Materi PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PDPT UI

dokumen-dokumen yang mirip
Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT)

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIN (PBL) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

Instruksi PBL, ICT for D, BORANG, dan TUGAS-TUGASNYA. Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

Pendahuluan. Implementasi Program Information Skills di Universitas Indonesia 1. Mohamad Aries 2

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Manual Prosedur. Pembelajaran Metode Problem Based Learning PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Pengembangan Group Skill Mahasiswa pada Mata Ajaran Kimia Fisika dengan Metode Pembelajaran. Problem Based Learning

PEDOMAN TUTORIAL A. TUGAS PESERTA DISKUSI KELOMPOK (TUTORIAL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MODUL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JAMUR

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007).

Matriks Kegiatan MPKT-B: Problem Based Learning (PBL)

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB I PENDAHULUAN. universitas dimana mahasiswa sebagai komponen didalamnya sebagai peserta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan analisis refleksi terhadap tindakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

Dwi Susi Haryati, Yeni Tutu Rohimah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. 1. Telah dikembangkan model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik yang

BAGIAN SATU. Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM PEMBELAJARANMENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU MELALUI LESSON STUDY

: Indrayanti, S.Kep; Ns. : STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta : drg. Gilang Yubiliana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu berubahnya sistem pembelajaran dari teacher centered menjadi

METODE METODE PEMBELAJARAN. OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

BAB II KAJIAN TEORITIK

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

TELAAH VARIABEL PEMILIHAN MODEL PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi

Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

KAJIAN TENTANG PENTINGNYA METODE PBL (PROBLEM-BASED LEARNING) DALAM SISTEM PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI. Fifteen Aprila Fajrin, S.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGAJARAN STRUKTUR DATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAMES-BASED COMPETITIVE STRATEGY, PROBLEM BASED DAN COOPERATIVE LEARNING

Student Center Learning

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tujuan: Di akhir sesi ini, peserta diharapkan mampu untuk:

RAGAM METODE PEMBELAJARAN

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAAN ALJABAR DAN TRIGONOMETRI

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan

PERANAN GURU DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

Peran Problem Based Learning dalam Proses Belajar Mengajar

ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) dan Zain (2006:83) metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang terdapat dalam kurikulum tingkat satuan pelajaran (KTSP) mata

Arsini Dosen Jurusan Tadris Fisika FITK IAIN Walisongo

BAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGRUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK OPTIK GEOMETRI KELAS X SMA St.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terdapat pada

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Keywords: model of problem based learning, critical thinking

KEGIATAN DOSEN MAGANG DIKTI UNPAD

Transkripsi:

Materi PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PDPT UI PROGRAM DASAR PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS INDONESIA 2012

PROBLEM BASED LEARNING METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tujuan 1. Mengembangkan keterampilan belajar mahasiswa melalui masalah/kasus, agar mahasiswa dapat mengumpulkan fakta-fakta/berbagai informasi yang terkait untuk memperoleh suatu konsep/teori yang melatarbelakangi masalah 2. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri pemelajar 3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, menganalis, dan menyelesaikan persoalan dunia nyata yang kompleks 4. Mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok 5. Mengembangkan keterampilan komunikasi mahasiswa baik verbal maupun tertulis. 6. Mengembangkan keterampilan menggunakan content knowledge dan intelectual skill yang diperoleh agar menjadi seorang continual learner Pengertian Problem-based Learning Metode belajar yang menggunakan masalah yang komplek dan nyata untuk memicu pembelajaran; sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru Konsep Dasar belajar dalam PBL Permasalahan atau tugas (triggering problem/question) Bentuk tugas atau masalah harus memiliki kriteria berikut: o tidak mempunyai struktur yang jelas sehingga mahasiswa terdorong untuk membuat sejumlah hipotesis dan mengkaji berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Permasalahan yang kurang berstruktur ini dirancang oleh pengajar, agar mahasiswa termotivasi dan berkesempatan untuk secara bebas mencari informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber o cukup kompleks dan ambigu sehingga mahasiswa terdorong untuk menggunakan strategistrategi penyelesaian masalah dan keterampilan berpikir yang tinggi seperti melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi dalam pembentukan pengetahuan/pemahaman baru. Selain itu juga mendorong mahasiswa bekerja dalam kelompok guna menyelesaikan pemicu. o bermakna dan ada hubungan dengan kehidupan nyata mahasiswa, sehingga termotivasi untuk mengarahkan dirinya sendiri dan menguji pengetahuan/pemahaman lama mereka dalam menyelesaikan tugas tersebut. o Mensyaratkan bahwa mahasiswa membuat keputusan/pertimbangan berdasar fakta, informasi, logika dan rasional. Karakteristik kelompok o Dibagi secara acak o 5-8 orang o Heterogen (latar belakang maupun kemampuan) Sumber belajar Bahan bacaan atau informasi dari nara sumber yang dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan. Karena bentuk tugas akan memancing beragam pemikiran, maka sumber belajar yang tersedia juga diharapkan cukup bervariasi dan dalam jumlah yang memadai. 1

