Cara Pembuatan Pupuk Organik Dengan Metoda Bumbung

dokumen-dokumen yang mirip
Pembuatan Pupuk Organik. Samijan BPTP Jawa Tengah

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

PENGOMPOSAN JERAMI. Edisi Mei 2013 No.3508 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA II.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

S U N A R D I A

PENGOLAHAN SAMPAH SUNARYO HADI WARSITO

PETUNJUK TEKNIS PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR SUPERDEC DAN ORGADEC

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

INOVASI TEKNOLOGI PENANGANAN LIMBAH

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

VERMIKOMPOS (Kompos Cacing Tanah) PUPUK ORGANIK BERKUALITAS DAN RAMAH LINGKUNGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT

X. BIOREMEDIASI TANAH. Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

Petunjuk Praktis Manajemen Umum Limbah Ternak untuk Kompos dan Biogas

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK SECARA PARSIAL. Syekhfani (FP-UNIBRAW)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

PEMBUATA KOMPOS DARI SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

3 METODE PENELITIAN 3.1 Survei Limbah Organik Susu Bubuk 3.2 Penelitian Lapang

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Limbah dan Pemanfaatannya. Telco 1000guru dengan SMA Batik 1 Solo 23 Februari 2012

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PENAMBAHAN AKTIVATOR BMF BIOFAD TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK

Mulai. Penentuan Stakeholder. Analisis Kebutuhan. Penyusunan Diagram. Lengkap. Evaluasi Aspek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

PERTUMBUHAN TANAMAN Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii keris) PADA MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN PUPUK KANDANG DENGAN PENAMBAHAN STARBIO SKRIPSI

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6. BAHAN ORGANIK DAN ORGANISME TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

Lampiran 1. Standar Kualitas Kompos Menurut Standar Nasional Indonesia

Pembuatan Kompos - - Yogyakarta, 30 Mei 2008

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PEMBUATAN pupuk BOKASHI

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

PENDAHULUAN. dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah.

V. GAMBARAN UMUM USAHA

Transkripsi:

Cara Pembuatan Pupuk Organik Dengan Metoda Bumbung Oleh : SUPRIADI loka PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU. I. PENDAHULUAN Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Daun-daun yang gugur ke tanah,batang atau ranting yang patah,bangkai hewan, kotoran hewan, sisa makanan, dan lain sebaginya, semua akan mengalami proses dekomposisi kemudian hancur seperti tanah berwarna coklat-kehitaman. Wujud semula tidak dikenal lagi. Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alami. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba ( jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos ( compost). Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi melibatkan jasad renik sebagi agensia (perantara) yang merombak bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil perombakan tersebut disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk dan pembenah tanah. Kompos dan pengomposan (composting) memiliki keunggulan-keunggulan lain yang tidak dapat diganti oleh pupuk kimiawi, yaitu kompos mampu: Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan kemampuannya dalam penyerapan hara. Meningkatkan kemampuan tanah dalam meningkatkan air sehingga tanah dapat menyimpan air lebih lama dan mencegah terjadinya kekeringan pada tanah. Disampaikan pada acara siaran radio RRI Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 4 Mei 2014.

Menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara. Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad penghuni tanah seperti cacing dan mikroba tanah yang sangat berguna bagi kesuburan tanah. Berkembangnya isu pertanian berkelanjutan ramah lingkungan, pencemaran dan penurunan tingkat kesuburan lahan akibat pupuk kimiawi, dan inefisiensi serta mahalnya pupuk buatan pabrik, telah menyebabkan peningkatan kem,bali niat masyarakat dan petani dalam meanfaatkan kompos sebagai pupuk dan pembenahan tanah dalam system budidaya tanaman. II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU PENGOMPOSAN. Pengomposan merupakan proses yang dinamis yang dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung kepada bahan atau material yang diproses. Batang ranting memerlukan waktu lebih lama dari pada daun untuk hancur menyeluruh, tetapi sisa-sisa makan akan jauh lebih cepat terdekomposisi dari pada daun. Beberapa factor penting yang berpengaruh dalam pembuatan kompos adalah (1). C/N ratio bahan yang dikompos, (2) ukuran bahan, (3) aerasi, (4) kelembaban, dan (5) suhu. (1). C/N ratio dalam bahan : Setiap bahan organik mengandung unsur C (karbon) dan N (nitrogen) dengan perbandingan (komposisi) yang berbeda-beda antara bahan yang satu dengan bahan yuang lain. Perbandingan unsuh C dan N dalam suatu bahan dinyatakan dengan C/N Ratio. Suatu bahan yang mengandung unsur C tinggi maka nilai C/N ratio-nya akan tinggi, sebaliknya bahan yang mengandung unsur N yang tinggi nilai C/N ratio-nya akan rendah. Nilai C/N ratio akan berpengaruh terhadap proses pengomposan. Semakin tinggi C/N ratio suatu bahan maka semakin lambat untuk di ubah menjadi kompos.

