BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

BAB II LANDASAN TEORI

Bab I. Pendahuluan. menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang serendah-rendahnya untuk

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

PETA PENGENDALI UNTUK UNIT INDIVIDU PRESENTASI PENGENDALIAN KUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB II LANDASAN TEORI

barang yang dihasilkan. Menurut para ahli, kualitas adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

STATISTICAL PROCESS CONTROL

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN. maksimal guna kelangsungan hidup perusahaan. Dalam mempertahankan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BAB 2 LANDASAN TEORI

CONTROL CHARTS UNTUK DATA ATRIBUT. Lely Riawati, ST., MT

BAB 2 LANDASAN TEORI

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

PETA KENDALI ATRIBUT. 9 Pengendalian Kualitas. Semester Genap 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. baik itu perusahaan penghasil barang maupun perusahaan penghasil jasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daya saing dalam era globalisasi pada perusahaan dan industri yang

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI

judul "Evaluasi Pengendalian Kualitas Produk Menggunakan P-Chart dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian telah memasuki era globalisasi yang akan diwarnai

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Pasteurized Milk Industry in Malang

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. pengertian manajemen sendiri menurut George R. Terry ( 2003) adalah:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peta Kendali (Control Chart)

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL

PETA KENDALI VARIABEL

Statistical Process Control

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GRAFIKPENGENDALI VARIABEL

BAB II PEMBAHASAN Pengertian Kualitas Statistik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan yang bergerak dalam bisnis produk

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK

PETA KENDALI VARIABEL

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION

PENDAHULUAN. CuSum. Univariate EWMA MEWMA. Multivariate Hotelling. Kosumen. Kualitas Baik. Peta Kendali. Pengendalian Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen operasi merupakan salah satu dari tiga fungsi utama pada

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PERANAN INFORMASI DALAM KUALITAS PRODUK DAN JASA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha

BAB III. PETA KENDALI KUALITAS MULTIVARIAT Z-chart UNTUK PROSES AUTOKORELASI. Salah satu fungsi dari pengendalian kualitas statistik adalah mengurangi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab 2 Landasan Teori

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik

Quality Engineering & management ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BATAKO DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

DWI PURNOMO FTIP - UNPAD

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PRODUK PT. MEIWA INDONESIA PLANT II DEPOK

mengontrol proses produksi agar produk yang dihasilkan tidak menyimpang dan

BAB I PENDAHULUAN. diwarnai dengan revolusi di segala bidang, yang membuat faktor-faktor produksi

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KAIN BERMOTIF DI PT RAGAM WARNA UTAMA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS. Jurnal. Oleh: M. LUTFI

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Pengertian mutu atau kualitas akan berlainan bagi setiap orang dan tergantung pada konteksnya. Mutu atau kualitas suatu barang pada umumnya diukur dengan tingkat kepuasan konsumen atau pelanggan. Seberapa besar kepuasan yang diperoleh pelanggan tergantung dari tingkat kecocokan penggunaan masing-masing pelanggan. Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain atau rancangan dan kualitas kesesuaian atau kecocokan. Kualitas racangan merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu (Hari Purnomo, 2004). Secara ringkas, mutu atau kualitas dapat didefinisikan sebagai ukuran seberapa dekat sebuah barang atau jasa memiliki kesesuaian dengan standarstandar yang ditentukan. Standar yang ditentukan bisa beraneka ragam, tergantung pihak mana yang menetapkannya (Nasrullah, 1997). Terdapat beberapa jenis atau macam ongkos mutu, yaitu: 1. Ongkos pencegahan, yakni ongkos yang dikeluarkan demi mencegah terjadinya produk yang salah, meliputi rancangan produk, penyusunan program pemantauan produksi dan pengendalian program pemantauan ini. 2. Ongkos penilaian terhadap bahan baku, ukuran bahan, jenis bahan, daya tahannya, dan rancangan teknisnya, apakah sesuai atau tidak dengan standar. 3. Ongkos internal, yakni karena produknya cacat sehingga harus dikerjakan ulang, dibuang, diperbaiki, atau diganti sebelum produk itu dijual ke pasar. 4. Ongkos eksternal, yaitu ongkos karena produk yang sudah dibeli oleh konsumen tidak memuaskan, sehingga konsumen menuntut ganti rugi,

