Sekuen Internal Transcribed Spacer (ITS) DNA ribosomal Oncobasidium theobromae dan jamur sekerabat pembanding

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Biocelebes, Desember 2017, ISSN-p: Vol. 12 No. 2 ISSN-e :

EKSTRAKSI DNA DAN AMPLIFIKASI ITS rdna ISOLAT FUNGI ENDOFIT LBKURCC67 UMBI TANAMAN DAHLIA (DAHLIA VARIABILIS)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

II. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

BIO306. Prinsip Bioteknologi

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

BAB III BAHAN DAN METODE

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii

4 Hasil dan Pembahasan

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

Bab III Materi dan Metode

PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI DNA BAKTERI MULTIRESISTEN GENUS Bacillus (ISOLAT MG 46) DENGAN PCR MENGGUNAKAN PRIMER UNIVERSAL 16S rrna

TEMUAN PENYAKIT BARU

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

III. Bahan dan Metode

NOTULENSI DISKUSI PHARM-C. Hari, tanggal : Sabtu, 23 Juli 2017 : WIB Tempat : Online (LINE Grup Pharm-C Kloter 1)

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

3 Metodologi Penelitian

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

Isolasi dan Identifikasi Secara Molekuler Ganoderma spp. yang Berasosiasi dengan Penyakit Busuk Pangkal Batang di Kelapa Sawit

BAB III METODE PENELITIAN

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Suraya Chairunisa, Priyo Wahyudi, Supandi Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan

STUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

MATERI DAN METODE. Materi

Alumnus Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE A.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

AKTIVITAS ANTIJAMUR BAKTERI ENDOFIT LAMUN TERHADAP JAMUR PATOGEN

IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI DARI PANTAI BANDEALIT JEMBER BERDASARKAN SEKUEN DNA PENGKODE 16S rrna SKRIPSI. Oleh Dina Fitriyah NIM

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

Transkripsi:

