KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama Ekonomi Internasional
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL Slide - 2
STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL 3 DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA Pendidikan Kesehatan Perumahan Mental / Karakter DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Kedaulatan Pangan Kedaulatan Energi & Ketenagalistrikan Kemaritiman dan Kelautan Pariwisata dan Industri KONDISI PERLU DIMENSI PEMERATAAN & KEWILAYAHAN Antarkelompok Pendapatan Antarwilayah: (1) Desa, (2) Pinggiran, (3) Luar Jawa, (4) Kawasan Timur Kepastian dan Penegakan Hukum Keamanan dan Ketertiban Politik & Demokrasi Tata Kelola & RB
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RPJMN 2015-2019 PENGUATAN INVESTASI Slide - 4
Sasaran Pembangunan Penguatan Investasi Investasi Realisasi Investasi PMA dan PMDN Target Realisasi Investasi PMDN dan PMA 2015-2019 Satuan Triliun rupiah Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 519,5 594,8 678,8 792,5 933,0 Rasio PMDN % 33,8 35,0 36,3 37,6 38,9 Asumsi Nilai Tukar : Rp. 12.000,-/USD
Target Realisasi Investasi (PMA dan PMDN) Berdasarkan Wilayah Wilayah (Rp Triliun) Perkiraan 2014 Proyeksi Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 NASIONAL 456.6 519.5 594.8 678.8 792.5 933.0 Jawa 57.8% 54.4% 50.9% 46.8% 42.6% 38.0% Sumatera 13.8% 14.5% 15.2% 15.9% 16.7% 17.5% Kalimantan 13.8% 14.3% 14.9% 15.5% 16.2% 16.8% Sulawesi 4.5% 5.4% 6.4% 7.7% 9.2% 11.0% Bali dan Nusa Tenggara 3.2% 3.7% 4.2% 4.8% 5.5% 6.2% Maluku 1.1% 1.4% 1.6% 2.0% 2.0% 2.0% Papua 6.0% 6.4% 6.9% 7.4% 7.9% 8.5%
Arah Kebijakan Pilar 1 Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha Arah kebijakan pilar pertama: menciptakan iklim investasi dan iklim usaha yang lebih berdaya saing, baik di tingkat pusat maupun daerah meningkatkan efisiensi proses perijinan meningkatkan kepastian berinvestasi dan berusaha di Indonesia mendorong persaingan usaha yang lebih sehat dan berkeadilan
Arah Kebijakan Pilar 2 Peningkatan Investasi yang Inklusif Arah kebijakan pilar kedua: Mengembangkan dan memperkuat investasi di sektor riil
Strategi Indonesia pada Perundingan Internasional untuk Pengembangan Investasi yang Inklusif 1. Pengutamaan peningkatan investasi pada sektor yang : mengolah sumber daya alam mentah menjadi produk yang lebih bernilai tambah tinggi (terutama pertanian, produk turunan migas, dan hasil pertambangan); mendorong penciptaan lapangan kerja (terutama TK lokal) mendorong penyediaan barang konsumsi untuk kebutuhan pasar dalam negeri;berorientasi ekspor, (terutama produk olahan nonmigas berbasis SDA); mendorong pengembangan partisipasi Indonesia dalam jaringan produksi global (Global Production Network), baik sebagai perusahaan subsidiary, contract manufacturer, maupun independent supplier; mendorong penyediaan kebutuhan bahan baku untuk industri dalam negeri 2. Peningkatan upaya penyebaran investasi di daerah yang lebih berimbang Pengembangan potensi investasi daerah (regional champions) sesuai dengan sektor unggulan dan mendorong daerah meningkatkan kesiapan dalam menarik investasi; Promosi investasi di daerah Pemberian insentif investasi di daerah, sesuai dengan kewenangan daerah, terutama untuk UKM Pengembangan mekanisme konsultasi Pemerintah dan Pelaku Bisnis (terutama: UKM)
Strategi Pilar 2 Pengembangan Investasi yang Inklusif 3. Peningkatan kemitraan antara PMA dan UKM lokal, terutama melalui: Pembinaan kemitraan antara PMA dengan UKM; Perkuatan rangkaian proses kemitraan : pengenalan calon mitra usaha, pemahaman posisi keunggulan dan kelemahan usaha, pengembangan strategi kemitraan, fasilitasi pelaksanaan kemitraan usaha, monitoring dan evaluasi kemitraan PMA dan UKM. 4. Peningkatan efektivitas strategi dan Upaya promosi investasi melalui: Pengembangan mekanime promosi investasi yang lebih efektif Pengembangan strategi promosi yang lebih efisien dan efektif 5. Peningkatan koordinasi dan kerjasama investasi antara pemerintah dan dunia usaha Alternatif pembiayaan : Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS)
