BAB I PENDAHULUAN. salah satu pilar pembangunan yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui

Data Dinas Peternakan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. menunjukkan bahwa konsumsi daging di DKI Jakarta pada tahun 2000

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

BAB II TINJAUAN LITERATUR. II.1 Karakteristik Industri Jasa Pemotongan Hewan DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi yang tumbuh semakin pesat merupakan harapan bagi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

KESIAPAN DAN PERAN ASOSIASI INDUSTRI TERNAK MENUJU SWASEMBADA DAGING SAPI ) Oleh : Teguh Boediyana 2)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan ekonomi yaitu, peningkatan ketersediaan serta

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan. (on farm) mengalami pergeseran ke arah yang lebih terintegrasi dan

I. PENDAHULUAN. dengan kepemilikan rata-rata 2-3 ekor sapi. Biasanya sapi potong banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mengelola sumber daya daerah tersebut. menentukan kebijakan untuk masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Pada

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

1 Universitas Indonesia Analisis understanding..., Ratu Kania Puspakusumah, FE UI, 2009.

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari Departemen Pertanian, bahwa komoditas daging sapi. pilihan konsumen untuk meningkatkan konsumsi daging sapi.

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Dari waktu ke waktu jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan senantiasa bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas promosi..., Grace Tania, FE UI, 2009

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

Bab 4 P E T E R N A K A N

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan kecil menengah adalah sebuah entitas yang memiliki skala

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

EVALUASI KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER TAHUN 2017 & RENCANA KEGIATAN TAHUN 2018 RAKONTEKNAS II SURABAYA, 12 NOVEMBER 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang lain dibandingkan dengan nilai saham ( Book Value ) selama satu

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Salah satu produk makanan paling penting di dunia adalah beras, terutama di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai sebuah negara agraris yang sedang berkembang dan dalam suasana pergaulan antar bangsa yang memasuki millennium ketiga ini, sepantasnya sektor pertanian menjadi salah satu pilar pembangunan yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Industri pertanian merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan, mengingat Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tidak sedikit dibandingkan negara-negara lain dikawasan yang sama. Dengan terselamatkannya Negara dari kebangkrutan ekonomi nasional pada pertengahan tahun 1997 (krisis moneter), industri ini terbukti memainkan peran yang sangat penting dalam perekonomian Negara Industri pertanian itu sendiri terdiri dari sub sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Sama halnya dengan sektor pertanian, Sub sektor peternakan di Indonesia juga dikatakan memiliki keunggulan komparatif yang cukup besar. Hal ini bisa dapat dilihat dari jumlah sumber daya manusia yang banyak tersedia, luas lahan yang mencukupi, serta kelembagaan petani-peternak yang cukup banyak. Dilihat dari sisi permintaan masyarakat pun, sektor ini dipandang sangat potensial untuk dikembangkan. Salah satu industri yang tergolong dalam sektor peternakan adalah industri sapi potong. Industri sapi potong mulai berkembang di Indonesia sejak awal tahun 1980-an yang ditandai dengan meningkatnya permintaan di pasar lokal. Data statistik peternakan menunjukkan bahwa pada tahun 2005 jumlah daging sapi yang diperlukan oleh masyarakat Indonesia adalah sebesar 900 ribu ton, meningkat pesat 1

