Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA

ANALISIS PENDAPATAN DAN POLA KELEMBAGAAN PEMASARAN USAHATANI CABAI RAWIT DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi

PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman,

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

M. Zulkarnain Yuliarso 1. Abstract

PEMBERDAYAAN KELOMPOKTANI DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN BIOFARMAKA

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Bangunjiwo, Tirtonirmolo, Tamantirto dan Ngetisharjo dan Kecamatan

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP USAHA TANI IKAN LELE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 1 Mahasiswa 2 Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping

Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang. digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI MESIN RICE TRANSPLANTER TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI PENDAHULUAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI

PROFIL PETANI KELAPA SAWIT FOLA SWADAYA DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN KAMPAR

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) Oleh :Mukhlis Yahya *) dan Eka Afriani **) ABSTRAK

PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

III. METODE PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

PERANAN METODE TEMU LAPANG TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI DI KAWASAN PENGEMBANGAN JERUK RIMBO PENGADANG PENDAHULUAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober8-9 Oktober 2015 ISBN:

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

IV METODE PENELITIAN

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI TANAMAN KELAPA DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

Tahun Bawang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

SOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN

PERSEPSI PETANI KOOPERATOR TERHADAP EMPAT VARIETAS JAGUNG KOMPOSIT DI GIYANTI, KABUPATEN BLORA

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO

METODE PENELITIAN. Metode dasar dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara.

Transkripsi:

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK Untuk melaksanakan intensifikasi cabai merah diperlukan rakitan teknologi yang mudah diadopsi petani dalam artian secara teknis mudah diterapkan, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial budaya dapat diterima dan tidak merusak lingkungan. Sejalan dengan itu, tulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang saling berhubungan dengan usahatani cabai. Penelitian bertujuan mengidentifikasi hubungan karakteristik petani dengan usahatani cabai sebagai dampak dari pembelajaran FMA. Penelitian dilakukan melalui survei di desa Sunju Kecamatan Marawola Provinsi Sulawesi Tengah. Unit analisis adalah populasi petani cabai yang terlibat dalam pembelajaran lewat FMA (Demplot), yaitu sebanyak 20 orang. Variabel peubah yang diamati meliputi: umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota dalam keluarga, pengalaman berusahatani cabai, dan luas kepemilikan lahan. Variabel usahatani adalah: perencanaan, pelaksanaan dan, evaluasi usahatani tanaman cabai. Data yang dikumpulkan ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor karakteristik petani yang berhubungan dengan usahatani cabai adalah: (a) umur petani berkorelasi negatif dengan perencanaan nilai koefisien korelasi -0,519; (b) pendidikan berkorelasi positif dengan kegiatan perencanaan usaha tani dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,519; serta (c) luas kepemilikan lahan berkorelasi negatif dengan pelaksanaan kegiatan usaha tani dengan nilai kofisien korelasi sebesar -0,648. Umur petani dikategorikan muda yaitu sebesar 60%. Rata-rata tingkat pendidikan petani di Desa Sunju adalah 9,8 tahun. Besarnya jumlah anggota dalam keluarga antara 2-6 orang atau rata-rata 3.8 orang. Besarnya jumlah anggota keluarga berada pada kategori sedang (3-4 orang) yaitu sebesar 65%. Pengalaman berusahatani cabai yang dimiliki oleh petani di Desa Sunju dikategorikan rendah yaitu sebesar 75%. Kisaran pengalaman petani dalam usahatani cabai 2-30 tahun atau ratarata 11 tahun. Kata kunci: Faktor, Hubungan, Dampak, Usahatani PENDAHULUAN Cabai merah merupakan komoditas perdagangan, sehingga pengusahaan ditingkat petani bersifat komersial yang dicirikan hasil produksinya sebagian besar ditujukan untuk permintaan pasar. Oleh karenanya, dalam usahatani cabai merah petani semestinya menggunakan teknologi anjuran dan varietas yang disukai konsumen. Petani harus bisa memperkirakan kapan sebaiknya tanaman cabai diproduksi sehingga petani dapat menjadwalkan waktu tanam. Beberapa 323