Sekuen Internal Transcribed Spacer (ITS) DNA ribosomal Oncobasidium theobromae dan jamur sekerabat pembanding Internal Transcribed Spacer (ITS) sequences of ribosomal DNA Oncobasidium theobromae and other related fungi as comparison Agustin Sri MULYATNI 1), Achmadi PRIYATMOJO 2) & Agus PURWANTARA 1) 1) Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan. Jl. Taman Kencana No.1 Bogor, 16151, Indonesia 2) Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia Diterima tgl 15 Oktober 2010/Disetujui tgl 25 Januari 2011 Abstract The objective of this research was to sequence ITS region from ribosomal DNA of Oncobasidium theobromae, and to compare the sequences to the isolates from Vietnam and Malaysia, and also to identify other related fungi species based on the homology of the ITS region. O. theobromae was isolated from three cocoa plantations in Indonesia that were Jember, Kendari, and Makasar. DNA was isolated from the fungal mycelia, and then amplified using ITS-4 and ITS-5 primers, resulted in DNA fragments of 600 bp and 700 bp for the isolate from Jember, 600 bp for the isolate from Kendari, and 700 bp for the isolate from Makasar. All of the fragments were successfully sequenced, except for 600 bp fragment of the isolate from Jember. The homology analysis using BLAST was confirmed that ITS sequences O. theobromae from Jember was homolog with Rhizoctonia sp. and Ceratobasidium sp., whereas isolate from Kendari was homolog with Botryosphaeria sp. and isolate from Makasar was homolog with Mycorrhizal basidiomycetes. The sequences were then compared to the sequences of O. theobromae from Vietnam and Malaysia. Phylogenetic analyses using Clustal W program indicated that O. theobrome from Indonesia which is represented by isolates from Jember showed higher degree of similarity to isolates from Vietnam. On the contrary, isolates from Indonesia showed lower degree of similarity to isolates from Malaysia. [Keywords: Oncobasidium theobromae, homology analysis, ITS, rdna, VSD] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sekuen daerah ITS dari DNA ribosomal jamur Oncobasidium theobromae, dan membandingkannya dengan sekuen jamur O. theobromae yang berasal dari Malaysia dan Vietnam, serta untuk mengidentifikasi spesies lain yang merupakan kerabat dekat O. theobromae dengan berdasarkan kemiripan sekuen ITSnya. Isolat jamur O. theobromae diisolasi dari tiga lokasi perkebunan kakao di Indonesia yaitu Jember, Kendari dan Makasar. DNA diisolasi dari miselium jamur. Amplifikasi daerah ITS menggunakan primer ITS-4 dan ITS-5 menghasilkan fragmen 600 bp dan 700 bp untuk isolat Jember, 600 bp untuk isolat Kendari dan 700 bp untuk isolat Makasar. Semua fragmen berhasil disekuensing kecuali fragmen Jember 600 bp. Analisis homologi menggunakan BLAST menunjukkan fragmen isolat Jember 700 bp memiliki homologi tertinggi dengan Rhizoctonia sp. dan Ceratobasidium sp., isolat Kendari 600 bp homolog dengan Botryosphaeria sp., dan isolat Makasar homolog dengan Mycorrhizal basidiomycetes. Hasil sekuen tersebut kemudian dibandingkan dengan sekuen daerah ITS O.theobromae dari Malaysia dan Vietnam untuk mengetahui hubungan kekerabatannya. Analisis kekerabatan menggunakan program Clustal W menunjukkan O. theobromae dari Indonesia yang diwakili oleh isolat Jember berkerabat dekat dengan isolat Vietnam, akan tetapi tidak dengan isolat Malaysia. [Kata kunci: Oncobasidium theobromae,analisis homologi, ITS, rdna, VSD] Pendahuluan Penyakit vascularstreak dieback (VSD) merupakan penyakit penting pada kakao yang disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae Talbot dan Keane. Patogen menginfeksi tanaman melalui daun muda, kemudian tumbuh menyerang ranting dan cabang sehingga menyebabkan mati pucuk (dieback). Serangan pada tanaman di pembibitan atau tanaman muda dapat mematikan tanaman, sedangkan pada tanaman dewasa yang sudah menghasilkan menyebabkan tanaman merana, produksi turun dan mati (Guest & Keane, 2007). Kehilangan produksi yang disebabkan oleh VSD di Asia mencapai 30.000 ton (Anonim, 2006). Di Indonesia serangan VSD dapat menurunkan produktivitas hingga 40 % dari 1.100 kg menjadi 660 kg/ha/tahun. Hal ini mengakibatkan kehilangan produksi sekitar 198.000 ton/tahun atau setara dengan 3,96 triliun/tahun (Anonim, 2010). Jamur O. theobromae dapat diisolasi dari daun atau ranting tanaman sakit, tetapi sulit untuk dibiakkan dalam bentuk biakan murni yang menghasilkan spora di laboratorium. Jamur akan berhenti tumbuh setelah satu atau dua kali subkultur sehingga inokulasi buatan di laboratorium atau rumah kaca tidak dapat dilakukan untuk menguji patogenisitas di antara isolat dan resistensi tanaman kakao (Halimah & Sukamto, 2006). 1

