BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dhora Dwifianti, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fitriani Suherman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

I. PENDAHULUAN. kubis (Brassica Olearecea Var Capitata). Kubis memiliki kandungan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

I. PENDAHULUAN. kacang panjang, daun kecipir, buncis, seledri, dan lain-lain. Kacang panjang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A dan C, minyak atsiri, zat warna kapsantin, karoten. Cabai merah juga mengandung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi pakcoy adalah jenis sayuran yang termasuk keluargan Brassicaceae.

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Industri perunggasan di Indonesia terutama ayam pedaging (broiler) sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Wudianto, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. membantu menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. permukaan yang lebih kasar dibandingkan cabai merah besar, dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

ANALISIS PERBANDINGAN KANDUNGAN KARBOHIDRAT, PROTEIN, ZAT BESI DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA BERAS ORGANIK DAN BERAS NON ORGANIK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. oleh para petani sayuran dan umum dikonsumsi oleh masyarakat luas di

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

I PENDAHULUAN. Masyarakat mulai menyadari bahaya memakan makanan yang. mengandung bahan-bahan kimia sintetis terutama sayur-sayuran yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak

BAB I. PENDAHULUAN. Air hujan yang turun ke permukaan bumi merupakan hasil proses. dari laut, danau, maupun sungai, lalu mengalami kondensasi di

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tahun Bawang

BAB I PENDAHULUAN. Bayam (Amaranthus tricolor L.) dari sudut pandang manusia awam

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang keberadaannya sering dimanfaatkan. Tidak hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Tanaman cabai dapat tumbuh di berbagai tipe tanah dan tanah yang

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semua itu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sayur-sayuran berupa bagian dari tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Nutrisi Berbasis Tumbuhan. Pola makan sehat tanpa produk hewani

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui makanan pokok (Nazarudin, 2009). Selada (lactuca sativa L.) merupakan

Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi September Suplemen Pertanian (MSI 57).indd1 1 25/08/ :53:12

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dengan masalah sampah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan pangan nasional dengan laju 1-2% per tahun terutama disebabkan oleh pertambahan penduduk yang saat ini sudah berjumlah lebih dari 220 juta jiwa (Las et al., 2006). Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, selain sandang dan papan. Salah satu kelompok pangan yaitu sayuran (Aswantini et al., 2008). Tingkat konsumsi sayuran penduduk Indonesia tahun 2005 sebesar 35,30 kilogram/kapita/tahun, kemudian tahun 2006 sebesar 34,06 kilogram/kapita/tahun, dan tahun 2007 meningkat sebesar 40,90 kilogram/kapita/tahun. Standar konsumsi sayur yang direkomendasikan oleh FAO sebesar 73 kilogram/kapita/tahun (Las et al., 2006). Peningkatan konsumsi sayuran memiliki peran yang sangat penting karena zat gizi yang terkandung pada sayuran seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral dapat mengkoreksi gejala defisiensi mikronutrien (Soetiarso, 2010), lebih lanjut dikemukakan bahwa sayuran merupakan bahan makanan yang mengandung zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas. Sekian banyak tanaman sayuran, tanaman tomat (Lycopersicon esculentum M.) dan tanaman cabai (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman yang sudah dikenal dikalangan masyarakat luas, khususnya di Indonesia dan menghasilkan komoditas yang multiguna. Tanaman tomat dapat menghasilkan buah tomat yang ditinjau dari nilai gizinya, mengandung vitamin A, vitamin C, mineral, kalsium, phosphor, zat besi, dan hidrat arang yang sangat penting untuk tubuh manusia (Dewanti et al., 2010). Buah tomat berfungsi sebagai sayuran, bumbu masak, penambah nafsu makan, minuman, bahan perwarna makanan, sampai kepada bahan kosmetik dan obat-obatan, sehingga komoditas tomat terus berkembang di perdagangan internasional (Umasangaji et al., 2000). Begitu pula dengan tanaman cabai yang dapat menghasilkan buah cabai, dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan

2 bumbu masak, industri makanan dan obat-obatan. Kandungan zat kapsidin dalam buah cabai berkhasiat untuk memperlancar sekresi asam lambung dan mencegah infeksi sistem pencernaan (Dermawan, 2010). Kendala yang sering dihadapi dalam peningkatan produksi tanaman cabai ialah gangguan hama. Beberapa hama penting yang umumnya menyerang tanaman cabai yaitu ulat grayak, kutu daun, lalat buah, trips, dan tungau (Herlinda et al., 2007). Hama trips merupakan hama utama pada pertanaman cabai. Kehilangan hasil akibat serangan trips mencapai 22,8% (Sartiami et al., 2011). Selain itu, penurunan produksi tanaman tomat juga disebabkan oleh serangan hama. Hama kutu kebul merupakan hama penting pada tanaman tomat. Akibat serangan kutu kebul, petani tomat dapat kehilangan hasil berkisar 20-100% (Setiawati et al., 2007). Hama ulat buah tomat Helicoverpa armigera juga merupakan hama utama yang seringkali dapat menurunkan produksi tomat sampai 52% (Setiawati et al., 2005). Salah satu cara yang terbukti dapat mengatasi gangguan hama sekaligus meningkatkan produksi hasil tanaman pangan adalah penggunaan pestisida. Namun karena pestisida adalah bahan kimia beracun, pemakaian pestisida berlebihan dapat menjadi sumber pencemar bagi bahan pangan, air, dan lingkungan hidup (Atmawidjaja et al., 2004). Para petani cenderung melakukan pengendalian hama menggunakan pestisida kelompok insektisida kimia. Beberapa bahan aktif insektisida yang diketahui efektif terhadap H. armigera, hama pada tanaman tomat adalah spinosad dan deltamethrin (Setiawati et al., 2005). Fipronil, sipermetrin, deltametrin, dan beta siflutrin merupakan beberapa insektisida yang efektif terhadap hama pada tanaman cabai (Piay et al., 2010). Banyak petani yang berpendapat bahwa dengan mempertinggi dosis dan frekuensi pemberian akan memberikan hasil yang lebih baik (Prakosa et al., 2004). Hasil wawancara dan survei yang dilakukan menunjukkan bahwa masih banyak petani melakukan aplikasi pestisida sintetik dengan frekuensi aplikasi yang tinggi yaitu berkisar satu sampai dua kali seminggu sehingga aplikasi selama satu musim tanam dapat mencapai 12 sampai 16 kali. Sekitar 43,3% petani

3 melakukan aplikasi tiga kali seminggu, 46,6% melakukan aplikasi dua kali seminggu dan sekitar 10% melakukan aplikasi satu minggu sekali (Sjam et al., 2011). Faktor yang menyebabkan tingginya penggunaan pestisida di negaranegara berkembang adalah ketakutan petani terhadap resiko kegagalan panen dan tidak lengkapnya informasi tentang pestisida yang mereka peroleh. Selain itu, faktor psikologis berupa kekhawatiran petani terhadap kegagalan panen melampaui kepedulian terhadap bahaya pencemaran residu pestisida (Prakosa et al., 2004). Di Asia, Indonesia termasuk negara yang banyak menggunakan pestisida setelah Cina dan India (Wahyuni, 2010). Residu pestisida pada produk pertanian dijadikan pertimbangan untuk diterima atau ditolak negara importir. Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan makanan yang masuk ke negaranya. Belakangan ini produk pertanian Indonesia sering ditolak di luar negeri karena residu pestisida yang berlebihan. Media massa pernah memberitakan, ekspor cabai Indonesia ke Singapura tidak dapat diterima dan akhirnya dimusnahkan karena residu pestisida yang melebihi ambang batas (Girsang, 2009). Tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengkibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, dan sebagainya (Sa id, 1994). Penyemprotan pestisida akan mengakibatkan terjadinya deposit pestisida dan akhirnya menjadi residu pada tanaman (Tarumingkeng, 1992). Sebagian besar residu pestisida terakumulasi di dalam tanah. Residu ini dapat bertahan dalam waktu lama dalam tanah sampai beberapa tahun tergantung jenis pestisidanya. Residu pestisida ini dapat mempengaruhi kehidupan di dalam tanah, terakumulasi di dalam tubuh hewan dan dapat berpindah dari satu hewan ke hewan lainnya melalui rantai makanan (Hardjowigeno, 1995).

4 Residu pestisida golongan organofosfat dan organoklorin paling sering ditemukan di perkebunan kapas di Pakistan. Hasil analisis uji sampel tanah yang diperoleh dari perkebunan kapas di Pakistan yang terkontaminasi oleh pestisida dengan tingkat konsentrasi yang beragam ditemukan di tanah. Pestisida paling banyak terdeteksi adalah klorpirifos dengan konsentrasi rata-rata 0,486 mg/kg. Endosulfan yang terdeteksi pestisida kedua dengan konsentrasi rata-rata 0.426 mg/kg. Dimetoat adalah pestisida ketiga yang terdeteksi dengan konsentrasi ratarata 0,555 mg/kg (Anwar et al., 2012). Residu sipermetrin dalam tanah berada di kisaran 0,14-27,62 mg/kg dan 0.05-73.75 mg/kg di daerah pertanian Pakistan. Batas maksimum residu pestisida dalam tanah yang diperbolehkan sebesar 0,01 mg/kg (Ngan et al., 2005). Tingkat residu yang tinggi dikaitkan dengan penggunaan pestisida yang tinggi (Nafees dan Jan, 2009). Beberapa penelitian membuktikan bahwa residu pestisida dengan bahan aktif fipronil dalam tanah sebesar 200 µg/kg dapat menghambat pertumbuhan akar dan batang pada tanaman legum dan kandungan klorofil berkurang (Ahemad dan Khan, 2011). Residu pestisida arsenik dalam tanah sebesar 675 dan 1500 mg/kg dapat menyebabkan berkurangnya panjang akar dan tinggi tanaman padi, juga berkurangnya kandungan klorofil dan nekrosis daun (Quazi et al., 2011). Salah satu pestisida yang digunakan oleh petani yaitu sipermetrin. Sipermetrin merupakan insektisida golongan piretroid sintetis yang banyak digunakan di India dan Indonesia yang digunakan untuk mengendalikan hama dan meningkatkan produktivitas tanaman sayuran seperti tomat, kubis, kembang kol, cabai dan lain-lain (Sharma, et al., 2010). Penggunaan sipermetrin berlebih tidak hanya meninggalkan residu dalam tanah, tetapi dapat juga menyebabkan polusi tanah, udara, dan air tanah (Liu et al., 2009). Perkecambahan biji, pertumbuhan akar, dan batang telah digunakan untuk menguji fitotoksisitas pada tanaman Spinacia oleracea. Kontaminasi tanah oleh sipermetrin dapat mempengaruhi perkecambahan biji dan pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pengaruh efek toksik pada tahap perkecambahan biji, pertumbuhan akar, dan batang merupakan hal yang penting (Sharma, et al., 2010). Residu pestisida dengan bahan aktif sipermetrin dalam tanah dengan konsentrasi

