8 Peta lokasi penelitian.

3. METODOLOGI PENELITIAN

ME FEnR OF ME LORD IS ME BECIHtlIHG Of WLEDGE : BUT FOOLS DESPISE WISDGii N(D IHSIRUCTIM1.

AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH

Karakteristik Shoaling Ikan Pelagis Menggunakan Data Akustik Split Beam di Perairan Selat Bangka Pada Musim Timur

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT

INTERPRETASI SEB NILAI TARGET STRENGTH (TS) DAN DENSITAS DEmRSAL DENGAN BlETODE AIE)ROAKUSTIK DI TELUK PELABUWAN RATU

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

DISTRIBUSI SPASIAL KEPADATAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN ENGGANO

3. DISTRIBUSI IKAN DI LAUT CINA SELATAN

Citra akustik Ikan Uji. Matriks Data Akustik. Hitungan Deskriptor. 15 Desk. teridentifikasi. 8 Desk. utama. Rancangan awal JSTPB JSTPB1

STATUS PERIKANAN DAN STOK SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL DI LAUT ARAFURA STATUS OF FISHERY AND STOCK OF SMALL PELAGIC FISH RESOURCES IN ARAFURA SEA

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

DISTRIBUSI, DENSITAS IKAN DAN KONDISI FISIK OSEANOGRAFI DI SELAT MALAKA

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TEKNOLOGI AKUSTIK BAWAH AIR: SOLUSI DATA PERIKANAN LAUT INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

DETEKSI SEBARAN IKAN PADA KOLOM PERAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK INTEGRASI KUMULATIF DI KECAMATAN SUMUR, PANDEGLANG BANTEN

terdistribusi pada seluruh strata kedalaman, bahkan umumnya terdapat dalam frekuensi yang ringgi. Secara horisontal, nilai target strength pada

I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

0643 DISTRIBUSI NILAI TARGETSTRENGTH DAN DENSITAS I ON PELAGIS DENGAN SISTEM AKUSTIK BIM TERBAGI D1 LAUT TIMOR PADA BULAN DESEMBER 2003

SEBARAN VOLUME BACKSCATTERING STRENGTH SCHOOLING IKAN MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK DI SELAT SUNDA

3 METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMAlUIAN DUAL FREKUENSI DALAM PENDUGAAN DISTRIBUSI IKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK (FURUNO FQ 80) DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

4. BAHAN DAN METODA. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

DETEKSI SCHOOLING IKAN PELAGIS DENGAN METODE HIDROAKUSTIK DI PERAIRAN TELUK PALU, SULAWESI TENGAH

PENGOLAHAN DATA SINGLE BEAM ECHOSOUNDER. Septian Nanda dan Aprillina Idha Geomatics Engineering

5 IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI KAWANAN IKAN PELAGIS DENGAN METODE STATISTIK

HUBUNGAN TIPE DASAR PERAIRAN DENGAN DISTRIBUSI IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANGKAJENE SULAWESI SELATAN 2011

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

PERBEDAAN KETEBALAN INTEGRASI DASAR PERAIRAN DENGAN INSTRUMEN HIDROAKUSTIK SIMRAD EY-60 DI PERAIRAN KEPULAUAN PARI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Penangkapan Ikan

I. PENDAHULUAN. sehingga, Indonesia disebut sebagai Negara Maritim. alamnya mayoritas mata pencaharian masyarakat indonesia setelah petani adalah

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

Analisis Sebaran Schooling Ikan Demersal Di Perairan Tarakan Kalimantan Utara Menggunakan Metode Hidroakustik. Oleh

DENI ACHMAD SOEBOER, S.Pi, M.Si

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

DETEKSI SCHOOLING IKAN PELAGIS DENGAN METODE HIDROAKUSTIKDI PERAIRAN TELUK PALU, SULAWESI TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN JARING BOBO DI OHOI SATHEAN KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA. Jacomina Tahapary, Erwin Tanjaya

Oleh : MUHAMMAD ALI MUSTOFA C SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Lintuk Melnperoleh Ge!ar Sajanz pada Fakultas Perikanan dan Illnu Kelaulan

