Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel)

dokumen-dokumen yang mirip
Materi II TEORI DASAR ANTENNA

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

BAB II DASAR TEORI. cara menitipkan -nya pada suatu gelombang pembawa (carrier). Proses ini

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

Designing WLAN based Metropolitan Area Network (MAN)

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom BANDUNG, 2012

Radio dan Medan Elektromagnetik

Antenna NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP

ANALISA SINYAL WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM BERDASARKAN JARAK ANTAR ACCES POINT PADA PERPUSTAKAAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. KONSEP PENGUATAN DAYA (LOSS DAN DECIBELL)

BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA JARINGAN KOMPUTER WIRELESS DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

ANALISIS LINK BUDGET UNTUK KONEKSI RADIO WIRELESS LOCAL AREA NETWORK ANTARA UNIVERSITAS RIAU PANAM DAN UNIVERSITAS RIAU GOBAH

Reliabilitas Sistem Transfer Data Nirkabel pada ALIX3d2 untuk Stasiun Cuaca

BESAR DAN UKURAN KINERJA TELEKOMUNIKASI

BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

PERANCANGAN SOFTWARE LINK BUDGET CALCULATOR DENGAN MICROSOFT VISUAL BASIC

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A.

SKRIPSII BOLIC DISUSUN OLEH: JURUSAN

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

2.1. KONSEP PENGUATAN DAYA (LOSS DAN DECIBELL)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TAKARIR. Kapasitas transmisi dari sambungan elektronik. Percakapan melalui jaringan intenet.

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

ANALISIS JENIS MATERIAL TERHADAP JUMLAH KUAT SINYAL WIRELESS LAN MENGGUNAKAN METODE COST-231 MULTIWALL INDOOR

BAB IV. Pada bab ini akan dibahas mengenai perhitungan parameter-parameter pada. dari buku-buku referensi dan dengan menggunakan aplikasi Java melalui

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

Kata kunci: Repeater SCADA, Amp Transmit, Radio Telemetry 433 MHz, Jarak, Link Budget

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

PERANCANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN BACKBONE KOMUNIKASI DATA DI KABUPATEN TAMBRAUM. Alexander Jamlean 1a. Gunadarma. Abstrak

ANALISIS SISTEM INTEGRASI JARINGAN WIFI DENGAN JARINGAN GSM INDOOR PADA LANTAI BASEMENT BALAI SIDANG JAKARTA CONVENTION CENTRE

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto

BAB IV ANALISA PENGUKURAN PERFORMAN IMPLEMENTASI WI-FI OVER PICOCELL

I. PENDAHULUAN TNI AU. LATAR BELAKANG Perkembangan Teknologi Komunikasi. Wireless : bandwidth lebih lebar. Kebutuhan Sarana Komunikasi VHF UHF SBM

Dukungan yang diberikan

BAB II KOMUNIKASI SELULER INDOOR. dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel

BAB III PERFORMANSI AKSES BWA

PERANCANGAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

komputer dengan komputcr secara nirkabel, access point identik dengan HUB pada

ANALISIS PERHITUNGAN FRESNEL ZONE WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI 2.1 Posisi Teknologi WiMAX

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR...

BAB II DASAR TEORI. atau gedung. Dengan performa dan keamanan yang dapat diandalkan,

OPTIMALISASI PERENCANAAN KONFIGURASI WIRELESS LAN DENGAN METODE DRIVE TEST (Studi kasus : Kantor Wireless Broadband Telkom Malang)

2.2 FIXED WIRELESS ACCESS (FWA)

PERANCANGAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

Kuesioner. RT/RW net, dibuat kuesioner dengan pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah sehari-hari anda membutuhkan/menggunakan koneksi internet?

Bandwidth Transmisi Radio

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB III SISTEM PERENCANAAN JARINGAN WIRELESS MAN

BAB II DASAR SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS. Jaringan wireless menggunakan gelombang radio (Radio Frequency/RF) atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS KEGAGALAN KOMUNIKASI POINT TO POINT PADA PERANGKAT NEC PASOLINK V4

BAB III RADIO MICROWAVE

Dasar Sistem Transmisi

BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network

Makalah Media Unguided Mata Kuliah Komunikasi Data

METODE PENGUJIAN ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

Planning cell site. Sebuah jaringan GSM akan digelar dikota Bandung Tengah yang merupakan pusat kota yang memiliki :

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS, PERANCANGAN, DAN IMPLEMENTASI JARINGAN WIRELESS POINT TO POINT ANTARA KAMPUS A DAN KAMPUS B UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

Indra Surjati, Yuli Kurnia Ningsih & Hendri Septiana* Dosen-Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

Modul 8 Jaringan Tanpa Kabel

Kata Kunci : Link Budget, Path Calculation, RSL (Receive Signal Level), Fade Margin. Abstract