5 yang semakin tinggi (10, 25, 50, 75, 100 mg/kg), terjadi pengurangan persentase perkecambahan pada Cenchrus setigerus dan Pennisetum pedicellatum (Dubey dan Fulekar, 2011). Berdasarkan latar belakang tersebut, diketahui dampak penggunaan pestisida tidak hanya mematikan hama, tetapi dapat terakumulasi dalam tanah dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, maka dilakukan penelitian untuk mengkaji pertumbuhan vegetatif dan kandungan klorofil Capsicum annuum L. dan Lycopersicon esculentum M. yang terpapar sipermetrin dalam tanah. Kedua tanaman tersebut dipilih untuk digunakan dalam penelitian karena dari hasil survei ke petani tanaman cabai dan tomat, tanaman tersebut paling sering mendapat serangan hama, sehingga dilakukan penyemprotan pestisida yang lebih banyak dari tanaman sayuran lainnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani mengenai dampak penggunaan pestisida. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana pertumbuhan vegetatif tanaman dan kandungan klorofil daun Capsicum annuum L. dan Lycopersicon esculentum M. yang terpapar dan tidak terpapar sipermetrin dalam tanah? C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, timbul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pertumbuhan tinggi tanaman Capsicum annuum L. dan Lycopersicon esculentum M. yang terpapar dan tidak terpapar sipermetrin dalam tanah? 2. Bagaimana jumlah daun Capsicum annuum L. dan Lycopersicon esculentum M. yang terpapar dan tidak terpapar sipermetrin dalam tanah? 3. Bagaimana kandungan klorofil total pada daun Capsicum annuum L. dan Lycopersicon esculentum M. yang terpapar dan tidak terpapar sipermetrin dalam tanah?

6 D. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Pertumbuhan vegetatif yang dimaksud adalah tinggi tanaman dan jumlah daun Capsicum annuum L. dan Lycopersicon esculentum M. 2. Kandungan klorofil yang dimaksud adalah kandungan klorofil total 3. Perlakuan sipermetrin yang dimaksud adalah sipermetrin yang terkandung dalam pestisida pada tanah dengan konsentrasi 0, 25, 50, 75, 100, dan 125 mg/kg E. Tujuan Penelitian 1. Mengevaluasi pertumbuhan vegetatif tanaman dan kadar klorofil tanaman Capsicum annuum L. dan Lycopersicon esculentum M. yang terpapar dan tidak terpapar sipermetrin dalam tanah 2. Mengetahui efek yang ditimbulkan terhadap pertumbuhan vegetatif dan kadar klorofil tanaman Capsicum annuum L. dan Lycopersicon esculentum M. yang terpapar sipermetrin dalam tanah F. Manfaat Penelitian 1. Diharapkan dapat memberikan informasi, khususnya bagi petani mengenai pengaruh residu sipermetrin dalam tanah terhadap pertumbuhan vegetatif dan kadar klorofil Capsicum annuum L. dan Lycopersicon esculentum M. 2. Dari penelitian ini diharapkan penggunaan pestisida berbahan aktif sipermetrin oleh petani dilakukan pada rentang dosis aman yang telah ditentukan sehingga tidak meninggalkan residu pestisida yang tinggi dalam tanah dan tidak memberikan efek negatif terhadap pertumbuhan vegetatif dan kadar klorofil Capsicum annuum L. dan Lycopersicon esculentum, serta dilakukan uji tanah secara berkala pada lahan pertanian. G. Asumsi 1. Sipermetrin merupakan insektisida beracun bagi serangga pada tanaman sayuran yang dalam pemakaiannya dapat meninggalkan residu dalam

7 tanah hingga persisten dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Cox, 1996). 2. Adanya gugus fungsional seperti -OH, -NH 2, -NHR, -CO.NH 2, -COOR, dan NR 3 dalam molekul pestisida dapat mempercepat ikatan dengan partikel tanah, sehingga penyerapan nutrisi lain dari tanah berkurang (Siddiqui dan Ahmed, 2006). H. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan pertumbuhan vegetatif dan kandungan klorofil Capsicum annuum L. dan Lycopersicon esculentum M. yang terpapar dan tidak terpapar sipermetrin dalam tanah.