FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2002). mempengaruhi status gizi diantaranya adalah faktor langsung: konsumsi

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Ema Anggraeni

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PANGAN-NON PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN UPAYA KEPATUHAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

Al Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU MENGIKUTI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULUR RT 03/VI BENDOSARI SUKOHARJO

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

METODE PENELITIAN Desain, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

NURJANNAH NIM

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ASUPAN SUSU SAPI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP OVERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

STUDI TENTANG DIARE DAN FAKTOR RESIKONYA PADA BALITA UMUR 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALASAN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

GAMBARAN FACTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOMPASO KECAMATAN TOMPASO

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Universitas Gadjah Mada

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA BULAN DI DESA JENGGRIK KABUPATEN NGAWI TAHUN 2015

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-36 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Program D IV Bidan Pendidik STIKES Aisyiyah Yogyakarta NURLAELY MUFIDAH 201310104180 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014¹ Nurlaely Mufidah 2, Ery Khusnal 3 INTISARI Tujuan Penelitian: Mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Desa Baturetno Kecamatan Banguntapan Bantul Tahun 2014. Metode Penelitian: Survey Analitik dengan pendekatan waktu Cross Sectional. Sampel dengan rumus Lameshow Stanley dengan metode proportional random sampling berjumlah 90 responden. Pengumpulan data menggunakan timbangan dan pengukur badan untuk status gizi, dan faktor-faktor yang berhubungan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan confidence interval (95%). Hasil: Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita antara lain pengetahuan gizi orang tua, perilaku orang tua, pola makan balita dan ketersediaan pangan rumah tangga. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh antara lain penyakit infeksi dan fasilitas kesehatan. Keywords: status gizi, faktor yang mempengaruhi PENDAHULUAN Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baikburuknya penyedoaan makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi anak (Irianto, 2010). Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double Burden). Artinya, masalah gizi kurang (underweight) masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi lebih (overweight). Data Indonesia Family Life Surveys menunjukkan bahwa sejak tahun 1993 hingga tahun 2010 prevalensi gizi kurang sedikit menurun dari 31% pada tahun 1993 menjadi 17,9% pada tahun 2010. Walaupun underweight menurun namun tidak signifikan dan prevalensinya tetap tinggi, sedangkan kejadian overweight terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun baik pada kelompok anak-anak maupun dewasa. Prevalensi gizi lebih meningkat dari 14,4% tahun 2007 menjadi 21,7% pada tahun 2010 (Menkes RI, 2012). Masa balita merupakan periode rawan terserang berbagai masalah kesehatan, termasuk masalah gizi. Bila asupan gizi yang diperoleh tidak memadai, maka dapat berakibat balita akan kekurangan gizi (santoso, 2009). Kurang gizi pada masa balita dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik,

mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa (journal pediatrics, 2012). Menurut Menkes, ada 3 faktor yang saling terkait mempengaruhi besarnya masalah gizi dan kesehatan masyarakat. Pertama, ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga. Kedua, pola asuh gizi atau makanan keluarga. Ketiga, akses terhadap pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2010). Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer adalah apabila susunan makanan seseorang salah dalam kualitas maupun kuantitasnya, yang merupakan akibat dari kurangnya penyediaan pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah san sebagainya. Sedangkan faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai ke sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Begitu pentingnya faktor gizi sehingga pembentukan kebiasaan makanan yang baik harus ditanamkan sejak dini, karena hal ini sangat menentukan kebiasaan makannya pada saat remaja dan dewasa (Marimbi, 2010). Hasil survey pada 40 ibu balita di wilayah Baturetno bulan Mei 2014 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga yaitu sejumlah 33 ibu, 6 ibu bekerja sebagai Karyawan Swasta dan 1 ibu sebagai Wiraswasta. Rata-rata ibu balita di desa Baturetno memiliki pengetahuan yang kurang mengenai gizi. Dari 40 ibu, 23 ibu mengatakan jarang memberikan makanan yang bervariasi untuk balita dari pagi sampai sore, 27 ibu yang mengatakan sering menambahkan MSG pada makanan yang dibuat untuk anak balita, 5 ibu mengatakan jarang memberikan anaknya makan 3 kali sehari, 18 ibu mengatakan jarang memberikan buah untuk anak balitanya, 8 ibu mengatakan jarang memberikan susu untuk anak balitanya, 10 ibu yang sering mengizinkan anak balita untuk jajan sembarangan dan 6 ibu yang lebih mengutamakan makanan untuk anggota keluarga yang lain dari pada balitanya. Dari survey ini didapatkan hasil balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 5 orang, dan gizi lebih sebanyak 3 orang. Berbagai upaya untuk menanggulangi masalah gizi juga sudah dilakukan oleh kader setempat seperti memberikan makanan tambahan dan penyuluhan gizi.namun tampaknya upaya-upaya tersebut belum efektif untuk mengatasi permasalahan gizi pada balita. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitiian ini yaitu Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi status gizi pada balita di desa Baturetno kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul tahun 2014?. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita di desa Baturetno kecamatan banguntapan kabupaten Bantul tahun 2014.

METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif (penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian fenomena serta hubungannya). Menggunakan metode survey analitik dengan pengambilan data menggunakan kuesiioner berdasarkan pendekatan waktu dengan metode Cross Sectional yaitu data variabel terikat dan variabel bebas dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan atau penilaian yang dilakukan hanya satu kali saja (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki balita dan balitanya di Desa Baturetno kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul berjumlah 1312 responden. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan proportional random sampling. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik melalui software komputer program Statistical Program for Sosial Science (SPSS) for Windows versi 15.0. Analisis Univariat dan Bivariat menggunakan Uji chi-square dengan confident interval (95%) HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Karakteristik Responden Karakteristik responden pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan umur ayah, umur ibu, pendidikan terakhir ayah, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, umur balita dan jenis kelamin balita. Sebagian besar umur ayah adalah 30 tahun (60%), umur ibu yang tertinggi adalah 30 tahun (62,2%), pendidikan ayah tertinggi adalah SMA/ sederajat (54%), pendidikan terakhir ibu SMA/ sederajat (53%), pekerjaan ayah mayoritas wiraswasta (32%), pekerjaan ibu sebagian besar IRT/ tidak bekerja (69%), pendapatan keluarga rata-rata di atas UMR (52%), umur balita yang tertinggi >3-5 tahun (59%) dan jenis kelamin balita mayoritas perempuan (55,6%). Pengetahuan Orang Tua tentang Gizi Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Pengetahuan Orang Tua tentang gizi balita Variabel Independen F % Pengetahuan orang tua Kurang 50 55,6 Baik 40 44,4 Jumlah 90 100 Pada tabel 1. dapat diketahui bahwa pengetahuan orang tua tentang gizi mayoritas masuk dalam kategori kurang sebanyak 50 responden dengan persentase (55,6%).

Perilaku Orang Tua Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Perilaku Orang Tua Variabel Independen F % Perilaku orang tua Kurang 39 43,3 Baik-sedang 51 56,7 Jumlah 90 100 Pada tabel 2. dapat diketahui bahwa perilaku orang tua mayoritas masuk dalam kategori sedang-baik sebanyak 51 orang dengan persentase (56,7%) Pola Makan Balita Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Pola Makan Balita Variabel Independen F % Pola makan balita <3x/hari 33 36,7 3x/hari 57 63,3 Jumlah 90 100 Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa pola makan balita yang tertinggi dengan kategori 3x/hari sebanyak 57 balita dengan frekuensi (63,3%). Keanekaragaman Pangan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Keanekaragaman Pangan Variabel Independen F % Keanekaragaman pangan Rendah 39 43,3 Sedang-tinggi 51 56,7 Jumlah 90 100 Pada tabel 4. dapat diketahui bahwa keanekaragaman pangan yang tertinggi dengan kategori sedang-tinggi sebanyak 51 balita dengan frekuensi (56,7%). Penyakit Infeksi Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Penyakit Infeksi Variabel Independen F % Penyakit Infeksi Kurang 40 44,4 Baik 50 55,6 Jumlah 90 100 Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui bahwa penyakit infeksi yang tertinggi dengan kategori baik sebanyak 50 balita dengan frekuensi (55,6%).