dibanding dengan tingkat konsumsi masyarakat ditahun 1997, yaitu sebanyak rata-rata 400-500 ribu ton per tahun. Dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan daging masyarakat Indonesia, terdapat beberapa industri yang turut terlibat. Salah satunya adalah industri jasa pemotongan daging. atau yang lebih dikenal dengan Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Industri ini merupakan industri jasa yang berperan dalam melakukan pemotongan hewan dengan standar tertentu dimana hal ini diperlukan dalam pemenuhan standar kesehatan dan keamanan daging yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai sebuah negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, penjaminan kehalalan dan kelayakan pangan untuk konsumsi masyarakat Indonesia merupakan suatu masalah yang perlu ditangani secara krusial oleh pihak pemerintah. Hal ini mendorong pemerintah, dengan otorisasi yang diberikan kepada masing-masing pemerintah daerah untuk membentuk suatu badan usaha pemotongan daging yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging dan kebutuhan penjaminan kelayakan konsumsi bagi masyarakat. Jasa pemotongan hewan menjamin bahwa daging yang dihasilkan merupakan daging yang halal. Perkembangan yang terjadi saat ini, Departemen Pertanian telah menghentikan untuk sementara impor daging dan jeroan asal Kanada terkait persoalan kehalalan. Disinilah badan usaha pemotongan daging memegang peranan penting dalam jalur disitribusi konsumsi daging dari para peternak ke masyarakat (Agustus 2007). Seharusnya dengan keadaan ini, dukungan pemerintah secara penuh diberikan pada kegiatan usaha pemotongan daging agar permasalahan yang terkait dengan kehalalan dan kelayakan pangan dapat dihindari. Industri jasa ini pada awalnya masih berada dibawah pengawasan pemerintah, hal ini dikarenakan peran dari industri jasa ini sangat besar dalam kepentingan publik, yaitu untuk 2

memenuhi standar kesehatan dan kemanan daging yang dikonsumsi. Namun pada saat ini, dimana masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan, sudah mulai teredukasi akan pentingnya kesehatan dan kemanan dari produk produk yang dikonsumsi apalagi dengan lahirnya UU no.8/1999 tentang perlindungan konsumen dan UU no.7/ 1996 tentang pangan dan munculnya isu isu global seperti food safety dan sanitary and phytosanitary, permintaan daging potong yang memenuhi standar kesehatan di masyarakat pun meningkat. Hal ini membuat industri jasa pemotongan hewan memiliki peran yang semakin penting dan dibutuhkan di masyarakat. Salah satu provinsi dimana masyarakatnya mulai menuntut adanya penyediaan daging potong yang sehat dan aman untuk dikonsumsi adalah provinsi DKI Jakarta. Wilayah ini adalah salah satu wilayah yang memiliki kebutuhan daging terbesar di Indonesia. Pada tahun 2002 kebutuhan daging Jakarta adalah sebesar 25.299.009 kg tahun 2003 jumlah kebutuhan daging DKI Jakarta tumbuh 8,37 % menjadi 27.417.918 kg dan pada tahun 2004 kebutuhan daging tumbuh 2,04 % menjadi 27.970.272dari tahun 2003. Melihat tingginya kebutuhan daging di Jakarta, pemerintah DKI Jakarta merasa perlu memastikan kualitas daging yang dikonsumsi oleh masyarakat Jakarta merupakan daging yang aman, sehat dan halal. Atas alasan tersebut, pemerintah DKI Jakarta menunjuk satu perusahaan yang pada saat ini berstatus Perusahaan Daerah (PD), yaitu perusahaan Dharma Jaya untuk berperan sebagai instansi penyedian jasa pemotongan hewan. Pemerintah DKI Jakarta saat ini belum melepaskan kewenangan industri jasa ini kepada pihak swasta, seperti halnya di provinsi lain yang membebaskan pihak swasta dalam membuka perusahaan sejenis untuk bersaing, Pemerintah DKI Jakarta merasa bahwa peran dari industri ini sangat penting sehingga perlu dilakukan pengawasan yang memadai. Hal ini mengakibatkan perusahaan 3

