VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

PENDAHULUAN. Latar Belakang

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

AGRIC Vol.22, No. 1, Juli 2010:67-74 PENDAHULUAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

KESEMPATAN KERJA DI PEDESAAN SULAWESI SELATAN*

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

TELAAHAN KEGlATAN REPRODUKTIF DAN PRODUKTIF AMGGQTA RUMAHTANGGA PETANI MIGRAN SIRI<ULER DAN NON NilGRAN. Kalijati, Kabupaten Subang Jawa Barat) Qlah

TELAAHAN KEGlATAN REPRODUKTIF DAN PRODUKTIF AMGGQTA RUMAHTANGGA PETANI MIGRAN SIRI<ULER DAN NON NilGRAN. Kalijati, Kabupaten Subang Jawa Barat) Qlah

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

ALOKASI WAKTU JENDER DALAM RUMAH TANGGA NELAYAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BUTON UTARA SULAWESI TENGGARA

TINJAUAN PUSTAKA. tebel silang memperoleh kesimpulan bahwa 1) Aktivitas usaha luar tani di

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012

Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG

ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PETA SOSIAL DESA CURUG

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Transkripsi:

59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi rumahtangga adalah kegiatan mencari nafkah untuk menghasilkan pendapatan berupa uang atau barang yang dilakukan oleh anggota rumahtangga. Anggota rumahtangga terdiri dari suami, istri, dan anak yang melakukan curahan kerja untuk mendapatkan penghasilan yang akan digunakan untuk konsumsi pangan dan non pangan bagi rumahtangga sebagai satu kesatuan. Curahan kerja anggota rumahtangga dalam mencari nafkah dilakukan pada kegiatan usahatani dan diluar usahatani. Kegiatan diluar usahatani meliputi: berdagang, bekerja di bidang jasa atau industri. 6.1.1. Alokasi Waktu Kerja pada Usahatani Alokasi waktu kerja anggota rumahtangga pada usahatani adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk melakukan kegiatan usahatani. Kegiatan usahatani meliputi kegiatan di bidang pertanian atau pengelolaan sawah, dan peternakan. Curahan kerja anggota keluarga pada kegiatan usahatani adalah sebagai berikut: Tabel 12. Rata-Rata Curahan Kerja Anggota Rumahtangga pada Usahatani No Anggota Rumahtangga Rata-Rata Waktu Kerja (%) (Jam/Tahun) 1 Suami 1 132.08 65.77 2 Isteri 200.37 11.65 3 Anak pria 368.79 21.43 4 Anak wanita 19.89 1.15 Jumlah 1 721.13 100.00 Dari tabel diatas terlihat bahwa rata-rata alokasi waktu kerja rumahtangga petani lahan sawah di desa sampel wilayah Kabupaten Bogor untuk kegiatan usahatani adalah 1 721.13 jam per tahun. Rata-rata curahan kerja suami 1 132.08 jam

60 kerja per tahun atau 65.77 persen dari jumlah jam kerja keluarga, sedangkan jam kerja istri setahun adalah 200.37 jam atau 11.65 persen. Rata-rata alokasi jam kerja anak laki-laki pada usahatani sebesar 368.79 jam setahun dan rata-rata jam kerja anak perempuan 19.89 jam per tahun. Hal ini disebabkan sebagian petani yang sudah cukup tua menyerahkan pengolahan lahannya kepada anak laki-laki yang masih tinggal dalam satu rumah atau disewakan. Sedangkan pada anak wanita curahan kerja pada usahatani lebih kecil karena hanya sebatas membantu kegiatan tanam dan panen. Pada umumnya curahan kerja anak pada usahatani sangat rendah disebabkan anak-anak lebih memilih bekerja diluar kegiatan usahatani. Curahan kerja suami pada usahatani merupakan pilihan untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki berupa lahan dan peran suami sebagai pencari nafkah utama. Pendidikan suami rata-rata SD, hal tersebut menyebabkan keterbatasan kesempatan kerja. Kesempatan kerja di sektor pertanian dan sektor jasa yang tidak menuntut banyak ketrampilan menjadi pilihan pekerjaan. 6.1.2. Alokasi Waktu Kerja Pada Non Usahatani Alokasi waktu kerja pada non usahatani adalah curahan kerja untuk mencari nafkah selain usahatani. Curahan kerja non usahatani dilakukan sebagai upaya untuk mencukupi penghasilan keluarga dan memenuhi kebutuhan konsumsi. Karena sempitnya penguasaan lahan dan kurangnya teknologi sehingga tidak mampu menghasilkan produksi yang optimal. Curahan waktu kerja anggota keluarga diluar usahatani adalah sebagi berikut: Tabel 13. Rata-Rata Curahan Kerja Anggota Rumahtangga pada Non Usahatani No Anggota Rumahtangga Rata-rata waktu kerja (%) (jam/tahun) 1 Suami 806.31 28.94 2 Istri 531.33 19.07 3 Anak Pria 1 030.39 36.98 4 Anak Wanita 418.18 15.01 Jumlah 2 786.21 100.00