Fasilitas Kesehatan Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Fasilitas Kesehatan Variabel Independen F % Fasilitas Kesehatan Jauh 36 40 Dekat 54 60 Jumlah 90 100 Pada tabel 6. dapat diketahui bahwa fasilitas kesehatan yang tertinggi dengan kategori dekat sebanyak 54 balita dengan frekuensi (60%). Status Gizi Tabel 7. Distribusi Frekuensi Status gizi pada balita Status Gizi Balita F % Gizi Buruk Gizi Kurang - 9-10,0 Gizi Baik 67 74,4 Gizi Lebih 14 15,6 Total 90 100 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 67 balita (74,4%) masuk dalam kategori status gizi baik dan menjadi mayoritas status gizi pada balita di Desa Baturetno Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Hubungan pengetahuan orang tua tentang gizi dengan status gizi pada balita Tabel 8. Hubungan pengetahuan orang tua tentang gizi dengan status gizi pada balita Status Gizi Balita P Kurang Baik Lebih value f % f % F % Pengetahuan Kurang 8 8,9 37 41,1 5 5,6 0,047 Orang Tua Baik 1 1,1 30 33,3 9 10 Pada tabel 8. Didapatkan hasil p value menunjukkan 0,047 < α, yang artinya bahwa pengetahuan orang tua tentang gizi memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita. Hubungan prilaku orang tua dalam pemberian makan balita dengan status gizi pada balita Tabel 9. Hubungan prilaku orang tua dalam pemberian makan balita dengan status gizi pada balita Status Gizi Balita P Kurang Baik Lebih value Prilaku Orang Tua f % f % F % Kurang 7 7,8 23 25,5 9 10 Baik 2 2,2 44 48,9 5 5,6 0,012

Pada tabel 9. Didapatkan hasil p-value menunjukkan 0,012 < α, yang artinya bahwa prilaku orang tua dalam pemberian makan balitan memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita. Hubungan pola makan balita dengan status gizi pada balita Tabel 10. Hubungan pola makan balita dengan status gizi pada balita Status Gizi Balita P Kurang Baik Lebih value Pola makan balita f % f % F % <3x/hari 3 3,4 18 20 12 13,3 3x/hari 6 6,6 49 54,4 2 2,2 0,000 Pada tabel 10. Didapatkan hasil p value menunjukkan 0,000 < α, yang artinya bahwa pola makan balita memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita. Hubungan ketersediaan keanekaragaman pangan dengan status gizi pada balita Tabel 11. Hubungan ketersediaan keanekaragaman pangan dengan status gizi pada balita Status Gizi Balita P Kurang Baik Lebih value Keanekaragaman pangan F % f % F % Rendah 2 2,2 27 30 10 11,1 Sedang-Tinggi 7 7,8 40 44,5 4 4,4 0,042 Pada tabel 11. Didapatkan p value menujukkan 0,042 < α, yang artinya bahwa ketersediaan keanekaragaman pangan memiliki hubungan yang signifikan denga status gizi balita. Hubungan penyakit infeksi dengan status gizi pada balita Tabel 12. Hubungan penyakit infeksi dengan status gizi pada balita Status Gizi Balita P Kurang Baik Lebih value Penyakit Infeksi f % f % F % Kurang 4 4,4 29 32,2 7 7,8 Baik 5 5,6 38 42,2 7 7,8 0,935 Pada tabel 12. Didapatkan hasil p value menujukkan 0,935 > α, yang artinya penyakit infeksi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita.