Dharma Jaya sebagai satu satunya perusahaan yang bergerak dalam jasa pemotongan hewan yang bertugas untuk memenuhi permintaan pemotongan daging di Jakarta. Dengan struktur pasar yang dapat dikatakan monopoli, perusahaan ini menerima seluruh permintaan pemotongan daging sapi yang ada di Jakarta. Hal ini membuat perusahaan yang didirikan pada tahun 1966 ini pada awalnya cukup berkembang. Ditambah dalam perjalanan waktu diterapkannya kebijakan pemerintah yang pada saat itu sangat ketat dalam pengawasan kualitas daging di Jakarta (pemberantasan RPH-RPH illegal) membuat RPH Dharma Jaya semakin berkembang dari masa kemasa. Namun, keadaan yang terjadi pada saat ini adalah permintaan untuk pemotongan sapi pada RPH Cakung menurun sangat drastis sejak tahun 1998. Hal ini mengakibatkan perusahaan melakukan pemotongan dibawah kapasitas normal produksi. Dampak krisis dapat terlihat dari penurunan rata rata tingkat pemotongan pada tahun 1997 sebesar 700-900 ekor / hari menjadi 250-300 ekor perhari di tahun 1998. Keadaan ini bermula ketika krisis menghantam perekonomian Indonesia. Dari sisi produsen sapi ternak, krisis menyebabkan peternak sebagai pemasok bahan baku, yaitu sapi, mengalami keterbatasan modal untuk dapat beternak sapi, ditambah dari sisi permintaan terjadi penurunan daya beli masyarakat, sehingga kebutuhan / permintaan daging potong menurun. Selain itu, permasalahan yang tidak kalah pentingnya adalah sejak tahun 1998 praktik pemotongan hewan yang tidak dilakukan di tempat yang ditunjuk (RPH Cakung) meningkat, hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan pada pemotongan ilegal tersebut jauh lebih murah dibandingkan jika pemotongan sapi dilakukan di RPH Cakung. Namun pemotongan yang berbiaya lebih murah ini harus dibayar dengan kualitas pemotongan serta pengawasan kesehatan yang tidak baik, sehingga dapat dilihat disini bahwa yang dirugikan adalah konsumen daging itu sendiri dalam hal ini adalah masyarakat. Hal ini sangat bertentangan dengan tujuan penunjukan PD. Dharma Jaya sebagai 4

Rumah Pemotongan Hewan (RPH) oleh pemerintah yaitu untuk menjaga kualitas, kemanan dan kehalalan dari daging yang dikonsumsi oleh masyarakat. Mengingat pentingnya peran industri ini bagi masyarakat Indonesia dan DKI Jakarta khususnya maka perlu dilakukan suatu analisa mengenai keberhasilan kebijakan (regulasi) yang dilakukan oleh pemerintah. Sejauh mana kebijakan tersebut dapat berjalan semestinya sehingga tujuan diberikannya monopoli pada PD. Dharma Jaya terealisasi. Perlu diketahui bahwa kebijakan yang diberikan pemerintah disini bertujuan agar seluruh sapi yang akan didistribusikan di Jakarta akan dipotong melalui perusahaan PD.Dharma Jaya. I.2. Kerangka Berpikir. Pada industri terdapat beberpa bentuk pasar, Salah satu bentuk pasar tersebut adalah pasar monopoli dimana pada pasar ini hanya terdapat satu perusahaan sebagai penyedia barang atau jasa. Pada pasar yang berkarakteristik monopoli, perusahaan berperan sebagai price maker, hal ini diakibatkan tidak terdapat perusahaan lain yang menghasilkan jasa atau produk yang sama sehingga tidak ada keputusan perusahaan lain yang mempengaruhi keputusan perusahaan monopoli dalam penentuan kuantitas dan harga. Monopoli pada suatu pasar dapat terjadi oleh beberapa sebab, salah satunya adalah monopoli yang disebabkan oleh keputusan pemerintah. Pada kasus PD.Dharma Jaya, monopoli diberikan kepada perusahaan dengan maksud pemerintah dapat mengkontrol kegiatan pemotongan sapi yang akan dikonsumsi oleh masyarakat agar terjamin mutu,kualitas serta kehalalan. Dalam menganalisa hal tersebut, maka pada skripsi ini akan dianalisa karakteristik karakteristik dari industri jasa pemotongan hewan ini. Analisa dilakukan berdasarkan teori SCP ( Structur Conduct Performance). 5