keuntungan dapat diperoleh dari usahatani cabai secara intensif, yaitu adanya peningkatan produksi sehingga mampu memenuhi permintaan untuk skala nasional maupun ekspor ; peningkatan pemanfaatan sumberdaya lahan baik lahan perkarangan, lahan kering/tegalan kebun maupun lahan sawah; peningkatan pemanfaatan tenaga kerja dan bahan baku yang tersedia seperti pupuk kandang, jerami padi; peningkatan konsumsi sayuran sebagai sumber vitamin untuk kebutuhan hidup setiap individu manusia; peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani serta keluarganya; serta dapat meningkatkan kesuburan tanah pasca panen cabai bila dirotasi dengan komoditas alternatif lain (Lukmana. 1995). Untuk melaksanakan intensifikasi cabai merah diperlukan rakitan teknologi yang mudah diadopsi petani dalam artian secara teknis mudah diterapkan, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial budaya dapat diterima dan tidak merusak lingkungan. Sejalan dengan itu, tulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang saling berhubungan dengan usahatani cabai. METODOLOGI Kajian ini merupakan riset deskriptif, yaitu kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, merinci, dan membuat deskripsi terhadap suatu gejala atau obyek yang diteliti (Mardikanto, 2001). Sevilla et al. (1993) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang. Informasi yang dikumpul meliputi: karakteristik petani seperti umur, pendidikan, jumlah anggota dalam keluarga, pengalaman usahatani dan luas kepemilikan lahan. Penelitian dilaksanakan pada Maret - Juli 2011. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa desa Sunju merupakan lokasi pembelajaran FMA. Populasi penelitian adalah petani cabai yang terlibat dalam pembelajaran FMA yang dilakukan oleh BPTP (demplot). Pengambilan sampel dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) pada petani cabai yang terlibat dalam pembelajaran FMA. Teknik pengambilan sampel dengan sampel acak sederhana (simple random sampling) terhadap 20 orang petani (responden). Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Data sekunder diperoleh dari Dinas atau instansi terkait. Data yang diperoleh ditabulasi terlebih dahulu, kemudian dianalisis. Untuk mengetahui hubungan antar variabel, digunakan uji korelasi Pearson (Slamet. 1993), dengan rumus: xy r xy = ( x 2 ) ( y 2 ) Keterangan: r xy = Korelasi antar variabel x dan y x = (X 1 X) y = (Y 1 Y) 324

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Karakteristik petani adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap lingkungannya (Mislini, 2006). Ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh petani meliputi beberapa faktor atau unsur-unsur yang melekat pada diri seseorang dapat dikatakan sebagai karakteristik petani. Pengkategorian responden dari masing-masing indikator dilakukan dengan teknik analisis deskriptif (Arikanto, 1998). Analisis deskriptif diharapkan dapat mampu menggambarkan karakteristik petani yang melaksanakan usahatani cabai di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Proporsi responden berdasarkan distribusi karakteristik petani yang berusahatani cabai di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 1. Umur Tabel 1 menunjukkan bahwa umur responden dikategorikan muda yaitu sebesar 60%. Umur petani di Desa Sunju ini bervariasi antara 30 sampai dengan 57 tahun dan rata-rata umur mereka adalah 39 tahun. Berdasarkan umur, petani cabai di Desa Sunju tergolong usia produktif. Diharapkan dalam usia ini, petani mampu melaksanakan pekerjaan terutama dalam pengelolaan usahatani cabai serta dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki. Menurut Mappiare (1983), ada kecenderungan bagi seseorang yang berusia tiga puluh lima tahun ke atas untuk lebih memantapkan dirinya dalam bekerja, berkenaan dengan semakin tingginya biaya hidup yang perlu dikeluarkan. Tabel 1. Deskripsi Karakteristik Petani Cabai di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kab. Sigi Provinsi Sulawesi Tengah Karakteristik Petani Kategori Jumlah N % Umur (Tahun) Muda (< 39) Sedang (39 52) Tua (>52) 12 7 1 Tingkat Pendidikan (tahun) Rendah (< 9.8) Sedang (9.8 13.07) Tinggi (> 13.07) Jumlah anggota Keluarga (orang) Rendah (< 3) Sedang (3-4) Tinggi (> 4) Pengalaman Berusahatani (tahun) Rendah (< 11) Sedang (11 14) Tinggi (> 14 ) 13 6 1 2 13 5 15 0 5 60.0 35.0 5.0 65.0 30.0 5.0 10.0 65.0 25.0 75.0 0.0 25.0 Tingkat Pendidikan Pendidikan formal petani cabai di Desa Sunju Kecamatan Marawola bervariasi mulai dari Sekolah Dasar (SD) s/d Perguruan Tinggi, dengan kisaran lama pendidikan 6-17 tahun, atau rata-rata 9,8 tahun. Lama pendidikan ini 325

