INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN

PENILAIAN BUDAYA KESELAMATAN DENGAN METODE SAFETY CULTURE ASSESSMENT REVIEW TEAM (SCART) (STUDI KASUS DI PRSG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL)

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #3 Ganjil 2016/2017. Sistem Manajemen K3

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI

SUPERVISORY DEVELOPMENT PROGRAM EFFECTIVE TEAM LEADERSHIP PPM MANAJEMEN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI 12/22/2016 1

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Pengertian. Audit SDM:

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk merencanakan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN I : PRAKTEK YANG DITERAPKAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN YANG TIDAK DISEBUTKAN DALAM INSAG 4.

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS PUJON

KEGIATAN BUDAYA KESELAMATAN NUKLIR FNCA. Ir. Alfahari Mardi, MSc. dan Ir. Johnny Situmorang

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

Kepemimpinan dan Budaya Perusahaan

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

Kualitas kualitas Penting seorang Juara

BUDAYA KESELAMATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 200/KA/X/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN

LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI

6 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan terhadap

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #5 Ganjil 2015/2016

Budaya Keselamatan (Terjemahan dokumen IAEA Safety Report 75-INSAG-4: Safety Culture)

EVALUASI PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PADA INSTALASI NUKLIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masukan selama periode tersebut (Dossett dan Greenberg, 1981). a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemanfaatan tenaga nuklir di bidang industri, medis, penelitian dan lain-lain

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Program Audit. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BAB III METODE PENELITIAN

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention)

Dasar Sistem Informasi Informasi dalam Manajemen Perusahaan

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Sistem Manajemen K3

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA

KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM)

PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

KUESIONER PEMERIKSAAN INTERNAL VARIABEL INDEPENDEN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DASAR-DASAR MANAJEMEN EFEKTIF

Organisasi Ideal 22/09/2007

Riset Per iila il k O u rgan isas

PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

BAB V PENUTUP. Padang dengan pendekatan balanced scorecard. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya kelak.

AFLY YESSIE, SE, Msi

BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MK3 PERTEMUAN #5 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

pertumbuhan anggaran dibuat lebih rendah untuk produk-produk yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

THE RECOMMENDATION PHASE. Titien S. Sukamto

IMPLEMENTASI STRATEGI: STAFFING DAN DIRECTING TUJUAN PEMBELAJARAN CIS-UBAYA-PD-PHB

BAB I PENDAHULUAN. perubahan baik di pusat maupun di daerah dengan berbasis kinerja. Tentunya dengan

MANAJEMEN OPERASIONAL

Mata Kuliah Manajemen Pelatihan dan Pengembangan

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR

PEDOMAN UMUM MANAJEMEN RISIKO

#11 MANAJEMEN RISIKO K3

Pengantar Perilaku Organisasi

SKOR Visi dipahami oleh anggota organisasi rumah sakit (sharedvision)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai mencapai tingkat kepuasan tertentu. Keterbatasan benda-benda yang

MANAJEMEN PROYEK KONTEKS & PROSES PERTEMUAN 2

BAB IV Rencana Implementasi & Kebutuhan Sumber Daya

Lia Irawati 1) Dr.Ir. Hendrik Sulistio., MT 2) Megawaty, ST., MT 3)

VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pada Manajemen K3

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) STRATEGI DAN TAHAPAN PENERAPAN SMKP

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dengan melihat hasil analisis dan pembahasan di bab sebelumnya mengenai

RISK MANAGEMENT PROCEDURE RISK MANAGEMENT PROCEDURE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Berawal dari sebuah perkumpulan IT, timbullah sebuah ide untuk

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

- 5 - INDIKATOR KINERJA UTAMA BAPETEN

MANAJEMEN RESIKO K3I

PENGARUH SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP KINERJA K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB II URAIAN TEORITIS

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis studi kasus pada PT. XYZ, penelitian ini telah

BAB I PENDAHULUAN. jasa audit di Indonesia pun meningkat. Faktor-faktor yang menjadi

Sehingga semua pihak merasa ikut memilki dan merasakan hasilnya. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Sistem Manajemen K3 SMK3

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika

Transkripsi:

INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN YUSRI HENI y.heni@bapeten.go.id BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

DAFTAR ACUAN TEC DOC 1329, BAB 8. INSAG 4 - Safety Culture TEC DOC 860: ASCOT Guideline

"Safety Culture"???? Each organisation has its own Culture, Its own character - like a family.