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT PERBANDINGAN PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT DENGAN SIMULASI SOFTWARE DAN MANUAL

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

Perancangan Sistem Komunikasi Radio Microwave Antara Onshore Dan Offshore Design of Microwave Radio Communication System Between Onshore and Offshore

Monitoring Jaringan Menggunakan Wireless Mon

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

PERANCANGAN JALUR GELOMBANG MIKRO 13 GHz TITIK KE TITIK AREA PRAWOTO UNDAAN KUDUS Al Anwar [1], Imam Santoso. [2] Ajub Ajulian Zahra [2]

Antena WajanBolic Kado Ultah Kemerdekaan Ke 62 Untuk Rakyat

Transkripsi:

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel) Merupakan satuan perbedaan (atau Rasio) antara kekuatan daya pancar signal. Penamaannya juga untuk mengenang Alexander Graham Bell (makanya huruf "B" merupakan huruf besar). Satuan ini digunakan untuk menunjukkan efek dari sebuah perangkat terhadap kekuatan atau daya pancar suatu signal. Sebagai contoh: Sebuah kabel memiliki loss (pelemahan atau redaman) 6dB (besar sekali loss nya ) atau sebuah amplifier memiliki gain (penguatan) 15 db. Penggunaan satuan ini sangat berguna karena Penguatan (Gain) ataupun Pelemahan (Loss) dapat dihitung hanya dengan penambahan ataupun pengurangan. dbm (db milliwatt) Merupakan satuan kekuatan signal atau daya pancar (Signal Strengh or Power Level). 0 dbm didefinisikan sebagai 1 mw (milliwatt) beban daya pancar, contohnya bisa dari sebuah Antenna ataupun Radio. Daya pancar yang kecil merupakan angka negatif (contoh: -90 dbm). Sebagai contoh: Umumnya radio dengan standar 802.11b WLAN memiliki kekuatan daya pancar 15 dbm (32 mw). Radio ini juga memiliki spesifikasi lain contohnya seperti -90 dbm RX Sensitivity (yang merupakan daya pancar minimum untuk mendapatkan throughput 54 Mbps) Formula perhitungan dari mw ke dbm adalah sebagai berikut: mw = 10 dbm/10 milliwatt (mw) adalah satu per seribu watt (W), atau 1000 milliwatts = 1 watt. watt adalah Standar Unit International dari daya (power). 1 watt = 1 joule energi per detik. 10 mw = 10.00 dbm 35 mw = 15.44 dbm 65 mw = 18.13 dbm 100 mw = 20.00 dbm 150 mw = 21.76 dbm 200 mw = 23.01 dbm 300 mw = 24.77 dbm 350 mw = 25.44 dbm 400 mw = 26.02 dbm 500 mw = 26.99 dbm 600 mw = 27.78 dbm

dbi (db isotropic) Penguatan dari sebuah antenna terhadap suatu antenna standard imaginari (isotropic antenna). Karena merupakan imaginari, makanya antenna standar ini hanya ada secara teori dan digunakan untuk pengukuran. Penguatan (Gain) dari antenna (diatas 1 Ghz) biasanya menggunakan satuan dbi. Sebuah Antenna Grid 24 dbi memiliki penguatan (Gain) sebesar 24 dbi terhadap antenna standard imaginari 0 dbi (isotropic antenna) Sebelum membeli antenna dari vendor, tanyakan dulu berapa penguatannya dalam satuan dbi. Satuan ini merupakan satuan standard international. Berarti Antenna Grid 24 dbi walaupun berbeda merek memiliki penguatan yang sama yaitu 24 dbi. Merek tidak berpengaruh bila kedua Antenna memiliki penguatan (Gain) yang sama dan dengan Pola Radiasi (Radiation Pattern) yang sama. Mengenai Pola Radiasi (Radiation Pattern) akan kita bicarakan dalam artikel lainnya. Pola Radiasi sebuah Antenna juga membantu daya pancar ataupun jangkauan dan juga dapat membantu mengurangi interferensi dalam praktek di lapangan. Teknik Perhitungan Sistem Operating Margin (SOM) Sebelum lebih lanjut membahas disain Wireless Metropolotan Area Network (MAN) ada baiknya kita selami cara menghitung margin daya untuk operasional radio. Salah satu kunci utama untuk melakukan perhitungan adalah mengerti konsep besaran db sebagai besaran perbandingan daya. Rumus yang biasa digunakan untuk konversi db dengan Watt atau mw, adalah: dbm = ( 10 Log(Power Watts)) + 30 Watts = 10^((dBm - 30)/10) MilliWatts = 10^(dBm/10) Untuk memberikan gambaran daya pancar 15 dbm adalah 30 mw, daya pancar 20 dbm adalah 100 mw. Cara sederhana untuk membatasi ruang lingkup aplikasi WLAN adalah dengan membatasi daya pancar. Secara hukum daya pancar sinyal di Antenna yang di ijinkan adalah 36 dbmw, artinya jika anda menggunakan antenna parabola 24dBi anda hanya boleh menggunakan peralatan WLAN dengan daya sekitar 15 dbm (sekitar 30 mw saja). Umumnya peralatan WLAN yang ada di pasaran mempunyai daya pancar antara 15-20 dbm (30-100 mw). Radiasi pancaran di antenna biasanya di ukur dengan Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) yang di ukur dalam dbm. Pada kesepakatan yang ada, rekan-rekan IndoWLI tampaknya cenderung untuk sepakat EIRP yang diijinkan adalah 36dBm. EIRP yang merupakan daya yang di radiasikan di ujung antenna, dapat dihitung dari: EIRP (dbm) = TX Power TX Cable Loss + TX Antenna Gain.