Sebaliknya dengan C/N ratio yang rendah akan mempercepat proses pengomposan, tetapi apabila nalai C/N ratio terlalu rendah maka pengomposan akan menghasilkan produk sampingan yaitu gas amoniak yang berbau busuk. Idealnya bahan-bahan yang akan dikomposkan bernilai C/N ratio 30:1. Pada nilai tersebut diperlukan waktu lebih kurang 1 bulan untuk mengubah bahan menjadi kompos. Namun demikian, dialam tidaklah begitu mudah memperoleh bahan yang memiliki C/N ratio 30:1. Untuk memperoileh bahan-bahan dengan C/N ratio mendekati angka tersebut, disarankan mencampur beberapa bahan. Bahan-bahan dengan kandungan C tinggi dicampur dengan bahan-bahan yang mengandung N tinggi sehingga diperoleh campuran bahan yang nilai C/N rationya mendekati 30:1. Dengan demikian diharapkan proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat. Contoh, untuk mempercepat pengomposan dedaunan dapat ditambahkan kotoran hewan atau pupuk urea kedalam campuran. Tabel dibawah menyajikan gambaran C/N ratio beberapa bahan sebagai panduan. Tabel 1. C/N ratio beberapa bahan organik untuk kompos. Bahan Sisa makan Bubuk gergaji, kayu, kertas. Jerami. Dedaunan. Sisa-sisa buah-buahan. Pupuk kandang kering. Bonggol jagung. C / N Ratio 15 : 1 80 : 1 80 : 1 50 : 1 35 : 1 20 : 1 60 : 1 (2). Ukuran bahan yang dikompos: Faktor kedua yang berpengaruh terhadap cepat lambatnya pengemposan adalah ukuran bahan yang dikompos. Semakin kecil ukuran bahan

organik yang dikompos maka proses pengomposanpun akan berlangsung lebih cepat, sebab semakin kecil ukuran bahan maka semakin luas pula permukaan yang dapat dirombak oleh mikroba pengurai. Oleh sebab itu untuk menyiasati agar proses pengomposan berlangsung lebih cepat maka sebaiknya bahan dicacah menjadi potongan-potongan kecil. (3). Aerasi: Faktor berikutnya yang dapat mempersepat proses pengomposan adalah aerasi. Proses pengomposan dapat berlangsung dalam suasana aerob dan anaerob. Dalam aktivitasnya merombak bahan organik pada suasana aerob, mikroba aerob memerlukan oksigen, sedangkan mikroba anaerob tidak memerlukan oksigen. Proses pengomposan yang berlangsung tanpa oksegen (anaerob), biasanya akan menimbulkan bau busuk yang disebabkan terlepasnya gas-gas seperti amoniak. Selain itu waktunyapun lebih lama. Untuk memberikan cukup aerasi dalam proses pengomposan dapat dilakukan dengan cara menyediakan celah-celah kosong dengan memasang bumbung-bumbung bambu yang telah diberi lubang aerasi untuk memudahkan sirkulasi udara. Cara lainnya adalah dengan membalikkan tumpukan secara berkala, setiap seminggu sekali sampai kompos terbentuk. (4) Kelembaban: Keadaan lingkungan yang lembab sangat diperlukan dalam aktivitas mikroba pengurai, sehingga mengatur kelembaban perlu dilakukan dalam pembuatan kompos. Bahan yang kering akan menghentikan aktivitas mikroba yang akan menghambat proses dekomposisi. Bahan yang terlalu basah akan menghambat aerasi yang pada akhirnya juga akan menghanbat proses penguraian oleh mikroba. Kelembaban optimal yang disarankan adalah 40 60 %. Jika bahan terlalu kering, air perlu ditambahkan, tetapi jika ternyata bahan-bahan yang dikompos banyak mengandung air, maka perlu diupayakan drainase yaitu dengan cara menempatkan bahan pada dasar yang miring. (5) Suhu: Proses dekomposisi bahan organik menghasilkan panas sebagai akibat dari terjadinya metabolisme pada mikroba pengurai. Pada awal pengomposan suhu tumpukan bahan akan berada pada kisaran 32 o C dan akan terus naik sampai 60 o C bahkan 78 o C. Tinggi

