Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

C I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta

Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT Petrokimia Gresik

Pemilihan Supplier dan Penjadwalan Distribusi CNG dengan Pemodelan Matematis

Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta)

TUGAS AKHIR. Oleh: Alvin Habara( ) StudiDistribusiPupukLewatLautStudiKasus: Gresik Bali dan Nusa Tenggara 2 JULI 2013

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

DESAIN KONSEPTUAL PETI KEMAS UNTUK ALAT ANGKUT HEWAN TERNAK DARI KAWASAN INDONESIA TIMUR PADA KAPAL PENUMPANG 2 in 1

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK

Studi Distribusi Pupuk Lewat Laut Studi Kasus : Gresik Bali dan Nusa Tenggara

ANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS

Cost Benefit Analysis Penerapan Short Sea Shipping di Pantura Jawa dalam Rangka Pengurangan Beban Jalan

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Sungai Musi mempunyai panjang ± 750 km

BAB I PENDAHULUAN. maupun ekspor, yang berada di arus lalu lintas selat sunda dan sangat aktif dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan, yang memiliki garis pantai yang panjang, oleh karena

Desain Konseptual Hybrid Propulsion Mesin Diesel dengan Motor Listrik pada Tugboat 70 Ton Bollard Pull Untuk Aplikasi di Pelabuhan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: E-33

Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik)

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK)

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 Jasa Pemanduan a Tarif Tetap 40, per kapal per gerakan b Tarif Variabel per GT kapal per gerakan

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN

SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR. Oleh : Windra Iswidodo ( )

TUGAS AKHIR Analisa Penentuan Alat Bongkar Muat Kapal dan Unitisasi Muatan untuk Meningkatkan Kinerja Operasional Kapal : Studi Kasus Cement Bag

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tugas Akhir. Kegiatan Bongkar Muat Curah Kering. Pelabuhan Khusus Petrokimia Gresik)

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

Desain Kapal 3-in-1 Penumpang-Barang- Container Rute Surabaya Lombok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN RAKYAT (STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 12 TAHUN 2009 T E N T A N G

Optimasi Biaya Penggunaan Alat Berat untuk Pekerjaan Pengangkutan dan Penimbunan pada Proyek Grand Island Surabaya dengan Program Linier

Analisis Kinerja Operasional Pelayanan Pelayaran Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) D-131

7. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PELABUHAN

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

Kegiatan Impor Ekspor Menurut Jenis Trayek

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

Optimasi Skenario Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper

Analisis Dampak Pendalaman Alur Pada Biaya Transportasi (Studi Kasus : Sungai Musi)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Optimasi Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode Multi Objective Function pada Pembangunan Proyek Apartemen Nine Residence Jakarta

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

BAB II LANDASAN TEORI

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

A. ARUS KAPAL. Unit GT

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

STUDI PENENTUAN LOKASI PELABUHAN CPO EKSPOR DARI WILAYAH SUMATERA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap pulau di Indonesia yaitu sepanjang km yang menjadikan Indonesia menempati

Analisis Dampak Pembangunan Pelabuhan Terhadap Biaya Transportasi : Studi Kasus Pelabuhan Teluk Prigi di Wilayah Jawa Timur

2016, No dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik I

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004)

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

Studi Penanganan Tumpahan pada Kegiatan Bongkar Muat Curah Kering ( Studi kasus : Terminal BJTI dan Pelabuhan Khusus Petrokimia Gresik )

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

ANALISA KINERJA FASILITAS PELABUHAN AMAHAI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) PULAU SERAM

MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH UNTUK PEMBANGUNAN PELABUHAN (Studi Kasus:Pantai Selatan Jawa Timur)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (Juli, 2014) ISSN: ( Print)

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya

STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA)

Siti Nurul Intan Sari.D ABSTRACT

Kata Kunci - Ship Scheduling and Assignment, NP - Hard Problem, Metode Meta-heuristik, Simple Iterative Mutation Algoritm, Minimum requirement draft

A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas

Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun

Kajian Aspek Teknis dan Aspek Ekonomis Proyek Packing Plant PT. Semen Indonesia di Banjarmasin

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD

BAB I PENDAHULUAN. utamanya dibidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

Model Evaluasi Kebijakan Publik untuk Revitalisasi Pelayaran Rakyat (Studi Kasus: Pelabuhan Rakyat Gresik)

Analisis Dampak Pengerukan Alur Pelayaran pada Daya Saing Pelabuhan. Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