DEFINISI Budaya keselamatan adalah sifat dan sikap dalam or ganisasi dan individu yang menekankan pentingnya keselamatan. Oleh karena itu, budaya keselamatan mempersyaratkan agar semua kewajiban yng ber kaitan dengan keselamatan harus dilaksanakan secara benar, seksama, dan penuh rasa tanggung jawab. Definisi-Definisi yg lain

Fitur universal budaya keselamatan terdiri dari : Kesadaran individu ( individual awareness ) Pengetahuan & kompetensi (knowledge & competence) Komitmen ( commitment ) Motivasi ( motivation ) Pengawasan ( Supervision ) Tanggungjawab( responsibility ) dilaksanakan oleh : Individu sebagai individu Individu sebagai manager Individu sebagai pengambil kebijakan

BUDAYA KESELAMATAN Def. Tanggung Jawab Def. dan Kendali Praktek Keselamatan Kualikasi dan Pelatihan Penghargaan dan Sanksi Audit, Tinjauan & Pemban dingan Komitmen Individu Komitmen Manajer Komitmen Tingkat Kebijakan Sikap Ingin Tahu Pendekatan yang Ketat & Bijaksana Komunikasi Pernyataan Kebijakan Keselamatan Struktur Manajemen Sumber Daya Pengaturan Diri

ORGANISASI PRO TEKSI RADIASI ORGANISASI TERKAIT Komitmen Tin gkat Kebijaka n Pengusaha Instal asi Kepala Institusi ( Tertinggi ) Komitmen Tingkat Manajer Petugas Protek si Radiasi Direktur, Kepala Bag. / Divisi Manajer << Kepala Komitmen Tingkat Individu Pekerja Radiasi Pelaksana : Inspektur, Peneliti OR, dll

You need to understand the Safety Culture of your plant.

Karakteristik budaya keselamatan pada tingkatan Artefak 1. Komitmen top manajemen terhadap keselamatan 2. Kepemimpinan yang nyata 3. Pendekatan Sistematis terhadap keselamatan 4. Pengkajian diri 5. Peranan bisnis strategis terhadap keselamatan 6. Konflik antara tidak adanya keselamatan dengan produksi 7. Hubungan dengan badan pengawas dan organisasi lainnya 8. Proaktif dan persepektif jangka panjang 9. Manajemen perubahan 10. Kualitas dokumentasi dan prosedur 11. Kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur 12. Staf yang cakap dan mencukupi jumlahnya 13. Pegawai yang mempunyai sikap ingin tahu 14. Pengetahuan manusia, teknologi dan organisasi 15. Posisi, tanggungjawab dan pertanggungjawaban yang jelas 16. Motivasi dan kepuasan bekerja 17. Keterlibatan semua pekerja 18. Suasana kerja yang baik yang berhubungan dengan masalah waktu, beban kerja dan stress 19. Pengukuran unjuk kerja keselamatan 20. Alokasi sumber daya yang tepat 21. Kerjasama dan kerja tim 22. Penanganan konflik 23. Hubungan antara para manajer dengan para pekerja 24. Kesadaran akan proses kerja 25. Kebersihan ( Housekeeping )

Karakteristik pada tingkatan tata nilai 1. Prioritas utama terhadap keselamatan 2. Keterbukaan dan komunikasi 3. Pembelajaran organisasi

Karakteristik Asumsi mendasar 1. Fokus waktu 2. Pandangan terhadap kesalahan yang terjadi 3. Pandangan terhadap keselamatan 4. Sistem berpikir 5. Peranan para manajer 6. Pandangan para pegawai.

MACAM-MACAM UNJUK KERJA INDIKATOR Tipe 1 : Indikator-indikator yang berorientasi hasil, mengidentifikasi hasil terukur, termasuk kontribusi perorangan maupun organisasi. Tipe 2 : Indikator-indikator berorientasi implementasi, mengukur keandalan pelaksanaan tugas atau tindakan, dan kepatuhan kepada penerapan metode, sumberdaya dan pendekatan pelaksanan tugas.