mengembalikannya atau menimbulkan citra buruk pada perusahaan, (Nasrullah, 1997). Empat belas butir manajemen mutu menurut Dr. Deming adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan stabilitas motivasi. 2. Adopsi filosofi baru. 3. Hilangkan ketergantungan pada pemeriksaan produk. 4. Minimalkan ongkos total. 5. Memperbaiki sistem produksi dan pelayanan. 6. Lembagakan pelatihan pada saat bekerja. 7. Lembagakan pengawasan. 8. Bersihkan rasa takut. 9. Hapus penghalang antar departemen. 10. Hilangkan slogan-slogan dan target-target yang harus dicapai para pekerja, jika tidak dilengkapi dengan cara-cara mencapainya. 11. Hilangkan standar kerja yang menyarankan angka target. 12. Hapus penghalang antara pekerja tidak tetap dengan hak-haknya untuk bangga dengan kemampuan kerjanya. 13. Lembagakan program ketat pendidikan dan pelatihan. 14. Menanamkan tanggung jawab dari setiap personil perusahaan. 2.2 Pengawasan Mutu Menurut Sofjan (1993), pengawasan mutu merupakan suatu tindakan atau kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal mutu (standar) dapat tercermin dalam hasil akhir. Pengawasan mutu menentukan komponen-komponen mana yang rusak dan menjaga agar bahan-bahan untuk produksi mendatang tidak sampai rusak. Pengawasan mutu merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak (Sukanto dan Indriyo, 1995).

Maksud dari pengawasan mutu adalah agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standar dapat tercermin dalam produk atau hasil akhir (Sofjan, 1993). Alasan diperlukannya pengawasan mutu produk menurut Zulian (1996) adalah untuk menekan atau mengurangi volume kesalahan dan perbaikan, menjaga atau menaikkan kualitas sesuai standar. Pengawasan mutu suatu perusahaan dengan semaksimal mungkin akan memberikan kepuasaan dan kepercayaan kepada konsumen yang akan terus menggunakan produk tersebut. Walaupun segala proses produksi direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, barang hasil akhir mungkin saja karena satu dan lain hal tidak sesuai dengan standar-standar yang telah ditentukan. Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi kerugian karena kerusakan, pemeriksaan tidak terbatas pada pemeriksaan akhir saja, tetapi dapat dilakukan pada saat proses sedang berlangsung. Menurut Schroeder (1989), fungsi perencanaan sistem pengawasan mutu terdiri dari beberapa tahapan. Pertama sebagai pengawasan mutu terhadap masuknya bahan baku; kedua sebagai pengawasan mutu terhadap produk ; ketiga sebagai pengawasan mutu proses dan tahapan akhir sebgai pengawasan mutu terhadap desain produk yang telah disempurnakan. Fungsi pengawasan terhadap masuknya bahan baku adalah menerima dan menyimpan secara ekonomis bahan atau barang dan komponene yang masing-masing memenuhi spesifikasi sesuai standar mutu. Pengawsn mutu terhadap produk berfungsi sebagai kegiatan pemantau mutu produk sejak memasuki proses malalui seluruh tahapan produksi sampai kepada konsumen, sehingga kinerja produk dapat terjamin dan diperdalamkan. Pengawasan mutu terhadap proses merupakan tahapan ketiga, dimana fungsinya mencakup penelitian dan pengujian guna mengetahui sebab timbulnya kelainan mutu atau kecacatan pada produk dan kemungkinaan perbaikan karakteristik mutu produk tersebut. Menurut Herdiana (1998), fungsi pengawasan mutu tehadap desain produk baru mencakup penetapan dan pembakuan persyartan atau spesifikasi produk, mutu biaya, mutu kinerja dan mutu andalan produk, segala hal yang mungkin menimbulkan masalah mutu selama proses produksi, harus disingkirkan dan