ARAHAN PENATAAN RUANG AKTIVITAS DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA DI PROBOLINGGO TUGAS AKHIR

Analisis Hubungan Pola Migrasi Penduduk dengan Transportasi Laut (Studi Kasus: Jawa Kalimantan)

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI OPERASIONAL: STUDI KASUS DI PERUSAHAAN LOGISTIK BATUBARA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

Analisa Highest And Best Use (HBU) pada Lahan Bekas SPBU Biliton Surabaya

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-6 Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi Aulia Djeihan Setiajid dan I. G. N. Sumanta Buana Program Studi Transportasi Laut, Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: buana@na.its.ac.id Abstrak Pelayaran Rakyat tidak semaju pelayaran konvensional. Salah satu penyebabnya adalah pola operasi bongkar muat yang kebanyakan dilakukan secara manual dengan tenaga manusia/buruh lepas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan adanya mekanisasi peralatan bongkar muat dan penggunaan gudang bersama mampu meningkatkan kinerja bongkar muat serta menentukan metode bongkar muat seperti apa yang optimal dan menguntungkan untuk Pelra. Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan skenario dan membandingkan efisiensi setiap metode bongkar muat secara manual, mekanisasi, dan campuran pada kapal Pelra serta membandingkan efisiensi setelah menggunakan gudang bersama. Dari hasil analisis diperoleh hasil penambahan biaya bongkar muat sebesar 80% dari biaya awal sehingga penggunaan metode bongkar muat secara manual akan lebih menguntungkan dan optimal. Namun dari segi waktu, mekanisasi bongkar muat dapat mempercepat waktu sebanyak 31% dari awal bongkar muat secara manual. Dari segi kinerja bongkar muat terhadap kinerja total kapal Pelra dengan metode manual lebih besar yaitu sebesar 14% dibandingkan secara mekanisasi dan campuran yang hanya 10% dan 9%. Hal ini menunjukkan kinerja bongkar muat rata-rata untuk metode bongkar muat baik secara manual, mekanisasi, dan campuran tidak berpengaruh besar terhadap produktivitas kapal karena ketidakpastian adanya muatan sehingga frekuensi round trip kapal Pelra sama saja tiap tahunnya. Kata Kunci---bongkar/muat, manual, mekanisasi, Pelayaran Rakyat I. PENDAHULUAN ERDASARKAN KM 33 Tahun 2011 definisi Pelayaran Brakyat adalah kegiatan angkutan laut yang ditujukan untuk mengangkut barang dan/ atau hewan dengan menggunakan kapal layar, kapal layar motor tradisional dan kapal motor dengan ukuran tertentu. Keberadaan Pelabuhan Pelayaran Rakyat di Jawa Timur memegang peranan penting dalam pendistribusian barang di luar Pulau Jawa. Salah satu Pelabuhan Pelra yang terbesar di Jawa Timur adalah Pelabuhan Gresik dengan 1.535 kunjungan kapal disusul oleh Pelabuhan Kalimas Surabaya dengan 898 kunjungan kapal, dan Pelabuhan Brondong Lamongan dengan 549 kunjungan kapal pada tahun 2011. Hal ini menandakan di masa yang akan datang, peran Jawa Timur yang memiliki beberapa Pelabuhan Rakyat akan memegang kendali yang sangat penting bagi daerah-daerah potensial disekitarnya dalam upaya peningkatan perekonomian Nasional. Dalam perkembangannya, pelayaran rakyat tidak semaju pelayaran konvensional. Salah satu penyebab kemunduran pelayaran rakyat adalah pola operasi bongkar muat yang dilakukan secara manual oleh buruh lepas (padat karya). Kegiatan bongkar dan muat di Pelabuhan Rakyat dilakukan secara menual oleh sejumlah buruh dengan membawa satu persatu muatan dari dan ke dalam truk pengangkut. Lamanya waktu untuk bongkar muat akan menurunkan kinerja bongkar muat di Pelabuhan Rakyat. Hal ini akan berakibat pada penurunan produktivitas kapal Pelra tiap tahunnya. Dengan melihat beberapa contoh Pelra sebagai suatu himpunan kapal Pelra yang ada di Pelabuhan, penanganan bongkar muat secara mekanik diharapkan mampu untuk meningkatkan produktivitas bongkar muat di Pelabuhan Rakyat baik dari segi waktu dan biaya. Selain itu, pengadaan gudang sebagai tempat penyimpanan diharapkan mampu memperlancar kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Pelra. II. METODE PENELITIAN Perbandingan metode bongkar muat pada Pelayaran Rakyat didasarkan dari pengamatan langsung ke pelabuhan Pelra dan pelaku bisnis Pelayaran Rakyat. Pengamatan dilakukan di tiga objek Pelabuhan Pelra Jawa Timur yaitu Pelabuhan Kalimas Surabaya, Pelabuhan Gresik, dan Pelabuhan Brondong Lamongan. Pengambilan sampel kapal didasarkan pada ukuran kapal, karakteristik muatan, dan aktivitas bongkar muat. Data sekunder pendukung penelitian ini didapatkan dari instasi terkait. Hal penting yang diperhatikan dalam operasi bongkar muat di Pelabuhan Pelayaran Rakyat adalah perencanaan bongkar muat [1], operasi di kapal, dan operasi di Pelabuhan. Penentuan metode bongkar muat untuk operasi di kapal ditentukan oleh karakteristik muatan dan posisi sandar kapal [2]. Dari hasil pengamatan terhadap kapal Pelra, selanjutnya dilakukan perhitungan waktu bongkar muat, biaya bongkar muat, dan komponen biaya perkapalan. Anlisis dilakukan dengan mengembangkan scenario dan membandingkan dari aspek efisiensinya. Penentuan skenario didasarkan pada aktivitas bongkar muat. Terdapat tiga skenario metode bongkar muat untuk kapal Pelra yakni dengan metode manual dengan diangkut oleh buruh, mekanisasi dengan diangkut