PENGUKURAN Skala nominal: digunakan untuk mengacu data yang hanya diklasifikasikan ke dalam kategori, misalnya, Fungsi Jumlah orang Operasi 550 Bagian permesinan 370 (engineering) Keselamatan 150 Skala ordinal: digunakan jika suatu data lebih besar, lebih kecil atau sam a dengan yang lain, m isalnya: Tingkat keselamatan Angka Keselamatan Sangat baik 2 Baik 4 Rata-rata 4 Kurang 3 Sangat kurang 1

PENGUKURAN ( Lanjutan ) Skala interval: digunakan jika data dapat diekspresikan dalam skala acak mulai dari nol, dan mempunyai interval yang sama, misalnya: Lama masa kerja Jumlah orang 4 6 tahun 50 7 9 tahun 100 10 12 tahun 20 Skala rasio: digunakan jika data dapat diekspresikan dalam skala mempunyai titik nol, dan jika rasio antara dua angka bermakna atau ada artinya, misalnya: uang. Mempunyai uang nol berarti tidak punya uang. Kita juga dapat menyatakan jika seseorang mempunyai uang Rp. 40.000,- empat kali lebih besar dari orang yang memiliki uang Rp. 10.000,-.

KONSEKUENSI PENGUKURAN Hanya besaran tertentu saja yang dapat diukur Tendensi untuk pengukuran pada jangka pendek. Keuntungan dari pengenalan pengukuran dapat digunakan untuk melihat pencapaian sasaran & membantu menentukan kriteria sukses, penyimpa ngan dari kondisi normal, penentuan penghargaan, dll

CONTOH INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN PADA TINGKAT ARTEFAK No. Karakteristik Budaya Keselamatan 1. Pengukuran Unjuk Kerja Keselamatan. 2. Kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur 3. Staf yang cakap dan mencukupi jumlahnya. 4. Komitmen top manajemen terhadap keselamatan 5. Hubungan dengan Regulator dan organisasi lain terkait. Indikator Budaya Keselamatan - Data kecelakaan - Biaya kecelakaan - Skor audit keselamatan - Jumlah penyimpangan atau pelanggaran - Jumlah pegawai yg ditraining ttg keselamatan - Jumlah / prosentase pegawai yg kompeten. - Frekuensi peninjauan top manajer ke fasilitas - Jumlah / frekuensi pertemuan pertukaran informasi dengan regulator

CONTOH INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN PADA TINGKAT TATA NILAI No. Karakteristik Budaya Keselamatan 1. Prioritas utama pada keselamatan 2. Keterbukaan dan Komunikasi Indikator Budaya Keselamatan - Frekuensi peninjauan top manajer ke fasilitas - Jumlah / frekuensi pertemuan pertukaran informasi dengan regulator

CONTOH INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN PADA TINGKAT ASUMSI MENDASAR No. Karakteristik Budaya Keselamatan Indikator Budaya Keselamatan 1. Peranan para manajer - Frekuensi peninjauan top manajer ke fasilitas 2. Pandangan terhadap keselamatan - Frekuensi pelaporan kejadian-kejadian kecil

INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN N FNCA 1. Pertemuan antara manajemen dengan pekerja untuk mendiskuasikan dan meningkatkan budaya keselamatan organisasi. 2. Tersedianya sistem untuk menganalisis kecelakaan untuk mengetahui faktor manusia dan belajar dari pengalaman untuk memperbaiki budaya keselamatan. Training yang berkaitan dengan usaha peningkatan budaya keselamatan 3. Pertemuan antara regulator dengan pengguna 4. Dilakukannya survey untuk mengetahui perhatian, sikap, efektivitas tingkat penerapan budaya keselamatan 5. Tersedianya sumberdaya untuk mempromosikan kegiatan budaya keselamatan.

The Paradox of Safety... Safety culture is not an end state - but an ongoing process... Safety Energy If the supply of energy stops - safety culture degenerates

Safety Culture Accidents are no accident

DISKUSI KELOMPOK Pilih Karakteristik Budaya Keselamatan Pada Artefak ( 10) Tata nilai (3) Asumsi Dasar ( 2 ) yang menurut individu dan kelompok paling penting.dari karakteris tik yg terbanyak susun indikator budaya keselamatan