Waktu kegiatan Disesuaikan dengan beban kurikulum yang hendak dicapai. Pelaksanaan PBL Setiap pemicu akan dibahas melalui langkah-langkah PBL yang salah satunya dan akan digunakan yaitu menurut Branda (1986) sebagai berikut: 1. Klarifikasi dan definisi masalah 2. Analisis masalah 3. Menyusun hipotesis atau penjelasan logis sistematis 4. Identifikasi pengetahuan yang diperlukan 5. Identifikasi pengetahuan yang sudah diketahui 6. Menentukan isu pemelajaran 7. Mengumpulkan pengetahuan baru 8. Sintesis pengetahuan lama dan baru 9. Mengulang semua langkah yang diperlukan 10. Identifikasi hal-hal yang belum dipelajari 11. Menerangkan yang telah dipelajari 12. Menerapkan pengetahuan ke dalam masalah Langkah-langkah tersebut di atas dilakukan dalam 2 (dua) kali pertemuan kelompok dan diantaranya mahasiswa belajar mandiri. Dengan demikian langkah ke 1 s/d 6 dilakukan pada pertemuan pertama, dan langkah ke 8 s/d 12 dilakukan pada pertemuan kedua. Sesudahnya dilakukan diskusi pleno kelas dan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Pada diskusi pleno ini nara sumber dapat dan atau memberikan umpan balik. Rincian: Pemberian masalah/pemicu Pengajar sebagai fasilitator memberikan masalah yang dikenal dengan pemicu pada mahasiswa Apa yang perlu diketahui? Setelah membaca masalah, mahasiswa mengenali atau mengidentifikasi masalahnya, lalu menganalisa masalah seperti membuat hipotesis dan mengelaborasikan hipotesis yang telah dibangun dengan permasalahannya. Hipotesis : Ada banyak kemungkinan hipotesis yang akan dibuat oleh mahasiswa, antara lain: Mahasiswa menentukan apa yang belum mereka ketahui dan apa yang masih perlu dipelajari. Mereka memastikan informasi apa yang belum dimiliki, yang membuat pemecahan masalah belum juga dapat dilakukan. Akan tetapi sebelumnya, mahasiswa mencoba untuk memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam tahapan ini, mahasiswa akan mengembangkan gagasan yang lebih jelas mengenai hal-hal apa saja yang telah mereka ketahui, yang berkaitan dengan masalah. Seringkali bahkan mereka akan terkejut bahwa mereka telah cukup memiliki informasi untuk memecahkan masalah. APA YANG SUDAH DIKETAHUI? APA YANG BELUM DIKETAHUI? Mempelajari Siswa mulai membuat rencana kerja yang meliputi semua atau sebagian dari langkah-langkah berikut: o Menentukan apa yang perlu dipelajari o Menentukan tujuan dan sasaran belajar o Melakukan kegiatan belajar secara mandiri 2