Sekuen Internal Transcribed Spacer (ITS) DNA ribosomal Oncobasidium theobromae...(mulyatni et al.) Uji resistensi selama ini tergantung pada infeksi alami di lapangan. Hingga saat ini belum diketahui variasi dalam patogenisitas di antara isolat dari berbagai daerah atau negara, karena studi ke arah itu masih terkendala oleh kesulitan membiakkan patogen di laboratorium (Keane, 2000). Pendekatan yang paling mudah yaitu dengan melakukan analisis pada tingkat DNA. DNA ribosomal (rdna) adalah daerah penyandi genom untuk komponen RNA ribosom. Pada eukariot deret rdna terletak pada nukleus/inti dan mitokondria. Daerah rdna dipisahkan antara satu dengan yang lainnya oleh suatu pembatas yang disebut spacer. Subunit rdna baik yang besar maupun yang kecil dipisahkan oleh ETS (external transcribed spacer) dan IGS (intergenic spacer). Kedua pembatas tersebut kadang-kadang disebut NTS (nontranscribed spacer). Jamur termasuk organisme eukariotik, pada rdna jamur terdapat daerah konservatif yaitu gen penyandi rrna 18S, 5.8S dan 28S yang di antaranya terdapat daerah ITS (Internal Transcribed Spacer) (Gomes et al., 2002; O'Brien et al., 2005). ITS adalah suatu urutan RNA dari proses transkripsi utama yang berada antar prekusor ribosomal subunit dan dihilangkan pada proses splicing ketika RNA precursor tanda molekul yang struktural diproses ke dalam suatu ribosom. Organisme eukaryotik mempunyai dua daerah ITS; ITS-1 terletak di antara 18S gen dan 5.8S gen, dan ITS-2 terletak di antara 5.8S dan 28S gen. Ketiga gen ribosom tersebut mempunyai tingkat konservasi yang sangat tinggi (Gomes et al., 2002; O'Brien et al., 2005). Daerah ITS biasanya mengalami perubahan atau mutasi sehingga dapat berbeda atau bervariasi di antara spesies. Sekuen rdna subunit kecil 18S berkembang relatif lambat dan digunakan untuk studi hubungan kekerabatan pada tingkat spesies suatu organisme sedangkan daerah ITS dan IGS pada unit pengulangan rrna berkembang lebih cepat dan memungkinkan terjadinya variasi di antara spesies dan populasi (Jamil, 2005). Urbez- Torres et al. (2006) menganalisis daerah ITS Botryosphaeria spp. penyebab penyakit kanker pada anggur di California. Hasil analisanya menunjuk-kan isolat Botryosphaeria spp. tersebut berkerabat dekat dengan isolat yang berasal dari Australia, Perancis dan Portugis. Oleh karena itu studi untuk mengetahui variasi genetik di tingkat DNA perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan sekuen ITS rdna O. theobromae yang berasal dari Indonesia dengan negara lain. Isolat O. theobromae dari Indonesia berasal dari Jember sedangkan isolat O. theobromae luar negeri berasal dari Malaysia dan Vietnam. Bahan dan Metode Isolasi dan pembiakan jamur Jamur O. theobromae diisolasi dari ranting tanaman kakao yang menunjukkan gejala VSD. Sampel berasal dari sentra produksi utama kakao yaitu Jember (Jawa Timur), Kendari (Sulawesi Tenggara) dan Makassar (Sulawesi Selatan). Isolasi dilakukan dengan cara ranting dipotong 10 cm, dikupas kulit luarnya kemudian didesinfeksi dengan cara direndam menggunakan 1% Na-hipoklorit selama dua menit. Setelah dicuci dengan air steril dua kali masing-masing satu menit, ranting dipotong dengan ukuran panjang 1-3 cm dengan gunting steril, kemudian ditiriskan di atas kertas saring steril dan ditumbuhkan di atas medium water agar. Miselia jamur yang tumbuh dipisahkan dari agar, kemudian digunakan untuk bahan ekstraksi DNA. Ekstraksi DNA genomik O. theobromae dan PCR Ekstraksi DNA genomik dari O. theobromae dilakukan menggunakan metoda Castillo yang dimodifikasi dengan penambahan PVP dan β- merkaptoetanol (Toruan-Mathius et al., 1997). Amplifikasi potongan daerah ITS rdna isolat sampel dilakukan dengan mesin PCR menggunakan pasangan primer umum ITS4/ITS5. Amplifikasi dilakukan pada campuran reaksi 25 µl yang mengandung 17,5 µl air steril, 2,5 µl 10 kali bufer PCR +MgCl 2, 1 µl dntps 10 mm, 1 µl dari masing-masing primer (50 ng/µl), 0,5 µl Taq polymerase (1,5 U) dan 1 µl DNA (10-100 ng/µl) O. theobromae. Reaksi PCR menggunakan mesin PCR Personal Biometra dengan kondisi sebagai berikut: denaturasi awal pada suhu 94 C selama lima menit, 35 siklus (94 C selama satu menit, 50 C selama satu menit, dan pada suhu 72 C selama satu menit 30 detik), dan ekstensi akhir pada suhu 72 C selama lima menit. Elektroforesis Produk PCR selanjutnya dielektroforesis dalam gel agarose 1% dalam larutan TBE 0.5X. Sebanyak 10 µl DNA hasil PCR dicampur dengan 2 µl loading dye kemudian dimasukkan dalam sumur gel elektroforesis. Elekrtoforesis dijalankan pada tegangan 100 volt selama 30 menit. Selanjutnya gel hasil elektroforesis diletakkan diatas UV transluminator dan didokumentasikan menggunakan GelDoc. 2