rendahnya suhu tergantung dari bahan-bahan yang dikompos. Bahan dengan C/N Ratio tinggi akan sulit mencapai suhu tinggi, sebaliknya bahan-bahan dengan C/N Ratio rendah akan dengan cepat mencapai suhu tinggi. Semakin tinggi suhu yang bisa dicapai akan semakin cepat pula proses pengomposan. Kecenderungan tersebut digunakan untuk menyiasati agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat yaitu dengan cara menutup bahan yang dikompos dengan terpal sehingga panas yang dihasilkan tidak keluar tetapi bertahan di dalam. Dalam suhu tinggi yang stabil mikroba pengurai akan bekerja dengan lebih cepat. Pengomposan akan berlangsung efisien jika dapat mencapai suhu sekurang-kurangnya 60 o C. Proses pembuatan kompos dapat berlangsung dari enam bulan sampai dua tahun, namun dengan melakukan pengelolaan terhadap kelima factor tersebut diatas, kompos dapat disiapkan dalam satu bulan, bahkan dalam dua minggu untuk kompos dari bahan sampah pasar dan tiga minggu untuk bahan yang berasal dari limbah kandang ternak. Ciri-ciri keberhasilan pembuatan kompos adalah selama proses tidak menimbulkan bau busuk dan kompos yang dihasilkan berwarna coklat-kehitaman seperti warna tanah (humus) yang lembab. III. METODA PENGOMPOSAN. Hingga saat ini banyak metoda pengomposan yang telah berkembang. Metoda pengomposan ini banyak dipengaruhi oleh budaya dan kondisi perkembangannya. Namun demikian masing-masing metoda tersebut merupakan usaha untuk memanipulasi agar faktorfaktor yang mampu mempercepat laju proses pengomposan dapat tercapai. Idealnya, teknologi yang mampu meningkatkan laju pengomposan yang cepat merupakan teknologi yang dianggap lebih baik. Tetapi pemilihan teknologi dan modifikasinya akan lebih banyak tergantung pada jenis bahan yang akan dikompos, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan peralatan dan bahan pendukungnya.

1. METODA INDORE. Metoda ini dibedakan menjadi dua, Yakni 1) Indore heap method (bahan dikompos di atas tanah) dan 2). Indore pit method ( bahan dipendam di dalam tanah). Metoda indore sesuai diterapkan di daerah yang bercurah hujan tinggi. Lama proses pengomposan lebihkurang tiga bulan. Bahan dasar yang biasa digunakan adalah campuran sisa tanam, kotoran ternak, tanah, dan abu sisa pembakaran. Indore heat method : Bahan-bahan kompos ditimbun secara berlapis-lapis setebal 10 25 cm dan bagian atasnya ditutupi kotoran ternak yang tipis untuk mengaktifkan proses, kemudian disiram dengan campuran pupuk kandang, dan abu. Ukuran tumpukan berkisar 2,5 x 2,5 meter dengan tinggi 60 cm. Untuk mempercepat laju pengomposan dilakukan pembalikan pada hari ke 15, 30, dan 60. Tiga bulan kemudian kompos biasanya sudah jadi dan siap diaplikasikan ke lapangan. Indore pit method: Pengomposan dilakukan pada lubang tanah dengan melakukan penggalian tanah pada tempat yang relatif tinggi dan mempunyai pengaturan yang baik. Ukuran lubang galian lebar 150 200 cm, kedalaman 80 100 cm, dan panjang tergantung kebutuhan. Bahan dasar kompos yang mudah terdekomposisi disebar secara merata di dalam lubang dengan ketebalan 10 15 cm, diikuti dengan 4,5 kg kotoran ternak, 3,5 kg tanah, dan 4,5 kg kompos jadi. Bahan dasar kompos tersebut disusun berlapis-lapis dan dilakukan pembasahan secukupnya. Pembalikan dilakukan pada hari 15, 30 dan 60. Setiap pembalikan dilakukan pembasahan agar kelembaban bahan terjaga. 2. METODE BARKELEY. Metoda ini ditujukan untuk bahan kompos yang berselulosa tinggi (C/NB Ratio tinggi) seperti jerami, alang-alang, serbuk gergaji, dll, yang dikombinasikan dengan bahan kompos yang C/N Rationya rendah.