Hubungan fasilitas kesehatan dengan status gizi pada balita Tabel 13. Hubungan fasilitas kesehatan dengan status gizi pada balita Status Gizi Balita P Kurang Baik Lebih value Fasilitas Kesehatan f % f % F % Jauh 2 2,2 30 33,4 4 4,4 Dekat 7 7,8 37 41,1 10 11,1 0,302 Pada tabel 12. Didapatkan hasil p value menujukkan 0,275 < α, yang artinya letak fasilitas kesehatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita. PEMBAHASAN Status gizi balita Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 90 balita terdapat 67 balita (74,4%) masuk dalam kategori status gizi baik, sedangkan yang masuk dalam kategori kurang dan lebih masing-masing berjumlah 9 balita (10%) dan 14 balita (15,6%). Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar balita telah memiliki status gizi yang baik. Kondisi ini mungkin dipengaruhi oleh perilaku ibu yang cukup baik dalam meningkatkan status gizi balitanya, walaupun pengetahuan ibu tentang gizi di Desa Baturetno masih kurang yaitu 55,6%. Hal ini dapat diketahui dari tingkat pendidikan ibu yang sudah cukup baik yakni sebagian besar ibu sudah mendapatkan pendidikan formal yaitu SMA sebesar 53% dan Perguruan Tinggi 30%, kemudian pola makan balita yang sudah baik (63,3%) dan keanekaragaman pangan yang tinggi (56,7%). Pengetahuan gizi ibu dan kesehatan memang merupakan salah satu faktor penentu konsumsi makanan, disamping pendapatan, keterkaitan bahan pangan, adat istiadat dan sebagainya (Muchtadi, 2005). Hubungan pengetahuan orang tua tentang gizi dengan status gizi pada balita Dari hasil analisa uji Chi-square didapatkan hasil P value sebesar 0,047 < α, yang artinya bahwa pengetahuan orang tua tentang gizi memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita. Pengetahuan orang tua tentang gizi akan sangat mempengaruhi asupan nutrisi pada balita. Menurut Almatsier (2004), bila pengetahuan tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga bisa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi. Penelitian ini senada dengan pendapat Apriaji (2002) yang mengatakan bahwa faktor yang berperan dalam menentukan status gizi seseorang antara lain daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga, kebersihan lingkungan serta sistem metabolik dan tingkat kebutuhan tubuh. Sedangkan

menurut Isnansyah (2006) mengatakan bahwa penyediaan bahan makanan dan menu yang tepat untuk anak balita dalam meningkatkan status gizinya akan terwujud bila ibu mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik. Hubungan perilaku orang tua dalam pemberian makan pada balita dengan status gizi balita Dari hasil analisa uji Chi-square didapatkan hasil P value sebesar 0,012 < α, yang artinya bahwa perilaku orang tua dalam pemberian makan pada balita memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat, tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasi dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam kesehatan dan gizi (Depkes, 2004). Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pendidikan sebagian besar responden 48 orang (53%) mempunyai latar belakang pendidikan SMA/ sederajat. Kemudian faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku orang tua dalam memberikan makan pada balita adalah pendapatan keluarga atau daya beli keluarga untuk memenuhi makanan untuk balita. Pada penelitian ini ratarata pendapatan responden sebagian besar lebih dari UMR yaitu > Rp.1.065.247,- sebanyak 48 orang (53%). Menurut Apriadji (2002) pendapatan keluarga akan mempengaruhi daya beli keluarga sehingga akan berpengaruh terhadap status kesehatan. Hubungan pola makan balita dengan status gizi balita Dari hasil analisa Uji Chi square yang dilakukan terhadap pola makan balita dengan status gizi balita didapatkan hasil P value sebesar 0,000 lebih kecil dari α (0,000 < 0,05), yang artinya bahwa pola makan balita memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita. Dari hasil kuesioner yang diisi oleh responden didapatkan masih adanya ibu yang memberikan balitanya makan < 3 kali perhari (36,7%) dan pola hidangan sehari-hari yang tidak tepat seperiti makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah masih kurang yang pada umumnya diberikan tidak tentu. Namun secara umum pola makan balita di Desa Baturetno sudah baik, dengan mayoritas orang tua memberikan balita makan 3x/hari. Hal ini bisa saja disebabkan oleh keadaan ekonomi atau pendapatan keluarga yang sudah baik, sehingga keluarga mampu untuk menyediakan bahan makan yang nantinya akan diberikan kepada anak. Pendapatan keluarga di Desa Baturetno mayoritas berpenghasilan di atas UMR yaitu >Rp.1.065.247,-. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Prakoso (2010) yang dari penelitiannya berkesimpulan bahwa status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas mata kota Kendari 2009 dipengaruhi oleh pola makan balita. Menurut Santoso (2004) pengaturan makanan untuk balita salah satunya dengan menentukan jadwal waktu pemberian makanan.