Purifikasi hasil PCR DNA hasil PCR dipurifikasi menggunakan Axygen PCR Purification Kit. Fragmen DNA dalam gel dipotong menggunakan skalpel, kemudian dimasukkan dalam tabung Eppendorf 2 ml dan ditimbang. Bufer DE-A (100 mg sebanding dengan 100 µl volume bufer) ditambahkan pada potongan agar di dalam tabung, kemudian diinkubasi pada suhu 75 C selama delapan menit dengan divortex setiap dua menit. Campuran kemudian ditambah 0,5 volume bufer DE-B dan dikocok sampai homogen. Berturut-turut dilakukan pemindahan larutan 800 µl ke dalam tabung dan kolom baru kemudian disentrifus 11.000 rpm selama satu menit, setelah itu cairan dalam tabung penampung dibuang. Hal yang sama dilakukan pula pada larutan 500 µl bufer W1 dan 700 µl bufer W2 sampai larutan habis, penambahan bufer W2 dilakukan dua kali. Kolom dipindahkan ke tabung Eppendorf 1,5 ml kemudian dilakukan elusi DNA menggunakan eluent 20-30 µl tepat di bagian tengah kolom, dan didiamkan satu menit. DNA murni diperoleh setelah kolom disentrifus 11.000 rpm selama satu menit. Hasil purifikasi diverifikasi pada gel agarosa. Sekuensing dan analisis BLAST Hasil PCR yang sudah dipurifikasi kemudian disekuen menggunakan sekuensing otomatis mesin ABI 3130xl Genetic Analyzer di Lembaga Eijkman, Jakarta, menggunakan primer ITS4/ITS5. Hasilnya dianalisis dengan BLAST pada situs http://www. ncbi.nlm.nih.gov/blast. Hal ini bertujuan memastikan primer memotong tepat pada bagian ITS dan untuk mengidentifikasi spesies jamur lain yang tersimpan dalam database NCBI yang berkerabat dekat dengan O. theobromae. Pembandingan sekuen Sekuen O. theobromae asal Indonesia (Jember, Makasar dan Kendari) kemudian dibandingkan dengan sekuen O. theobromae yang berasal dari Malaysia dan Vietnam. Data sekuen O. theobromae dari Malaysia dan Vietnam diperoleh dari Department of Botany, La Trobe University, Melbourne, Australia. Selain data tersebut sekuen juga akan dibandingkan dengan data sekuen jamur spesies lain yaitu Rhizoctonia, Phytopthora, Puccinia, Fusarium dan Stachybotrys yang ada di GenBank ncbi. Pembandingan sekuen dilakukan menggunakan program Clustal W secara online di alamat http://www.ebi.ac.uk/tools/clustalw. Hasil dan Pembahasan Amplifikasi ITS O. theobromae Amplifikasi daerah ITS menggunakan primer umum yaitu ITS4/ITS5 menghasilkan fragmen sebesar 600 bp dan 700 bp untuk isolat Jember, 700 bp untuk isolat Makasar, dan 600 bp untuk isolat Kendari (Gambar 1). Variasi ukuran fragmen hasil amplifikasi 600 bp dan 700 bp disebabkan oleh adanya variasi panjang daerah ITS masing-masing rdnanya. Hal ini disebabkan daerah ITS sebagai daerah yang tingkat konservasinya rendah sedangkan daerah subunit kecil 18S, 5.8S, subunit besar 28S diketahui sebagai daerah yang sangat konservatif. Selain itu variasi yang sangat signifikan dapat terjadi karena adanya delesi, insersi, atau substitusi antara spesies dalam ITS (Peay et.al, 2008). Keempat produk PCR hasil amplifikasi menggunakan primer ITS4/ITS5 yang telah dipurifikasi disajikan pada Gambar 2. 1 M 2 3 Gambar 1. Profil elektroforesis hasil PCR menggunakan pasangan primer ITS4 dan ITS5. (lajur 1: Jember; 2: Kendari; 3: Makasar; M; Marker 100 bp) Figure 1. Electrophoretic profile of PCR product using primer pair of ITS4/ITS5. (lane 1: Jember; 2: Kendari; 3: Makasar; M: marker). 1 2 M 3 4 700 bp 700 bp Gambar 2. Pita-pita hasil purifikasi. (Lajur 1: Jember 600 bp; 2: Jember 700 bp; 3: Kendari 600 bp; 4: Makasar 700 bp; M: Marker 100 bp) Figure 2. Fragments as results of purification. (Lane 1: Jember 600 bp; 2: Jember 700 bp; 3: Kendari 600 bp; 4: Makasar 700 bp; M: Marker 100 bp) 3