61 Berdasarkan tabel tersebut diatas, curahan kerja anggota rumahtangga pada kegiatan non usahatani adalah 2 786.21 jam per tahun. Curahan kerja suami pada kegiatan non usahatani rata-rata 806.31 jam per tahun atau 28.94 persen. Curahan kerja istri rata-rata 531.33 jam per tahun atau 19.07 persen. Sedangkan curahan kerja anak laki-laki cukup besar, rata-rata 1 030.39 jam atau 36.98 persen per tahun, sedangkan curahan kerja non usahatani anak wanita sebesar 418.18 jam per tahun atau 15.01 persen. Alokasi waktu kerja anak laki-laki non usahatani, sebagian besar adalah buruh atau bekerja diluar wilayah. Jenis pekerjaan diluar usahatani yang menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar responden adalah di bidang jasa angkutan, buruh bangunan, tukang kayu, ketrampilan, dan pekerja pabrik. Kegiatan usaha produktif diluar usahatani yang dilakukan oleh istri untuk mendapatkan penghasilan tanpa meninggalkan kegiatan domistik (urusan rumahtangga) adalah membuka warung, buruhtani, buruh mencuci, dan pengolahan pangan serta kerajinan tangan. Peluang kerja non usahatani anak pria lebih tinggi daripada anak wanita karena kesempatan pendidikan anak pria rata-rata SMA dan anak wanita berpendidikan SMP. Jenis pilihan pekerjaan anak pria adalah buruh pabrik dan jasa angkutan, sedangkan anak wanita bekerja sebagai buruh pabrik, usaha pengolahan pangan tingkat rumahtangga, dan usaha ketrampilan. Kecenderungan alokasi waktu kegiatan domistik bagi wanita lebih tinggi daripada pria. 6.1.3. Alokasi Waktu di Luar Kegiatan Mencari Nafkah Suatu unit usaha terkecil yang potensial untuk dikembangkan adalah rumahtangga. Susunan rumahtangga terdiri dari: suami, istri, dan anggota keluarga lainnya. Anggota rumahtangga masing-masing telah memiliki tugas, kewajiban, dan

62 keahlian yang tidak sama, hal ini ditentukan oleh latar belakang maupun akses terhadap fasilitas dasar kehidupan yang dimilikinya selama ini. Atas dasar adanya perbedaan kondisi masing-masing anggota keluarga tersebut maka besarnya alokasi waktu untuk bekerja di sektor publik, bekerja di rumahtangga maupun alokasi waktu untuk kegiatan yang bersifat leisure menjadi tidak sama. Gronau (1977), berpendapat bahwa bekerja di rumah dan leisure tidak dipengaruhi oleh variabel ekonomi dan komposisi agregat, antara kedua kegiatan tersebut saling mempengaruhi tingkah laku rumahtangga seperti tahapan curahan tenaga kerja, spesialisasi tugas dalam keluarga, dan tingkat kebutuhan akan anak. Bekerja di rumah adalah tidak berbeda dengan bekerja di sektor publik (market), karena merupakan sesuatu yang bisa dikerjakan/diganti oleh orang lain apabila biaya yang dikeluarkan relatif lebih rendah. Adapun kegiatan yang bersifat leisure tidak mungkin diserahkan kepada orang lain. Dengan kata lain bahwa bekerja di rumah maupun bekerja di sektor publik dapat dianggap sebagai penggunaan waktu untuk menciptakan suatu barang/jasa dan memiliki kemungkinan substitusi melalui pasar sedangkan kegiatan leisure kemungkinan substitusinya rendah (poor substitution). Mangkuprawira (1984), mengelompokkan alokasi waktu anggota keluarga ke dalam enam jenis kegiatan yaitu: (1) mencari nafkah atau membantu mencari nafkah baik dalam bentuk upah (bekerja pada orang lain) maupun usaha sendiri untuk memperoleh penghasilan, (2) mengurus rumahtangga seperti: memasak, membersihkan rumah, menyiapkan makanan, mengasuh anak, mencuci, (3) kegiatan sosial seperti seperti: gotong royong, pengajian, rapat desa, arisan, organisasi sosial, (4) kegiatan pendidikan formal maupun non formal atau meningkatkan ketrampilan bekerja melalui pendidikan dan atau latihan untuk memelihara keluarga dan atau