Dimana telah ditentukan tiga faktor yang telah menggambarkan masing - masing bagian dari analisa SCP, yaitu : 1. Monopoli power (kekuatan monopoli) perusahaan dalam menganalisa struktur perusahaan, 2. Demand Function (fungsi permintaan) perusahaan dalam menganalisa perilaku ( conduct) perusahaan, dan 3. Revenue (keuntungan) perusahaan dalam menganalisa kinerja industri. Kebijakan pemerintah yang diterapkan pada perusahaan ini akan memberikan suatu kekuatan monopoli pada perusahaan ini. semakin tinggi kekuatan monopoli perusahaan berarti semakin besar kekuatan perusahaan tersebut untuk menetapkan harga dan kuantitas yang dapat memaksimalkan keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar kekuatan monopoli maka perusahaan dengan itu dapat semakin tinggi menetapkan harga. Penetapan harga yang tinggi berakibat pada kuantitas yang diproduksi tidaklah besar dibandingkan dengan pasar persaingan sempurna dengan fungsi permintaan di pasar yang sama. faktor kedua adalah demand function. Sebagai perusahaan monopoli yang berhadapan langsung dengan fungsi permintaan, maka analisis mengenai perilaku perusahaan dalam menentukan kuantitas dan harga dapat dilihat dari keputusan yang diambil terhadap fungsi permintaan. Salah satu komponen yang mempengaruhi fungsi permintaan adalah pendapatan. Fungsi permintaan dapat memperlihatkan sejauh mana tingkat kebutuhan masyarakat akan jasa yang disediakan oleh PD. Dharma Jaya. Dengan semakin tingginya pendapatan masyarakat maka permintaan akan daging sapi pun akan meningkat, dengan demikian maka kebutuhan akan pemotongan sapi pun meningkat. Selanjutnya dapat dilihat kenaikan permintaan daging sapi tersebut akan meningkatkan permintaan pemotongan sapi. Dengan adanya kekuatan monopoli yang diberikan oleh pemerintah, maka permintaan pemotongan 6

sapi di PD. Dharma Jaya pun akan meningkat. Sedangkan untuk komponen harga, dapat diketahui sifat dari penetapan harga dari industri ini yang berhubungan dengan reaksi dari masyarakat, sehingga dapat kita analisa perilaku dari PD. Dharma Jaya dalam penetapan harga pemotongan. Faktor ketiga adalah adalah faktor Revenue (keuntungan) perusahaan. Pada faktor ini akan dilihat segi profitabilitas perusahaan dalam menjalankan usahanya sebagai perusahaan monopoli. Variabel pada persamaan ini diambil dari persamaan revenue pada umumnya, dimana variabel yang mempengaruhi adalah variabel kuantitas, Elastisitas permintaan, dan yang terakhir adalah variabel biaya. Ketika suatu permintaan dari sebuah produk barang atau jasa meningkat, maka hal tersebut akan memberikan tambahan keuntungan bagi perusahaan. Lalu yang kedua adalah variabel elastisitas permintaan. Pada variabel ini dapat dilihat hubungan antara variabel profit dan keuntungan. Semakin besar elastisitas, maka semakin kecil keuntungan yang didapat. Keterkaitan ini akan menjelaskan sifat dari produk jasa yang ditawarkan oleh PD. Dharma Jaya. Lalu variabel terakhir adalah variabel biaya rata rata. Ketika biaya rata rata meningkat maka akan memperkecil profit yang didapat oleh perusahaan. I.3. Perumusan Masalah Propinsi DKI Jakarta adalah salah satu dari tiga teratas dalam tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah DKI Jakarta harus dapat memastikan pemenuhan kebutuhan konsumsi daging sapi masyarakat telah aman, sehat, utuh dan halal. Sebagai realisasinya, didirikan PD Darma Jaya yang bertanggung jawab atas 7