Dengan di batasinya EIRP sebesar 36dBm, dan rata-rata loss di kabel coax & konektor sebesar 5 db. Maka jika kita menggunakan antenna parabola 21 dbi, daya pancar yang dapat digunakan hanya 20 dbm (100 mw). Artinya, penggunaan power amplifier menjadi sangat di haramkan, bisa-bisa anda terkena denda Rp. 600 juta dan atau penjara 6 tahun sesuai pasal 55 UU36/1999. Untuk menentukan Sistem Operating Margin (SOM), kita harus melihat Free space loss-fsl, Margin Sistem Operasi, Sensitivitas penerima (Rx), Antenna gain dan Cable loss. Konsep perhitungan dicoba diperlihatkan dalam Gambaran umum sistem di atas. Free Space Loss (FSL) adalah loss (kerugian) yang terjadi dalam sambungan komunikasi melalui gelombang radio dapat diformulasikan sebagai berikut: FSL = 20 LOG10(Frek, dalam MHz) + 20 LOG10(Jarak, dalam mil) + 36.6. Dari perhitungan sederhana di atas, maka untuk jarak 5 km dan frekuensi 2400 MHz (2.4 GHz), FSL = 114 db Selanjutnya yang perlu di hitung adalah Margin Sistem Operasi (System Operating Margin SOM) agar sistem dapat tetap bekerja dengan baik. Formula yang perlu di perhatikan sebetulnya sangat sederhana yang hanya membutuhkan kemampuan tambah kurang saja, yaitu: SOM = Rx signal level - Rx sensitivity. Rx signal level = Tx power - Tx cable loss + Tx antenna gain FSL + Rx antenna gain - Rx cable loss. Agar aman dari gangguan radio seperti Fading, Multipath dll. maka margin sistem operasi sebaiknya minimal 15dB. Sensitifitas radio IEEE 802.11b pada umumnya memiliki Rx sensitivity = -77 dbm. Jika kita menggunakan antenna dipole maka Tx / Rx antenna gain adalah 3 dbi. Beberapa rekan terutama di WARNET banyak menggunakan antenna parabola untuk menaikan Tx / Rx antenna gain menjadi 24 dbi. Untuk built-in

antenna maka Tx / Rx cable loss = 0 db. Untuk instalasi di WARNET yang berada diluar gedung, maka Tx / Rx cable loss bisa mencapai 5 db. Dari perhitungan di atas, untuk nano sel dengan Tx/Rx antenna 3dB & cable loss 0dB, maka akan di peroleh Tx power 14 dbm atau 25 mw. Dengan demikian peralatan access point yang berbasis 802.11b yang ada saat ini sudah sesuai/cocok untuk kebutuhan nano sel di atas karena kebanyakan beroutput 25-50 mw. Untuk keperluan WARNET jika di hitung dengan baik, maka untuk jarak 5-7 km kita membutuhkan peralatan IEEE 802.11b pada 2.4 GHz dengan daya sekitar 20 dbm atau 100 mw. Bagi anda pengguna WaveRider (http://www.waverider.com ) proses perhitungan sangat dimudahkan dengan fasilitas tool dalam bentuk file excel. Dalam tool tersebut kita dapat dengan mudah menghitung System Operating Margin (SOM), seperti diperlihatkan pada gambar. Kita tinggal memasukan tipe antenna, jenis peralatan Waverider yang kita gunakan, panjang antenna, jarak dll maka akan tampak berapa SOM, Freshnel Zone Clearence (FZC) dll. Kebetulan sekali tool tersebut tidak hanya menyediakan perhitungan untuk SOM & FZC saja, tapi juga perhitungan untuk menentukan arah & elevasi antenna dari masing-masing node. Hal ini sangat membantu, jika kita di lengkapi dengan peralatan Global Positioning System (GPS) yang memberikan informasi lokasi (ketinggian, lintang & bujur) maka dengan memasukan informasi lokasi tersebut, arah antenna & elevasi antenna dapat di hitung secara langsung. Informasi lain yang juga di bawa oleh software tersebut adalah perhitungan ketinggian antenna yang bertumpu pada perhitungan FZC.