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA GUGUSAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pelaksanaan Strategi

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

ANALISIS HASIL TANGKAPAN IKAN TERI (Stolephorus sp.) DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN DI PERAIRAN MORODEMAK

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

Keberadaan sumber daya ikan sangat tergantung pada faktor-faktor. yang sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Kemungkinan ini disebabkan karena

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN MELALUI PUKAT CINCIN (Purse Seine) TAHUN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO, KOTA BANDA ACEH

Gambar 8. Lokasi penelitian

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

3. METODE PENELITIAN

PEMETAAN BATIMETRI MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI MUARA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TOPOGRAFI DASAR PERAIRAN DENGAN SEBARAN IKAN DI SELAT MALAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MIGRASI HARIAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) SECARA VERTIKAL DENGAN PENDEKATAN AKUSTIK

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

Pendeteksian Suara Ikan Lepu Ayam (Pterois Volitans) Pada Periode Makan Dengan Skala Laboratorium

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENENTUAN RESPON OPTIMAL FUNGSI PENGLIHATAN IKAN TERHADAP PANJANG GELOMBANG DAN INTENSITAS CAHAYA TAMPAK

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

KOMPOSISI, ASPEK BIOLOGI DAN KEPADATAN STOK IKAN PARI DI LAUT ARAFURA

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) MUARA ANGKE JAKARTA

Katalog BPS:

SEBARAN SPASIAL DAN TEMPORAL DENSITAS IKAN PELAGIS KECIL DI LAUT BANDA DENGAN METODE HIDROAKUSTIK TRI NUR SUJATMIKO

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 1(D) 13106 Densitas Ikan Pelagis Kecil Secara Akustik di Laut Arafura Fauziyah dan Jaya A PS. Ilmu Kelautan FMIPA, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia Intisari: Akustik merupakan salah satu metode pendugaan densitas ikan. Penelitian ini dilaksanakan di Laut Arafura menggunakan alat akustik Scientific fishfinder Split Beam Echosounder Type Simrad EK 60 dan sampling alat tangkap menggunakan trawl. Pengambilan data survei akustik menggunakan desain paralel di sub-area Kepulauan Aru dan subarea Dolak pada Bulan November 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi ikan pelagis kecil didominasi oleh famili clupeidae. Nilai target strength ikan pelagis kecil yang terdeteksi paling banyak adalah 51 db sampai dengan 47 db (ukuran ikan 07.10-10.47 cm). Densitas ikan yang tinggi pada bagian kolom perairan 0-30 m yakni 15.693 ikan/1000m 3 dan semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Secara umum, densitas ikan Sub-area Dolak lebih tinggi daripada Sub-area Kepulauan Aru yakni 8.293 ekor ikan/1000m 3 Kata kunci: akustik, densitas, laut arafura, ikan pelagis kecil Abstract: One of fish density estimation method is acoustic. The research was conducted in Arafura Sea using Scientifict fishfinder Split Beam Echosounder Type Simrad EK 60 and sampling trawl as fishing gear. The collective acoustic data survey was used systematic parallel track at Aru Archipelago sub area (November 4-10, 2006) and Dolak sub-area (November 13-19, 2006). The result showed that composition of small pelagic fish was dominated Clupeidae. Target Strength 51 db to 47 db (Fork Length 07.10-10.47 cm) were biggest detected. Fish density was higher at stratum 0-30 m i.e 15.693 fish/1000m 3. Generally, fish density at Dolak sub-area was higher than Aru Archippelago sub-area, i.e 8.293 fish/1000m 3. Keywords: acoustic, arafura sea, density, small pelagic fish E-mail: siti fauziyah@yahoo.com Januari 2010 1 PENDAHULUAN I kan pelagis pada umumnya berenang berkelompok dalam jumlah yang sangat besar. Tujuan pembentukan kelompok adalah sebagai upaya memudahkan mencari makan, mencari pasangan dalam memijah dan taktik untuk menghindar atau mempertahankan diri dari serangan predator [1]. Densitas terbesar ikan pelagis di kolom perairan pada umumnya adalah pada zona epipelagis [2] yang kedalamannya sampai sekitar (100-150 m). Ikan pelagis dikelompokkan ke dalam 3 sub kelompok yakni Karangid (Layang, Selar dan Sunglir), Klupeid (Teri, Japuh, Tembang, Lemuru dan Siro) dan Skombroid (Kembung) [3]. Wilayah laut Arafura merupakan salah satu daerah penangkapan ikan yang potensial dengan sumber daya ikan utama terdiri dari ikan demersal, ikan pelagis dan udang. Estimasi potensi, produksi, dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di Laut Arafura, pada tahun 1997 mencapai produksi 33,400 ton/tahun dengan tingkat pengusahaan sebesar 7,13% dari potensi lestari 468,660 ton/tahun. Adapun pada Tahun 2001 mencapai produksi 12,310 ton/tahun dengan tingkat pengusahaan sebesar 2,63% dari potensi lestari 468,660 ton/tahun [4]. Tingkat pengusahaan yang semakin menurun dan besarnya potensi lestari menunjukkan bahwa peluang pengembangan di Laut Arafura hanya terdapat pada sumber daya ikan pelagis kecil saja. Penelitian mengenai densitas ikan pelagis kecil di perairan Laut Arafura penting untuk dilakukan mengingat peluang pengembangannya yang cukup besar yakni 82,87% dari potensi lesatrinya pada tahun 1997 [3]. Maraknya aktifitas IUU (illegal, unreported, unregulated fishing) di Laut Arafura seperti dinyatakan dalam Kompas [5] rata-rata setiap tahun sekitar 70 kapal asing beroperasi di perairan Papua serta kurang akuratnya metode statistik dan penghitungan pendaratan ikan di pelabuhan (fish landing data) seperti keabsahan data tangkapan dari nelayan dan keterbatasan informasi stok sumberdaya perikanan. Sehingga diperlukan suatu metode untuk menggambarkan densitas dan keberadaan ikan yang lebih akurat. Menurut aziz et.al. [3], metode yang dapat digunakan untuk menduga densitas dan potensi sumberdaya daya c 2010 FMIPA Universitas Sriwijaya 13106-21