Bahan kompos ditimbun secara berlapis-lapis dengan ukuran 2,4 x 2,2 x 1,5 m. Lapisan paling bawah adalah bahan kompos yang C/N rationya rendah, diikuti oleh bahan yang ber C/N rationya tinggi, begitu seterusnya sampai mencapai ketinggian yang diinginkan. Pada hari ke dua atau ketiga suhu tumpukan kompos akan mencapai 60 o C, kemudian dilakukan pembalikan. Pembalikan selanjutnya dilakukan pada hari ketujuh dan kesepuluh, Dalam tiga minggu kompos telah masak dan siap diaplikasikan. 3. METODA JEPANG. Pada metoda jepang pengomposan juga dilakukan penumpukan seperti halnya pada metoda pit, namun sebagai pengganti lubang galian digunakan bak penampung yang terbuat dari kawat, atau bambo atau kayu yang disusun secara bertingkat. Dinding bak dirancang sedemikian rupa sehingga aerasi berjalan lancar. Bagian dasar bak dilapisi bahan kedap air guna menghindarkan terjadinya pencucian unsur hara ke dalam tanah di bawahnya. Bahan dasar kompos terdiri dari kotoran ternak, rumput atau limbah rumah tangga. Keunggulam metoda Jepang adalah bak yang diletakkan di atas permukaan tanah akan memudahkan pengadukan, sedangkan dasar yang kedap air dapat mengurangi kehilangan unsur N selama pengomposan. 4. METODA BIASA/UMUM. 1. Sediakan ruangan untuk pembuatan pupuk organik, lengkap dengan atap untuk menghindari panas dan air hujan. 2. Limbah kandang sapi, berupa kotoran ternak tercampur dengan urine dan sisa pakan, ditebarkan diatas lantai dalam ruangan pembuatan pupuk dengan ketebalan + 30 40 cm.

3. Taburkan campuran primadec C-15 dan urea diatas tumpukan limbah kandang tersebut, secara merata. 4. Jaga kadar air tumpukan limbah kandang + 45 55%. Apabila kondisinya kering, tambahkan air hingga merata dengan gembor. 5. Buatlah lapisan berikutnya diatas lapisan pertama, dan ulangi pekerjaan nomor 2, 3 dan 4. 6. Setelah tumpukan berlapis-lapis, hingga tinggi tumpukan mencapai > 100 150 cm, dilakukan pembalikan dengan cara menyisir, sehingga campuran bahanbahan pembuat pupuk tercampur dengan rata. Setelah satu minggu, tumpukan dibalik untuk menambah suplai oksigen. Pada waktu membalik tumpukan ini, perlu dilakukan penambahan air agar kadar air terjaga + 45 55%. Pembalikan dilakukan setiap minggu, sampai tiga kali pembalikan. Setelah pekerjaan ini selesai, tumpukan bahan organik dibiarkan dalam tumpukan selama seminggu, baru kemudian pupuk organik ini siap digunakan. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN : Apabila tinggi tumpukan kurang dari 100 cm akan menyebabkan temperatur dalam tumpukan tidak mencapai 60-70 0 Csehingga pengkomposan tidak sempurna, biji gulma dan bakteri patogen tidak mati. Kadar air harus dipertahankan 45 55% dengan cara menyiramkan air pada saat pembalikan (jika diperlukan). Kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan proses pengkomposan berjalan lambat. Pupuk organik yang telah matang, mempunyai C/N < 15 dan kadar mitrogen > 1,8%. Pupuk yang telah matang tidak berbau kotoran ternak, berwarna coklat kehitaman, tidak panas, remah tidak menggumpa.