Strategi Pilar 2 Pengembangan Investasi yang Inklusif 6. Pengembangan investasi lokal terutama melalui investasi antar wilayah yang dapat mendorong pengembangan ekonomi daerah 7. Pengembangan investasi keluar (outward investment) diutamakan pada ketahanan energi dan ketahanan pangan mengutamakan kegiatan investasi yang dapat memberikan efek pengganda yang besar terhadap perekonomian nasional 8. Pengurangan dampak negatif dominasi PMA terhadap perekonomian nasional, secara bertahap akan dilakukan melalui tiga jalur proses pengalihan, yaitu: alih kepemilikan ke masyarakat domestik melalui pasar modal; alih teknologi/keahlian kepada pengusaha dan pekerja domestik; serta alih proses produksi dengan secara bertahap meningkatkan porsi pemasok domestik bagi kebutuhan bahan baku, barang setengah jadi, serta jasa-jasa industri. Strategi dan kebijakan bidang investasi akan didukung oleh pengembangan kualitas layanan manajemen birokrasi pemerintah agar dapat berdaya saing, terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Perkembangan FDI dan Realisasi Investasi PMA Di Indonesia 12
Rp Triliun Perkembangan Realisasi Investasi Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Triwulan III 2015 600,00 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 Q1 2014Q2 2014Q3 2014 Jan-Sep Target Q1 2015Q2 2015Q3 2015Jan-Sep 2014 2015 2015 DDI 34,60 38,20 41,60 114,4 42,50 42,9 47,80 133,2 175,8 FDI 72,00 78,00 78,30 228,3 82,10 92,2 92,50 266,8 343,7 Realisasi Investasi menunjukkan perkembangan yang meningkat, dengan prospek yang masih optimis ke depan PMDN (Rp Miliar) Perkembangan Investasi Indonesia sampai September 2015 180.000,0 PMA (US$ Juta) 35.000,0 160.000,0 30.000,0 140.000,0 120.000,0 25.000,0 100.000,0 20.000,0 80.000,0 15.000,0 60.000,0 40.000,0 10.000,0 20.000,0 5.000,0 0,0 0,0 2000* 2001 2002 2003 2004 2005 2006 ** 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014SMT 1 2015 PMDN (Rp Miliar) PMA (US$ Juta) 13
Realisasi Investasi di Luar Pulau Jawa Semakin Berkembang 300,0 250,0 200,0 150,0 100,0 50,0 0,0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 S/D Trw III 2015 sumatera 24,6 12,6 23,3 13,9 14,8 11,0 35,3 48,3 55,0 71,0 65,9 Jawa 80,0 52,8 95,2 134,3 110,1 140,0 149,6 177,3 230,3 263,3 219,4 Bali dan Nusa Tenggara 1,0 1,1 0,5 0,9 2,2 6,7 9,0 13,4 12,8 11,1 14,1 Kalimantan 3,4 7,3 4,3 2,9 5,5 32,9 31,0 46,0 55,0 71,6 65,0 Sulawesi 1,8 0,2 4,6 1,7 2,5 12,2 13,8 18,6 17,7 29,2 19,9 Maluku 0,1 0,2 0,0 0,0 0,1 2,3 1,3 1,2 4,2 1,3 2,7 Papua 0,0 0,4 0,0 0,5 0,1 3,4 13,7 11,4 23,7 15,6 13,2 14
Komposisi Realisasi Investasi Berdasarkan Sektor 100% Komposisi Sektor PMDN 80% 60% 40% 20% 0% 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 SMT 3 Sektor Tersier Sektor Sekunder Sektor Primer 100% 80% 60% 40% 20% 0% Komposisi Sektor PMA 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 SMT 3 Sektor Tersier Sektor Sekunder Sektor Primer 15
Perkembangan Investasi Global: 2010 Sumber: Global Economic Model, Oxford Economics 16
Perkiraan Investasi Global: 2019 Sumber: Global Economic Model, Oxford Economics 17
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Potensi Investasi Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi yang menarik bagi investor. Hal ini dapat dilihat dari berbagai survei yang di lakukan oleh lembaga survei dunia/internasional sebagai berikut: Slide - 18