ikan pelagis kecil adalah metode akustik. Teknologi hidroakustik merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk mendeteksi sumberdaya hayati dan nonhayati secara lebih akurat, cepat, dalam jangkauan yang luas, tidak mengganggu biota dan tidak merusak lingkungan. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan data Target Strength dan densitas ikan pelagis kecil secara vertikal di perairan Laut Arafura. Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi bagi nelayan mengenai daerah penyebaran ikan pelagis kecil di laut Arafura pada bulan Nopember, sehingga menghasilkan tangkapan yang optimum. Mengingat masih terbukanya peluang pemanfaatan ikan pelagis kecil, diharapkan dapat dijadikan informasi awal bagi pengambil kebijakan maupun stakeholder lainnya terhadap potensi ikan pelagis kecil di WPP Arafura. 2 BAHAN DAN METODE Penelitian ini memanfaatkan data hasil survei akustik Balai Riset Perikanan Laut (BRPL) Jakarta yang dilaksanakan di Laut Arafura pada tanggal 04-10 November 2006 (sub-area Kepulauan Aru) dan 13-19 November 2006 (sub-area Dolak). Lokasi survei akustik pada posisi 5 LS - 134 BT dan 9 LS - 140 BT. Pengambilan data akustik menggunakan Scientific fishfinder Split Beam Echosounder Type Simrad EK 60 [6]. Pemancar dan penerima gelombang pulsa menggunakan Transducer ES-120 7C 120 khz, Software ER 60. Kapal yang digunakan adalah Kapal Riset Bawal Putih 192.24 GT. Sampling alat tangkap yang digunakan adalah trawl. Desain survei akustik yang digunakan berbentuk paralel dengan 12 stasiun oseanografi. Lokasi penelitian dan desain survei dapat dilihat pada Gambar 1. Software yang digunakan untuk pengolahan dan analisis data adalah Software Bergan Echo Integrator 60 (BI 60). Analisis Data akustik meliputi analisis Target Strength dan Densitas Ikan sebagai berikut [7] : T S = 10 log σ B (1) Densitas area (ikan/nmi 2 ) kelompok ikan dihitung dengan persamaan: ρ A = S A σ B (2) Integrasi echo secara vertikal dilakukan untuk menghitung ikan dalam suatu volume (ikan/1000m 3 ) menjadi: ρv = ρ A (R 2 R 1 ) (3) dengan v adalah densitas ikan per volume (ikan/1000 m 3 ), A adalah densitas ikan per luas area (ikan/nmi 2 ), dan R adalah jarak target dari transducer (strata kedalaman). 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Komposisi Jenis Ikan Pelagis Kecil Kelompok ikan pelagis kecil yang tertangkap dengan sampling alat tangkap trawl di perairan Arafura bulan Nopember 2006 terdiri dari 42 spesies, yang tergolong dalam 5 famili (Tabel 1). Jenis paling dominan adalah famili Clupeidae dengan spesies dominan Pelona ditcela, Sardinella gibbosa(tembang), Dussumieria elopsoides (japuh) dan Illisha sp, disusul Carangidae dengan spesies dominan Deccapterus ruselli (layang), Carangoides malabricus (Kwee) dan Selaroides leptolepis(selar kuning), Engraulidae dengan spesies dominan Stelophorus comersoni(teri) dan Thrissa Mistax (Bulu ayam), Scombridae dengan spesies dominan Rastreliger kanagurta(kembung lelaki) dan terakhir Formionidae dengan spesies dominan Formio niger (bawal hitam). Tabel 1: Komposisi jenis ikan pelagis di perairan Arafura, November 2006 No Family Total Laju Tangkap % (kg) (kg/hr) 1 Clupeidae 1482 25 72 2 Carangidae 320 5 16 3 Engraulidae 193 3 9 4 Scombridae 44 1 2 5 Formionidae 19 0 1 Total 2058 34 100 3.2 Sebaran Nilai Target Strength Kedalaman perairan selama cruise track akustik antara 10-100 m. Untuk ikan pelagis kecil, pengukuran nilai target strength diambil pada strata kedalaman 2-90 m. Pasaribu [8] mengkategorikan TS ikan pelagis menjadi 4 (kategori) yaitu ikan pelagis kecil, sedang, cukup besar dan besar. Adapun jumlah kisaran target strength yang diperoleh sesuai dengan kategori ikan pelagis kecil sebanyak 17,619 ekor ikan atau sebanyak 90,34% dari seluruh total ikan pelagis (Tabel 2). Tabel 2: Jumlah dan presentasi ikan pelagis berdasarkan kategori [8] Sebaran TS Jenis Jmlh (ekor) (%) 50-41 db Kecil 17.619 90,34 41-32 db Sedang 1.615 8,28 32-26 db Cukup Besar 140 0,72 26-20 db Besar 130 0,67 Total 19.504 100 Adapun hasil persentase nilai Target strength pada setiap strata kedalaman (Gambar 2) menunjukkan 13106-22