5. METODA BUMBUNG Metoda bumbung (Tube method) adalah metoda pengomposan yang sedang di kembangkan oleh BPTP Yogyakarta, metoda ini dititik beratkan pada penghematan tenaga kerja. Pada metoda umum proses aerasi dilakukan dengan sistem pembalikan setiap minggu, pada metoda bumbung proses aerasi diubah melalui celah bumbung. Bumbung yang terbuat dari paralon atau bambu dibuatkan beberapa lubang pada bagain sisinya kemudian dipasangkan atau ditancapkan pada tumpukan bahan yang sedang diproses pengomposan sehingga aerasi berjalan melalaui celah bumbung tersebut. Bahan kompos yang berupa limbah kandang terdiri dari kotoran ternak, sisa hijauan dan urin dicampur menjadi satu ditambah dekomposer (Probiotik) dan urea 0,5 1% dari bahan dicampur hingga merata, kemudian disiram dengan air untuk menjaga kelembaban 60%. Pemasangan bumbung dapat dilakukan sebelum tumpukan dibuat, dengan cara diberdirikan pada tempat yang akan digunakan untuk penumpukan bahan kompos atau bumbung dipasang setelah ada tumpukan bahan yang akan dikomposkan, dengan cara dibuatkan lubang jalan untuk pemasangan bumbung, bumbung dipasang pada setiap jarak 30-50 cm pada bahan yang akan dikomposkan dengan ketinggian sesuai yang diinginkan. Bagian atas bumbung tidak terhalangi untuk kelancaran proses aerasi. Untuk menjaga temperatur agar tetap stabil pada bagian atas tumpukan bahan ditutup dengan terpal.

Tabel 2. Rata-rata hasil analisis pupuk kompos (penelitian BPTP Yogyakarta TA 2008 di Gunungkidul). Uraian Perlakuan / Petani Kontrol Dibalik setiap Dibalik setiap Tidak dibalik, minggu (3 x) 10 hari (2x) dipasang bumbung FISIK Warna Coklat Hitam Kecoklatan Kecoklatan Tekstur Berkongkah Gembur Gembur Ada bongkahan Bau Menyengat Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau KIMIA C organik (%) 22.74 15.65 17.58 14.69 N Organik (%) 0.99 1.94 1.75 2.12 C/N ratio (%) 38 14 19 12 P 2 O 5 total (%) 1.84 2.23 1.19 1.20 K 2 O total (%) 1.31 6.34 2.99 4.45 Keunggulan metoda bumbung adalah tidak perlu dilakukan pembalikan/pengadukan, sehingga dapat menghemat tenaga kerja. Dapat dilakukan pada tempat terbuka atau dalam bak seperti pada metoda jepang atau pada metoda indor, sehingga metoda bumbung merupakan metoda yang bisa dikombinasikan dengan metoda yang lainnya. Di atas telah diuraikan beberapa metoda pengomposan. Masing-masing metoda yang diterangkan di atas memiliki kelebihan dan kekurangan. Di dalam pelaksanaannya, setiap metoda dapat dimodifikasi untuk disesuaikan dengan ketersediaan bahan dasar, ketersediaan lahan, tenaga kerja dan lain-lainnya..

PERSYARATAN TEKNIS PUPUK ORGANIK UNTUK BISA DIDAFTARKAN KE DEPARTEMEN PERTANIAN Untuk bisa menjual produk organik secara resmi harus mendapatkan izin dari pusat perizinan dan investasi departemen pertanian. Berikut syarat teknis minimal pupuk organik untuk bisa didaftarkan ke pusat perizinan dan investasi departemen pertanian. NO PARAMETER SATUAN PUPUK ORGANIK PADAT PUPUK ORGANIK CAIR 1 C-Organik *) % >12 >4,5 2 C/ N rasio % 10-20 - 3 Bahan Ikutan (Kerikil, beling, plastik dll) 4 Kadar Air - Granule - Curah 5 Kadar Logam Berat - As - Hg - Pb - Cd % maks 2 - % ppm ppm ppm ppm 4-12 13-20 < 10 < 1 < 50 < 10 - - < 10 < 1 < 50 < 10 6 ph - 4-8 4-8 7 Kadar Total - P2O5 - K2O 8 Mikroba Patogen (E.coli, Salmonella sp) 9 Kadar Unsur Hara Mikro Zn Cu Mn Co B Mo Fe Keterangan: % < 5 < 5 < 5 cell/ gr Dicantumkan Dicantumkan % Maks 0,500 Maks 0,500 Maks 0,500 Maks 0, 002 Maks 0,250 Maks 0, 001 Maks 0,400 Maks 0,2500 Maks 0,2500 Maks 0,2500 Maks 0,0005 Maks 0,1250 Maks 0,0010 Maks 0,0400 *) Untuk C-Organik 7-12 dimasukkan sebagai pembenah tanah Untuk mendapatkan informasi kandungan bahan organik tersebut bisa menghubungi fakultas ilmu tanah Perguruan tinggi terdekat. PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI DEPARTEMEN PERTANIAN beralamat di Kantor Pusat Deptan, Gd. Arsip Lt III. Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jakarta Selatan Telp. 78839619, 7815380/ 7815480 ext. 6305. fax. 78836171