TUJUAN, TARGET & WAKTU BELAJAR? Menerapkan Mahasiswa akan menerapkan pengetahuan baru yang telah diperoleh secara mandiri terhadap permasalahan yang dihadapi kelompok. Evaluasi Hasil Mahasiswa akan mengevaluasi tingkat kemajuan belajar yang telah terjadi dengan melihat kembali hal-hal seperti berikut : o Pengetahuan baru yang diperoleh o Kualitas pemecahan masalah o Proses belajar yang terjadi Bila hasil evaluasi menunjukkan adanya ketidakcocokan jawaban dengan permasalahan atau kurangnya informasi tentang suatu bahasan, mahasiswa dapat mengulang kembali tahapan mencari pengetahuan tambahan, sehingga pada akhirnya mendapat jawaban yang diinginkan. Dengan demikian, siklus PBL dapat diulang kembali sesuai dengan kebutuhan belajar. Faktor-faktor kunci keberhasilan PBL Sebagaimana halnya metode CL, pada metode PBL juga perlu diperhatikan kendala yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan PBL. Dengan memperhatikan ini, dimungkinkan agar PBL dapat berhasil. Masa transisi yang tidak mudah Untuk menjalankan hal baru tidak hanya sulit bagi Anda sebagai mahasiswa, namun juga bagi pengajar. Dibutuhkan waktu untuk mengubah mahasiswa yang sebelumnya terbiasa disuapi, agar lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam proses belajarnya sendiri. Waktu belajar yang tidak sedikit Dalam PBL dibutuhkan waktu lebih panjang dibandingkan metode ceramah (lecture) untuk mengajarkan suatu materi. Karakteristik masalah bersifat interdisiplin dan melibatkan mahasiswa untuk memikirkan permasalahan secara mendalam, sebelum menemukan solusinya. Belum terbiasa dan minimnya keterampilan yang dimiliki mahasiswa untuk menunjang proses belajar. Tahap-tahap Kegiatan Mahasiswa di Kelas PBL Pertemuan pertama: Mahasiswa dalam kelompok bersama-sama membahas pemicu yang diberikan fasilitator. Pembahasan terutama ditujukan pada pemahaman tentang apa yang menjadi masalah sebenarnya dari masalah yang tertulis dalam pemicu. Mencari istilah yang belum dipahami dan mencari definisinya Menganalisis masalah yang sebenarnya (identifikasi masalah yang berupa isu pembelajaran dan rumusan masalah ) Menyusun hipotesis Bersama-sama pembahasan dilakukan untuk menetapkan informasi apa saja yang sudah diketahui maupun belum diketahui yang terkait dengan masalah tersebut, sehingga dapat menetapkan isu/topik yang harus dipelajari. Masing-masing anggota kelompok sepakat mendapat tugas mempelajari secara mandiri topik pemelajaran yang berbeda, dan bertanggung jawab untuk menjelaskan hasil belajarnya kepada anggota kelompok. 3

mahasiswa dalam kelompoknya mengisi Borang Diskusi 1, lalu diparaf fasilitator dan dikumpulkan beserta tugas mandiri pada pertemuan ke dua. Pertemuan kedua: Mahasiswa masih dalam kelompok sama berdiskusi dan berbagi informasi dengan anggota lain. Sesi saling mengajar ini dilakukan secara terstruktur, setiap anggota mendapat giliran untuk menjelaskan dan ketua kelompok mengatur diskusi yang terjadi setelah selesai penjelasan dari setiap anggota. Pada akhir pertemuan ini diharapkan setiap anggota mendapat pengetahuan baru yang terkait dengan masalah dalam pemicu Mengisi Borang Diskusi 2, setelah disetujui seluruh anggota kelompok, lalu diperiksa dan diparaf oleh fasilitator. Setiap anggota bersama-sama membahas masalah dan mencoba menyusun solusi yang paling sesuai untuk masalah tersebut Solusi diambil dari hasil integrasi pengetahuan yang telah didiskusikan pada pertemuan sebelumnya. Pengetahuan yang sesuai dengan konteks permasalahan yang kemudian digunakan untuk membahas solusi masalah. Pada akhir kegiatan ketiga, tercapai kesepakatan tentang pembahasan masalah dan solusinya. Berdasarkan hasil diskusi pada pertemuan ketiga, disusun suatu laporan atau bahan presentasi kelompok. Mahasiswa melakukan evaluasi efektifitas belajar kelompoknya dengan mengisi Borang B-1. Pertemuan ketiga: Pada pertemuan ketiga ini, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Mahasiswa memperdalam pemahamannya dengan mengamati hasil presentasi kelompok lain, dan berbagi informasi dengan kelompok lain melalui diskusi kelas. Tiap kelompok menilai presentasi kelompok lain dengan mengisi Borang C-1, lalu mengumpulkannya ke fasilitator. Mahasiswa didorong untuk berdiskusi dengan efektif di kelas. Penjelasan dari teman lain yang melakukan presentasi merupakan salah satu sumber informasi, demikian juga sesi tanya-jawab setelah presentasi harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Pada pertemuan ketiga dalam kelas CL maupun PBL, peran pengajar lebih sebagai nara sumber. Mahasiswa dapat bertanya dan mendapat penjelasan dari pengajar karena pembahasan untuk topik tersebut telah selesai. Rangkuman Metode PBL 1. Matriks Metode Problem Based Learning Tugas 1. Mengembangkan keterampilan belajar mahasiswa melalui masalah/kasus, agar mahasiswa dapat mengumpulkan fakta-fakta/berbagai informasi yang terkait untuk memperoleh suatu konsep/teori yang melatarbelakangi masalah 2. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri pembelajar 3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan menganalisis, menyelesaikan persoalan dunia nyata yang kompleks 4. Mengembangkan keterampilan belajar berkelompok 5. Mengembangkan keterampilan komunikasi mahasiswa, verbal maupun tertulis 6. Mengembangkan keterampilan menggunakan content knowledge dan intelectuan skill yang diperoleh agar menjadi continual learner Langkah-langkah Mengenali masalah berdasarkan pemicu Membuat hipotesa berdasarkan pemicu Apa yang perlu diketahui Apa yang sudah diketahui 4