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-7 oleh alat bongkar muat (derek kapal dan mobile crane), dan campuran. Ketiga metode bongkar muat tersebut dikombinasikan dengan adanya penggunaan gudang untuk Pelra. Gudang ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan muatan agar penanganan muatan di pelabuhan Pelra dapat dilakukan secara teratur [3]. Perbandingan metode bongkar muat untuk Pelayaran Rakyat dilakukan dengan membandingkan ketiga jenis metode tersebut dengan memperhitungkan penggunaan gudang. Perbandingan ini dilihat dari segi waktu bongkar muat dan biaya bongkar muat sehingga dapat diketahui apakah mekanisasi peralatan bongkar muat dan pengadaan gudang mampu meningkatkan kinerja bongkar muat dan metode bongkar muat seperti apa yang optimal dan menguntungkan untuk Pelayaran Rakyat. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Operasi Bongkar Muat Kapal Pelra Pada kapal Pelra, kegiatan ini banyak dilakukan oleh buruh pelabuhan dengan sistem kerja borongan. Dalam pelaksanaan bongkar muat untuk Pelayaran Rakyat, terdapat banyak ketidakpastian. Angkutan laut Pelayaran Rakyat tidak memiliki jadwal kedatangan maupun keberangkatan sendiri, oleh karena itu Pelayaran Rakyat digolongkan kedalam jenis pelayaran tramper. Kegiatan bongkar muat sejumlah muatan pada Pelayaran Rakyat pada dasarnya tidak memerlukan perencanaan khusus. Hal ini disebabkan karena tidak adanya kepastian mengenai muatan yang diangkut, sehingga kapal-kapal Pelra membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu muatan di pelabuhan. Metode yang dilakukan pada operasi bongkar muat di kapal ditentukan oleh posisi sandar kapal, karakteristik muatan, dan ketersediaan alat bongkar muat di kapal. Peletakan muatan di kapal dibagi menjadi dua bagian yaitu muatan dasar dan muatan tambahan. Muatan dasar merupakan muatan pokok yang merupakan komoditi utama untuk dikirim seperti pupuk, semen, dan bahan bangunan. Biasanya muatan dasar berjumlah lebih banyak dan lebih berat daripada muatan tambahan sehingga diletakkan di dalam deck kapal. Muatan tambahan merupakan muatan yang bukan merupakan komoditi utama atau dapat disebut klontongan. Sebagian besar kapal Pelra sandar dengan posisi miring menghadap dermaga dan posisi haluan menempel ke bibir dermaga. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi pelabuhan dan banyaknya kunjungan kapal Pelra. Peralatan bongkar muat mekanik di kapal Pelra adalah derek kapal yang memiliki kapasitas angkut maksimum adalah 1-2 ton sekali angkut. Perlengkapan penunjang seperti jaring-jaring, sling rope, dan hook disesuaikan dengan karakteristik muatan yang diangkut [4]. Pada umumnya, operasi bongkar muat di Pelayaran Rakyat dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia. Namun untuk muatan tertentu digunakan derek kapal [5]m sebagai alat bongkar muatnya. Selain itu, untuk muatan yang memiliki berat dan ukuran yang tidak mampu diangkut oleh derek kapal, muatan tersebut diangkut oleh mobile crane. Di pelabuhan Pelayaran Rakyat, muatan yang menunggu giliran untuk dimuat ke dalam kapal biasanya diletakkan di sisi dermaga. Hal ini dikarenakan karena tidak tersedianya gudang sebagai tempat penyimpanan muatan dan tidak adanya perencanaan muat barang oleh pelaku bisnis Pelra sehingga truk yang mengangkut muatan yang akan di muat ke kapal akan menurunkan muatannya di sisi dermaga. B. Waktu dan Biaya Kapal Pelra Waktu bongkar muat kapal Pelra diperlihatkan oleh grafik Gambar 1. Gambar. 1. Hubungan waktu efektif bongkar muat dengan kapasitas terangkut kapal. Indikator kinerja bongkar muat oleh sejumlah gang pekerja dapat digambarkan oleh gang output. Gang output (Ton Gang Hour /TGH) merupakan indicator yang menggambarkan tonase yang dihasilkan dalam satu jam oleh setiap gang buruh. Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Pelra tidak terus menerus dilakukan karena harus menunggu muatan datang seperti yang terlihat pada Gambar 2. Pada Pelayaran Rakyat besarnya biaya bongkar muat diperoleh dari tarif muatan untuk setiap komoditi muatan dikali dengan banyaknya ton muatan yang akan dibongkar muat. Biaya bongkar muat kapal Pelra terlihat pada Gambar 3. Pembagian antara biaya perkapalan per tahun dengan kapasitas angkut kapal tiap tahunnya akan menghasilkan unit cost kapal Pelra setiap tahunnya. Unit cost atau satuan biaya merupakan biaya yang dihitung untuk setiap satu satuan produk pelayanan dalam hal ini adalah biaya satuan muatan yang diangkut oleh kapal seperti pada Gambar 4. C. Analisis Penggunaan Gudang Gudang selain sebagai tempat untuk menyimpan barang juga dapat berfungsi melindungi barang dari kondisi lingkungannya. Pada Pelayaran Rakyat, terdapat koperasi Pelra yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan penunjang untuk kapal Pelra. Kebutuhan penunjang tersebut antara lain adalah minyak pelumas, air bersih, mesin bantu, dan perlengkapan penunjang operasional kapal Pelra. Tidak menutup kemungkinan bahwa koperasi juga dapat berkonsolidasi dengan perusaahan Pelra untuk mengadakan gudang bersama Pelayaran Rakyat. Pengadaan gudang ini dimaksudkan agar penanganan muatan dapat diatur dengan baik dan dapat operasi bongkar muat barang direncanakan sebelumnya. Biaya operasional gudang per tahun adalah Rp 538.100.000,00 per tahun. Sedangkan biaya pengadaan yang merupakan penjumlahan dari biaya operasional dan biaya sewa gudang adalah sebesar Rp 1.295.600,00 per tahun. Perhitungan selanjutnya adalah menentukan unit cost gudang untuk setiap muatan. Unit cost ini merupakan biaya yang dikenakan untuk setiap ton muatan yang menggunakan jasa pergudangan. Asumsi dalam perhitungan ini adalah semua muatan Pelra menggunakan jasa gudang sehingga data yang digunakan adalah data arus barang. Arus barang pada tahun 2011 di pelabuhan Kalimas adalah sebanyak 186.190 ton. Dengan kunjungan kapal sebanyak 898 call, sehingga rata-rata muatan yang dibawa setiap kapal adalah 207 ton/kapal. Berikut adalah cara menghitung unit cost gudang untuk setiap ton muatan. unit cost gudang untuk setiap muatan adalah Rp 6.958 per ton. Unit cost ini merupakan dasar pendapatan gudang yang diperoleh dari banyaknya muatan dikalikan dengan tarif. Selanjutnya dari unit cost gudang, dapat ditentukan tarif gudang yang harus dibayar untuk setiap ton muatan dengan keuntungan 10%. Sehingga tarif gudang adalah sebesar Rp 7.654 per ton.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-8 Gambar. 2. Prosentase kinerja bogkar muat terhadap kinerja total kapal Pelra. Gambar. 5. Biaya penggunaan gudang per tahun Gambar. 3. Biaya bongkar muat kapal Pelra. Gambar. 6. Waktu cargodoring Kapal Pelra Gambar. 4. Hubungan unit cost dengan kapasitas angkut kapal Pelra per tahun. D. Biaya dan Waktu Pergudangan Aktifitas pergudangan merupakan aktifitas penerimaan dan pengiriman barang dari dan ke gudang. Dengan adanya gudang bersama untuk Pelayaran Rakyat akan menambah waktu untuk kegiatan bongkar muat barang. Untuk memindahkan sejumlah muatan dengan menggunakan forklift [6] dikenakan sejumlah biaya. Ongkos material handling untuk setiap meter jarak yang ditempuh adalah Rp 49 per meter. Biaya pergudangan untuk masing-masing kapal Pelra per tahun dihitung dari tarif gudang dikalikan banyak muatan dan dikalikan dengan frekuensi round trip kapal. Semakin banyak muatan kapal yang diangkut maka semakin besar biaya yang dikeluarkan, dan sebaliknya semakin sedikit muatan kapal yang diangkut maka semakin kecil biaya yang dikeluarkan seperti yang terlihat pada Gambar 5. Lamanya waktu cargodoring dipengaruhi oleh banyaknya muatan, karakteristik muatan, berat dan volume muatan, serta kapasitas angkut forklift. Berikut ini adalah lamanya waktu yang digunakan untuk kegiatan cargodoring seperti pada Gambar 6. E. Perbandingan Efisiensi Bongkar Muat Dari ketiga macam metode bongkar muat yakni manual, mekanisasi, dan campuran selanjutnya akan dihitung efisiensinya dengan membandingkannya dari segi waktu dan biaya. Setiap metode bongkar muat yang memperhitungkan penggunaan gudang, selanjutnya akan dibandingkan dengan kondisi awal Pelra yang tidak menggunakan gudang seperti pada Gambar 7. Gambar 8 menunjukkan untuk KLM. Sumber Murni yang tidak memiliki derek kapal, pada metode bongkar muat secara mekanik dan campuran menggunakan mobile crane. Mobile crane ini disewa dari PBM (perusahaan bongkar muat) dengan harga Rp 650.000 per jam. Pada KLM. Fadli Indah, besarnya biaya bongkar muat dengan metode manual dan campuran adalah nol. Muatan kapal ini sejenis dan sangat berat yaitu besi bekas sehingga tidak memungkinkan diangkut secara manual dan campuran. Sedangkan untuk kapal lainnya biaya bongkar muat masing-masing metode adalah sama karena berasal dari tarif bongkar muat dikalikan dengan jumlah muatan, hanya saja terdapat penambahan biaya setelah menggunakan gudang. Hal ini dikarenakan ada biaya tambahan untuk kegiatan cargodoring Gambar 9 menunjukkan rata-rata penambahan biaya untuk setiap kapal Pelra adalah 60% dan untuk metode mekanisasi adalah 80%. Untuk KLM. Sumber Murni dengan menggunakan metode mekanisasi bongkar muat akan jauh menambah biaya. Biaya yang dikeluarkan bila menggunakan metode ini hampir 3 kali lipat dari biaya sebelumnya. Sehingga dengan menggunakan metode bongkar muat manual akan lebih menguntungkan. Untuk kapal lainnya tidak ada perbedaan untuk masing-masing metode bongkar muat.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-9 Gambar.7. Perbandingan biaya bongkar muat kapal per tahun sebelum dan setelah menggunakan gudang. Gambar. 8. Perbandingan biaya bongkar muat kapal per tahun masingmasing metode bongkar muat. Gambar. 9. Prosentase penambahan biaya bongkar muat. Gambar. 10. Perbandingan waktu kerja bongkar muat. Gambar. 11. Prosentase penambahan/pengurangan waktu. Perhitungan selanjutnya adalah perhitungan untuk mengetahui berapa lama penambahan atau pengurangan waktu dengan adanya gudang untuk masing-masing metode bongkar muat kapal Pelra. Perhitungan ini disajikan dalam bentuk prosentase. Gambar 11 menunjukkan penambahan waktu ditunjukkan dengan grafik yang bernilai positif dan pengurangan waktu ditunjukkan dengan grafik yang bernilai negatif. Terlihat bahwa mekanisasi bongkar muat dapat mengurangi banyak waktu bongkar muat kapal Pelra dibandingkan dengan metode campuran. Namun untuk kapal Pelra yang awalnya sudah menggunakan metode mekanisasi seperti KLM. Fadli Indah dan KLM. Kartika Express justru malah menambah waktu bongkar muat karena adanya penambahan waktu untuk kegiatan cargodoring. Rata-rata pengurangan waktu kapal Pelra yang semula menggunakan metode manual, dengan adanya mekanisasi dapat dipercepat hingga 31%. Sedangkan dengan metode campuran dapat mempercepat waktu hingga 26%. Perhitungan selanjutnya adalah perhitungan untuk mengetahui kinerja bongkar muat kapal Pelra terhadap kinerja total. Besarnya prosentase kinerja bongkar muat terhadap kinerja total menunjukkan produktivitas masingmasing metode bongkar muat. Berikut ini adalah persamaan untuk menentukan prosentase kinerja bongkar muat terhadap kinerja total kapal Pelra. Gambar 12 tersebut menunjukkan prosentase kinerja bongkar muat terhadap kinerja total masing-masing metode bongkar muat kapal Pelra. Terlihat bahwa untuk kapal Pelra yang menggunakan metode bongkar muat secara manual, memiliki produktivitas yang lebih tinggi daripada secara mekanisasi atau campuran. Hal ini disebabkan karena banyaknya waktu tidak efektif kapal Pelra selama di pelabuhan akibat menunggu muatan. Produktivitas rata-rata untuk metode bongkar muat secara manual adalah 14%, sedangkan untuk mekanisasi dan campuran adalah 10% dan 9%. Dari semua komponen perbandingan waktu antara sebelum menggunakan gudang dan setelah menggunakan gudang dan untuk masing-masing metode bongkar muat kapal Pelra, dapat diketahui apakah ada perubahan terhadap banyaknya frekuensi round trip kapal Pelra. Seperti perhitungan frekuensi round trip kapal Pelra pada bab sebelumnya, didapatkan hasil seperti pada Gambar 13. Gambar 13 menunjukkan tidak adanya perubahan terhadap frekuensi round trip kapal Pelra tiap tahunnya setelah menggunakan gudang. Penggunaan gudang sebagai tempat menyimpan muatan tidak mempengaruhi banyaknya frekuensi round trip kapal Pelra. Hal ini disebabkan karena tidak adanya kepastian mengenai keberadaan muatan. Jika muatan kapal Pelra tersedia setiap saat maka memungkinkan penggunaan gudang akan lebih efisien dan dapat meningkatkan frekuensi round trip kapal Pelra tiap tahunnya