Hubungan ketersediaan keanekaragaman pangan dengan status gizi balita Dari hasil analisa uji Chi-square didapatkan hasil P value sebesar 0,042 < α, yang artinya bahwa ketersediaan keanekaragaman pangan memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita. Hasil formulir recall 24 jam yang diisi oleh responden, ketersediaan kaenekaragaman pangan kategori sedang-tinggi yang diberikan ke balita mayoritas memiliki status gizi baik sebesar 40 balita (44,5%). Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman pangan yang akan diberikan pada balita akan mempengaruhi status gizinya, semakin beragam pangannya semakin baik pula status gizinya. Menurut Almatsier (2004) tingkat pendapatan juga ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli dengan tambahan uang tersebut, dimana hasil pada penelitian ini menunjukkan pendapatan keluarga sebagian besar lebih dari UMR yaitu >Rp.1.065.247,- sebanyak 48 orang (53%), sehingga orang tua di Desa Baturetno rata-rata mampu untuk melengkapi pangan yang akan diberikan untuk melengkapi zatzat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh balita untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan rumah tangga yang lainnya adalah jumlah anggota keluarga. Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan (Suhardjo, 2003). Didapatkan hasil pada penelitian ini sebanyak 25% ibu memiliki anak 2, dan 12% ibu memiliki anak 3. Jumlah anak menderita kelaparan pada keluarga besar, empat kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga kecil. Hubungan penyakit infeksi dengan status gizi balita Dari hasil analisa uji Chi-square didapatkan nilai P sebesar 0,935 > α (0,05), yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara penyakit infeksi dengan status gizi balita di Desa Baturetno Kecamatan Banguntapan. Tidak adanya hubungan antara faktor penyakit infeksi dengan status gizi balita di Desa Baturetno Kecamatan Banguntapan dikarenakan walaupun sebanyak 67 balita memiliki status gizi baik, namun sebanyak 40 balita baik balita dengan status gizi baik, status gizi kurang dan gizi lebih mengalami penyakit infeksi dalam 1 bulan terakhir. Sementara itu sebanyak 23 balita (25,6%), baik dengan status gizi baik, gizi kurang dan gizi lebih di Desa Baturetno mengalami ISPA selama 1 bulan terakhir dan sebanyak 17 balita (18,9%) balita mengalami diare. Hal tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor penyakit infeksi dengan status gizi balita. Hasil dari kuesioner yang diisi responden beberapa ibu balita menyatakan sering memberikan anak jajan sembarangan sedangkan jajanan tersebut belum tentu sehat dan bersih. Hal ini dapat menyebabkan balita terkena penyakit infeksi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Patodo (2012) yang menyatakan bahwa penyakit infeksi yang pernah diderita balita tidak memiliki pengaruh atas status gizi balita.