Peran mahasiswa Peran fasilitator/pengajar Menentukan apa yang belum diketahui Memperlajari apa yang belum diketahui Belajar mandiri : - Menentukan tujuan dan sasaran belajar - Melakukan kegiatan belajar secara mandiri Sharing dan pooling Evaluasi hasil HARUS DILAKUKAN: Mengarahkan, menerangkan, bertanya, mengkritik, merangkum, mencatat, penengah HINDARI: Free rider, sucker, dominasi, ganging up on task Fasilitator: - Memberi pemicu/masalah, menciptakan lingkungan fisik, fasilitasi sumbersumber yang diperlukan, memotivasi siswa, mengarahkan diskusi, memberikan feedback - Model (teladan): menjadi contoh dalam kegiatan belajar efektif - Pelatih: memberikan petunjuk, umpan balik dan pengarahan terhadap upaya belajar mahasiswa Proses/Pertemuan Peran Mahasiswa Peran Fasilitator/Pengajar I. Mengorganisasikan kelompok, (menentukan Fasilitator: ketua kelas, sekretaris, dll.) Membahas pemicu Merumuskan masalah Menentukan apa yang sudah diketahui dan belum terkait pemicu Membagi tugas topik yang berbeda secara memberi pemicu/masalah, menciptakan lingkungan fisik, fasilitasi sumber-sumber yang diperlukan, motivasi siswa, mengarahkan diskusi, memberi feedback mandiri untuk menjelaskan kepada anggota kelompok lain II. Diskusi dan berbagi pengetahuan dari hasil pemelajaran mandiri Ketua kelompok mengatur diskusi Tiap anggota mendapat giliran menjelaskan tugas mandirinya, agar diperoleh pengetahuan baru pada masing-masing anggota Membahas masalah dan menyusun solusi yang sesuai Solusi merupakan integrasi hasil diskusi III. Kendala kelompok diperoleh kesepakatan laporan Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi Pemahaman diperdalam dengan mengamati hasil presentasi kelompok lain dan didiskusikan di dalam pleno Masa transisi yang tidak mudah (terbiasa teacher-centered) Waktu belajar yang tidak sedikit Minimnya keterampilan belajar mahasiswa Narasumber memberi umpan balik Masa transisi tidak mudah (peran pengajar sebagai fasilitator) Waktu belajar yang tidak sedikit 5