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-10 Gambar. 12. Perbandingan prosentase kinerja bongkar muat terhadap kinerja total. Gambar 13. Banyaknya frekuensi round trip kapal Pelra per tahun. IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan adanya mekanisasi bongkar muat pada Pelayaran Rakyat dan pengadaan gudang sebagai tempat penyimpanan muatan justru akan menambah biaya bongkar muat. Penambahan biaya bongkar muat sebesar 80% dari biaya awal sehingga penggunaan metode bongkar muat secara manual akan lebih menguntungkan. Namun dari segi waktu, mekanisasi bongkar muat dapat mempercepat waktu sebanyak 31% dari awal bongkar muat secara manual. 2. Dari segi kinerja bongkar muat terhadap kinerja total kapal Pelra dengan metode manual lebih besar yaitu sebesar 14% dibandingkan secara mekanisasi dan campuran yang hanya 10% dan 9%. Hal ini menujukkan kinerja bongkar muat ratarata untuk setiap metode bongkar muat tidak berpengaruh besar terhadap produktivitas kapal karena ketidakpastian adanya muatan, sehingga metode manual merupakan metode bongkar muat yang optimal dan menguntungkan untuk Pelra. Penggunaan gudang sebagai tempat menyimpan muatan tidak mempengaruhi banyaknya frekuensi round trip kapal Pelra. DAFTAR PUSTAKA [1] Suyono. (2005). Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut. Jakarta: PPM, Anggota Ikapi. [2] Sudjatmiko, D. F. (1997). Pokok-Pokok Pelayaran Niaga. Jakarta: Bhatara Karya Aksara. [3] Meyers, F. E. (1993). Plant Layout and Material Handling. New York: McGraw-Hill. [4] Alderton, P. (2005). Port Management and Operation (Second Edition). London. [5] House, D. J. (2005). Cargo Work for Maritime Operation. London. [6] Wignjosoebroto, S. (1996). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya: Guna Widya.