tempat-tempat rawan mutu sudah dapat terdeteksi sebelum produksi komersial dimulai. Menurut Sofjan (1993), perusahaan industri perlu mengantisipasi penyimpangan-penyimpanagn kualitas produk dari satndar yang ditetapkan. Secara rinci antisipasi tersebut dapat dilakuakn dengan cara mempelajari tujuan pengawasan mutu, yaitu mengusahakan agar biaya produk dapat serendah mungkin, mengusahakan agar produk dapat masuk di pasaran (diterima konsumen), mengendalikan proses pembuatan produk sebagai umpan, menetapkan hasil produksi (produk) harus mencapai standar mutu yang telah ditentukan serta dapat memperkecil biaya pemeriksaan suatu produk. Fungsi pengawasan mutu terdiri dari empat. Pengawasan mutu berfungsi sebagai spesifikasi produk baru ; kedua sebagai inspeksi atau pemeriksaan bahan dan produksi ; ketiga memperbaiki kualitas dari produk yaitu mengadakan penilaian terhadap usaha pengedalian mutu yang menyeluruh untuk menjamin keandalan produk yang dihasilkan dan keempat sebagai pengendalian proses yang berguna untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau kesalahan dari rencana yang telah ditetapkan. Derajat penyimpangan (Deviasi) dari standar dianalis dan diadakan suatu sistem pemberitahuan, sehingga dapat segera dilakukan langkahlangkah pembetulan bilaman penyimpangan telah melampaui batas-batas yang telah ditentukan sebelumnya (Sofjan, 1993). 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Mutu merupakan tingkatan pemuasan suatu barang terhadap konsumen, dimana kualitas atau mutu harus tetap dijaga atau bahkan ditingkatkan (Sofjan, 1993). Karena itu faktor yag mempengaruhi mutu produk perlu diperhatikan, agar tidak terjadi kerugian produksi akibat adanya penyimpangan kualitas produk. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan dalam dua fungsi, yaitu fungsi suatu barang wujud luar dan fungsi biaya produk atau bahan baku. Fungsi suatu barang merupakan langkah awal dalam melakukan aktifitas produksi. Karena barang-barang produksi yang dihasilkan harus benar-benar memenuhi fungsi tersebut. Oleh karena pemenuhan tersebut mempengaruhi

kepuasan para konsumen, maka mutu yang hendak dicapai disesuaikan dengan fungsi yang tercermin pada spesifikasi barang tesebut seperti : kecepatan, tahan lama, kegunaan, berat, bunyi serta mudah tidaknya perawatan dan kepercayaan (Sofjan, 1993). Fungsi wujud luar merupakan faktor yang sangat penting dan sering dipergunakan pertama kali oleh konsumen dalam melihat suatu produk dan sekaligus menentukan mutu barang tersebut bagus atau tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi warna, susunan dan motif barang tersebut menjadi daya tarik konsumen. Fungsi biaya produk dimulai dari pemilihan bahan baku sampai menjadi produk jadi. Bahan baku yang baik akan menmghasilkan produk yang baik pula. Dalam memproduksi barang, produsen harus selektif dalam memilih bahan baku, karena bahan baku merupakan faktor yang penting dalam menghasilkan suatu produk yang bermutu. Sudah menjadi persepsi umum bahwa barang yang bermutu tinggi pasti dengan harga tinggi (mahal). Dengan logika untuk mencapai mutu yang tinggi, tentunya perusahaan pembuatnya telah mengerahkan segala kemampuan semaksimal mungkin untuk mengeluarkan biaya produksi tersebut. Sehingga hal yang wajar bahwa harga yang mahal menunjukkan mutu yang tinggi. 2.4 Peta Kontrol Peta kontrol atau grafik pengendali sangat penting dalam pengendalian kualitas secara statistik di dalam industri. Peta kontrol merupakan alat untuk mengawasi kualitas sehingga penentuan keputusan saat terjadi produk yang menyimpang dapat dilakukan dengan mudah. Peta kontrol ditentukan juga untuk membuat batas-batas dimana hasil produksi menyimpang dari mutu yang diinginkan. Selain penyimpangan kualitas, banyaknya variasi suatu produk juga perlu diawasi, semakin besar variasi tentunya produk kurang baik (Hari Purnomo, 2004). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa membuat produk lebih dari satu tidak akan tepat sama persis, pasti terdapat variasi yang tidak dapat dihindarkan. Macam-macam dari variasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variasi di dalam objek sendiri. Sebagai contoh, sebuah meja yang tingkat kehalusannya tidak sama persis antara sisi atas dengan sisi samping, lebar meja sebelah kiri tidak sama dengan sebelah kana, dan sebagainya. 2. Variasi antar objek, yaitu antara satu objek dengan objek lainnya yang diproduksi pada saat yang sama terjadi variasi. 3. Variasi timbul dari perbedaan waktu produksi. Faktor penyebab adanya variasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Proses. 2. Bahan baku. 3. Karyawan atau operator. 4. Lingkungan kerja. 2.5 Peta Kontrol untuk Variabel Menurut Zulian (1996) peta kendali variabel digunakan untuk memonitor karakteristik kualitas lama proses transformasi berlangsung dan mendeteksi apakan proses itu sendiri mengalami perubahan sehingga mempengaruhi kualitas. Jika pemeriksaan sampel ditemukan berada diluar batas kontrol atau dan batas kontrol bawah, maka proses transformasi harus diperiksa untuk dicari penyebabnya. Alasan digunakan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah adalah diasumsikan tidak ada produk yang dapat diproduksi persis sama, oleh karena itu variasi dalam suatu proses mungkin akan terjadi. Masalah yang harus diselesaikan dengan peta kendali adalah apakah variasi yang diamati berada pada kondisi normal atau tidak normal. Peta kendali variabel terbagi atas dua bagian yaitu : peta kendali rata-rata dan peta kendali rentangan atau range. Peta kendali rata-rata adalah peta yang digunakan untuk mengukur gejala memusat dari suatu proses, sedangkan peta kendali rentangan digunakan untuk mengukur penyebarannya atau menunjukkan setiap pengubahan dispersi proses. Untuk rata-rata variabel disebut juga X Chart atau average chart dan penmyebaran atau rentangan variabel disebut juga R Chart atau range chart. Keduanya biasanya dianalisa secara bersamaan untuk memeriksa ketidaknormalan dalam proses.