Jangkauan Pancaran WLAN Dengan kondisi daya terbatas (15-20dBm), maka jarak jangkau peralatan WLAN menjadi terbatas. Jarak jangkau maksimum yang dapat dicapai adalah pada saat sinyal mencapai batas sensitifitas penerima di ujung sebelah sana. Sebetulnya perhitungannya sederhana, terutama yang agak rumit hanyalah proses perhitungan redaman sinyal melalui udara (Free Space Loss) yang besarnya rata-rata sekitar 100dBm tergantung jarak & frekuensi yang digunakan. Untuk memberikan sedikit gambaran, sebuah sambungan WLAN dengan antenna 15 dbi dan daya pancar 15 dbm di kedua ujung-nya akan dapat mencapai jarak sekitar tujuh (7) km dengan memperhitungkan redaman coax 3 dbm. Cukup normal untuk sambungan WLAN 2-11Mbps di banyak kota tanpa perlu menggunakan power amplifier secara ilegal. Wilayah pancaran sangat tergantung pada kondisi lapangan, lokasi gedung, lokasi penghalang, ketinggian, maupun bentuk antenna yang digunakan. Pada gambar saya coba memperlihatkan coverage (lingkup) pancaran sebuah base station WLAN dalam bentuk bintik-bintik. Untuk perencanaan / disain sebuah Metropolitan Area Network (MAN) bentuk pancaran ini biasanya kita buat ideal menjadi sebuah bentuk segi enam seperti tampak pada gambar. Bentuk coverage ideal ini akan kita gunakan kemudian di penjelasan lebih lanjut dibawah. Pengetahuan tentang antenna akan sangat penting dalam menentukan bentuk area coverage yang bisa di servis. Pada bagian yang lain saya jelaskan berbagai bentuk antenna & pattern radiasinya. Contoh perhitungan yang sudah jadi dapat diperoleh langsung dari (onno@indo.net.id) dalam bentuk file Excel secara gratis. Dalam file Excel tersebut juga telah saya buatkan beberapa routine konversi dari besaran dbm ke Watt supaya lebih terbayang bagi kita yang tidak biasa dengan notasi dbm. Alternatif lainnya, di persilahkan untuk

mengambilnya secara gratis di http://www.bogor.net/idkf/ biasanya di bawah directory /fisik/wireless.

Line of Sight (LOS) Salah satu hal yang penting dalam komunikasi radio pada frekuensi tinggi adalah kondisi line of sight antara pemancar dan penerima. Ada dua jenis line of sight, yaitu: Optical Line of Sight, kondisi dimana pemancar dapat melihat secara optik posisi penerima. Radio Line of Sight, kondisi dimana penerima bisa mendengarkan transmisi dari pemancar. Kondisi ini secara teori (oleh Freshnel) digambarkan sebagai bola football antara dua lokasi yang saling berhubungan, seperti tampak pada gambar. Fresnel Zones 3rd* 2nd* 1st* * Fresnel Zones Untuk mengetahui berapa ketinggian minimal yang perlu di sediakan agar antenna dapat bekerja dengan baik, sebaiknya dihitung Freshnel Zone Clearence (FZC) yang diperlukan. Tampak pada gambar yang lain, bola rugbi Freshnel diperlihatkan beserta rumus untuk menghitung ketinggian yang diperlukan.

The First Fresnel Zone Site A Radius of n th Fresnel Zone given by: nλ d d r 1 n = d + d 1 2 2 d1 Fresnel Zone diameter depends upon Wavelength, and Distances from the sites along axis For minimum Diffraction Loss, clearance of at least 0.6F1+ 3m is required d2 Site B Untuk memperoleh Line of Sight yang baik, minimal sekali 60% dari Freshnel Zone yang pertama di tambah tiga (3) meter harus bebas dari berbagai hambatan / rintangan. Sebagai gambaran, clearence yang dibutuhkan untuk beberapa jarak antara pemancar dan penerima dapat dilihat pada tabel berikut. Jarak (km) Clearence Minimal (m) 1 3.0 3 3.4 4 3.6 5 3.7 6 4.0 7 4.3 Clearence ini menentukan tinggi antenna minimal yang perlu di siapkan agar sinyal dapat di terima dengan baik di penerima. Untuk memperoleh sinyal yang baik, ketinggian tower biasanya lebih tinggi daripada clearence di atas. Untuk jarak sekitar 4 km dibutuhkan tower dengan ketinggian 10 meter-an. Hal ini diperlihatkan oleh software bawaan w averider (http://www.waverider.com)