Peringkat Negara Tujuan Investasi Tahun 2008-2016 No. Negara Peringkat (Periode Waktu) 2008-2010 2010-2012 2012-2014 2014-2016 1 China 1 1 1 1 2 USA 3 2 2 2 3 India 2 3 3 4 4 Indonesia 8 9 4 3 5 Brazil 5 4 5 5 6 Australia 9 8 6 10 7 Inggris 10 6 6 7 8 Jerman 7 7 8 6 9 Russia 4 5 8 10 10 Kanada 10 10 * * 11 Meksiko 10 * * * 12 Thailand * * 8 8 13 Vietnam 6 * * 9 Hasil survei yang diakukan oleh UNTAD terhadap eksekutif dari perusahaan transnasional (TNC) dari sejumlah 193 negara maju dan /atau berkembang menunjukkan bahwa Indonesia kurun waktu 2006-2016 selalu menempati ranking 10 besar negara tujuan investasi Pada periode tahun 2014-2016 Indonesia menduduki 19 ranking ke 3 Sumber: Laporan UNCTAD
Prioritas Investasi Tahun 2015 Hasil survei yang diakukan oleh Asia Business Outlook Survey (ABOS) menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara prioritas tujuan investasi urutan ke-2 setelah China
JBIC Survey: Lokasi Prospektif untuk Investor Jepang Rank 2011 2012 2013 2014 2015 1 China China Indonesia India India 2 India India India Indonesia 3 Thailand Indonesia Thailand China Indonesia, China 4 Vietnam Thailand China Thailand Thailand 5 Indonesia and Brazil Vietnam Vietnam Vietnam Vietnam 6 - Brazil Brazil Mexico Mexico 7 Russia Mexico Mexico Brazil USA 8 USA Russia Myanmar USA Phillipines 9 Malaysia USA Russia Russia Brazil 10 Taiwan Myanmar USA Myanmar Myanmar Sumber: JBIC
Sasaran Penguatan Investasi pada RKP 2016 dan Arahan Bapak Presiden Jokowi Arahan Presiden saat kunjungannya ke Amerika Serikat: untuk Laporan Ease of Doing Business tahun 2017, Indonesia harus naik peringkatnya menjadi ke-40
Peringkat Indonesia pada Ease of Doing Business (EoDB) 2016: naik menjadi 109 Indikator Memulai Usaha 2015* 2016 Singapura 1 1 Malaysia 17 18 Thailand 46 49 Brunei Darussalam 105 84 Vietnam 93 90 Filipina 97 103 Indonesia 120 109 Kamboja 133 127 Laos 139 134 Myanmar 177 167 PadaEoDB2016 Indonesia berada di Peringkat ke-7se ASEAN dalam KemudahanBerusaha ASEAN Peringkat Indonesia naik 11 Peringkatdari EoDb2015 ke EoDB2016
Namun., peringkat Indonesia pada komponen Starting a Business turun drastis Salah satu penyebabnya adalah: Indonesia masih mewajibkan modal disetor minimum, sementara negara lain sudah menghilangkan persyaratan ini
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Daftar Investasi Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan (Perpres No. 39/2014) Slide - 25
MATRIK SANDINGAN PERPRES 36/2010 DENGAN PERPRES 39/2014 No Bidang Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 Tertutup Terbuka dengan Persyaratan Bidang Tertutup Terbuka dengan Persyaratan 1 Pertanian 1 18 Pertanian 1 19 2 Kehutanan 2 34 Kehutanan 2 23 3 Kelautan dan Perikanan 0 17 Kelautan dan Perikanan 0 11 4 ESDM 0 18 ESDM 0 13 5 Perindustrian 4 41 Perindustrian 3 36 6 Hankam 0 3 Pertahanan dan Keamanan 0 4 7 Keamanan 0 6 Perumahan Rakyat 0 0 8 Pekerjaan Umum 0 6 Pekerjaan Umum 0 6 9 Perdagangan 0 11 Perdagangan 0 11 10 Budaya dan Pariwisata 5 27 Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 1 15 11 Perhubungan 7 25 Perhubungan 5 23 12 Kominfo 1 13 Komunikasi dan Informatika 1 11 13 Keuangan 0 12 Keuangan 0 6 14 Perbankan 0 7 Perbankan 0 4 15 Nakertrans 0 5 Nakertrans 0 5 16 Pendidikan 0 4 Pendidikan dan Kebudayaan 2 4 17 Kesehatan 0 27 Kesehatan 0 25 Total 20 274 Total 15 216
Persyaratan Dalam Perpres 39 Tahun 2014 Persyaratan PMA dan/ Lokasi bagi PMA dari ASEAN (j) Di cadangkan untuk UMKMK (a) Kemitraan (b) PMDN 100% dan Izin Khusus (i) Izin Khusus dan PMA (h) Perpres 39/2014 Modal Asing (c) Lokasi Tertentu (d) PMA dan Lokasi (g) PMDN 100% (f) Perizinan Khusus (e)