63 mencari nafkah, (5) kegiatan pribadi seperti sholat, mengaji, makan, tidur, mandi, dan (6) waktu luang merupakan sisa waktu 24 jam dikurangi waktu untuk berbagai kegiatan dari 5 jenis kegiatan lainnya. Kegiatan tidak mencari nafkah yang dilakukan oleh anggota rumahtangga meliputi: pekerjaan rumahtangga, kegitan sosial, kegiatan pribadi, dan waktu istirahat. Rata-rata alokasi waktu anggota rumahtangga pada kegiatan tidak mencari nafkah dalam kurun waktu satu tahun adalah sebagai berikut: Tabel 14. Rata-Rata Alokasi Waktu Suami, Istri, dan Anak No Anggota Aktivitas (Jam/Tahun) Rumahtangga (ART) Pekerjaan RT Sosial Pribadi Waktu luang 1 Suami 915 1562 1825 2520 2 Istri 2555 1440 1873 2160 3 Anak laki-laki 730 2190 1886 2555 4 Anak wanita 2190 1825 2117 2190 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pekerjaan rumahtangga sebagian besar dilakukan oleh istri dan anak wanita yang masih tinggal dalam satu rumah. Alokasi waktu kegiatan reproduktif lebih banyak dilakukan oleh wanita (istri) termasuk dalam mengurus anak dan mengelola konsumsi pangan bagi keluarga. Alokasi kegiatan sosial istri lebih banyak dibandingkan suami, antara lain arisan, kelompok yasinan dan kelompok wanita P 4 K (Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan Kecil). Melalui kelompok tersebut pengembangan wawasan dan ketrampilan wanita dapat ditingkatkan. Kegiatan kelompok wanita dilakukan pada waktu luang setelah urusan rumahtangga. Pemanfaatan waktu luang diluar pekerjaan rumahtangga untuk menambah menambah pendapatan dan pengetahuan tentang pangan. Sedangkan alokasi suami untuk kegiatan sosial termasuk didalamnya perkumpulan kelompoktani, Sekolah Lapang Pemberantasan Hama Terpadu (SLPHT), dan arisan.

64 6.2. Kontribusi Pendapatan Rumahtangga Petani Lahan Sawah Sebagian besar rumahtangga petani lahan sawah merasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup jika hanya mengandalkan pengelolaan lahan yang sangat sempit dengan cara pengolahan konvensional. Keterbatasan akses terhadap sumberdaya berupa lahan, teknologi, dan pengetahuan menyebabkan rumahtangga petani tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan. Berbagai upaya dilakukan oleh rumahtangga petani lahan sawah untuk meningkatkan penghasilkan guna mencukupi kebutuhan terutama pangan. Peningkatan kemampuan daya beli untuk mengakses pangan dengan melakukan curahan kerja diluar sektor pertanian sehingga rumahtangga dapat dikatakan tahan pangan. Pendapatan yang digunakan untuk konsumsi rumahtangga berasal dari pendapatan usahatani dan pendapatan non usahatani. Komposisi pendapatan rumahtangga petani lahan sawah yang bersumber dari kegiatan usahatani sebesar 40.51 persen sedangkan pendapatan lainnya berasal dari pendapatan diluar usahatani sebesar 59.49 persen. Total pendapatan keluarga berasal dari pendapatan suami, istri dan anak yang berusia kerja dan membantu penghasilan keluarga. Pendapatan yang berasal dari kegiatan usahatani dihitung berdasarkan curahan waktu untuk bekerja di usahatani. Kontribusi pendapatan anggota rumahtangga dari usahatani masing-masing suami 71.09 persen, istri 10.20 persen, anak laki-laki 18.03 persen dan anak wanita 0.68 persen. Pendapatan yang diperoleh dimanfaatkan secara bersama untuk konsumsi keluarga tanpa dibedakan pendapatan berdasarakan curahan kerja yang dilakukan. Pendapatan diluar usahatani yang dilakukan oleh anggota keluarga dibedakan berdasarkan pendapatan yang diperoleh suami, istri, anak laki-laki dan anak wanita. Kontribusi pendapatan anak diluar usahatani lebih besar dibandingkan pendapatan

