I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA SURAKARTA

II. LANDASAN TEORI A.

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

MUNGKINKAH SWASEMBADA DAGING TERWUJUD?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Bab 4 P E T E R N A K A N

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari Departemen Pertanian, bahwa komoditas daging sapi. pilihan konsumen untuk meningkatkan konsumsi daging sapi.

ANALISIS TATA NIAGA TELUR AYAM RAS (LAYER) SISTEM KEMITRAAN UD. JATINOM INDAH KABUPATEN BLITAR. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi pangan hewani seperti daging, telur, susu dan ikan (Jafrinur, 2006).

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

III. METODE PENELITIAN. Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan. ternak ayam ras petelur dalam satuan ribu ton/tahun.

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

DAFTAR PUSTAKA. Ariani, D.W., 2004, Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif. dalam Managemen Kualitas), Yogyakarta: Penerbit ANDI.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

I. PENDAHULUAN. Sumber :

STEVIA ISSN No Vol. III No. 01-Januari 2013

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Kebijakan Pemerintah terkait Logistik Peternakan

ANALISIS PEMASARAN DAGING KAMBING DI PASAR BERSEHATI DAN PASAR PINASUNGKULAN KOTA MANADO

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN

DAMPAK PRILAKU HARGA TERHADAP KETERSEDIAAN KEDELAI DI SAMARINDA

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

WAHYUNING K. SEJATI ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS (Suatu Kasus di Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Kuala Pembuang Kalimantan Tengah)

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Kemenperin. php. diakses pada tanggal 25 April 2014.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014

ANALISIS PERKEMBANGAN IMPOR BERAS DI INDONESIA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal

Proyeksi elastisitas permintaan telur ayam ras di Malang Raya

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan taraf

PENDAHULUAN Latar Belakang

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani. Laju permintaan daging sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi dalam negeri. Sehingga saat ini ketersediaan daging sapi nasional masih mengalami kekurangan yang ditutup melalui impor sekitar 35% dari total kebutuhan daging sapi nasional (Ditjennak, 2010:172). Jumlah daging sapi yang harus disediakan, ditentukan oleh kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk secara nasional. Sementara kebutuhan konsumsi daging sapi nasional ditentukan oleh jumlah penduduk dan konsumsi daging sapi per kapita masyarakat Indonesia. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani, maka kebutuhan daging sapi nasional juga cenderung semakin meningkat (Dwiyanto, 2008:136). Menurut data FAO, negara penyedia terbesar daging sapi selama periode tahun 2007-2011 adalah negara Amerika Serikat mencapai 12,23 juta ton per tahun atau 19,18% dari seluru total penyediaan daging sapi di dunia. Lima besar negara berikutnya adalah Brazil, China, Federasi Rusia,Argentina, dan Meksiko dengan rata-rata total penyediaan berkisar antara 2,19-7,45 juta ton. Negara-negara berikutnya adalah India, Prancis, Pakistan, dan Italia dengan rata-rata total penyediaan masing-masing di bawah 3% dari total penyediaan dunia. Sementara Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar mendudukiurutan ke 35, dengan rata-rata penyediaan sebesar 309 ribu ton atau sekitar 0,48% dari total penyediaan daging sapi di dunia. Berikut adalah tabel Negara dengan Penyediaan Daging Sapi Terbesar di Dunia Tahun 2007-2011 : 1