pemotongan daging sapi. Mengingat esensi pentingnya peran perusahaan pemotongan daging sapi bagi supply daging sapi yang baik di daerah DKI Jakarta. Namun pada keadaan sekarang ini, permintaan dari pemotongan sapi di RPH Cakung ini menurun drastis. Hal ini disinyalir akibat dari menjamurnya tempat pemotongan sapi ilegal yang mempunyai biaya pemotongan jauh lebih murah dibandingkan dengan RPH Cakung. Maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah regulasi pemerintah yang menunjuk PD. Dharma Jaya sebagai perusahaan monopoli dan pengawasan dalam industri jasa pemotongan sapi masih berjalan dengan efektif. Dengan kata lain apakah eksistensi dari RPH RPH ilegal tersebut mempengaruhi secara signifikan kegiatan pemotongan di RPH PD.Dharma Jaya I.4. Permasalahan Dari permasalahan yang menghadang industri jasa pemotongan daging sapi, maka penelitian ini hendak mencari apakah: 1. Kebijakan Monopoli pemerintah dalam industri jasa pemotongan sapi berjalan dengan efektif. 2. Pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam industri ini sudah berjalan dengan baik. 3. Dengan adanya penurunan permintaan pemotongan sapi, apakah perusahaan ini masih berjalan dengan efisien. Mengingat perusahaan ini juga merupakan perusahaan daerah yang salah satu tujuannya adalah untuk mencari keuntungan. 4. Kebijakan apa yang harus diambil oleh pemerintah jika kebijakan terdahulu tidak berjalan dengan baik. 8

I.5. Tujuan Penelitian Pentingnya peran PD Darma Jaya bagi penjaminan kualitas konsumsi daging sapi di wilayah DKI Jakarta, maka penelitian tentang faktor apa saja yang dapat menjamin keberlangsungan perusahaan ini menjadi sangat penting untuk diteliti. Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah: 1. Memberikan gambaran yang sistematis mengenai bagaimana kondisi industri pemotongan daging sapi di DKI Jakarta. 2. Mengetahui apakah kebijakan pemerintah dalam hal pemberian hak monopoli dan pengawasan terhadap industri tersebut berjalan dengan efektif. I.6. Metodologi dan Hipotesa Penelitian I.6.1. Pengumpulan Data / Lingkup Penelitian Semua data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan jenis data yang digunakan adalah data time series. Data time series mengobservasi nilai dari variabelvariable yang digunakan dalam penelitian pada suatu jangka waktu tertentu secara berurutan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data yang berasal dari beberapa sumber, yaitu : 1. PD. Dharma Jaya Berupa laporan keuangan bulanan yang dikeluarkan oleh PD Darma Jaya berupa neraca, laporan laba-rugi, dan informasi tambahan lain yang terkait. 2. Biro Pusat Statistik Berupa data pendapatan masyarakat DKI Jakarta (PDRB per kapita), jumlah pemotongan yang terjadi. 3. Dinas Peternakan DKI Jakarta. 9

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data perbulanan dari periode antara tahun 2000-2006. Dipilih tahun dasar 2000 karena data laporan keuangan PD Darma Jaya sebelum tahun 1999 tidak lagi secara lengkap dimiliki setelah bencana banjir yang melanda DKI Jakarta awal tahun lalu. Penelitian dalam periode ini diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi yang lebih stabil dan lebih signifikan untuk menggambarkan keadaan perusahaan. I.6.2. Metodologi Analisis Data Metodologi yang dilakukan dalam penulisan kali ini adalah dengan studi literatur mengenai teori pasar monopoli yang mencangkup tentang kekuatan monopoli, fungsi pendapatan dan fungsi permintaan. Dalam mengetahui tingkat keberhasilan kebijakan pemerintah dilakukan regresi terhadap model yang dibentuk dari ketiga teori ekonomi tersebut. persamaan model berikut adalah: 1. Q= α + MOP 2. Log π = α + β 1 LogQ + β 2 Logεd + β 3 LogAC, pada persamaan ini dilakukan pengujian secara terpisah, sehingga persamaannya menjadi : Log π = α + β 1 LogQ π = α + β 1 εd Log π = α + β 1 LogAC 10