Hubungan fasilitas kesehatan dengan status gizi balita Dari hasil analisa uji Chi-square didapatkan hasil P value sebesar 0,302 > α (0,05), yang artinya letak fasilitas kesehatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita. Keterjangkauan masyarakat dengan pelayanan kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2001). Akses pelayanan kesehatan ini sangat penting untuk menunjang kesehatan masyarakat, sehingga semakin jauh letak fasilitas kesehatan maka akan semakin turunnya juga derajad kesehatan masyarakatnya. Namun dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara fasilitas kesehatan dengan status gizi balita, baik yang letaknya jauh maupun dekat sama-sama memiliki peluang untuk memiliki status gizi baik. Ada 37 balita (41,1%) yang letaknya dekat dari fasilitas kesehatan memiliki status gizi baik dan ada 30 balita (33,4%) yang letaknya jauh dari fasilitas kesehatan yang memiliki status gizi baik. Akses pelayanan kesehatan ini sangat penting untuk menunjang kesehatan masyarakat, sehingga semakin jauh letak fasilitas kesehatan maka akan semakin turunnya juga derajad kesehatan masyarakatnya. Namun dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara fasilitas kesehatan dengan status gizi balita, baik yang letaknya jauh maupun dekat sama-sama memiliki peluang untuk memiliki status gizi baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh biaya transportasi untuk dapat mengakses fasilitas kesehatan. Dalam penelitian ini dapat ditemukan mayoritas penduduk di Desa Baturetno berpengasilan di atas UMR. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Istiono (2009) yang menyatakan bahwa akses kesehatan tidak mempengaruhi status gizi balita. SIMPULAN DAN SARAN Sebagian besar balita di Desa Baturetno Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul memiliki status gizi baik sebanyak 67 balita (74,4%). Faktorfaktor yang berhubungan dengan status gizi adalah pengetahuan orang tua, perilaku orang tua, pola makan balita, dan ketersediaan keanekaragaman pangan. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah penyakit infeksi dan fasilitas kesehatan. Disarankan bagi ibu yang memiliki balita untuk lebih aktif mengikuti kelas ibu yang diadakan di Posyandu, mengikuti penyuluhan tentang kesehatan terutaman tentang gizi balita, agar terciptanya balita sehat yang diharapkan setiap orang tua. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Apriadji. 2002. Gizi Keluarga. Jakaarta: Penebar Swadaya. Depkes RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. http://www/depkes.go.id. Irianto, K. 2010. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya, Bandung. Isnansyah, Y. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun di Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas Tersedia dalam http://kedokteran.unsoed.ac.id/id/biblio?page=1. (Diakses 15 Maret 2014). Marimbi. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika. Muchtadi, D. 2005. Penyimpanan atmosfir terkendai pada pengawetan buahbuahan dan sayuran. http://www.ipb.com (Diakses 3 Juli 2014). Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rieneka Cipta. Patodo, S. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa Kota Manado Tahun 2012. Retrieved 25 April 2014, from http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=& cad=rja&ved=0cckqfjaa&url=http%3a%2f%2fpascasarjanaunsrat.om %2Fhome%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2012%2F08%2FFaktor%2523U 2013-faktor-yang-Berhubungan-dengan-Status-Gizi-Balita-di- WilayahKerja-Puskesmas-Wawonasa-Kota-Manado- Tahun2012.docx&ei=CkTAUs22BYbjrAe3zYEY&usg=AFQjCNHLDIv mjkjlg13yoztdewui4vjyaq&bvm=bv.58187178,d.bmk Prakoso, I. B. 2010. Hubungan Perilaku Ibu dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi dan Tingkat Konsumsi Energi dengan Status Gizi Balita di Desa Cibeusi Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Skripsi Unpad. Tersedia dalam http://pustaka.unpad.ac.id/archives/116843/. (Diakses 13 Februari 2014). Santoso, S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara. Santoso, S. 2009. Kesehatan & Gizi. Jakarta : Rineka Cipta Soekirman. 2001. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Ditjen Dikti. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Sugiono. 2007. Metode penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta: Bandung. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.