Jumlah Persyaratan dalam Perpres 39/2014 Persyaratan PMA dan/atau Lokasi bagi PMA dari ASEAN 9 PMDN 100% dan Izin Khusus 6 Izin Khusus dan PMA PMA dan Lokasi 29 32 PMDN 100% 85 Perizinan Khusus 38 Lokasi Tertentu 12 Modal Asing 159 Kemitraan 45 Di cadangkan untuk UMKMK 112 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Terdapat 506 bidang usaha berdasar KBLI yang di atur persyaratan bidang usahanya Jumlah persyaratan sebanyak 527 persyaratan
Bidang Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Tertutup 3 2% Terbuka 22 15% Kode Jenis Persyaratan Terbuka dengan Syarat 124 83% Jumlah KBLI a Di cadangkan untuk UMKMK 36 b Kemitraan 17 c Modal Asing 38 d Lokasi Tertentu 12 e Perizinan Khusus 3 f PMDN 100% 1 g PMA dan Lokasi - h Izin Khusus dan PMA 17 i PMDN 100% dan Izin Khusus - j Persyaratan PMA dan/ Lokasi bagi PMA dari ASEAN -
Bidang Energi & Sumber Daya Mineral Terbuka 35 74% Terbuka dengan Syarat 12 26% Tertutup 0 0% Kode Jenis Persyaratan Jumlah KBLI a Di cadangkan untuk - UMKMK b Kemitraan 1 c Modal Asing 7 d Lokasi Tertentu - e Perizinan Khusus - f PMDN 100% 4 g PMA dan Lokasi - h Izin Khusus dan PMA - i PMDN 100% dan Izin - Khusus j Persyaratan PMA dan/ Lokasi bagi PMA dari ASEAN -
Bidang Perindustrian Terbuka 348 82% Terbuka dengan Syarat 73 17% Tertutup 6 1% Kode Jenis Persyaratan Jumlah KBLI a Di cadangkan untuk 32 UMKMK b Kemitraan 27 c Modal Asing 1 d Lokasi Tertentu - e Perizinan Khusus 11 f PMDN 100% - g PMA dan Lokasi - h Izin Khusus dan PMA 1 i PMDN 100% dan Izin 1 Khusus j Persyaratan PMA dan/ Lokasi bagi PMA dari ASEAN -
Bidang Pekerjaan Umum Terbuka 31 42% Terbuka dengan Syarat 42 58% Kode Jenis Persyaratan Jumlah KBLI a Di cadangkan untuk UMKMK 29 b Kemitraan - c Modal Asing 13 d Lokasi Tertentu - e Perizinan Khusus - f PMDN 100% - g PMA dan Lokasi - h Izin Khusus dan PMA - i PMDN 100% dan Izin Khusus - j Persyaratan PMA dan/ Lokasi bagi PMA dari ASEAN - Tertutup 0 0%
Bidang Perdagangan Terbuka 216 82% Terbuka dengan Syarat 49 18% Tertutup 0 0% Kode Jenis Persyaratan Jumlah KBLI a Di cadangkan untuk UMKMK - b Kemitraan - c Modal Asing 4 d Lokasi Tertentu - e Perizinan Khusus - f PMDN 100% 41 g PMA dan Lokasi 1 h Izin Khusus dan PMA - i PMDN 100% dan Izin Khusus 3 j Persyaratan PMA dan/ Lokasi bagi PMA dari ASEAN -
Bidang Pariwisata & Ekonomi Kreatif Terbuka 47 47% Tertutup 1 1% Terbuka dengan Syarat 53 52% Kode Jenis Persyaratan Jumlah KBLI a Di cadangkan untuk UMKMK 4 b Kemitraan - c Modal Asing 11 d Lokasi Tertentu - e Perizinan Khusus - f PMDN 100% 8 g PMA dan Lokasi 25 h Izin Khusus dan PMA 4 i PMDN 100% dan Izin Khusus - j Persyaratan PMA dan/ Lokasi bagi PMA dari ASEAN 4
Revisi Peraturan Presiden Nomor 39/2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
Dasar Hukum Peraturan yang mengatur tentang hal ini yaitu : Perpres Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal
PRISIP PRINSIP PERUBAHAN 1. Mengutamakan kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing nasional 2. Menjaga pertumbuhan perekonomian Indonesia serta mengantisipasi dampak perlambatan perekonomian global dengan mendorong peningkatan investasi PMDN dan PMA 3. Mendukung arah kebijakan RPJMN 2015-2019 terkait penguatan investasi dengan memberikan kemudahan bagi sektor-sektor yang padat karya untuk lebih terbuka, mendukung global value change dan industri hilirisasi 4. Kebijakan Penanaman Modal yang sederhana, dan memberikan kepastian kepada investor 5. Untuk penyebaran investasi yang berimbang 6. Harmonisasi dan penyederhanaan pengaturan bidang usaha 7. Peningkatan persaingan usaha yang sehat melalui peningkatan harmonisasi kebijakan pemerintah agar sejalan dengan prinsip persaingan usaha yang sehat
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Terima Kasih Slide - 38
PERIJINAN INVESTASI 3 JAM