Sekuen Internal Transcribed Spacer (ITS) DNA ribosomal Oncobasidium theobromae...(mulyatni et al.) ITS dari O. theobromae Hasil sekuensing daerah ITS kemudian dianalisis BLAST untuk memastikan bahwa primer memotong tepat pada daerah ITS. Hasil BLAST menunjukkan semua gen mempunyai kesamaan dengan daerah ITS spesies jamur lain. Hal ini menunjukkan bahwa PCR berhasil mengamplifikasi daerah ITS. Namun terdapat perbedaan pada hasil BLAST antara ketiga isolat tersebut. Isolat Jember mempunyai tingkat homologi paling tinggi dengan ITS Rhizoctonia sp. Isolat Kendari mempunyai tingkat homologi paling tinggi dengan ITS Botryosphaeria sp, sedangkan isolat Makasar mempunyai tingkat homologi paling tinggi dengan Mycorrhizal basidiomycetes. Hasil ini menunjukkan DNA jamur yang didapatkan dari Jember merupakan DNA O. theobromae karena hasil BLAST daerah ITS O.theobromae yang berasal dari Malaysia dan Vietnam juga mempunyai tingkat homologi tertinggi dengan Rhizoctonia sp. O. theobromae dan Rhizoctonia sp. yang termasuk dalam famili Ceratobasidiaceae. Sedangkan O. theobromae asal Kendari dan Makasar bukan O. theobromae melainkan jamur endofit lain yang berasosiasi dengan jaringan tanaman terserang VSD. Pembandingan sekuen Hasil sekuen ketiga isolat O. theobromae kemudian dibandingkan dan dianalisis kekerabatannya dengan data sekuen O. theobromae asal Malaysia, dan Vietnam serta dengan spesies jamur lain dari database NCBI yaitu Puccinia psidii (EF599768), Filobasidium capsuligenum (EF532832), Fusarium sp. (EF611096), Stachybotrys elegans (DQ369856), Phytophthora1 (DQ286726), Phytophthora2 (AY594197). Hasil pembandingan dan analisis kekerabatan menggunakan pohon filogenetikdapat dilihat pada Gambar 3. Hasil pensejajaran sekuen gen ITS menggunakan program Clustal W menunjukkan tingkat kekerabatan antara 1%-98%. Semakin tinggi nilai presentase maka kekerabatnnya semakin dekat. Tingkat kekerabatan paling tinggi adalah Ot-Viet2 dan Ot-Viet3 yaitu 98%. Kemudian Ot-Jember1 dengan Ot- Viet2, Ot-Jember1 dengan Ot-Viet3, Ot-Viet2 dengan Ot-Viet4, Ot-Viet3 dengan Ot-Viet4 sebesar 97 %. Isolat Ot-Jember2 yang merupakan hasil isolasi dari sampel Jember sangat dekat dengan Ot-Viet dengan tingkat similaritas 92 %. Hal tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mendesain primer spesifik untuk mendeteksi jamur patogen yang menginfeksi jaringan tanaman secara alami (Utomo & Tambajong, 2003). Primer spesifik seperti ini sangat bermanfaat untuk mendetaksi O. theobromae pada jaringan kakao atau jaringan tanaman lain yang dapat menjadi inang alternatif. Hal ini penting dilakukan mengingat tanaman inang alternatif O. theobromae belum pernah dilaporkan (Keane, 2000; Guest & Keane, 2007). Gambar 3. Dendogram kekerabatan jamur Oncobasidium theobromae asal Indonesia, Malaysia, Vietnam dan spesies jamur lain berdasarkan sekuen ITS. Figure 3. Dendogram of Oncobasidium theobromae from Indonesia, Malaysia, Vietnam compared with other species based on ITS sequences. 4