Menurut V. Gaspersz (1998), peta kendali untuk data variabel adalah peta kendali yang digunakan untuk pengendalian karakteristik mutu yang dapat dinyatakan secara numeric. Umumnya peta kendali variable disebut juga X-R Chart. Peta kontrol X-bar (rata-rata) dan R (range) digunakan untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik yang berdimensi kontinyu. Peta kontrol X-bar menjelaskan tentang apakah perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran titik pusat atau rata-rata dari suatu proses. Sedangkan peta kontrol R (range) menjelaskan apakah perubahan-perubahan terjadi dalam ukuran variasi, dengan demikian berkaitan dengan perubahan homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu proses. Pada dasarnya setiap peta kontrol memiliki garis tengah (central line) dinotasikan dengan CL dan sepasang batas kontrol (control limits), satu batas control ditempatkan diatas garis tengah sebagai Batas Kontrol Atas (Upper Control Limits-UCL), dan satu lagi dibawah garis tengah sebagai Batas Kontrol Bawah (Lower Control Limits-LCL). Langkah-langkah pembuatan grafik pengendali X-bar dan R adalah sebagai berikut: 1. Menentukan karakteristik proses yang akan diukur. 2. Melakukan dan mencatat hasil pengukuran. 3. Menghitung nilai X dan R. 4. Menentukan batas pengendali. a. Persamaan untuk grafik-r Garis tengah = = n R Batas Kontrol Atas (BKA) = D 4 Batas Kontrol Bawah (BKB) = D 3 b. Persamaan untuk grafik-x Garis tengah = = n X Batas Kontrol Atas (BKA) = = + A 2

Batas Kontrol Bawah (BKB) = = - A 2 5. Pembuatan grafik. a. Buat garis untuk nilai R dan X. b. Buat garis untuk nilai batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. c. Plot nilai R dan X pada peta-r dan peta-x dan hubungkan titik tersebut dengan garis lurus, (Hari Purnomo, 2004). 2.6 Peta Kontrol Atribut Peta kontrol untuk atribut biasanya didasarkan pada klasifikasi apakah suatu produk itu cacat atau tidak cacat. Klasifikasi ini dapat bersumber dari data proporsi jumlah produk cacat terhadap ukuran sampel (peta p) atau dari jumlah cacat yang ada pada satu unit produk di dalam sampel (peta c). jadi peta kontrol untuk atribut ada dua yaitu, peta p dan peta c (Hari Purnomo, 2004).