menggambarkan petani di Desa Sunju tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rata-rata tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh petani di Desa Sunju dikategorikan rendah, yaitu sebesar 65.0 %. Umumnya pendidikan berpengaruh terhadap cara dan pola berpikir petani, sebab pendidikan merupakan suatu proses pengembangan pengetahuan, keterampilan maupun sikap petani yang dilaksanakan secara terencana, sehingga memperoleh perubahan-perubahan dalam peningkatan hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin berkembang pola berpikirnya sehingga dapat dengan mudah mengambil keputusan dalam melakukan sesuatu dengan baik termasuk keputusan dalam kegiatan usahatani cabai. Tingkat pendidikan berpengaruh juga terhadap adopsi inovasi teknologi, khususnya teknologi budidaya cabai. Petani yang berpendidikan tinggi lebih bisa membudidayakan cabai ke arah agribisnis, bukan sekedar pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Karena pendidikan dapat mendorong tumbuhnya kreatifitas sehingga mampu menangkap peluang atau kesempatan berusaha. Besarnya Jumlah anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga berdampak negatif terhadap kemajuan usahatani apabila anggota keluarga tersebut tidak menyumbangkan tenaganya. Bagi anggota keluarga yang menganggur hanya akan menambah beban bagi keluarga. Akibatnya pengeluaran keluarga menjadi lebih banyak daripada pendapatan yang diperoleh dari usahatani termasuk usahatani cabai. Jumlah anggota dalam keluarga petani di Desa Sunju adalah 2-6 orang, atau rata-rata 3,8 orang. Jumlah anggota keluarga berada pada kategori sedang (3 4 orang) yaitu sebesar 65 %. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani cabai yang dimiliki oleh petani di Desa Sunju dikategorikan rendah yaitu sebesar 75%. Kisaran pengalaman usahatani yang dimiliki oleh petani yaitu 2-30 tahun, atau rata-rata 11 tahun. Secara teoritis petani yang lebih berpengalaman dalam menangani usahatani cabai cenderung akan lebih selektif dalam memilih dan menggunakan jenis inovasi teknologi yang akan diterapkannya, daripada petani yang pengalamannya masih kurang (rendah). Pengalaman berusahatani memegang peranan penting dalam upaya mengefisienkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam kegiatan usahatani. Dari 20 responden, 5 orang (25%) memiliki pengalaman berusahatani cabai di atas 14 tahun. Meskipun pengalaman berusahatani cabai dikategorikan rendah, namun petani di Desa Sunju sudah terbiasa dengan kegiatan berusahatani lainnya misalnya padi sawah, sehingga petani tidak canggung dalam membudidayakan tanaman lainnya termasuk cabai. Analisis Korelasi antara Karakteristik Petani dengan Penerapan Usahatani Cabai Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor karakteristik yang berhubungan dengan penerapan usahatani cabai. Penerapan usahatani 326