Gambar 1: Pola cruise track survei akustik di Laut Arafura bahwa ikan pelagis kecil mendominasi di setiap strata kedalaman. Gambar 2: Persentase nilai target strength ikan pelagis kecil pada setiap kedalaman Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan total trace ikan pelagis kecil untuk area sampling di Laut Arafura adalah 17,619 ekor ikan yang terdeteksi. Target yang paling banyak terdeteksi pada strata kedalaman 20-30 m dengan jumlah 4,650 ekor ikan, sedangkan target terendah terdapat pada strata kedalaman 80-90 m sebanyak 70 ekor ikan (Tabel 3). Untuk sebaran target strength ikan pelagis kecil, kisaran 50 db sampai dengan 47 db terdeteksi paling banyak dengan jumlah 8,755 target ikan. Adapun untuk kisaran target strength yang paling sedikit adalah 44 db sampai dengan 41 db sebanyak 2633 target. Target strength sangat dipengaruhi oleh ukuran tubuh ikan. MacLennan dan Simmonds [7] menyatakan bahwa ukuran tubuh merupakan faktor dominan yang mempengaruhi nilai target strength. Untuk spesies ikan yang sama, pada umumnya makin besar ukuran ikan maka makin besar juga nilai target strength-nya. Ukuran tubuh ikan pelagis kecil di perairan Laut Arafura antara 07.10-20.89 cm dari konversi nilai TS 50-41 db. MacLennan dan Simmonds [7] menyatakan bahwa nilai target strength juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang diantaranya; gelembung renang, tingkah laku ikan, acoustic impedance, panjang gelombang suara, beam pattern, spesies/jenis ikan dan kecepatan renang. Menurut Laevestu dan favorite (1998) [9], terdapat tiga faktor yang berkontribusi dalam distribusi vertikal target strength, yaitu 19,87 % suhu, 12,61 % salinitas dan 61 % kedalaman. Selain itu, terdapat kecenderungan target yang rendah pada strata 0-10 m (Tabel 3). Hal ini diduga adanya gangguan dari kapal seperti gerakan kapal, noise dari generator dan propeler, mengakibatkan ikan menghindari kapal (vessel avoidance) ke kolom perairan yang lebih dalam [10]. 3.3 Densitas Ikan Pelagis Kecil Berdasarkan Gambar 3, terdapat kecenderungan densitas yang tinggi pada bagian kolom perairan 0-30 m yakni 15.693 ikan/1000m 3 dan semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Hasil ini menunjukkan bahwa pada kedalaman tersebut merupakan habitat ikan pelagis di perairan Laut Arafura dimana densitas ikan pelagis kecil di perairan dangkal atau dekat permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan densitas di laut yang lebih dalam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nybakken [2] bahwa densitas terbesar ikan pelagis di kolom perairan pada umumnya adalah pada zona epipelagis. Densitas di masing-masing sub-area (Gambar 4), menunjukkan sub-area Dolak memiliki densitas ikan pelagis kecil lebih besar daripada sub-area Kepulauan Aru. Pada sub-area Dolak terdapat kecenderungan densitas ikan menurun seiring bertambahnya kedalaman. Adapun pada sub-area Kepulauan Aru, kecen- 13106-23