2 Tabel 1. Negara dengan Penyediaan Daging Sapi Terbesar di Dunia, 2007-2011 No Negara Ketersediaan (000 Ton) 2007 2008 2009 2010 2011 1 Amerika Serikat 12.727 12.445 12.258 12.071 11.665 2 Brazil 7.066 7.175 7.779 7.553 7.694 3 Cina 6.234 6.275 6.558 6.816 6.725 4 Rusia 2.519 2.714 2.499 2.464 2.330 5 Argentina 2.168 2.170 2.184 2.208 2.238 6 Meksiko 1.959 1.995 1.950 1.922 1.915 7 India 1.939 1.997 1.964 1.790 1.546 8 Prancis 1.659 1.616 1.642 1.639 1.612 9 Pakistan 1.347 1.381 1.421 1.463 1.512 10 Italia 1.430 1.372 1.420 1.400 1.308 : 35 Indonesia 243 281 313 352 356 : Negara Lainnya 24.270 23.945 23.842 24.519 25.121 Total 63.560 63.365 63.849 64.196 64.022 Sumber : http//:faostat.fao.org Secara nasional kebutuhan daging sapi belum mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Pada tahun 2015 Konsumsi daging sapi di Indonesia tercatat sebanyak 590.000 ton. Populasi sapi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging mencapai 3,1 juta ekor, sedangkan yang dapat dipasok sapi dari lokal hanya 2,3 juta ekor. Konsumsi daging sapi per kapita per tahun pada tahun 2015 adalah sebanyak 2,36 kg per kapita/tahun (Mahendra, 2014). Persoalan pangan merupakan persoalan kritis yang saat ini dihadapi oleh semua negara di dunia. Pada tahun 2013 terjadi keriuhan di pasar Indonesia terkait harga daging, terutama daging sapi. Persoalan tersebut muncul karena terjadinya permintaan daging sapi yang terus meningkat. Sayangnya, peningkatan tersebut tidak diimbangi peningkatan produksi sapi dalam negeri (Atmakusuma, et all, 2014:178).

3 Konsumsi daging sapi per kapita di Indonesia tahun 2007-2013 dapat dilihat pada Tabel 2 : Tabel 2. Konsumsi Daging Sapi per Kapita di Indonesia, 2007-2013 Tahun Konsumsi Nasional (kg/kp/thn) Pertumbuhan (%) 2007 0,42 2008 0,37-12,50 2009 0,31-14,29 2010 0,37 16,67 2011 0,42 14,29 2012 0,37-12,50 2013 0,26-28,57 Rata- Rata 0,31 Sumber : SUSENAS, BPS RI 2013 Pada Tabel 2,dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi daging sapi per kapita di Indonesia pada tahun 2007-2013 berkisar antara 0,31 kg/kapita/tahun Konsumsi daging sapi per kapita di Indonesia pada tahun 2007-2013 mengalami fluktuasi Penurunan terbesar pada konsumsi daging sapi per kapita di Indonesia terjadi pada tahun 2013 dengan penurunan sebesar 28,57% dari tahun sebelumnya. Penurunan konsumsi daging sapi per kapita pada tahun 2013 terjadi karena adanya lonjakan harga daging sapi pada tahun 2013. Harga daging sapi di pasar domestik bulan Desember 2013 adalah Rp 94.210,-/kg mengalami peningkatan sebesar 2,02% dibanding bulan November 2013 dan jika dibandingkan dengan harga bulan Desember 2012 mengalami kenaikan sebesar 10,17%, yaitu dari Rp 5.512,-/kg menjadi Rp 94.210,-/kg. Kenaikan harga daging sapi dikarenakan nilai tukar rupiah terhadap dollar USA masih lemah, yang berdampak pada mahalnya harga sapi hidup impor. Faktor cuaca (musim hujan) juga mempengaruhi pengiriman stock daging sapi lokal, sehingga menyebabkan terganggunya kelangsungan pasokan daging sapi lokal (Nuryati et all, 2013:81).