cabai meliputi: perencanaan kegiatan usahatani, pelaksanaan kegiatan usahatani, dan evaluasi kegiatan. Korelasi antar variabel disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis hubungan antara karakteristik petani dengan penerapan usahatani cabai Usahatani Cabai Faktor Internal Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi NKK P NKK P NKK P Umur -0.519 ** 0.009-0.153 0.259-0.176 0.228 Pendidikan 0.519** 0.010 0.039 0.435 0.354 0.063 Jumlah anggota keluarga -0.092 0.350-0.245 0.149-0.156 0.255 Pengalaman usahatani -0.373 0.053 0.057 0.405-0.289 0.108 Luas pemilikan lahan -0.172 0.234-0.648** 0.001-0.264 0.130 Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa: 1. Variabel umur petani berhubungan negatif sangat nyata pada α 0.01 dengan perencanaan kegiatan usaha tani. Nilai koefisien korelasi variabel umur dengan perenacaan usahatani cabai adalah -0,519. Ini berarti semakin tinggi (tua) usia petani maka semakin rendah keterlibatannya dalam kegiatan perencanaan usaha tani. 2. Pendidikan berhubungan sangat nyata pada α 0.01 dengan kegiatan perencanaan usaha tani dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,519. Petani yang berpendidikan lebih tinggi adalah petani yang umurnya relatif lebih muda, sehingga berdasarkan hubungan tersebut, maka semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin mereka terlibat dalam kegiatan perencanaan usaha tani. Dalam hal ini petani memiliki kesadaran dan kemampuan yang lebih tinggi dalam aspek perencanaan kegiatan usaha tani cabai. 3. Kepemilikan lahan berkorelasi negatif dengan pelaksanaan kegiatan usaha tani dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,648. Semakin besar luas kepemilikan lahan, maka semakin rendah keterlibatan petani cabai dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Petani lebih banyak menggunakan tenaga dari luar. KESIMPULAN Karakteritik petani cabai di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi dapat dideskripisikan sebagai berikut: 1. Umur petani dikategorikan muda yaitu sebesar 60%. Pendidikan formal bervariasi mulai dari Sekolah Dasar (SD) s/d Perguruan Tinggi, dengan kisaran 6-17 tahun, atau rata-rata 9,8 tahun. Jumlah anggota dalam keluarga antara 2-6 orang, atau rata-rata 3,8 orang. Jumlah anggota keluarga berada pada kategori sedang (3-4 orang) yaitu sebesar 65 %. Pengalaman berusahatani cabai yang dimiliki oleh petani di Desa Sunju dikategorikan rendah yaitu sebesar 75%. Kisaran pengalaman usahatani yang dimiliki oleh petani yaitu 2 s/d 30 tahun, atau rata-rata 11 tahun. 327

2. Umur petani berhubungan negatif sangat nyata pada α 0.01 dengan perencanaan kegiatan usaha tani. Nilai koefisien korelasi variabel umur dengan perenacaan usahatani cabai adalah -0,519. Pendidikan berhubungan sangat nyata pada α 0,01dengan kegiatan perencanaan usaha tani dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,519. Kepemilikan lahan berkorelasi negatif dengan pelaksanaan kegiatan usaha tani dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,648. DAFTAR PUSTAKA Arikanto, S.,1998. Manajemen Pelatihan. Jakarta : Rineka Cipta Lukmana, A. 1995. Agroindustri Cabai Selain Untuk Keperluan Pangan Dalam Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya Mappiare. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional Mardikanto, T. dkk. 2001. Prosedur Penelitian Penyuluhan Pembangunan. Surakarta: Prima Theresia Pressindo. Mislini, 2006. Analisis Jaringan Komunikasi pada Kelompok Swadaya Masyarakat. Kasus KSM di Desa Taman Sari Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [tesis], Bogor; Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sevilla, CG, Oechave JA, Punsalan TG, et. al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Tuwu A (Penerjemah). Jakarta : UI Press. Slamet. 1993. Analisis Kuantitatif Untuk Data Sosial. Solo: Dabara Publisher 328