Tabel 3: Komposisi pengukuran target strength ikan pelagis kecil per strata kedalaman di laut Arafura [8] Trace(ekor) No Strata(m) ( 50)-( 47) ( 47)-( 44) ( 44)-( 41) Jumlah 1 0-10 434 243 83 760 2 10-20 2342 1610 638 4590 3 20-30 2324 1621 705 4650 4 30-40 1650 1150 498 3298 5 40-50 884 630 314 1828 6 50-60 503 413 119 1035 7 60-70 476 399 161 1036 8 70-80 117 136 99 352 9 80-90 25 29 16 70 Jumlah 8755 6231 2633 17619 Gambar 3: Densitas total ikan pelagis kecil pada setiap kedalaman di Laut Arafura Gambar 4: Densitas ikan pelagis kecil pada setiap strata kedalaman pada masing-masing sub-area (Kep. Aru dan Dolak) derungan densitas ikan meningkat seiring bertambahnya kedalaman mulai kedalaman 0-30 m dan densitas ikan menurun sesudah kedalaman 30 m. Hal ini disebabkan oleh perbedaan profil kedalaman (batimetri) dimana pada sub-area Dolak ratarata kedalaman perairan adalah 20 m. Adapun subarea Kepulauan Aru rata-rata kedalaman perairan adalah 200 m. Secara umum sub-area Dolak memiliki densitas ikan yang lebih tinggi daripada sub-area Kepulauan Aru yakni 8.293 ekor ikan/1000m 3. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mallawa [11] yang menyatakan bahwa sumberdaya ikan pelagis kecil merupakan sumberdaya neritik yang penyebarannya terutama dekat pantai, di daerah dimana terjadi proses penaikkan massa air (Up welling) dan poorly behaved karena makanan utamanya adalah plankton sehingga kelimpahannya sangat tergantung pada faktor-faktor lingkungan. sies, yang tergolong dalam 5 famili. Jenis paling dominan adalah famili Clupeidae(72%). 2. Ikan pelagis kecil mendominasi di setiap strata kedalaman perairan Laut Arafura. Jumlah target yang terdeteksi paling banyak 8755 ekor dengan nilai target strength 51 db - 47 db (konversi ukuran tubuh ikan 07.10-10.47 cm). 3. Berdasarkan strata kedalaman, densitas ikan yang tinggi pada bagian kolom perairan 0-30 m yakni 15.693 ikan/1000m 3 dan semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Secara umum sub-area Dolak memiliki densitas ikan yang lebih tinggi daripada sub-area Kepulauan Aru yakni 8.293 ekor ikan/1000m 3. 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Kelompok ikan pelagis kecil yang tertangkap dengan sampling alat tangkap trawl di perairan Arafura bulan Nopember 2006 terdiri dari 42 spe- 4.2 Saran Diharapkan kajian ini dijadikan evaluasi untuk riset kedepan, dengan lebih menitikberatkan kepada area yang dianggap mewakili keberadaan sumberdaya ikan pelagis kecil, serta dilakukan secara triwulan sehingga diketahui pola potensi sepanjang tahun. 13106-24

UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini memanfaatkan data dari Balai Riset Perikanan Laut (BRPL) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Jakarta, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai BRPL Duto Nugroho, M.Si dan tim peneliti akustik dari BRPL-DKP Jakarta atas bantuan datanya serta Wijopriono, PhD atas masukkan dan sarannya. DAFTAR PUSTAKA [1] Fauziyah, 2005. Identifikasi, Klasifikasi dan Analisis Struktur Spesies Kawanan Ikan Pelagis Berdasarkan Metode Deskriptor Akustik. Disertasi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (tidak dipublikasikan). Bogor. [2] Nybakken, J. W. 1992. Marine Biology. An Ecological Approach. Third Edition Harper Collins College Publishers. New York [3] Azis, K.A., et al. 1998. Potensi, pemanfaatan dan peluang pengembangan sumberdaya ikan laut di perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut-Pusat Kajian dan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Bogor. 33 hal. [4] DKP, 2001. Pengkajian Stok Ikan di Perairan Indonesia. Pusat Riset Perikanan Tangkap - DKP dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI. Jakarta. [5] Kompas.com, 2004, Kawasan Rawan Pencurian Ikan Jadi Perhatian TNI AL http://www.kompas.com/kompascetak/0408/05/daerah/1190614.htm. Diakses tanggal 5 Agustus 2004 [6] Simrad. 2003. Simrad EK60 Scientific Echosounder System; Instruction Manual. Simrad, Norway. 101 pp. [7] MacLennan, D. N. dan E. J. Simmonds. 1992. Fisheries Acoustic. Chapman and Hall. London. 325 pp [8] Pasaribu, B. P. 1998. Pengembangan Algoritma Untuk Pemetaan Sumberdaya Ikan Dengan Teknologi Akustik di Perairan Selat Sunda. Laporan Riset Unggulan Terpadu V. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi Dewan Riset Nasional. Jakarta. 66 hal. [9] Antoko, A D, 2006. Pendugaan Sebaran dan Nilai Densitas Ikan Pelagis Dengan Metode Akustik Bim Terbagi EK-60 120 Khz di Perairan Kalimantan Timur Bagian Utara. Skripsi Institut Pertanian Bogor (tidak dipublikasikan). Bogor ; 70 pp [10] Misund, O A, 1997. Underwater Acoustic in Marine Fisheries and Fisheries Research. Chapman and Hall. London. 34 pp [11] Mallawa, A. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat. Lokakarya agenda penelitian program COREMAP II Kabupaten Selayar. 13106-25