4 Pada tahun 2014, produksi daging di Kota Surakarta meningkat untuk hampir semua jenis daging. Jenis komoditi yang diamati pada penelitian ini adalah daging sapi. Banyaknya produksi daging di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 3. Produksi Daging Kota Surakarta, 2013-2014 Jenis Daging Jumlah Produksi (kg) 2013 2014 Kambing 79.549 602.895 Sapi 182.000 831.932 Domba 271.443 357.585 Babi 73.000 216.828 Ayam Ras 122.176 1.364.252 Ayam Kampung 30.253 157.025 Itik 1.416 2.920 Sumber : Badan Pusat Statistik, Surakarta dalam Angka, 2015:149 Kota Surakarta merupakan Kota dengan jumlah penduduk yang selalu bertambah setiap tahun. Pertambahan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertambahan jumlah konsumsi pangan. Pada Tabel 4 dapat dilihat jumlah penduduk Kota Surakarta tahun 2005-2012. Pada Tabel 4, dapat dilihat jumlah penduduk Surakarta pada tahun 2005-2012 selalu bertambah dari tahun ke tahun. Tabel 4. Jumlah Penduduk Kota Surakarta, 2005-2012 Tahun Jumlah Penduduk 2005 497.308 2006 497.707 2007 498.105 2008 498.504 2009 498.904 2010 499.370 2011 500.173 2012 505.413 Sumber : BPS, Surakarta dalam Angka 2013:29 Pertumbuhan jumlah penduduk yang selalu meningkat dapat mengakibatkan kenaikan konsumsi pangan di Kota Surakarta. Daging sapi merupakan salah satu jenis pangan yang di konsumsi oleh penduduk di Kota

5 Surakarta. Jumlah permintaan daging sapi di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 5 : Tabel 5. Permintaan Daging Sapi di Kota Surakarta, 2009-2013 Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Permintaan Daging Sapi (kg) Permintaan Daging Sapi per Kapita (Kg/th) 2009 498.904 697.257,72 1,40 2010 499.370 844.943,04 1,69 2011 500.173 958.825,08 1,92 2012 505.413 902.874,08 1,79 2013 507.825 910.139,16 1,79 Sumber : Dinas Pertanian Surakarta, 2013 Tabel 5 menunjukkan bahwa permintaan daging sapi di Kota Surakarta dari tahun 2009-2013 fluktuatif. Permintaan daging sapi paling tinggi terjadi pada tahun 2011 dengan jumlah sebesar 1,92 kg/kapita/tahun. Permintaan daging sapi paling rendah terjadi pada tahun 2009 dengan jumlah sebesar 1,40 kg/kapita/tahun. Tahun 2012 dan 2013 permintaan daging sapi perkapita di Kota Surakarta memiliki jumlah yang sama yaitu sebesar 1,79 kg/kapita/tahun. B. Perumusan Masalah Pangan terutama daging sapi merupakan kebutuhan bagi manusia untuk dapat memenuhi gizi yang berupa protein hewani. Oleh karena itu masalah pangan terutama daging sapi yang terkait dengan penyediaan, harga, konsumsi, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan topik yang menarik untuk dikaji. Konsumsi terhadap daging sapi di Kota Surakarta mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahun yang dapat dilihat pada Tabel 5. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap daging sapi mengalami kenaikan dan penurunan, padahal jumlah penduduk di Kota Surakarta selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kondisi tersebut mendorong peneliti untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menyebabkan fluktuasi pada permintaan daging sapi di Kota Surakarta.

6 Dari uraian diatas maka permasalahan yang perlu dibahas berkaitan dengan permintaan daging sapi di Kota Surakarta antara lain: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan daging sapi di Kota Surakarta? 2. Bagaimana elastisitas permintaan daging sapi di Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi di Kota Surakarta 2. Menganalisis elastisitas permintaan daging sapi di Kota Surakarta D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Pemerintah Kota Surakarta, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pertimbangan penyusunan kebijakan yang tepat berkaitan dengan pengembangan komoditi daging sapi. 3. Bagi Pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan, tambahan informasi, dan pengetahuan.