65 suami dan istri. Karena sebagian besar anak yang berusia produktif kurang berminat bekerja di sektor pertanian. Pilihan pekerjaan yang dilakukan di sektor jasa dan pekerja swasta. Kontribusi pendapatan diluar usahatani yang diperoleh suami, istri, anak laki-laki dan anak wanita masing-masing sebesar 35.42 persen, 15.04 persen, 25.36 persen serta 24.18 persen. Berdasarkan kondisi dilapangan, petani lahan sawah diwilayah tersebut tidak dapat mengandalkan usahatani untuk mencukupi kebutuhan konsumsi. Karena penyempitan lahan untuk perumahan dan pengembangan usaha bagi pemilik modal. Keterbatasan akses sumberdaya berupa kepemilikan lahan, kemampuan sumberdaya manusia dan peluang kerja yang tersedia memberikan pilihan anggota rumahtangga untuk meninggalkan sektor pertanian dan beralih ke sektor perdagangan dan jasa, terutama bagi penduduk usia produktif kurang dari 45 tahun. Rata-rata kontribusi pendapatan anggota rumahtangga dalam satu tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 15. Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Petani Lahan Sawah dalam Satu Tahun Anggota Kontribusi Pendapatan Total Pendapatan Rumahtangga Usahatani (Rp/tahun) (%) Non Usahatani (Rp/tahun) (%) (Rp/tahun) (%) Suami 3 000 857 0.30 1 910 250 0.19 4 911 107 0.49 Istri 539 968 0.06 928 125 0.09 1 468 093 0.15 Anak pria 949 969 0.10 1 400 667 0.14 2 350 636 0.24 Anak wanita 67 375 0.01 1 112 167 0.11 1 179 542 0.12 Total 4 558 169 0.47 5 351 208 0.53 9 909 377 100.00 6.3. Pola Pengeluaran Rumahtangga Petani Lahan Sawah Penghasilan yang diperoleh rumahtangga petani lahan sawah digunakan untuk kebutuhan konsumsi yang terdiri dari konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Konsumsi pangan adalah pengeluaran yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan anggota rumahtangga dalam jangka waktu satu tahun. Sedangkan konsumsi

66 non pangan dibedakan untuk kebutuhan pengeluran yang dianggap signifikan untuk menunjang kebutuhan hidup rumahtangga. Kebutuhan non pangan dibedakan antara lain: kebutuhan sandang, kesehatan, pemeliharaan rumah, kebutuhan sosial. Rata-rata pengeluaran rumahtangga petani dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rata Rata Pola Pengeluaran Rumahtangga Petani Lahan Sawah No Jenis Pengeluaran Nilai (Rp/tahun) (%) 1 Konsumsi Pangan 3 359 902 0.44 2 Konsumsi Non Pangan 2 856 795 0.38 a. Sandang 1 366 808 0.18 b. Pemeliharaan rumah 390 781 0.06 c. Kebutuhan sosial 385 752 0.05 d. Kebutuhan kesehatan 713 454 0.09 3. Investasi Pendidikan 1 364 492 0.18 Total 7 581 189 100.00 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pengeluaran untuk konsumsi pangan lebih besar. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata rumahtangga petani lahan sawah masih memfokuskan peningkatan pendapatan untuk pengeluran konsumsi pangan. Apabila total pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari pengeluaran dapat dikatakan bahwa rumahtangga tersebut tidak tahan pangan. Karena daya belinya rendah dan tidak mempunyai akses sumberdaya untuk meningkatkan produksi. Proporsi konsumsi non pangan terbesar rata-rata rumahtangga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan biaya kesehatan masing-masing sebesar 18 persen dan 9 persen dari pengeluaran selain pangan. Proporsi biaya pendidikan yang dikeluarkan sebanding dengan pengeluaran untuk kebutuhan sandang. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Rata-rata pendidikan anakanak di wilayah tersebut adalah tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).