BAHAN BACAAN 1: PEMELAJARAN BERDASARKAN MASALAH: SUATU ALTERNATIF PEMELAJARAN AKTIF YANG BERORIENTASI PADA MAHASISWA Oleh Drg. Johan E. M. Corputty, Sp.BM 1 Pendahuluan Universitas Indonesia, sesuai dengan visi dan misinya, dalam beberapa tahun ke depan berusaha meningkatkan kinerjanya sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia dengan menghasilkan lulusan yang berkualitas, yang mampu bersaing di pasar global, dan riset yang berkualitas, yang bertaraf internasional, yang dapat mendukung daya saing nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, berdasarkan evaluasi diri (DUE-like Project Self-Evaluation Report), Universitas Indonesia perlu memperbaiki proses pemelajaran yang selama ini telah dilakukan, dan membekali lulusannya dengan keterampilan untuk memasuki pasar kerja nasional dan internasional. Mulai tahun 2002 perbaikan proses pemelajaran di Universitas Indonesia melalui Program Dasar Pendidikan Tinggi (PDPT) dirancang dengan mengubah strategi pemelajaran dari yang berorientasi pada pengajar menjadi berorientasi pada mahasiswa. Metode pemelajaran yang diterapkan adalah Pemelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning) dan Pemelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning) yang semester lalu oleh reviewer dari Proyek DUE-like dalam evaluasinya dinilai cukup berhasil. Demi menunjang kesinambungan proses pemelajaran bagi mahasiswa yang telah mengalami metode pemelajaran tersebut pada semester-semester awal pendidikannya, diharapkan bahwa tiap program studi akan melanjutkan penggunaan strategi pemelajaran yang sama pada semester berikut, sehingga tujuan Universitas Indonesia di atas dapat tercapai. Dalam makalah ini akan dibahas kedua metode yang digunakan tersebut di atas. Harapan penulis ialah agar tenaga pengajar lebih memahami metode tersebut dengan demikian dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan fungsinya dalam menerapkan pemelajaran aktif di Universitas Indonesia. Sejarah Perkembangan Pemelajaran Berdasarkan Masalah Pemelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning/PBL) ialah suatu pemelajaran aktif yang pertama kali diperkenalkan di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster, Kanada, pada tahun 1986. Sejak itu banyak fakultas kedokteran di pelbagai tempat di dunia yang mengadopsi metode ini dengan berbagai variasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing lembaga. Di samping universitas McMaster, Universitas Maastrichte di negeri Belanda dan Universitas Newcastle di Australia merupakan institusi pelopor yang melaksanakan kurikulum Pemelajaran Berdasarkan Masalah (PBL). Pada umumnya PBL dilaksanakan dalam konteks kurikulum inti yang sudah baku dan terintegrasi antara pengetahuan kedokteran dasar dan klinik. Ada beberapa definisi PBL yang pernah diusulkan. Empat diantaranya dikutip di bawah ini: Problem-based learning is a way of constructing and teaching courses using problems as the stimulus and focus for student activity (Boud dan Feletti, 1991:14). Problem-based learning is a process whereby a student learns by using a problem as a stimulus to discover what information is needed to understand and facilitate the resolution of the problem. The problem is encountered right at the beginning of the learning process (Gulibert, 1987). Problem-based learning is one way of meeting the requirements placed on courses which prepare students for increasing demand of professional life (Boud, 1985:19). Problem-based learning is the learning that results from the process of working toward the understanding or resolution of a problem (Barrows dan Tamblyn, 1980:1). 1 Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 6