7 DAFTAR PUSTAKA Arsyad, L. 1995. Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta. Atmakusuma, J dan Harmini, 2014. Mungkinkah Swasembada Daging Terwujud?. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan. I(2), 2014:105-109. BPS. 2013 a. PDRB Kota Surakarta. Surakarta.. 2013 b. Surakarta dalam Angka. Surakarta.. 2015. Surakarta dalam Angka. Surakarta. BPS RI. 2013. Sensus Ekonomi Nasional. Jakarta. Cahyaningrum, K. 2004. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Sosial Ekonomi terhadap Konsumsi Telur Ayam Ras pada Tingkat Rumah Tangga di Kota Surakarta. Skripsi S1 Tidak Dipublikasikan. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. Daniel, M, 2002. Metodologi Penelitian Ekonomi. UI Press, Jakarta. Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2000-2014. Harga Kebutuhan Bahan Makanan Pokok. Surakarta. Dinas Pertanian. 2013. Konsumsi Daging. Surakarta. Ditjennak, 2010. Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi 2014. Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian. Jakarta. Dwiyanto, K. 2008. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian. I(3), 2008: 173-188. Hadi, P.U dan Nyak Ilham. 2000. Peluang Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong di Indonesia dalam Rangka Swasembada Daging 2005. PSE, Bogor. Gujarati, D. 1997. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta. Haromain, I. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi di Indonesia Tahun 2000-2009.Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Lipsey, G.R., O.P. Peter dan D.P. Douglas. 1990. Pengantar Mikroekonomi I jilid I. Diterjemahkan oleh Jaka, A. W dan Kirbrandoko. Erlangga. Jakarta. Mahendra, R. 2014. Kebutuhan Daging Sapi Mencapai 640.000 Ton. www. tribunnews.com. Diakses pada tanggal 1 September 2015. Mintert, J.R. 2001. Factors Affecting Beef Demand. Kansas State university, Manhattan, KS.

8 Nasution, A. 1983. Sistim Komoditi Protein Hewani. Forum Agro Ekonomi. Vol. 2, No. 2: 29 42. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Badan Litbang Pertanian. Bogor. Nicholson, Wr. 1992. Mikroekonomi Intermediate dan Penerapannya. Penerjemah: Dany Hutabarat. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Nuryati, Y dan Marry Astrid, 2013. Tinjauan Pasar Daging Sapi Desember 2013. Tim Komoditi Spesialis Daging Sapi Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Jakarta. Peter. 2015. Daging Sapi Sehat Bermanfaat Bagi Tubuh. www.peterparkerblog.com. Diakses pada tanggal 17 November 2015. Priyanti, A., T.D. Soedjana, R. Matondang dan P. Sitepu. 1998. Estimasi Sistem Permintaan dan Penawaran Daging Sapi di Lampung. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 3(2):71-77. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Rasul, Agung Abdul, Nuryadi Wijarno dan Tupi Setyowati. 2013. Ekonomi Mikro dilengkapi Sistem Informasi Permintaan. Edisi Kedua. Mitra Wacana Media. Jakarta Rohman, A. 2012. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Ayam Ras pada Rumah Tangga Petani di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Skripsi S1 Tidak Dipublikasikan. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. Salvatore, Dominick. 2006. Mikroekonomi Edisi Empat. McGraw-Hill, Inc. New York Santoso, S dan Tjiptono Fandy. 2002. Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. PT. Elex media Komputindo. Jakarta. Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.. 2003. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers. Jakarta. Suharno. 2007. Marketing in Practice. Edisi pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sukirno, S. 2001. Pengantar Teori Ekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.. 2003. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. FE.UI. Jakarta. Sulaiman, W. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS 10. Penerbit Andi. Yogyakarta. Sumodiningrat, G. 1994. Pengantar Ekonometrika. BPFE. Yogyakarta Supranto. 1984. Metode Ramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan. Edisi Kedua. Gramedia. Jakarta.

9 Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik. Tarsito. Bandung. Wohlgenant, M. 1985. Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef. Western Journal of Agriculture Economics 10 (2):322:329. Western Agricultural Economis Association.