SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA SISTEM PENGENALAN KARAKTER MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PEMBACAAN DOKUMEN YANG RUSAK KARENA BANJIR

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

Jaringan Syaraf Tiruan Bidirectional Associative Memory (BAM) Sebagai Identifikasi Pola Sidik jari Manusia

Analisis Jaringan Saraf Tiruan Model Perceptron Pada Pengenalan Pola Pulau di Indonesia

Analisis Jaringan Saraf Tiruan Pengenalan Pola Huruf Hiragana dengan Model Jaringan Perceptron

IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS)

SIMULASI PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION )

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

PENGGUNAAN MATLAB DALAM PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR MENGGUNAKAN JARINGAN HOPFIELD LINEAR ABSTRAK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jaringan Syaraf Tiruan

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DETEKSI PENYAKIT DAN SERANGAN HAMA TANAMAN BUAH SALAK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) DENGAN METODE PERCEPTRON

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

BAB 2 LANDASAN TEORI

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

PENGENALAN AKSARA JAWAMENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Penentuan Status Gizi Balita Dan Rekomendasi Menu Makanan Yang Dibutuhkan

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

SISTEM BIOMETRIKA IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN MODEL PERCEPTRON

MENGENALI FUNGSI LOGIKA AND MELALUI PEMROGRAMAN PERCEPTRON DENGAN MATLAB

BAB III PERANCANGAN SISTEM

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

JARINGAN SYARAF TIRUAN

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

PENGENALAN POLA HURUF ROMAWI DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERSEPTRON LAPIS JAMAK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

Oleh: Angger Gusti Zamzany( ) Dosen Pembimbing: Dr. Dwi Ratna Sulistyaningrum, S.Si, M.T.

APLIKASI PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING DISTANCE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

PENGGUNAAN METODE JARINGAN NEURAL PERCEPTRON UNTUK MENGENAL POLA KARAKTER KAPITAL

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

terinspirasi dari sistem biologi saraf makhluk hidup seperti pemrosesan informasi

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN.

Oleh: Ulir Rohwana ( ) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Isa Irawan, M.T.

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

Perbandingan Antara Metode Kohonen Neural Network dengan Metode Learning Vector Quantization Pada Pengenalan Pola Tandatangan

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

BAB II LANDASAN TEORI

KOMPARASI HASIL KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK PENGENALAN POLA KARAKTER MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PERCEPTRON

PENERAPAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) PADA PREDIKSI JURUSAN DI SMA PGRI 1 BANJARBARU

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB III RANCANG BANGUN

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan

Prediksi Nilai Tukar Petani Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

IDENTIFIKASI CITRA BILANGAN DESIMAL 0-9 BERBASIS LEARNING VECTOR QUANTIZATION SECARA REAL TIME

ALGORITMA BACK PROPAGATION NEURAL NETWORK UNTUK PENGENALAN POLA KARAKTER HURUF JAWA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGENALAN BANGUN DATAR UNTUK PEMBELAJARAN TAMAN KANAK KANAK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

APLIKASI PENGENALAN POLA DAUN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF LEARNING VECTOR QUANTIFICATION UNTUK PENENTUAN TANAMAN OBAT

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAP DALAM KOMPRESI CITRA DIGITAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI POLA MENGGUNAKAN JARINGAN PROBABILISTIK

Transkripsi:

Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA, Universitas Mulawarman Jalan Barong Tongkok No. 4 Samarinda Email: deeta82@yahoo.com ABSTRAK Jaringan syaraf tiruan (JST) adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk pengenalan objek. Perceptron merupakan salah satu algoritma pembelajaran dari JST yang dapat digunakan untuk mengenali objek berupa karakter. JST terdiri dari dua proses utama, yaitu proses training (pembelajaran) dan proses testing (pengujian). Pada sistem ini proses training membutuhkan data masukkan berupa citra karakter, dimana setiap karakter memiliki ciri yang berbeda. Data ciri setiap karakter berupa matriks berukuran 10x10 dan akan menjadi data masukkan pada struktur JST. Keluaran sistem ini berupa data teks hasil pengenalan citra karakter. Sebagai uji coba sistem ini akan menghasilkan keluaran sebanyak sepuluh kategori karakter, yaitu karakter A J. Keywords : Neural Network, Perceptron, Pengenalan karakter PENDAHULUAN Pada saat ini pengenalan suatu karakter yang terdapat pada citra dapat dilakukan oleh komputer. Metode yang digunakan untuk sistem pengenalan karakter pada penelitian ini menggunakan metode jaringan syaraf tiruan (JST) dengan algoritma perceptron. JST merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusai yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. JST terdiri dari beberapa algoritma diantaranya adalah perceptron. Perceptron merupakan algoritma pembelajaran dengan pengawasan dalam sistem JST, sehingga jaringan yang dihasilkan harus mempunyai parameter yang dapat diatur dengan cara mengubah melalui aturan pembelajaran dengan pengawasan. JST terdiri dari sejumlah neuron dan sejumlah masukan. Data masukkan pada JST merupakan ciri-ciri dari setiap karakter. Ciri-ciri setiap karakter berupa matrik dengan ukuran 10x10, sehingga jumlah neuron masukkan sebanyak 100 neuron. Hasil dari sistem ini adalah berupa karakter huruf A sampai dengan J. pengujian (testing) dimana algoritma JST yang digunakan adalah perceptron. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan adalah suatu prosesor yang melakukan pendistribusian secara besarbesaran, yang memiliki kecenderungan alami untuk menyimpan suatu pengenalan yang pernah dialaminya, dengan kata lain JST ini memiliki kemampuan untuk dapat melakukan pembelajaran dan pendeteksian terhadap sesuatu objek. Secara mendasar, sistem pembelajaran merupakan proses penambahan pengetahuan pada JST yang sifatnya kontinuitas sehingga pada saat digunakan pengetahuan tersebut akan dieksploitasikan secara maksimal dalam mengenali suatu objek. Neuron adalah bagian dasar dari pemrosesan suatu JST. Bentuk dasar dari suatu neuron dapat dilihat pada gambar 1. METODE PENELITIAN Sistem ini terdiri dari dua proses utama, yaitu proses pembelajaran (training) dan proses Gambar 1. Bentuk dasar neuron

Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 106 Keterangan : 1. Input merupakan masukan yang digunakan baik saat pembelajaran maupun dalam mengenali suatu objek. 2. Weight, beban yang selalu berubah setiap kali diberikan input sebagai proses pembelajaran. 3. Processing Unit merupakan tempat berlangsungnya proses pengenalan suatu objek berdasarkan pembebanan yang diberikan. 4. Output, keluaran dari hasil pengenalan suatu objek. Perceptron Perceptron merupakan salah satu bentuk JST yang sederhana. Perceptron biasanya digunakan untuk mengklasifikasikan suatu pola tertentu yang sering dikenal dengan pemisahan secara linier. Perceptron memiliki kecenderungan yang sama dengan jenis JST lainnya, namun setiap jenis memiliki karakteristik masing-masing. Perceptron pada JST dengan satu lapisan memiliki bobot yang bisa diatur dan suatu nilai ambang (threshold). Algoritma yang digunakan oleh aturan ini akan mengatur parameter-parameter bebasnya melalui proses pembelajaran. Nilai threshold (Ө) pada fungsi aktivasi adalah non negatif. Fungsi aktivasi ini dibuat sedemikian rupa sehingga terjadi pembatasan antara daerah positif dan daerah negatif dapat dilihat pada gambar 2. X2 - + Daerah negatif daerah positif daerah nol Algoritma Perceptron Perceptron memberikan pengaruh yang kuat di awal pengembangan JST. Proses belajar pada perceptron menggunakan pengaturan bobot secara iterative (berulang). Salah satu model sederhana dari perceptron menggunakan aktivasi biner untuk unit sensor dan unit associator, serta aktivasi +1, 0 atau ±1 untuk unit response. Unit sensor dihubungkan ke unit associator oleh jalur dengan bobot yang tetap dan bernilai +1, 0, -1 yang ditentukan secara random. Fungsi aktivasi dari tiap unit associator adalah fungsi undak biner dengan nilai ambang yang dapat diubah-ubah. Sehingga signal yang dikirim dari unit associator ke unit output adalah biner (1 atau 1). Output dari perceptron adalah y = f(y_in), dimana fungsi aktivasinya adalah: Bobot dari unit associator ke unit response (output) di atur melalui aturan pelatihan perceptron. Untuk setiap input pelatihan, jaringan akan menghitung respon dari unit output. Kemudian jaringan akan menentukan apakah error terjadi pada pola input tersebut dengan membandingkan output hasil perhitungan dengan nilai target. Jaringan tidak dapat membedakan error yang terjadi (apakah antara 0 dan ±1 atau +1 dan ±1 dll), tetapi tanda (+/-) dari error akan mengarahkan perubahan bobot untuk mendekati nilai target. Namun, hanya bobot dengan signal tidak sama dengan nol saja yang diatur oleh perceptron. Jika terjadi error pada pola pelatihan tertentu, maka bobot harus diubah menurut rumusan: X1 Gambar 2. Pembatasan linear dengan perceptron Garis pemisah antara daerah positif dan daerah nol memiliki pertidaksamaan : w 1 x 1 + w 2 x 2 + b > Ө Sedangkan garis pemisah antara daerah negatif dengan daerah nol memiliki pertidaksamaan : w 1 x 1 + w 2 x 2 + b < - Ө Misalkan kita gunakan pasangan vektor input s dan vektor output sebagai pasangan vektor yang akan dilatih. dimana t = nilai target (1 atau ±1, bipolar); dan a adalah laju pelatihan. Pelatihan terus dilakukan hingga error tidak terjadi. Berikut arsitektur dari sebuah jaringan perceptron sederhana untuk klasifikasi pola (pattern classification). Output dari unit associator adalah vektor biner dan vektor ini selanjutnya digunakan sebagai signal input pada unit output. Karena hanya bobot antara unit associator dan unit output yang bisa diatur maka kita dapat membatasi pengamatan kita pada layer tunggal bagian dari jaringan, yang ditunjukan oleh gambar 3.

Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 107 Gambar 3. Proses antar unit pada perceptron Algoritma ini dapat digunakan baik untuk input bipolar maupun biner, dengan bipolar target, nilai ambang (Ө) tetap, dan bias yang bisa diatur. Nilai ambang (Ө) disini tidak memainkan peranan seperti dalam fungsi undak. Sehingga keduanya (bias dan nilai ambang) di perlukan. Algoritma ini tidak terlalu sensitif terhadap nilai inisialisasi bobot (nilai awal bobot) maupun terhadap laju pelatihan. Algoritma Perceptron : Langkah 0. Inisialisasi Bobot dan Bias Untuk lebih mudah set bias dan bobot ke nol. Lalu tentukan nilai laju pelatihan. Langkah 1 Selama kondisi henti tidak terpenuhi jalankan langkah 2-6 Langkah 2 Untuk setiap pasangan pola s:t lakukan langkah 3-5 Langkah 3 Set nilai aktivasi untuk unit input Xi = Si Langkah 6 Test kondisi henti Jika tidak ada perubahan bobot di langkah 2, berhenti; jika tidak, lanjut.dari nilai bobot hasil pelatihan dapat diperoleh garis pemisah (separating line) Algoritma tersebut bisa digunakan baik untuk input biner maupun bipolar, dengan Ө tertentu, dan bias yang dapat diatur. Pada algoritma tersebut bobot - bobot yang diperbaiki hanyalah bobot bobot yang berhubungan dengan input yang aktif (x i 0) dan bobot bobot yang tidak menghasilkan nilai y yang benar. HASIL DAN PEMBAHASAN Arsitektur jaringan yang digunakan pada sistem pengenalan karakter ini dapat dilihat pada gambar 4. Langkah 4 hitung respon dari unit output X1 W1 X2 W2 xw + b Y_in F(y_in) y Wn Xn b Langkah 5 Update nilai bobot dan bias jika error terjadi pada pola 1 Gambar 4. Arsitektur jaringan yang digunakan Set nilai awal adalah sebagai berikut : Bobot awal : w = 0 Bobot bias : b = 0 Learning rate ( alfa ) : 1 Treshold : 0,3 Proses Input Data Training Pada proses input data training data yang menjadiinputan berupa gambar karakter huruf.

Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 108 Karakter huruf yang diinputkan tersebut akan ditampung pada area buffer yang terdiri dari area yang bernilai 0 dan area yang bernilai 1, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5. Area tersebut yang digunakan sebagai input untuk menentukan bobot sesuai dengan algoritma yang digunakan. Gambar karakter huruf yang diinputkan oleh user akan disimpan dalam bentuk gambar berekstensi bmp. Target akan diisi secara otomatis oleh sistem. Sebagai contoh, misalkan ketika user menggambar huruf A dan menginput A pada huruf. Pada saat user menekan tombol Simpan maka pada textboxt target otomatis akan mengeluarkan -1-1-1-1-1. Untuk huruf B target yang akan dikeluarkan adalah -1-1-1-11. Proses input data training untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6. Proses Training program dengan input huruf A Karakter huruf yang diinputkan oleh user tersebut selanjutnya akan disimpan pada databese. Untuk melihat daftar karakter huruf apa sajayang telah diinputkan oleh user lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7. 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 Gambar 5. Huruf A sebagai matrik 10 x 10 Komponen vektor bernilai 1, menandakan bahwa kotak yang diwakilinya berwarna hitam, sedangkan vektor bernilai 0, menandakan bahwa kotak yang diwakilinya bewarna putih. Sehingga vektor (Input Vektor) yang bersesuaian yang terbentuk adalah : 00001100000001111000000111100000011111000 01100110000110011100111111110111111110011 00000110110000011 Gambar 7. Daftar karakter huruf pada database Proses Training Pada proses training input program merupakan vektor dengan 100 komponen yang merepresentasikan pola karakter 2 dimensi (10x10). Selain itu data yang harus diinputkan berupa nilai parameter alpha, treshold dan error. Proses ini nantinya akan menghasilkan sejumlah nilai bobot dan bias yang sesuai dengan pola data training yang tersimpan pada database. Adapun contoh proses training untuk data ke-1 adalah sebagai berikut : Training untuk data ke 1 Set data vektor sebagai data input. Hitung respon untuk nilai input

Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 109 y_in = b + i x i w i ( i = 1 sampai 100) = 0 + ( [input vektor]*0 ) = 0 Hasil aktivasi = 0 ( 0 jika 0,1 y_in 0,1 ) Target = 1 Perbaiki bobot dan bias jika terjadi eror Jika y t maka : Bobot baru w i (baru) = w i (lama) + α * t * x i w i (baru) = 0 + 1 * 1 * (input vektor) i Bobot bias baru : b i (baru) = b i (lama) + α * t b i (baru) = 0 + 1 * 1 = 1 Jika tidak, maka : w i (baru) = w i (lama) b i (baru) = b i (lama) (berulang untuk i dari 1 sampai 100) Tes kondisi berhenti jika tidak terjadi perubahan bobot pada (i) maka kondisi berhenti TRUE, namun jika masih terjadi perubahan maka kondisi berhenti FALSE. Dan seterusnya untuk data data selanjutnya. Sistem ini juga menampilkan nilai epoch atau berapa jumlah iterasi yang dilakukan, lihat gambar 8. input karakter. Selanjutnya sistem akan menampilkan karakter apa yang sesuai dengan inputan user tersebut. Untuk lebih jelas lihat gambar 9 dan hasil uji coba dapat dilihat pada tabel 1. Gambar 9. Proses Testing program KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa proses binerisasi baik digunakan untuk segmentasi, dimana keberhasilannya mencapai hingga 90%. keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh faktor ketepatan pemilihan nilai ambang, karena jika citra teks mengalami perubahan warna dan background maka nilai ambang yang tepat juga kemungkinan akan berubah. Untuk penelitian lebih lanjut dapat digunakan metode segmentasi yang lain, atau bisa juga menggunakan metode binerisasi tetapi proses binerisasinya dibuat secara otomatis. DAFTAR PUSTAKA Gambar 8. Proses Training program Proses Testing Jaringan diuji dengan data baru setelah beberapa data di training untuk dikenali, hal ini bermaksud untuk menguji seberapa besar JST mengenali data yang baru. Dalam proses testing, user memasukkan [1] Fausett, L. 1994. Fundamentals of Neural Networks: Architectures, Algorithms, and Applications, Prentice-Hall, New Jersey. [2] Kusumadewi, S. 2003, Artificial Intelligence Teknik dan Aplikasny, Graha Ilmu Yogyakarta [3] Munir. R, 2004, Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik, Informatika Bandung. [4] Siang, J.J. 2005. Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrogramannya Dengan Matlab. Yogyakarta: Penerbit Andi.