Kesimpulan Primer ITS4 dan ITS5 dapat mengamplifikasi daerah ITS jamur O. theobromae. O. theobromae dari Jember homolog dengan Rhizoctonia, O. theobromae dari Kendari homolog dengan Botryosphaeria sp, dan O. theobromae dari Makasar homolog dengan Mycorrhizal basidiomycetes. O. theobromae yang berasal dari Indonesia yang diwakili isolat Jember berkerabat dekat dengan O. theobromae yang berasal dari Vietnam. Daftar Pustaka Anonim (2006). The World s Cocoa Problems. Taken from: http://www.dropdata.org/cocoa/cocoa_prob.htm. [24 Juli 2006]. Anonim (2010). Lebih fokus dengan gernas kakao. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman 32(2), 1-12. Guest D & P Keane (2007). Vascular-streak dieback: A new encounter disease of cacao in Papua New Guinea and Southeast Asia caused by the obligate basidiomycete Oncobasidium theobromae. Phytopathol 97, 1654-1657. Gomes EA, MC Kasaya, EG debarros, AC Borgs & EF Araujo (2002). Polymorphism in the internal transcribed spacer (ITS) of the ribosomal DNA of 26 isolates of ectomycorrhizal fungi. Genet Mol Biol 25(4), 477-483 Jamil I (2005). Analisis sekuen daerah its DNA ribosom (rdna) dan desain primer untuk mendeteksi Phytophthora palmivora Butl pada kakao. Bogor, Institut Pertanian Bogor. Tesis. Keane PJ (2000). Biology control and methods for study of vascular streak dieback. In: Selection for Resistance and Quality in Cocoa in Indonesia. Project Handbook ACIAR 2001-2004. p. 60-67. O'Brien HE, JLParrent, JA Jackson, JM Moncalvo & R Vilgalys (2005). Fungal communities' analysis by large-scale sequencing of environmental samples. Environ. Microbiol 71, 5544-5550. Peay KG, PG Kennedy PG & TD Bruns (2008). Fungal community ecology: a hybrid beast with a molecular master. BioScience 58, 799 810. Toruan-Mathius N, T Hutabarat & D Suhendi (1997). The use of RAPD to evaluate genetic variability of hybrid parent in Theobromae cacao L. plants. Menara Perkebunan 65 (2), 53-63. Urbez-Torres JR, GM Leavitt, TM Voegel & WD Gubler (2006). Identification and distribution of Botryosphaeria spp. associated with grapevine cankers in California. Plant Diseases 90, 1490-1503. Utomo C & D Tambajong (2003). Desain primer spesifik untuk deteksi ganoderma penyebab penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit. J Penelitian Kelapa Sawit 11, 23-37. Halimah D & S Sukamto (2006). Sejarah dan perkembangan penyakit vascular streak dieback (VSD) di Indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 22(3), 107-119. 5