Dari keempat definisi itu dapat disimpulkan bahwa BL merupakan suatu metode pemelajaran yang memicu mahasiswa belajar bagaimana memperoleh informasi yang diperlukan untuk mempelajari dan menyelesaikan masalah, yang diberikan pada awal pertemuan sebagai pemicu. Pemelajaran berdasarkan materi/subjek dimulai dengan pengajar memberikan apa yang perlu diketahui oleh mahasiswa, lalu mahasiswa mempelajarinya, dan kemudian masalah diberikan sebagai ilustrasi bagaimana menggunakan pengetahuan yang dipelajari. Pemelajaran berdasarkan masalah justru dimulai dengan memberikan masalah, lalu mahasiswa mengidentifikasi apa yang perlu mereka ketahui, mempelajarinya, dan kemudian mengaplikasikannya pada masalah yang diberikan sebelumnya. Pemelajaran berdasarkan materi mengsumsikan pengetahuan mahasiswa sangat terbatas sehingga mereka diharuskan mempelajari semua informasi sesuai urutan yang dibuat dan dipilih oleh pengajar. Dalam hal ini mungkin ada beberapa informasi yang telah diketahui mahasiswa sebelumnya, namun mereka dipaksa lagi untuk mempelajari semuanya karena pengajar takut ada yang terlewatkan. Mengapa Harus Pemelajaran Berdasarkan Masalah? Gulibert (1987) memberikan ilustrasi berikut. Apabila kita melihat proses pemelajaran yang berlangsung di pendidikan tinggi (kesehatan) dewasa ini, hampir di semua lembaga itu kita akan menemukan kenyataan seorang pengajar bertanggung jawab atas pemelajaran sekelompok mahasiswa yang biasanya terdiri atas lebih dari 30 orang. Pengetahuan ditransfer dari pengajar secara lisan. Mahasiswa bersifat pasif. Kegiatan mereka hanya membuat catatan, dan kualitas pengetahuan mereka akan diverifikasi secara tidak langsung oleh pengajar melalui ujian. Mahasiswa diminta menuliskan kembali pengetahuan yang diajarkan oleh pengajar dari masing-masing disiplin ilmu. Namun apabila kita melihat kegiatan lulusan dalam profesi kesehatan, mereka biasanya dihadapkan pada masalah yang kompleks dan memerlukan keterampilan praktis, kemampuan berdialog yang saling menghargai dan menjaga kerahasiaan, serta mengaplikasikan informasi dan pengetahuan yang berbeda dari berbagai disiplin ilmu secara terintegrasi. Di lain pihak, mereka juga dituntut untuk mampu menyelesaikan masalah kesehatan yang memerlukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Dalam pada itu ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat sehingga sangat tidak mungkin semua diajarkan atau dipelajari. Yang harus dilakukan ialah mempelajari apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang akan dihadapi kelak. Widodo (2002:2) mengatakan bahwa dengan cepatnya ilmu berkembang dan besarnya body of knowledge yang dibebankan pada mahasiswa, sangat tidak mungkin bagi mahasiswa untuk mempelajari semua semasa pendidikannya. Mahasiswa perlu dibekali dengan kemampuan menggunakan metode pemelajaran untuk mencari, menemukan dan menggunakan informasi baru yang diperlukan agar dapat menerangkan dan menyelesaikan masalah pasien yang akan dihadapinya kelak. Dalam pada itu, Paul (1993:217-224) mengatakan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui berpikir, dan pengetahuan hanya merupakan alat untuk berbagai keperluan seperti menerangkan, mengklarifikasi, menentukan/menetapkan, menyelesaikan masalah, memberikan informasi, dan sebagainya. Demikianlah, melalui langkah-langkah dalam pemelajaran berdasarkan masalah mahasiswa diharapkan dapat meneruskan proses pemelajaran mereka untuk mendapatkan informasi baru dengan menggunakan masalah sebagai pemicu. Tujuan PBL Beberapa pakar telah merumuskan berbagai tujuan PBL. Seorang di antaranya, Branda, dikutip di bawah ini. Menurut Branda (1986), setelah mengikuti proses pemelajaran dengan metode PBL, mahasiswa diharapkan mampu a. Mengembangkan kompetensi dalam PBL b. Mengembangkan kompetensi dalam pemecahan masalah (problem solving) c. Mengembangkan kompetensi dalam belajar mandiri (self-directed learning) d. Mengembangkan kompetensi dalam belajar dalam kelompok kecil (small group learning) e. Mengembangkan kemampuan dalam berpikir kritis (critical thinking) f. Mengintegrasikan bagian-bagian yang berbeda dalam kurikulum, dan g. Mengidentifikasi dan menelaah ilmu lain di luar kurikulum. 7