3. Log(Q) = α + Logβ 1 (P) + Logβ 2 (PD) Dimana : Q = Kuantitas MOP = Monopoly Power / LI (lerner Index) π = Revenue ( keuntungan) P = Harga PD = (PDRB) Pendapatan Domestik Regional Bruto per Kapita AC = Avarage Cost ( biaya rata rata ) εd = Elastisitas Permintaan ( demand ) Pada persamaan pertama variabel Q adalah kuantitas sapi yang dipotong oleh PD. Dharma jaya perbulannya, dimana variabel ini dipengaruhi oleh MOP yaitu variabel yang menggambarkan kekuatan monopoli perusahaan yang bernilai 0 sampai 1. Pada persamaan kedua yang merupakan persamaan fungsi permintaan, variabel terikatnya adalah variabel Q (kuantitas) yang merupakan jumlah sapi yang dipotong dengan periode waktu triwulanan, lalu selanjutnya variabel ini dipengaruhi oleh variabel (P) harga yang ditetapkan oleh perusahaan untuk jasa pemotongan yang disediakan oleh PD. Dharma Jaya, lalu variabel berikutnya adalah variabel PD, dimana variabel ini adalah PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) per Kapita warga DKI Jakarta. Pada persamaan ketiga adalah variabel π (profit) perusahaan, dimana variabel ini adalah pendapatan total perusahaan dikurangi dengan biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan. Variabel ini dipengaruhi oleh variabel Q (kuantitas) yaitu sapi yang dipotong oleh 11

perusahaan perbulannya. Selanjutnya, yang mempengaruhi keuntungan dari perusahaan adalah variabel elastisitas demand (εd) dimana variabel ini adalah perubahan permintaan oleh masyarakat terhadap perubahan harga yang berlaku yang ditetapkan oleh perusahaan. Variabel berikutnya adalah variabel AC ( average cost / biaya rata rata) variabel ini adalah rasio antara biaya total perbulannya dibagi dengan kuantitas bulan itu. Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : Tabel I.1 Variabel Dependen Variabel Independen Hubungan Q MOP Negatif* Q P Negatif Π PD Q Ed AC Positif Positif Negatif Negatif * Mengingat bahwa tujuan dari kebijakan pemerintah adalah agar semua sapi yang didistribusikan di Jakarta dipotong melalui PD. Dharma Jaya, maka hasil analisa pada penelitian ini dapat menghasilakan hubungan positif ( berbeda dengan teori yang berlaku). 12

I.7. Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk : Pendalaman pemahaman dan wawasan tentang industri jasa pemotongan daging sapi di wilayah DKI Jakarta. Penambahan literatur ilmu ekonomi industri tentang rumah pemotongan hewan (RPH) PD Darma Jaya dan penggambaran tentang bagaimana perusahaan tersebut beroperasi. Diharapkan dapat menjadi alternatif kebijakan pada industri jasa pemotongan hewan di DKI Jakarta. 1.8. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang pemilihan masalah, perumusan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, hipotesa pnelitian, pendekatan dan data. BAB II Landasan Teori Menguraikan tentang teori-teori yang melandasi penelitian industri pemotongan dating sapi oleh PD Darma Jaya dan olahannya serta hasil-hasil penelitian terdahulu. Memaparkan perkembangan kebijakan-kebijakan pemerintah daerah DKI Jakarta berkenaan dengan industri pemotongan daging sapi dan kegiatan usaha PD Darma Jaya serta signifikansinya bagi perkembangan konsumsi daging sapi di wilayah DKI Jakarta. BAB III Metodologi Penelitian Membahas metode dan model yang digunakan berikut sumber dan data yang digunakan dalam penelitian. 13

BAB IV Hasil Penelitian Membahas hasil analisa empiris yang mengacu pada model yang telah dikembangkan, apakah kenyataan yang ada sesuai dengan hipotesa awal penulis atau tidak. BAB V Kesimpulan dan Saran Bagian penutup yang berisi esensi hasil penelitian dan saran yang dapat digunakan dari hasil penelitian. 14