Langkah-langkah dalam Proses PBL Beberapa ahli telah memperkenalkan berbagai macam langkah dalam proses pemelajaran berdasarkan masalah. Penulis beranggapan bahwa yang paling lengkap dan mudah diikuti oleh pemula adalah 12 langkah yang diusulkan oleh Branda (1986) yang diterapkan di Universitas McMaster, Kanada, yakni 1. Mengklarifikasi dan mendefinisikan masalah 2. Menganalisis masalah 3. Mengajukan hipotesis 4. Mengidentifikasi pengetahuan apa yang diperlukan 5. Mengidentifikasi apa saja yang telah diketahui 6. Mengidentifikasi sumber-sumber pemelajaran 7. Mengumpulkan informasi/pengetahuan yang baru 8. Membuat sintesis dari pengatahuan yang sudah dimiliki dan pengetahuan yang baru serta berusaha mengaplikasikannya pada masalah 9. Mengulangi langkah-langkah sebelumnya 10. Mengidentifikasi apa yang tidak atau belum dipelajari 11. Membuat ringkasan dari apa yang telah dipelajari, dan, bila mungkin, 12. Menguji pemahaman akan pengetahuan yang diperoleh dengan mengaplikasikannya pada permasalahan yang lain. Apa Keuntungan dan Kerugian PBL? Keuntungan PBL ialah yang berikut. 1. Dengan menggunakan metode ini mahasiswa dimungkinkan untuk memperoleh pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan dalam pemecahan masalah. 2. Berdasarkan penelitian, mahasiswa ternyata lebih termotivasi apabila menggunakan metode ini. 3. Metode ini memudahkan mahasiswa mengingat kembali informasi, konsep, dan keterampilan yang disimpannya dalam memorinya karena hal-hal tersebut dikaitakan dengan suatu problem. 4. Karena mahasiswa dipaksa bekerja dengan masalah yang mereka tidak pahami, mereka dipaksa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, melakukan diagnosis dan mengajukan hipotesis. Sebaliknya, apakah ada kerugian dari penerapan PBL? Ada beberapa kritik yang pernah dilontarkan terhadap metode ini, di antaranya sebagai berikut. 1. Kesuksesan penerapan metode PBL bergantung pada kedisiplinan mahasiswa untuk belajar. 2. Metode PBL lebih menekankan kemampuan pemecahan masalah (problem solving) daripada pemerolehan ilmu dasarnya sendiri. 3. Metode PBL tidak efisien. Apabila seorang mahasiswa menghadapi masalah yang harus dipecahkan, ia harus mengerti dulu terminologi yang ada, apa saja gejalanya, dan masalahmasalah lain. 4. Metode ini tidak memfasilitasi mahasiswa agar dapat lulus dalam ujian. Mahasiswa akan mudah mengingat informasi apabila dikaitkan dengan problem, tetapi akan sulit bagi mereka untuk melakukan hal itu apabila mereka menjumpai soal-soal yang terpisah, bukan merupakan kesatuan, seperti pertanyaan Benar atau salah? 5. Banyak pengajar yang merasa bahwa alat ukur untuk menguji kemampuan para peserta didik sedikir lunak. Akan tetapi kritik tersebut sudah mendapat sanggahan dari para pengguna metode PBL. 8

Penutup Dengan uraian di atas penulis berharap bahwa metode PBL dapat dipahami oleh lebih banyak staf akademik Universitas Indonesi, agar dapat dijadikan salah satu alternatif pilihan metode pemelajaran yang berorientasi pada mahasiswa sehingga tujuan universitas untuk menghasilkan lulusan berkualitas akan tercapai. Rujukan Barrows, H.S. 1985. How to Design a Problem-Based Curriculum for the Preclinical Year. New York: Springer Publishing Co. Barrows, H.S. dan R.M. Tamblyn. 1984. Problem-Based Learning: An Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing Co. Boud D dan G. Feletti. 1991. The Challenge of Problem Based Learning. London: Kogan Page. Gulibert, J. J. 1987. Educational Handbook for Health Personnel. Geneva: WHO Offset Publication. Paul, R. 1993. Critical Thinking: How to Prepare Students for a Rapidly Changing World. Santa Rosa, CA: Foundation for Critical Thinking. Widodo, Siri Oetarini S. 2002. Problem-Based Learning, A Method for Acquisition of New Knowledge: An Experience at the Medical Faculty, University of Indonesia. (Bahan Penataran Pemelajaran Berdasarkan Masalah, P4T UI). 9